BUKAN MILIKKU
16
(Tien Kumalasari)
Sapto terkejut, demikian juga bu Siswanto. Mereka
turun tanpa di komando. Retno masih terbungkuk, dan sesekali mengeluarkan
keluhan serta sedikit terengah. Sapto memijit tengkuknya pelan.
“Sudah … sudah … aku tidak apa-apa, katanya sambil
mengibaskan tangan Sapto.
“Bagaimana Ret? Kamu masuk angin.” Kata bu Siswanto
sambil memegang bahu Retno.
“Kita langsung ke dokter saja ya Bu.”
“Baiklah, itu lebih bagus.”
“Tidak … tidak … aku tidak mau ke dokter lagi.”
“Kamu sakit, jadi jangan membantah,” kata Sapto sambil
memapah Retno, untuk masuk kembali ke dalam mobil.
“Kita langsung ke dokter ya Bu.”
“Mampir ke apotek dulu, beli minyak gosok, barangkali
Retno masih merasa mual.”
“Baiklah.”
Retno menyandarkan kepalanya, wajahnya pucat. Memang
sebelum berangkat tadi ia merasa kurang enak badan, dan sedikit mual. Tapi Retno
tidak begitu merasakannya.
Sapto menjalankan kembali mobilnya, sambil sesekali
melirik ke arah Retno. Sapto merasa aneh. Dirinya yang semula acuh terhadap
isteri mudanya, tiba-tiba sekarang begitu memperhatikannya. Ada rasa iba ketika
memandangi wajah pucat yang menyandarkan kepalanya dengan lemas.
“Ibu kira tidak apa-apa. Tadi baik-baik saja.”
Sapto menghentikan mobilnya di depan sebuah apotek. Ia
turun dan bergegas membeli minyak gosok seperti yang diperintahkan ibunya.
“Retno, apa sebaiknya kamu pindah ke belakang saja.
Biar Ibu menggosok tengkuk dan perut kamu agar mengurangi rasa mual,” kata bu
Siswanto.
Retno bangkit, turun dari mobil lalu berpindah ke
belakang. Memang tidak nyaman rasanya duduk di samping Sapto, yang
sebentar-sebentar memandanginya. Walau matanya terpejam, tapi Retno
merasakannya saat matanya sedikit terbuka.
Bu Siswanto merangkulnya.
“Tidak panas sebenarnya. Justru badanmu berkeringat,”
kata bu Siswanto sambil meraih tissue yang tersedia didekatnya, lalu mengusap
keringat Retno yang membasahi wajahnya.
Ketika Sapto kembali dan memberikan minyak yang
dibelinya, bu Siswanto segera menggosok tengkuk Retno, punggung dan dadanya.
“Sudah Bu, Retno tidak apa-apa,” kata Retno yang
merasa risih ketika bu Siswanto menyingkapkan sedikit baju atasnya agar bisa
menggosok punggungnya.
“Diamlah, ini akan membantu kamu untuk mengurangi rasa
mual.”
“Saya sudah tidak mual. Sebaiknya pulang saja,” kata
Retno pelan.
“Tidak, kita ke rumah sakit, karena jam segini dokter
belum buka,” kata Sapto yang langsung membawa Retno ke rumah sakit.
***
“Mas Budi tidak jadi pergi bersama Ibu?” tanya yu Asih
ketika melihat Budi duduk di meja makan sambil menghirup jus nanas yang tadi
dimintanya.
“Sudah sama mas Sapto,” jawab Budi singkat. Kelihatan
ada kecewa pada nada suaranya.
“Mas Sapto kok ya tidak capek, baru datang sudah
mengantar Ibu belanja."
“Tadi sopir sudah di buatkan minum Yu?”
“Sudah Mas, saya suruh istirahat di kamar dekat
garasi, dan sudah saya bawakan makan sekalian. Pasti capek. Katanya dari
Jepara.”
“Ya sudah.”
“Mas Budi kok kelihatan lesu?”
“Masa sih Yu?”
“Iya, tapi mungkin karena Mas Budi juga baru pulang
dari kantor. Sebaiknya mandi dulu Mas, biar segar.”
“Iya Yu, aku habiskan dulu jus nanasnya.”
“Baiklah. Yu Asih ke dapur ya, kalau butuh apa-apa, Mas
Budi teriakin saja yu Asih.”
“Iya.”
Sambil menyedot jus nanasnya pelan, Budi tiba-tiba
merasa digayuti oleh perasaan kecewa dengan kedatangan Sapto, apalagi yang
tiba-tiba ingin mengantarkan ibunya belanja dan menyuruhnya tinggal di rumah.
Kedekatannya dengan kakak iparnya membuat tiba-tiba
tumbuh sesuatu yang sejatinya tidak diharapkan. Beruntung Budi masih punya
nurani, sehingga perasaan aneh itu dipendamnya dalam-dalam di dasar hatinya.
“Aku sudah yu, mau mandi dulu,” teriak Budi agak
keras.
“Baik,” jawab Asih yang juga berteriak dari arah
dapur.
Budi masuk ke kamarnya, lalu bersiap mandi untuk
menyegarkan tubuhnya, terutama mendinginkan kepalanya yang tiba-tiba terasa
berdenyut nyeri. Lalu ia menyadari bahwa bukan kepalanya yang terasa nyeri,
tapi di bagian dadanya.
“Ya Tuhan, apa yang terjadi pada diriku ini,” bisik batinnya
berkali-kali.
***
“Bagaimana dokter? Tanya Sapto ketika dokter jaga
selesai memeriksa Retno.
“Ini bukan apa-apa. Saya curiga isteri Bapak sedang
hamil.”
Bukan hanya Sapto yang terlonjak kaget, tapi juga bu
Siswanto dan Retno yang bersiap turun dari bangku pemeriksaan. Kaki Retno gemetar.
Tubuhnya terhuyung sebelum mencapai kursi yang berada di depan dokternya.
Beruntung Sapto dengan sigap meraih tangannya.
“Saya sarankan Bapak memeriksakan isteri anda ke ahli
kandungan, untuk memastikannya.”
Tiba-tiba wajah Sapto tampak sangat cerah. Mulutnya
yang selalu tertutup rapat, kini menyunggingkan senyuman. Sangat berbeda dengan
Retno yang kemudian menjadi semakin pucat.
“Be_benarkah … isteri saya hamil?”
“Saya bukan ahlinya, tapi saya melihatnya begitu.
Dokter kandungan akan praktek satu jam lagi,” kata sang dokter sambil
tersenyum.
Bu Siswanto mengelus punggung Retno lembut.
“Semoga benar, kamu akan menjadi ibu bagi cucuku,”
bisiknya dengan wajah tak kurang cerahnya.
Retno hanya menunduk. Beribu perasaan menggayuti
hatinya. Apakah dia akan bahagia, ataukan bersedih? Perlahan ia mengelus
perutnya yang masih tampak datar.
“Kalau itu benar kehadiranmu, aku menyesali cara dia
meneteskan benih di rahimku,” bisiknya dalam hati, kemudian ia sadar bahwa
setitik air matanya menetes.
“Ibu Retno, pasti menangis karena bahagia,” kata sang dokter
ketika melihat Retno mengusap air
matanya. Ia menyodorkan kotak tissue yang ada di depannya. Retno meraihnya
sambil tersenyum tipis.
“Saya tidak memberikan obat apapun, nanti dokter Yuli yang
akan memberikannya setelah memeriksa.”
***
Budi sudah selesai mandi, dan wangi pastinya. Tapi dia
tak ingin keluar dari kamar. Ia duduk di sofa dan membaca berkas laporan yang
tadi dibawanya dari kantor. Tapi ternyata dia tidak bisa fokus dengan pekerjaan
itu. Ia menyandarkan kepalanya dan menatap langit-langit kamar, berusaha
mengurai kegelisahannya.
Tak juga reda kegelisahan itu, Budi kemudian membuka
jendela kamarnya. Kamar Budi terletak di lantai atas. Dari jendela yang terbuka
itu Budi melihat taman asri yang terbentang disana, dengan kolam ikan yang
dikelilingi bunga-bunga. Budi teringat ketika pertama kalinya ia berbicara
dengan Retno. Awalnya dia juga membuka jendela itu, dan melihat Retno sedang
berbincang dengan ibunya, Itu hari pertama ketika Retno baru saja dinikahi
kakaknya. Budi melihat mendung yang selalu bergayut di wajah Retno, yang
kemudian ia ingin selalu menghiburnya. Tapi keinginan itu membuatnya tersesat.
Tersesat ke dalam sebuah padang gersang. Di mana-mana tampak kerontang, tak
tampak daun hijau penyejuk kalbu, tak ada bunga penyejuk rasa. Dan kini ia
merasa bahwa hidupnya hampa walau bergelimang harta.
Lalu terdengar mobil memasuki halaman. Pasti mereka
telah puas berbelanja. Mungkin Sapto telah membelikannya baju, atau sepatu,
atau tas yang branded agar pantas diajaknya jalan ke mana-mana.
“Mengapa aku ini. Biar saja semuanya dilakukan mas Sapto,
bukankah dia suaminya?” gumamnya berusaha meredam gemuruh yang memenuhi
dadanya.
Lalu terdengar langkah-langkah kaki, dari lantai
bawah. Budi membuka pintu kamarnya, lalu terdengar ibunya berteriak memanggil.
“Budi mana ya ? Apa dia tidur Sih?” sang ibu bertanya
kepada Asih.
“Sepertinya tidak Bu, belum lama mas Budi naik ke
atas, mungkin mandi, atau barangkali malah sudah selesai. Sudah agak lama sih Bu,
apa perlu saya panggil?”
Tapi Budi tidak perlu dipanggil lagi. Teriakan ibunya
cukup membuatnya segera melangkah keluar kamar kemudian turun ke bawah. Ia
menghampiri ibunya yang sudah duduk di ruang tengah. Budi melihat sekitar, tak
ada bungkusan belanjaan tampak di dekat ibunya.
“Mana oleh-oleh buat Budi?” tanya Budiono sambil duduk
di dekat ibunya.
“Oleh-olehnya berita baik,” kata ibunya sambil
tersenyum lebar.
“Apa maksud Ibu? Berita baik apa?”
“Ibu mau punya cucu.”
Budiono semakin tak mengerti. Pergi belanja dan mengatakan akan punya cucu?
Cucu dari mana?
“Dengar, kami baru saja pulang dari rumah sakit.”
“Rumah sakit?
Menengok saudara yang sakit, atau sedang mau melahirkan atau ….”
“Kakakmu yang mau punya anak. Retno hamil,” kata ibunya
dengan wajah sumringah.
Degg! Budi merasa dadanya dipalu bertubi-tubi.
“Heii, kamu kenapa memelototi Ibu? Itu benar. Tadi
ketika baru saja berangkat, Retno muntah-muntah di jalan. Kami langsung
membawanya ke rumah sakit. Itu hasilnya. Tersenyumlah Bud, bukankah ini berita
bahagia?”
Budi mencoba tersenyum. Entah senyum itu tampak masam
ataukah manis, yang penting dia berusaha tersenyum, mencoba berbaur dengan rasa
bahagia yang dirasakan ibunya.
“Ibu akan segera mengabari ayahmu. Dia pasti senang
sekali. Tolong ponsel Ibu Bud, di dalam tas mungkin.”
Budi berdiri untuk mengambil tas ibunya.
***
Retno terbaring di ranjang. Bukan karena ia tak bisa
bangun, tapi lebih karena ingin menghindari pembicaraan dengan suaminya.
Sapto duduk di sofa, mengawasi isterinya dengan
perasaan yang susah digambarkan. Ia pernah merasakan perasaan seperti ini
ketika Kori hamil. Tapi kemudian segalanya lenyap dalam sebuah kecelakaan yang
membuatnya bukan saja kehilangan bayinya, tapi juga kehilangan harapan untuk
mendapatkannya lagi.
Tapi harapan itu ternyata tidak sepenuhnya hilang. Ia
mendapatkannya lagi, dari wanita yang semula tak pernah diharapkannya untuk
menjadi teman hidupnya.
Sapto terus mengawasi isteri mudanya. Ia baru
menyadari, betapa cantiknya Retno. Cantik tapi lembut, dan matanya begitu
teduh. Mata yang membuatnya kemudian terpana dalam perasaan yang semula tak
dimengertinya. Celakanya ia kemudian membandingkannya dengan isteri tuanya. Cantik,
seksi, menawan pastinya, tapi matanya begitu tajam dan terkesan galak dan
menguasai. Segala keinginan harus dipenuhi, terkadang ia kesal karena harus
menuruti kemauan isterinya, yang kemudian membuatnya kelihatan bodoh. Perasaan
sebal kemudian muncul.
Sapto menghela napas. Pandangannya tetap keatas
ranjang dimana Retno terbaring sambil memejamkan mata. Tiba-tiba Sapto ingin
mendekat ke arah ranjang. Ia bangkit dan melangkah perlahan.
“Bagaimana perasaanmu sekarang?” tanyanya lembut.
Retno masih memejamkan mata, tapi kan dia tidak tidur,
jadi dia bisa mendengar pertanyaan itu, Ia heran mendengar suara lembut itu. Wajah
bermata dingin yang mahal senyuman itu bisa mengeluarkan kata-kata selembut itu.
Tapi tetap saja ia membisu, pura-pura tidur. Pikirannya masih dipenuhi oleh
hasil pemeriksaan yang menyatakan bahwa dia sedang hamil. Beribu perasaan
berkecamuk dalam hatinya. Haruskah dia bersyukur, atau menyesalinya?
Sapto mengangkat tangannya, mengelus keningnya. Retno
menggeliat, dan beralih ke posisi memunggungi Sapto. Dan tiba-tiba dia merasa
kembali mual. Apa boleh buat, ia kemudian bangkit, berusaha mencari obat gosok
yang tadi diberikan ibu mertuanya.
“Mau apa?”
“Obat gosok,” jawabnya pelan.
“Kembalilah berbaring, itu obat gosoknya, biar aku
ambil,” kata Sapto sambil berdiri, mengambil obat gosok yang dimaksud, kemudian
kembali mendekati isterinya.
“Biar aku yang menggosok, kata Sapto sambil membuka
tutup botolnya. Tapi Retno menolaknya.
“Biar aku saja,” katanya sambil meminta botol obatnya.
Retno menggosok tengkuknya kemudian mendekatkannya ke
hidung, lalu menghirupnya dalam-dalam.
“Mual ya?”
“Tolong tinggalkan aku, biarkan aku tidur,” pinta Retno.
“Baiklah,” Sapto menurutinya, kemudian bangkit dan
keluar dari kamar.
“Yu Asih akan membawakan makan malammu nanti,” katanya
sebelum menutupkan pintunya.
***
Pak Siswanto datang pagi hari itu setelah isterinya
menelpon bahwa Retno dinyatakan hamil. Begitu masuk ke rumah dan melihat Sapto menyambut
kedatangannya, ia segera menepuk-nepuk punggungnya sambil tersenyum bahagia.
“Apa aku bilang, Retno cocok untuk kamu. Isterimu akan
senang. Kesedihannya segera terobati karena akan segera bisa menimang bayi.”
Sapto mengangguk dan membalas senyuman ayahnya.
“Bapak hanya kasihan pada Kori. Setelah kecelakaan itu
ia kehilangan harapan untuk bisa memiliki anak, dan sekarang dia akan
mendapatkannya,” kata pak Siswanto panjang lebar.
Memang. Dulu ia mencarikan isteri muda untuk Sapto,
sesungguhnya didorong oleh rasa kasihan menyadari Kori tak bisa melahirkan
pasca kecelakaan itu. Dan sekarang ia benar-benar akan mengobati kekecewaan
menantu tersayangnya itu. Memang, dibanding dengan isterinya, pak Siswanto lebih
menyayangi Kori. Dan itu dipicu oleh rasa kasihan ketika menyadari tentang
akibat dari kecelakaan itu.
“Mana ibumu?” katanya sambil melangkah masuk, diikuti
Sapto.
“Lho, bapak datang pagi-pagi? Mengapa tidak menelpon
supaya Budi atau Sapto bisa menjemput? Sopirnya Sapto juga masih disini.”
“Tidak apa-apa. Mana Budi?”
“Masih di kamarnya.”
“Bagaimana Retno? Mengapa tak kelihatan?” semua
ditanyakan oleh pak Siswanto, sebelum kemudian dia duduk sambil melepas sepatunya.
Bu Siswanto segera membantunya.
“Retno ada di kamar. Kasihan, muntah-muntah terus.”
“Tidak dibawa ke dokter?”
“Sudah kemarin. Dan juga sudah diberi obat, tapi orang
hamil itu kalau ingin muntah ya muntah saja. Obat anti muntah yang diberikan
kadang-kadang tidak mempan. Paling-paling hanya mengurangi saja,” terang bu
Siswanto.
“Silakan diminum Pak,” Asih datang sambil menyuguhkan
beberapa cangkir coklat susu, kegemaran keluarga itu.
“Aku mau sarapan nasi goreng ya Sih,” pesan pak Siswanto.
“Baik Pak, akan saya buatkan,” kata Asih yang kemudian
berlalu.
“Kori tidak ada disini?”
“Saya datang kemari langsung dari Jepara, hanya
bersama sopir.”
“Kalau begitu segera kabari dia, biar dia senang,”
perintah pak Siswanto.
***
Besok lagi ya.
Alhamdulillah...
ReplyDeleteTinggal 9 hari lagi JUMPA FANS DENGAN SANG IDOLA, di Hotel LOJI SOLO 27 Maret 2022.
DeleteHayo sahabat² blogger, kita temu kangen/tatap muka dengan bu Tien Kumalasari.
Yang minat gabung hubungi :
1. Ibu Nani WA 082116677789;
2. Ibu Iyeng Santoso WA 08179226969;
3. Kakek Habi WA 085101776038.
Matur nuwun Mbak Tien sayang.
DeleteMb Nani juara 1 horeee
DeleteSelamat buat jeng Nani, Juara 1
DeleteUrutan 2 jeng Ermi Yogja
Urutan 3 jeng Siwantari
Horeee senengnya ngono wae sampai nyapa bu Tien sitik banget
DeleteADUHAI
DeleteJENG nani
Jeng In Maimun
Jeng Ira
Mas Kakek
Alhamdulillah, maturnuwun bunda Tien.
ReplyDeleteSehat selalu bunda . .
Sami2 Ibu Ermi
DeleteYuk ke Solo
Terima kasih mbakyu
ReplyDeleteSami2 Jeng Sis
DeleteTerima kasih Bu Tien.
ReplyDeleteSami2 Ibu Yati
DeleteSuwun...salam aduhai
ReplyDeleteSami2 Ibu Atik
DeleteADUHAI
Alhamdulillah, Terima kasih😘💕
ReplyDeleteSami2 Ibu Nanung
DeleteAlhamdulillah sdh tayang..... trimakasih bu Tien. Semoga bu Tien sehat selalu. Salam aduhai
ReplyDeleteSami2 Ibu Endang
DeleteAamiin
Alhamdulillah
ReplyDeletematurnuwun bu Tien
salam sehat selalu
Sami2 Ibu Nanik
DeleteAlhamdulillah
ReplyDeleteTerima jasih bunda Tien
Sami2 Ibu Endah
DeleteMatur nuwun Bunda BM nya.
ReplyDeleteMet malam dan met istirahat.
Sehat selalu dan tetap semangat
Samo2 Mas Bambang
DeleteAamiin
Alhamdulillah BM 16 telah tayang, terima kasih bu Tien sehat n bahagia selalu. Aamiin.
ReplyDeleteUR.T411653L
Sami2 Ibu Uchu
DeleteAamiin
Hallow mas2 mbak2 bapak2 ibu2 kakek2 nenek2 ..
ReplyDeleteWignyo, Opa, Kakek Habi, Bambang Soebekti, Anton, Hadi, Pri , Sukarno, Giarto, Gilang, Ngatno, Hartono, Yowa, Tugiman, Dudut Bambang Waspodo, Petir Milenium (wauuw), Djuniarto, Djodhi55, Rinto P. , Yustikno, Dekmarga, Wedeye, Teguh, Dm Tauchidm, Pudji, Garet, Joko Kismantoro, Alumni83 SMPN I Purwantoro, Kang Idih, RAHF Colection, Sofyandi, Sang Yang, Haryanto Pacitan, Pipit Ponorogo, Nurhadi Sragen, Arni Solo, Yeni Klaten, Gati Temanggung, Harto Purwokerto, Eki Tegal dan Nunuk Pekalongan, Budi , Widarno Wijaya, Rewwin, Edison, Hadisyah,
Wo Joyo, Tata Suryo, Mashudi, B. Indriyanto, Nanang, Yoyok, Faried, Andrew Young, Ngatimin, Arif, Eko K, Edi Mulyadi, Rahmat, MbaheKhalel, Aam M, Ipung Kurnia, Yayak, Trex Nenjap, Sujoko, Gunarto, Latif, Samiadi, Alif, Merianto Satyanagara, Rusman, Agoes Eswe, Muhadjir Hadi, Robby, Gundt, Nanung, Roch Hidayat, Yakub Firman, Bambang Pramono, Gondo Prayitno , Zimi Zaenal M. , Alfes, Djoko Bukitinggi, Arinto Cahya Krisna , HerryPur, Djoni August. Gembong. Papa Wisnu, Djoni, Entong Hendrik, Dadung Sulaiman, Wirasaba, Boediono Hatmo, R.E. Rizal Effendy, Tonni, Koko Hermanto, Radieska51, Henrinurcahyo, Subagyo,
Alhamdulillah
DeleteMatur nuwun bu Tien
Haloo mbak Tien, salam ADUHAI
DeleteTerima kasih Bu Tien. Semoga Bu Tien sehat selalu. Amin 🙏
ReplyDeleteHallow Pejaten, Tuban, Sidoarjo, Garut, Bandung, Batang, Kuningan, Wonosobo, Blitar, Sragen, Situbondo, Pati, Pasuruan, Cilacap, Cirebon, Bengkulu, Bekasi, Tangerang, Tangsel,Medan, Padang, Mataram, Sawahlunto, Pangkalpinang, Jambi, Nias, Semarang, Magelang, Tegal, Madiun, Kediri, Malang, Jember, Banyuwangi, Banda Aceh, Surabaya, Bali, Sleman, Wonogiri, Solo, Jogya, Sleman, Sumedang, Gombong, Purworejo, Banten, Kudus, Ungaran, Pamulang, Nusakambangan, Purworejo, Jombang, Boyolali. Ngawi, Sidney Australia, Boyolali, Amerika, Makasar, Klaten, Klipang, JAKARTA...hai..., Mojokerto, Sijunjung Sumatra Barat, Sukabumi, Lamongan, Bukittinggi, Hongkong, El Segudo, California, Bogor, Tasikmalaya, Baturetno, Wonogiri, Salem Massachusetts, Terimakasih atas perhatian dan support yang selalu menguatkan saya. Aamiin atas semua harap dan do'a.
ReplyDeleteADUHAI.....
Alhamdulillah
ReplyDeleteADUHAI Pak Bambang
ReplyDeleteAlhamdulillah BM eps 16 sudah tayang.
ReplyDeleteMatur nuwun bu Tien Kumalasari.
Salam sehat dan salam hangat dati Tangerang.
Alhamdulillah, BM16 telah hadir,
ReplyDeleteTrm ksh mbak Tien, sehat selalu dan bahagia bersama keluarga. Salam aduhai
Alhamdulillah, aduhai banget bu Tien, salam sehat selalu
ReplyDeleteNah, ketemu Pak Merianto disini
DeleteHoree
Matur nuwun Mbak Tien sayang.
ReplyDeleteTerima kasih bunda Tien, tetap sehat dan semangat serta aduhai
ReplyDeleteAlhamdulilah BM 16 sdh tayang...senengnya Retno hamil...
ReplyDeleteMengikuti cerita ibu Tien aduhai...selalu menginspirasi, banyak kebaikan yg bisa dipetik dari sana.
ReplyDeleteTerima kasih ibu, sehat selalu ya...💪
Berkah Dalem Gusti 😇🛐🙏
Alhamdulillah, suwun Bu Tien....
ReplyDeleteSalam sehat selalu.....🙏🙏
𝐓𝐄𝐑𝐍𝐘𝐀𝐓𝐀 𝐒𝐀𝐏𝐓𝐎 𝐏𝐈𝐍𝐓𝐄𝐑 𝐉𝐔𝐆𝐀 𝐁𝐀𝐑𝐔 𝐒𝐄𝐊𝐀𝐋𝐈 𝐋𝐀𝐍𝐆𝐒𝐔𝐍𝐆 𝐇𝐀𝐌𝐈𝐋 𝐑𝐄𝐓𝐍𝐎.𝐒𝐄𝐌𝐎𝐆𝐀 𝐒𝐀𝐉𝐀 𝐊𝐄𝐇𝐀𝐌𝐈𝐋𝐀𝐍𝐍𝐘𝐀 𝐋𝐀𝐍𝐂𝐀𝐑 𝐃𝐀𝐍 𝐀𝐌𝐀𝐍².
ReplyDelete𝐒𝐀𝐋𝐀𝐌 𝐒𝐄𝐇𝐀𝐓 𝐒𝐄𝐋𝐀𝐋𝐔 𝐔𝐓𝐊 𝐁𝐔 𝐓𝐈𝐄𝐍 𝐃𝐀𝐍 𝐊𝐄𝐋𝐔𝐀𝐑𝐆𝐀....𝐀𝐀𝐌𝐈𝐈𝐍 𝐘𝐑𝐀.🙏🙏🙏
Akankah Sapto lebih perhatian setelah tahu Retno hamil dan bagaimana sikap Kori akan lebih culaskah atau ....
ReplyDeleteJadi tdk sabar untuk menunggu kelanjutan kisah BK 17.
Alhamdulilah dan makasih M Tien semoga lancar terus dan sehat selalu.
Sami2 Ibu Rochmah
DeleteAamiin
Alhamdulillah BM 16 sdh tayang, akhirnya tugas
ReplyDeleteSalam sehat selalu bu Tien
Salam sehat Ibu Umi
DeleteAlhamdulillah BM 16 sdh hadir..
ReplyDeleteTerima kasih Ibu Tien..
Semoga sehat selalu
Salam *ADUHAI*
Sami2 Ibu Nina
DeleteADUHAI
Alhamdulillah
ReplyDeleteSyukron BuMil nya Mbak Tien 🌷🌷🌷🌷🌷
Sami2 Ibu Susi
DeleteWah kasisnya mirip Miranti dan Tejo di *Ada yang masih tersisa* ..Retno hamil dengan suami yang tdk divinta dan karena terpaksa..ubarat diperkosa suami sendiri. Apakah Retno akan bahagia seperti kisah Miranti. Semoga..Aamiin. Matur nuwun bu Tien..sangu tidur
ReplyDeleteSami2 Ibu Noor
DeleteWah masih ingat juga Ibu.
Matur nuwun.
Terimakasih ibu Tien....smg ibu sehat sll....aduhai.....salam santun dari Yk...
ReplyDeleteSami2 Ibu Alian
DeleteADUHAI
Alhamdulilah sudah tayang, matur nuwun Ibu Tien, mugi tansah sehat..
ReplyDeleteCerita yang selalu menarik menunggu episode demi episode..
Retno akankah bahagia..semoga
Sapto mulai perhatian ...
Budi...punya rasa yang selalu ditepisnya..
Akankah Kori bahagia?...atau tambah cemburu kepada Retno
Sami2 Ibu Moedjiati
DeleteADUHAI
Terima kasih bunda tien
ReplyDeleteSami2 Pak Koko
DeleteAduhai Maturnuwun sanget Mbak Tien.
ReplyDeleteSami2 Pak Herry
DeleteMatur nuwun bu tien, sehat selalu njih bu, aamiin
ReplyDeleteSami2 Ibu Eko
DeleteAamiin
Makasih mba Tien.
ReplyDeleteKori akankah semakin membenci Retno karena perhatian Sapto terbagi.
Aduhai.
Salam hangat selalu mba
Sami2 Ibu Sul
DeleteADUHAI
Hayo sahabat² blogger, semarakkan MILAD bu Tien ke 73 tgl 22 Maret 2022,
ReplyDeleteuntuk itu WAG PCTK akan menggelar JUMPA FANS di Hotel LOJI SOLO, pelaksakanakan tgl 26-27 Maret 2022, mohon mengisi daftar terlampir, untuk dibuatkan ID_Card dan souvenir syantik
*DAFTAR PESERTA JUMPA FANS TGL. 26-27 MARET 2022 DI HOTEL LOJI SOLO.*
*Menginap :*
1. Tien Kumalasari - Solo;
2. Widayat - Solo;
3. Djoko BS/Kakek Habi - Bandung;
4. Hardjoni H - Jakarta
5. Ibu Hardjoni - Jakarta
6. Nani Nur'Aini - Sragen
7. Iyeng Santoso - Semarang
8. Rakha - Sragen
9.
10.
*Tidak Menginap :*
1. Ibu Jalmi Rupindah - Situbondo;
2.Bp Irianto - Situbondo
3. Jelita - Situbondo
4. Ibu Siswantari + Cibubur;
5. Hakimuddin Yusuf - Cibubur;
6. Ibu Nur Rochmah - Solo;
7. Ibu Irawati - Semarang;
8. Ibu Ranis - Semarang;
9. Ibu Yuliarsih Dwidjo - Semarang;
10. Ibu Nanik - Semarang;
11. Ibu Nunuk - Salatiga;
12. Ibu Werdi K - Jakarta;
13.Agus - Jakarta /Suami bu Werdi ;
14. Ibu Nuk HM - Solo;
15. Ibu Atin - Solo;
16. Ibu Wien - Solo;
17. Ibu Susi - Solo;
18. Ibu Ismawarti - Solo;
19. Bpk. Bambang Subekti - Sukoharjo;
20. Ibu Bambang - Sukoharjo;
21.Umi Iswardono - Yogja
22. Ibu Erni Rudi Astuti - Kartosuro
23.
24.
25.
*Silahkan dilanjut*
Bagi teman² blogger yang ingin bergabung, hubungi via WA Ibu Nani Nur'Aini 082116677789;Ibu Iyeng Santoso 08179226969;
Kakek Habi 085101776038.
Alhamdulillah
ReplyDeleteMatur nuwun bu Tien untuk BMnya 🤗
Budi Ayo semangat,,,kl jodoh tdk kemana tp sabar dulu ya,, sampai waktunya tiba,,, hehe
Salam sehat wal'afiat semua ya bu Tien
Aduhaaii 👍 👍👍💖
Sami2 Ibu Ika Laksmi
ReplyDeleteADUHAI
Sami2 Ibu Suparmia
ReplyDeleteSami2 Ibu Suparmia
ReplyDeleteMaturnuwun bu Tien BM16nya..
ReplyDeleteBaru sempat baca..
Waah..Retno hamil...
Lanjuut nanti malam..
Penasaran..
Salam sehat selaku bu Tien dan aduhaiii...🙏💟🌷
Bundaaaa Tien.. Mksih BM 16 nya.. Makin penasaran dgn kehamilannya Retno.. Bgmnhubungan rtnya.. Smgbahagia semuanya.. Slmseroja dri sukabumi y bund🌹🙏🥰
ReplyDeleteTrims ibu tien cerbung barunya lanjut ep 17 18 y bu
ReplyDeleteMakasih bu Tien.
ReplyDeleteMakin gemes saja .....
Setiap habis subuh....buka hp..cek lanjutan BM ..penasaran.....
ReplyDeleteAlhandulillah pasti Kori marah
ReplyDeleteAseeekkk...ceritane tambah ruwet..
ReplyDelete