Friday, March 18, 2022

BUKAN MILIKKU 16

 

BUKAN MILIKKU  16

(Tien Kumalasari)

 

Sapto terkejut, demikian juga bu Siswanto. Mereka turun tanpa di komando. Retno masih terbungkuk, dan sesekali mengeluarkan keluhan serta sedikit terengah. Sapto memijit tengkuknya pelan.

“Sudah … sudah … aku tidak apa-apa, katanya sambil mengibaskan tangan Sapto.

“Bagaimana Ret? Kamu masuk angin.” Kata bu Siswanto sambil memegang bahu Retno.

“Kita langsung ke dokter saja ya Bu.”

“Baiklah, itu lebih bagus.”

“Tidak … tidak … aku tidak mau ke dokter lagi.”

“Kamu sakit, jadi jangan membantah,” kata Sapto sambil memapah Retno, untuk masuk kembali ke dalam mobil.

“Kita langsung ke dokter ya Bu.”

“Mampir ke apotek dulu, beli minyak gosok, barangkali Retno masih merasa mual.”

“Baiklah.”

Retno menyandarkan kepalanya, wajahnya pucat. Memang sebelum berangkat tadi ia merasa kurang enak badan, dan sedikit mual. Tapi Retno tidak begitu merasakannya.

Sapto menjalankan kembali mobilnya, sambil sesekali melirik ke arah Retno. Sapto merasa aneh. Dirinya yang semula acuh terhadap isteri mudanya, tiba-tiba sekarang begitu memperhatikannya. Ada rasa iba ketika memandangi wajah pucat yang menyandarkan kepalanya dengan lemas.

“Ibu kira tidak apa-apa. Tadi baik-baik saja.”

Sapto menghentikan mobilnya di depan sebuah apotek. Ia turun dan bergegas membeli minyak gosok seperti yang diperintahkan ibunya.

“Retno, apa sebaiknya kamu pindah ke belakang saja. Biar Ibu menggosok tengkuk dan perut kamu agar mengurangi rasa mual,” kata bu Siswanto.

Retno bangkit, turun dari mobil lalu berpindah ke belakang. Memang tidak nyaman rasanya duduk di samping Sapto, yang sebentar-sebentar memandanginya. Walau matanya terpejam, tapi Retno merasakannya saat matanya sedikit terbuka.

Bu Siswanto merangkulnya.

“Tidak panas sebenarnya. Justru badanmu berkeringat,” kata bu Siswanto sambil meraih tissue yang tersedia didekatnya, lalu mengusap keringat Retno yang membasahi wajahnya.

Ketika Sapto kembali dan memberikan minyak yang dibelinya, bu Siswanto segera menggosok tengkuk Retno, punggung dan dadanya.

“Sudah Bu, Retno tidak apa-apa,” kata Retno yang merasa risih ketika bu Siswanto menyingkapkan sedikit baju atasnya agar bisa menggosok punggungnya.

“Diamlah, ini akan membantu kamu untuk  mengurangi rasa mual.”

“Saya sudah tidak mual. Sebaiknya pulang saja,” kata Retno pelan.

“Tidak, kita ke rumah sakit, karena jam segini dokter belum buka,” kata Sapto yang langsung membawa Retno ke rumah sakit.

***

“Mas Budi tidak jadi pergi bersama Ibu?” tanya yu Asih ketika melihat Budi duduk di meja makan sambil menghirup jus nanas yang tadi dimintanya.

“Sudah sama mas Sapto,” jawab Budi singkat. Kelihatan ada kecewa pada nada suaranya.

“Mas Sapto kok ya tidak capek, baru datang sudah mengantar Ibu belanja."

“Tadi sopir sudah di buatkan minum Yu?”

“Sudah Mas, saya suruh istirahat di kamar dekat garasi, dan sudah saya bawakan makan sekalian. Pasti capek. Katanya dari Jepara.”

“Ya sudah.”

“Mas Budi kok kelihatan lesu?”

“Masa sih Yu?”

“Iya, tapi mungkin karena Mas Budi juga baru pulang dari kantor. Sebaiknya mandi dulu Mas, biar segar.”

“Iya Yu, aku habiskan dulu jus nanasnya.”

“Baiklah. Yu Asih ke dapur ya, kalau butuh apa-apa, Mas Budi teriakin saja yu Asih.”

“Iya.”

Sambil menyedot jus nanasnya pelan, Budi tiba-tiba merasa digayuti oleh perasaan kecewa dengan kedatangan Sapto, apalagi yang tiba-tiba ingin mengantarkan ibunya belanja dan menyuruhnya tinggal di rumah.

Kedekatannya dengan kakak iparnya membuat tiba-tiba tumbuh sesuatu yang sejatinya tidak diharapkan. Beruntung Budi masih punya nurani, sehingga perasaan aneh itu dipendamnya dalam-dalam di dasar hatinya.

“Aku sudah yu, mau mandi dulu,” teriak Budi agak keras.

“Baik,” jawab Asih yang juga berteriak dari arah dapur.

Budi masuk ke kamarnya, lalu bersiap mandi untuk menyegarkan tubuhnya, terutama mendinginkan kepalanya yang tiba-tiba terasa berdenyut nyeri. Lalu ia menyadari bahwa bukan kepalanya yang terasa nyeri, tapi di bagian dadanya.

“Ya Tuhan, apa yang terjadi pada diriku ini,” bisik batinnya berkali-kali.

***

“Bagaimana dokter? Tanya Sapto ketika dokter jaga selesai memeriksa Retno.

“Ini bukan apa-apa. Saya curiga isteri Bapak sedang hamil.”

Bukan hanya Sapto yang terlonjak kaget, tapi juga bu Siswanto dan Retno yang bersiap turun dari bangku pemeriksaan. Kaki Retno gemetar. Tubuhnya terhuyung sebelum mencapai kursi yang berada di depan dokternya. Beruntung Sapto dengan sigap meraih tangannya.

“Saya sarankan Bapak memeriksakan isteri anda ke ahli kandungan, untuk memastikannya.”

Tiba-tiba wajah Sapto tampak sangat cerah. Mulutnya yang selalu tertutup rapat, kini menyunggingkan senyuman. Sangat berbeda dengan Retno yang kemudian menjadi semakin pucat.

“Be_benarkah … isteri saya hamil?”

“Saya bukan ahlinya, tapi saya melihatnya begitu. Dokter kandungan akan praktek satu jam lagi,” kata sang dokter sambil tersenyum.

Bu Siswanto mengelus punggung Retno lembut.

“Semoga benar, kamu akan menjadi ibu bagi cucuku,” bisiknya dengan wajah tak kurang cerahnya.

Retno hanya menunduk. Beribu perasaan menggayuti hatinya. Apakah dia akan bahagia, ataukan bersedih? Perlahan ia mengelus perutnya yang masih tampak datar.

“Kalau itu benar kehadiranmu, aku menyesali cara dia meneteskan benih di rahimku,” bisiknya dalam hati, kemudian ia sadar bahwa setitik air matanya menetes.

“Ibu Retno, pasti menangis karena bahagia,” kata sang dokter ketika  melihat Retno mengusap air matanya. Ia menyodorkan kotak tissue yang ada di depannya. Retno meraihnya sambil tersenyum tipis.

“Saya tidak memberikan obat apapun, nanti dokter Yuli yang akan memberikannya setelah memeriksa.”

***

Budi sudah selesai mandi, dan wangi pastinya. Tapi dia tak ingin keluar dari kamar. Ia duduk di sofa dan membaca berkas laporan yang tadi dibawanya dari kantor. Tapi ternyata dia tidak bisa fokus dengan pekerjaan itu. Ia menyandarkan kepalanya dan menatap langit-langit kamar, berusaha mengurai kegelisahannya.

Tak juga reda kegelisahan itu, Budi kemudian membuka jendela kamarnya. Kamar Budi terletak di lantai atas. Dari jendela yang terbuka itu Budi melihat taman asri yang terbentang disana, dengan kolam ikan yang dikelilingi bunga-bunga. Budi teringat ketika pertama kalinya ia berbicara dengan Retno. Awalnya dia juga membuka jendela itu, dan melihat Retno sedang berbincang dengan ibunya, Itu hari pertama ketika Retno baru saja dinikahi kakaknya. Budi melihat mendung yang selalu bergayut di wajah Retno, yang kemudian ia ingin selalu menghiburnya. Tapi keinginan itu membuatnya tersesat. Tersesat ke dalam sebuah padang gersang. Di mana-mana tampak kerontang, tak tampak daun hijau penyejuk kalbu, tak ada bunga penyejuk rasa. Dan kini ia merasa bahwa hidupnya hampa walau bergelimang harta.

Lalu terdengar mobil memasuki halaman. Pasti mereka telah puas berbelanja. Mungkin   Sapto telah membelikannya baju, atau sepatu, atau tas yang branded agar pantas diajaknya jalan ke mana-mana.

“Mengapa aku ini. Biar saja semuanya dilakukan mas Sapto, bukankah dia suaminya?” gumamnya berusaha meredam gemuruh yang memenuhi dadanya.

Lalu terdengar langkah-langkah kaki, dari lantai bawah. Budi membuka pintu kamarnya, lalu terdengar ibunya berteriak memanggil.

“Budi mana ya ? Apa dia tidur Sih?” sang ibu bertanya kepada Asih.

“Sepertinya tidak Bu, belum lama mas Budi naik ke atas, mungkin mandi, atau barangkali malah sudah selesai. Sudah agak lama sih Bu, apa perlu saya panggil?”

Tapi Budi tidak perlu dipanggil lagi. Teriakan ibunya cukup membuatnya segera melangkah keluar kamar kemudian turun ke bawah. Ia menghampiri ibunya yang sudah duduk di ruang tengah. Budi melihat sekitar, tak ada bungkusan belanjaan tampak di dekat ibunya.

“Mana oleh-oleh buat Budi?” tanya Budiono sambil duduk di dekat ibunya.

“Oleh-olehnya berita baik,” kata ibunya sambil tersenyum lebar.

“Apa maksud Ibu? Berita baik apa?”

“Ibu mau punya cucu.”

Budiono semakin tak mengerti.  Pergi belanja dan mengatakan akan punya cucu? Cucu dari mana?

“Dengar, kami baru saja pulang dari rumah sakit.”

“Rumah sakit?  Menengok saudara yang sakit, atau sedang mau melahirkan atau ….”

“Kakakmu yang mau punya anak. Retno hamil,” kata ibunya dengan wajah sumringah.

Degg! Budi merasa dadanya dipalu bertubi-tubi.

“Heii, kamu kenapa memelototi Ibu? Itu benar. Tadi ketika baru saja berangkat, Retno muntah-muntah di jalan. Kami langsung membawanya ke rumah sakit. Itu hasilnya. Tersenyumlah Bud, bukankah ini berita bahagia?”

Budi mencoba tersenyum. Entah senyum itu tampak masam ataukah manis, yang penting dia berusaha tersenyum, mencoba berbaur dengan rasa bahagia yang dirasakan ibunya.

“Ibu akan segera mengabari ayahmu. Dia pasti senang sekali. Tolong ponsel Ibu Bud, di dalam tas mungkin.”

Budi berdiri untuk mengambil tas ibunya.

***

Retno terbaring di ranjang. Bukan karena ia tak bisa bangun, tapi lebih karena ingin menghindari pembicaraan dengan suaminya.

Sapto duduk di sofa, mengawasi isterinya dengan perasaan yang susah digambarkan. Ia pernah merasakan perasaan seperti ini ketika Kori hamil. Tapi kemudian segalanya lenyap dalam sebuah kecelakaan yang membuatnya bukan saja kehilangan bayinya, tapi juga kehilangan harapan untuk mendapatkannya lagi.

Tapi harapan itu ternyata tidak sepenuhnya hilang. Ia mendapatkannya lagi, dari wanita yang semula tak pernah diharapkannya untuk menjadi teman hidupnya.

Sapto terus mengawasi isteri mudanya. Ia baru menyadari, betapa cantiknya Retno. Cantik tapi lembut, dan matanya begitu teduh. Mata yang membuatnya kemudian terpana dalam perasaan yang semula tak dimengertinya. Celakanya ia kemudian membandingkannya dengan isteri tuanya. Cantik, seksi, menawan pastinya, tapi matanya begitu tajam dan terkesan galak dan menguasai. Segala keinginan harus dipenuhi, terkadang ia kesal karena harus menuruti kemauan isterinya, yang kemudian membuatnya kelihatan bodoh. Perasaan sebal kemudian muncul.

Sapto menghela napas. Pandangannya tetap keatas ranjang dimana Retno terbaring sambil memejamkan mata. Tiba-tiba Sapto ingin mendekat ke arah ranjang. Ia bangkit dan melangkah perlahan.

“Bagaimana perasaanmu sekarang?” tanyanya lembut.

Retno masih memejamkan mata, tapi kan dia tidak tidur, jadi dia bisa mendengar pertanyaan itu, Ia heran mendengar suara lembut itu. Wajah bermata dingin yang mahal senyuman itu bisa mengeluarkan kata-kata selembut itu. Tapi tetap saja ia membisu, pura-pura tidur. Pikirannya masih dipenuhi oleh hasil pemeriksaan yang menyatakan bahwa dia sedang hamil. Beribu perasaan berkecamuk dalam hatinya. Haruskah dia bersyukur, atau menyesalinya?

Sapto mengangkat tangannya, mengelus keningnya. Retno menggeliat, dan beralih ke posisi memunggungi Sapto. Dan tiba-tiba dia merasa kembali mual. Apa boleh buat, ia kemudian bangkit, berusaha mencari obat gosok yang tadi diberikan ibu mertuanya.

“Mau apa?”

“Obat gosok,” jawabnya pelan.

“Kembalilah berbaring, itu obat gosoknya, biar aku ambil,” kata Sapto sambil berdiri, mengambil obat gosok yang dimaksud, kemudian kembali mendekati isterinya.

“Biar aku yang menggosok, kata Sapto sambil membuka tutup botolnya. Tapi Retno menolaknya.

“Biar aku saja,” katanya sambil meminta botol obatnya.

Retno menggosok tengkuknya kemudian mendekatkannya ke hidung, lalu menghirupnya dalam-dalam.

“Mual ya?”

“Tolong tinggalkan aku, biarkan aku tidur,” pinta Retno.

“Baiklah,” Sapto menurutinya, kemudian bangkit dan keluar dari kamar.

“Yu Asih akan membawakan makan malammu nanti,” katanya sebelum menutupkan pintunya.

***

Pak Siswanto datang pagi hari itu setelah isterinya menelpon bahwa Retno dinyatakan hamil. Begitu masuk ke rumah dan melihat Sapto menyambut kedatangannya, ia segera menepuk-nepuk punggungnya sambil tersenyum bahagia.

“Apa aku bilang, Retno cocok untuk kamu. Isterimu akan senang. Kesedihannya segera terobati karena akan segera bisa menimang bayi.”

Sapto mengangguk dan membalas senyuman ayahnya.

“Bapak hanya kasihan pada Kori. Setelah kecelakaan itu ia kehilangan harapan untuk bisa memiliki anak, dan sekarang dia akan mendapatkannya,” kata pak Siswanto panjang lebar.

Memang. Dulu ia mencarikan isteri muda untuk Sapto, sesungguhnya didorong oleh rasa kasihan menyadari Kori tak bisa melahirkan pasca kecelakaan itu. Dan sekarang ia benar-benar akan mengobati kekecewaan menantu tersayangnya itu. Memang, dibanding dengan isterinya, pak Siswanto lebih menyayangi Kori. Dan itu dipicu oleh rasa kasihan ketika menyadari tentang akibat dari kecelakaan itu.

“Mana ibumu?” katanya sambil melangkah masuk, diikuti Sapto.

“Lho, bapak datang pagi-pagi? Mengapa tidak menelpon supaya Budi atau Sapto bisa menjemput? Sopirnya Sapto juga masih disini.”

“Tidak apa-apa. Mana Budi?”

“Masih di kamarnya.”

“Bagaimana Retno? Mengapa tak kelihatan?” semua ditanyakan oleh pak Siswanto, sebelum kemudian dia duduk sambil melepas sepatunya. Bu Siswanto segera membantunya.

“Retno ada di kamar. Kasihan, muntah-muntah terus.”

“Tidak dibawa ke dokter?”

“Sudah kemarin. Dan juga sudah diberi obat, tapi orang hamil itu kalau ingin muntah ya muntah saja. Obat anti muntah yang diberikan kadang-kadang tidak mempan. Paling-paling hanya mengurangi saja,” terang bu Siswanto.

“Silakan diminum Pak,” Asih datang sambil menyuguhkan beberapa cangkir coklat susu, kegemaran keluarga itu.

“Aku mau sarapan nasi goreng ya Sih,” pesan pak Siswanto.

“Baik Pak, akan saya buatkan,” kata Asih yang kemudian berlalu.

“Kori tidak ada disini?”

“Saya datang kemari langsung dari Jepara, hanya bersama sopir.”

“Kalau begitu segera kabari dia, biar dia senang,” perintah pak Siswanto.

***

Besok lagi ya.

78 comments:

  1. Replies
    1. Tinggal 9 hari lagi JUMPA FANS DENGAN SANG IDOLA, di Hotel LOJI SOLO 27 Maret 2022.

      Hayo sahabat² blogger, kita temu kangen/tatap muka dengan bu Tien Kumalasari.

      Yang minat gabung hubungi :
      1. Ibu Nani WA 082116677789;
      2. Ibu Iyeng Santoso WA 08179226969;
      3. Kakek Habi WA 085101776038.

      Delete
    2. Selamat buat jeng Nani, Juara 1
      Urutan 2 jeng Ermi Yogja
      Urutan 3 jeng Siwantari

      Delete
    3. Horeee senengnya ngono wae sampai nyapa bu Tien sitik banget

      Delete
    4. ADUHAI
      JENG nani
      Jeng In Maimun
      Jeng Ira
      Mas Kakek

      Delete
  2. Alhamdulillah, maturnuwun bunda Tien.
    Sehat selalu bunda . .

    ReplyDelete
  3. Alhamdulillah, Terima kasih😘💕

    ReplyDelete
  4. Alhamdulillah sdh tayang..... trimakasih bu Tien. Semoga bu Tien sehat selalu. Salam aduhai

    ReplyDelete
  5. Alhamdulillah
    maturnuwun bu Tien
    salam sehat selalu

    ReplyDelete
  6. Alhamdulillah
    Terima jasih bunda Tien

    ReplyDelete
  7. Matur nuwun Bunda BM nya.
    Met malam dan met istirahat.
    Sehat selalu dan tetap semangat

    ReplyDelete
  8. Alhamdulillah BM 16 telah tayang, terima kasih bu Tien sehat n bahagia selalu. Aamiin.
    UR.T411653L

    ReplyDelete
  9. Hallow mas2 mbak2 bapak2 ibu2 kakek2 nenek2 ..
    Wignyo, Opa, Kakek Habi, Bambang Soebekti, Anton, Hadi, Pri , Sukarno, Giarto, Gilang, Ngatno, Hartono, Yowa, Tugiman, Dudut Bambang Waspodo, Petir Milenium (wauuw), Djuniarto, Djodhi55, Rinto P. , Yustikno, Dekmarga, Wedeye, Teguh, Dm Tauchidm, Pudji, Garet, Joko Kismantoro, Alumni83 SMPN I Purwantoro, Kang Idih, RAHF Colection, Sofyandi, Sang Yang, Haryanto Pacitan, Pipit Ponorogo, Nurhadi Sragen, Arni Solo, Yeni Klaten, Gati Temanggung, Harto Purwokerto, Eki Tegal dan Nunuk Pekalongan, Budi , Widarno Wijaya, Rewwin, Edison, Hadisyah,
    Wo Joyo, Tata Suryo, Mashudi, B. Indriyanto, Nanang, Yoyok, Faried, Andrew Young, Ngatimin, Arif, Eko K, Edi Mulyadi, Rahmat, MbaheKhalel, Aam M, Ipung Kurnia, Yayak, Trex Nenjap, Sujoko, Gunarto, Latif, Samiadi, Alif, Merianto Satyanagara, Rusman, Agoes Eswe, Muhadjir Hadi, Robby, Gundt, Nanung, Roch Hidayat, Yakub Firman, Bambang Pramono, Gondo Prayitno , Zimi Zaenal M. , Alfes, Djoko Bukitinggi, Arinto Cahya Krisna , HerryPur, Djoni August. Gembong. Papa Wisnu, Djoni, Entong Hendrik, Dadung Sulaiman, Wirasaba, Boediono Hatmo, R.E. Rizal Effendy, Tonni, Koko Hermanto, Radieska51, Henrinurcahyo, Subagyo,

    ReplyDelete
  10. Terima kasih Bu Tien. Semoga Bu Tien sehat selalu. Amin 🙏

    ReplyDelete
  11. Hallow Pejaten, Tuban, Sidoarjo, Garut, Bandung, Batang, Kuningan, Wonosobo, Blitar, Sragen, Situbondo, Pati, Pasuruan, Cilacap, Cirebon, Bengkulu, Bekasi, Tangerang, Tangsel,Medan, Padang, Mataram, Sawahlunto, Pangkalpinang, Jambi, Nias, Semarang, Magelang, Tegal, Madiun, Kediri, Malang, Jember, Banyuwangi, Banda Aceh, Surabaya, Bali, Sleman, Wonogiri, Solo, Jogya, Sleman, Sumedang, Gombong, Purworejo, Banten, Kudus, Ungaran, Pamulang, Nusakambangan, Purworejo, Jombang, Boyolali. Ngawi, Sidney Australia, Boyolali, Amerika, Makasar, Klaten, Klipang, JAKARTA...hai..., Mojokerto, Sijunjung Sumatra Barat, Sukabumi, Lamongan, Bukittinggi, Hongkong, El Segudo, California, Bogor, Tasikmalaya, Baturetno, Wonogiri, Salem Massachusetts, Terimakasih atas perhatian dan support yang selalu menguatkan saya. Aamiin atas semua harap dan do'a.
    ADUHAI.....

    ReplyDelete
  12. Alhamdulillah BM eps 16 sudah tayang.
    Matur nuwun bu Tien Kumalasari.
    Salam sehat dan salam hangat dati Tangerang.

    ReplyDelete
  13. Alhamdulillah, BM16 telah hadir,
    Trm ksh mbak Tien, sehat selalu dan bahagia bersama keluarga. Salam aduhai

    ReplyDelete
  14. Alhamdulillah, aduhai banget bu Tien, salam sehat selalu

    ReplyDelete
  15. Terima kasih bunda Tien, tetap sehat dan semangat serta aduhai

    ReplyDelete
  16. Alhamdulilah BM 16 sdh tayang...senengnya Retno hamil...

    ReplyDelete
  17. Mengikuti cerita ibu Tien aduhai...selalu menginspirasi, banyak kebaikan yg bisa dipetik dari sana.
    Terima kasih ibu, sehat selalu ya...💪
    Berkah Dalem Gusti 😇🛐🙏

    ReplyDelete
  18. Alhamdulillah, suwun Bu Tien....
    Salam sehat selalu.....🙏🙏

    ReplyDelete
  19. 𝐓𝐄𝐑𝐍𝐘𝐀𝐓𝐀 𝐒𝐀𝐏𝐓𝐎 𝐏𝐈𝐍𝐓𝐄𝐑 𝐉𝐔𝐆𝐀 𝐁𝐀𝐑𝐔 𝐒𝐄𝐊𝐀𝐋𝐈 𝐋𝐀𝐍𝐆𝐒𝐔𝐍𝐆 𝐇𝐀𝐌𝐈𝐋 𝐑𝐄𝐓𝐍𝐎.𝐒𝐄𝐌𝐎𝐆𝐀 𝐒𝐀𝐉𝐀 𝐊𝐄𝐇𝐀𝐌𝐈𝐋𝐀𝐍𝐍𝐘𝐀 𝐋𝐀𝐍𝐂𝐀𝐑 𝐃𝐀𝐍 𝐀𝐌𝐀𝐍².

    𝐒𝐀𝐋𝐀𝐌 𝐒𝐄𝐇𝐀𝐓 𝐒𝐄𝐋𝐀𝐋𝐔 𝐔𝐓𝐊 𝐁𝐔 𝐓𝐈𝐄𝐍 𝐃𝐀𝐍 𝐊𝐄𝐋𝐔𝐀𝐑𝐆𝐀....𝐀𝐀𝐌𝐈𝐈𝐍 𝐘𝐑𝐀.🙏🙏🙏

    ReplyDelete
  20. Akankah Sapto lebih perhatian setelah tahu Retno hamil dan bagaimana sikap Kori akan lebih culaskah atau ....
    Jadi tdk sabar untuk menunggu kelanjutan kisah BK 17.
    Alhamdulilah dan makasih M Tien semoga lancar terus dan sehat selalu.

    ReplyDelete
  21. Alhamdulillah BM 16 sdh tayang, akhirnya tugas
    Salam sehat selalu bu Tien

    ReplyDelete
  22. Alhamdulillah BM 16 sdh hadir..
    Terima kasih Ibu Tien..
    Semoga sehat selalu
    Salam *ADUHAI*

    ReplyDelete
  23. Alhamdulillah
    Syukron BuMil nya Mbak Tien 🌷🌷🌷🌷🌷

    ReplyDelete
  24. Wah kasisnya mirip Miranti dan Tejo di *Ada yang masih tersisa* ..Retno hamil dengan suami yang tdk divinta dan karena terpaksa..ubarat diperkosa suami sendiri. Apakah Retno akan bahagia seperti kisah Miranti. Semoga..Aamiin. Matur nuwun bu Tien..sangu tidur

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sami2 Ibu Noor
      Wah masih ingat juga Ibu.
      Matur nuwun.

      Delete
  25. Terimakasih ibu Tien....smg ibu sehat sll....aduhai.....salam santun dari Yk...

    ReplyDelete
  26. Alhamdulilah sudah tayang, matur nuwun Ibu Tien, mugi tansah sehat..
    Cerita yang selalu menarik menunggu episode demi episode..
    Retno akankah bahagia..semoga
    Sapto mulai perhatian ...
    Budi...punya rasa yang selalu ditepisnya..
    Akankah Kori bahagia?...atau tambah cemburu kepada Retno

    ReplyDelete
  27. Aduhai Maturnuwun sanget Mbak Tien.

    ReplyDelete
  28. Matur nuwun bu tien, sehat selalu njih bu, aamiin

    ReplyDelete
  29. Makasih mba Tien.
    Kori akankah semakin membenci Retno karena perhatian Sapto terbagi.
    Aduhai.
    Salam hangat selalu mba

    ReplyDelete
  30. Hayo sahabat² blogger, semarakkan MILAD bu Tien ke 73 tgl 22 Maret 2022,
    untuk itu WAG PCTK akan menggelar JUMPA FANS di Hotel LOJI SOLO, pelaksakanakan tgl 26-27 Maret 2022, mohon mengisi daftar terlampir, untuk dibuatkan ID_Card dan souvenir syantik


    *DAFTAR PESERTA JUMPA FANS TGL. 26-27 MARET 2022 DI HOTEL LOJI SOLO.*

    *Menginap :*

    1. Tien Kumalasari - Solo;
    2. Widayat - Solo;
    3. Djoko BS/Kakek Habi - Bandung;
    4. Hardjoni H - Jakarta
    5. Ibu Hardjoni - Jakarta
    6. Nani Nur'Aini - Sragen
    7. Iyeng Santoso - Semarang
    8. Rakha - Sragen
    9.
    10.


    *Tidak Menginap :*
    1. Ibu Jalmi Rupindah - Situbondo;
    2.Bp Irianto - Situbondo
    3. Jelita - Situbondo
    4. Ibu Siswantari + Cibubur;
    5. Hakimuddin Yusuf - Cibubur;
    6. Ibu Nur Rochmah - Solo;
    7. Ibu Irawati - Semarang;
    8. Ibu Ranis - Semarang;
    9. Ibu Yuliarsih Dwidjo - Semarang;
    10. Ibu Nanik - Semarang;
    11. Ibu Nunuk - Salatiga;
    12. Ibu Werdi K - Jakarta;
    13.Agus - Jakarta /Suami bu Werdi ;
    14. Ibu Nuk HM - Solo;
    15. Ibu Atin - Solo;
    16. Ibu Wien - Solo;
    17. Ibu Susi - Solo;
    18. Ibu Ismawarti - Solo;
    19. Bpk. Bambang Subekti - Sukoharjo;
    20. Ibu Bambang - Sukoharjo;
    21.Umi Iswardono - Yogja
    22. Ibu Erni Rudi Astuti - Kartosuro
    23.
    24.
    25.


    *Silahkan dilanjut*
    Bagi teman² blogger yang ingin bergabung, hubungi via WA Ibu Nani Nur'Aini 082116677789;Ibu Iyeng Santoso 08179226969;
    Kakek Habi 085101776038.

    ReplyDelete
  31. Alhamdulillah
    Matur nuwun bu Tien untuk BMnya 🤗
    Budi Ayo semangat,,,kl jodoh tdk kemana tp sabar dulu ya,, sampai waktunya tiba,,, hehe

    Salam sehat wal'afiat semua ya bu Tien
    Aduhaaii 👍 👍👍💖

    ReplyDelete
  32. Maturnuwun bu Tien BM16nya..

    Baru sempat baca..

    Waah..Retno hamil...

    Lanjuut nanti malam..
    Penasaran..

    Salam sehat selaku bu Tien dan aduhaiii...🙏💟🌷

    ReplyDelete
  33. Bundaaaa Tien.. Mksih BM 16 nya.. Makin penasaran dgn kehamilannya Retno.. Bgmnhubungan rtnya.. Smgbahagia semuanya.. Slmseroja dri sukabumi y bund🌹🙏🥰

    ReplyDelete
  34. Trims ibu tien cerbung barunya lanjut ep 17 18 y bu

    ReplyDelete
  35. Makasih bu Tien.
    Makin gemes saja .....

    ReplyDelete
  36. Setiap habis subuh....buka hp..cek lanjutan BM ..penasaran.....

    ReplyDelete

CINTAKU JAUH DI PULAU SEBERANG 29

  CINTAKU JAUH DI PULAU SEBERANG  29 (Tien Kumalasari)   Arum menyelesaikan administrasi dengan segera. Peringatan bahwa dia harus beristira...