BUKAN MILIKKU
05
(Tien Kumalasari)
Pak Kartomo merangkul pundak anak gadisnya yang
disambut oleh Retno dengan sangat gembira. Ia berteriak memanggil ibunya
ketika langkah kakinya mulai menapak ruangan teras yang telah disulap oleh
banyak hal baru yang ada disekitarnya. Meja kursi bagus, bunga-bunga sintetis
yang mewarnai ruangan dengan semarak.
“Ibuuu … aku pulang …”
Bu Kartomo yang masih berkutat di dapur bergegas
keluar, tersenyum haru menyambut kedatangan anak gadisnya, sambil membayangkan
kekecewaan atau bahkan kesedihan ketika dia mendengar apa yang akan menimpanya.’
“Ibu jangan menangis lagi ya, Retno sudah pulang dan akan lama
tinggal dirumah,” katanya sambil memeluk ibunya erat-erat. Bu Kartomo menyambut pelukan anaknya dengan isak tertahan. Tak mampu rasanya melihat apa yang terjadi
setelah mendengar semuanya. Tampaknya Retno memang belum tahu apa-apa. Wajah
riang itu masih tampak nyata mewarnai rona dan sinar sepasang bintang yang
menghiasi wajah cantiknya.
“Mengapa Ibu masih menangis juga?” kata Retno sambil menarik
Ibunya agar duduk di sebuah sofa di kamar tamu. Sofa baru berwarna merah muda,
selaras dengan warna tembok yang menghiasi sekeliling ruangan itu.
“Retno sangat bahagia melihat semua ini. Tapi dari
mana Bapak mendapatkan uang? Ini pasti sangat mahal,” celetuk Retno sambil
menatap ayahnya yang tersenyum-senyum duduk di depannya.
“Memang sangat mahal, dan semua ini dari calon suami
kamu,” katanya ringan.
“Ya ampuun. Mengapa mas Yudi tidak mengatakan apapun
tentang ini? Ini kejutan yang benar-benar membuat aku terkejut," pekik Retno
sambil bertepuk tangan pelan, lalu matanya mengitari seluruh ruangan yang
semuanya tampak apik menyenangkan.
Bu Kartomo kembali menitikkan air mata.
“Ibu, ini membahagiakan. Saat ini mas Yudi sedang
tugas ke luar Jawa, selama seminggu. Dia akan datang kemari setelah kembali dan
melamar Retno. Retno tidak menyangka dia memberi kejutan yang begini indah,”
kata Retno dengan wajah berbinar.
“Siapa bilang ini dari Wahyudi?” tiba-tiba suara itu
menghilangkan senyum yang semula tersungging di bibir Retno.
“Apa maksud Bapak? Bukankah Bapak bilang tadi bahwa
ini dari calon suami Retno?” tanya Retno sambil mengerutkan keningnya.
“Siapa bilang bahwa calon suami kamu itu Wahyudi?”
kata pak Kartomo, masih dengan nada seenaknya.
“Apa? Apa yang Bapak katakan?”
Bu Kartomo memeluk Retno tiba-tiba, dan menangis
sesenggukan di pundaknya.
“Bapakmu akan menikahkan kamu dengan anaknya pak Sis,”
kata Bu Kartomo dalam tangisnya.
“Apa? Apa aku tidak salah dengar?” pekik Retno sambil
mendorong tubuh Ibunya pelan.
“Itu benar nduk. Berbahagialah kamu karena menjadi
menantu orang terpandang seperti pak Siswanto,” kata ayahnya sambil tersenyum.
“Apa maksud Bapak?”
“Kamu masih tidak mengerti ? Pak Siswanto memperbaiki
gubug kita yang bobrok menjadi indah cemerlang seperti ini, karena dia ingin
mengambil kamu sebagai menantu. Kamu harus bersyukur karena mendapatkan
keberuntungan ini.”
“Tidaaaaak.” Retno menjerit sekuatnya, lalu berdiri
dan berlari kedalam kamarnya. Bu Kartomo mengusap air matanya.
“Lihat kelakuan kamu.” katanya sambil menatap suaminya
dengan marah, sebelum berlari mengikuti anaknya kedalam kamar.
Dilihatnya Retno tertelungkup diatas pembaringan, tubuhnya bergoyang-goyang oleh isaknya yang tak tertahankan. Bu Kartomo duduk
ditepi pembaringan dan mengelus kepala anaknya lembut. Ia juga menangis.
“Sabar ya nduk, ini kemauan bapakmu,” bisiknya diantara isak.
“Mengapa Ibu tidak mencegahnya?”
“Ibu tak berdaya nduk.”
“Bagaimana dengan mas Wahyudi? Dia pasti sangat sedih
dan kecewa. Dia sudah mempersiapkan segalanya. Apa salah dia Bu? Apa salah dia?”
“Ibu juga bingung nduk, tak kurang-kurang Ibu
mengingatkan ayahmu, tapi dia tetap berpegang pada pendiriannya. Ia tak mau
mundur, dan tak peduli pada nak Yudi yang sudah banyak berkorban untuk kita.”
“Aku tidak mau Bu, aku tidak mau … “ jeritnya keras.
“Mau tidak mau kamu harus menjalaninya.” Tiba-tiba
suara pak Kartomo menggelegar dari luar kamarnya.
“Bagaimana dengan mas Wahyudi? Bapak lupa dia
melakukan banyak hal untuk Retno, dan dia juga sudah mempersiapkan semuanya.”
“Kalau tahu siapa yang akan mempersuntingmu, dia akan
mengerti. Mana mungkin dia bersaing dengan anak pak Siswanto. Dan kamu juga
tidak akan kecewa. Dia ganteng dan lebih ganteng dari Wahyudi.”
“Bukan masalah rupa Pak, ini masalah rasa. Aku hanya
mencintai mas Wahyudi.”
“Apa cinta? Itu tidak penting. Dia tidak akan membuat
kamu kaya.”
“Aku tidak ingin kaya. Katakan Pak, apa salah mas Yudi sehingga Bapak tega melakukannya? Melukainya, menyakitinya?"
“Aku yang ingin agar kamu kaya. Bukan karena dia bersalah. Salah dia hanya satu, dia tidak sekaya nak Sapto.”
“Bapak kejam !!” jerit Retno tak terkendali.
“Bapak melakukan yang terbaik untuk kamu. Jangan
membantah. Pernikahan kamu akan dilakukan seminggu lagi.”
“Tidaaaak. Aku tidak mau.”
“Kamu harus mau. Dan awas, jangan coba-coba melarikan
diri. Pak Siswanto mempunyai banyak anak buah yang pasti akan bisa menemukan
kamu. Dan kalau berani Wahyudi berbuat macam-macam, dia akan menerima
hukumannya,” ancam pak Kartomo, dan Retno tahu bahwa ayahnya tidak main-main.
***
Sore itu pak Siswanto sedang duduk bersama isterinya.
Berita kepulangan Retno sudah didengar oleh mereka karena pak Kartomo langsung
mengabarinya.
“Kita harus segera menyelesaikannya, sebelum gadis itu
pergi. Sapto bilang ada seorang laki-laki yang selalu mengawasi gadis itu.
Kemungkinan juga pacarnya,” kata pak Siswanto.
“Apakah ini pilihan yang tepat?” tanya bu Siswanto
sedikit ragu.
“Mengapa kamu berkata begitu setelah semuanya
dibicarakan? Sapto sudah melihatnya dan sudah setuju.”
“Iya, aku tahu. Apa benar dia gadis yang baik?”
“Aku sudah menyelidiki semuanya. Dia baik dan rajin
serta pintar. Dia akan memberikan kita keturunan yang baik pula. Memang ayah
ibunya agak bodoh, tapi anaknya tidak mengecewakan. Ibu kan juga pernah
melihatnya ketika ayahnya masih bekerja disini?”
“Iya, memang dia cantik dan sangat santun.”
“Sudah, sekarang persiapkan segalanya. Seminggu lagi
Sapto menikahi gadis itu dan dia akan langsung membawanya ke rumah ini. Aku
tidak mau dia tinggal disana, karena Kartomo tidak akan mempersiapkan kamar
pengantin. Aku melarangnya agar mengurangi pengeluaran setelah aku memperbaiki
rumahnya agar tidak memalukan nantinya.”
“Bukankah hanya pernikahan sederhana?”
“Sangat sederhana dan yang penting resmi menikah.
Sapto juga tidak mau ada pesta.”
“Baiklah, terserah Bapak saja. Aku sudah tidak tahan
ingin segera memiliki cucu.”
***
Retno berkali-kali menelpon Wahyudi tapi tidak berhasil.
Sungguh ia tak ingin menjalani pernikahan ini. Ia harus bisa lari dari rumah.
Tapi sayangnya Wahyudi pasti belum kembali. Baru tiga hari Wahyudi bertugas,
padahal katanya seminggu lamanya dia baru akan kembali. Ia terus menerus
menangis, dan hanya ibunya yang selalu menghiburnya. Lalu tiba-tiba Retno
kehilangan ponselnya.
“Ibu tahu ponselku di mana?” tanya Retno panik.
“Tidak. Pasti ayahmu telah menyembunyikannya.”
“Ya Allah ya Tuhanku … Bapak benar-benar menyiksa aku …
“ tangisnya.
“Nduk, rasanya tak ada yang bisa kita lakukan. Niat ayahmu
sudah bulat, dan pernikahan itu akan benar-benar dilakukan.”
Retno bersandar pada sandaran tempat tidurnya, sambil
memeluk kedua lututnya.
“Ayahmu sudah memesan perias, yang walaupun pernikahan
akan diadakan sederhana, tapi dia ingin upacara adat tetap dilakukan.”
“Upacara adat apa Bu?”
“Ada siraman, ada midodareni.”
“Aku akan lari dari rumah Bu, kalau kesempatan itu
ada.”
“Kamu tidak akan bisa melakukannya nduk, pak Siswanto
mengawasi kamu terus menerus.”
“Mengapa tiba-tiba dia ingin mengambil Retno sebagai
menantu? Bukankah banyak gadis-gadis yang sepadan dengan kedudukan mereka?”
“Ibu juga tidak tahu. Kabarnya nak Sapto itu juga
tinggal di Jakarta. Kata ayahmu, nak Sapto sudah pernah melihatmu, bahkan
pernah melihat kamu ketika berboncengan dengan seorang laki-laki, yang menurut
Ibu dia adalah nak Yudi.”
“Oh, kalau begitu pasti dia orangnya.”
“Kamu pernah bertemu?”
“Ketika Retno berjalan dari kampus dan hampir memasuki
tempat kost, ada sebuah mobil berhenti di belakang Retno. Pengendaranya seorang
laki-laki yang terus mengawasi Retno.”
“Pasti dia orangnya Ret, dia seperti juga ayahnya,
kata ayahmu mereka memiliki banyak anak buah dimana-mana.”
“Ya Tuhan. Mengapa dia memilih aku? Aku hanya
mencintai mas Wahyudi bu, tidak yang lain,” Retno kembali terisak.
“Ibu juga sedih memikirkannya, tapi ibu tak bisa
apa-apa nduk. Hanya pasrah. Entah apa yang nanti akan aku bicarakan ketika
bertemu nak Wahyudi. Dia pasti sangat kecewa dan mengutuk kelakuan ayah kamu.”
“Ibu, aku ingin mati saja,” ucapnya pilu.
“Sssh, jangan pernah berkata begitu Retno, mati dan
hidup itu hanya Allah yang menentukannya. Teruslah menjalani kehidupan. Takdir yang sudah tertulis tak ada seorangpun yang bisa mengubahnya.”
“Tidak Bu, Retno tak akan bisa hidup tanpa mas
Wahyudi. Hanya dia yang Retno cintai, tak ada yang lain.”
“Ibu bisa mengerti nduk, teruslah berdoa dan memohon
yang terbaik untuk hidup kamu. Sekali lagi jangan pernah menginginkan kematian
sebelum Allah menentukannya. Kamu masih sangat muda, jalani hidup kamu dengan
segala kekuatan dan ketabahan, apapun yang terjadi.”
“Bagaimana kalau Retno tidak kuat?”
“Kamu gadis yang kuat.”
“Bagaimana Retno harus mengatakannya pada mas Yudi?
Bagaimana Bu?” kembali Retno menangis pilu.
“Retno, temuilah nak Wahyudi dan katakan semuanya.”
“Bagaimana caranya Bu? Dan mana mungkin Retno sanggup
mengatakannya?”
“Retno, kalau kamu tidak bisa menemui nak Wahyudi,
kamu bisa menelponnya. Katakan sebelum dia datang kemari dan ayahmu mengucapkan
kata-kata yang lebih menyakitinya.”
“Menelpon bagaimana Bu, kan ponsel Retno tidak ada.”
“Nanti Ibu akan mencoba mencarinya di kamar,
mudah-mudahan Ibu bisa melakukannya.”
Retno terdiam, tapi dalam hati dia sedang mencari
cara, bagaimana agar bisa melarikan diri. Ayahnya setiap pagi dan siang berjaga
di ruang depan, sedangkan kalau malam dia mengunci seluruh pintu. Tampaknya
sang ayah sudah tahu bahwa Retno mempunyai niat untuk melarikan diri. Lalu
terjadilah perang akal, diantara sang penjaga dan sang pencuri waktu.
***
Ini adalah hari ke enam, dimana Wahyudi pastinya sudah
siap untuk pulang ke Jakarta. Di rumah pak Kartomo, kesibukan sudah tampak
terjadi. Beberapa tetangga membantu mempersiapkan segalanya, karena besok akan
diadakan upacara adat siraman. Bu Kartomo yang merasa sungkan terpaksa melayani
para tetangga yang membantunya, yang semuanya pak Kartomo yang mengundangnya.
Pak Kartomo memasuki kamar Retno, bermaksud memintanya
untuk bersiap untuk acara besok paginya. Kebetulan saat itu perias baru saja datang untuk membawa
baju-baju dan perlengkapan untuk acara besok pagi. Pak Kartomo mempersilahkan perias
meletakkan semua itu di kamar Retno.
“Silakan masuk Bu, taruh saja semuanya di meja,” kata
pak Kartomo sambil mendahului masuk.
“Baiklah Pak. Lha mana ini calon pengantinnya?” tanya sang
perias karena tidak melihat Retno di dalam kamarnya.
“Lho, pastinya di dalam,” kata pak Kartomo yang
kemudian celingukan melihat ke sekeliling kamar. Retno tak ada. Ia bergegas
keluar dan melihat ke kamar mandi.
“Retno … Retno …”
Tapi tak ada siapa-siapa di kamar mandi. Pak Kartomo
mulai panik.
“Bu, Retno di mana?” teriaknya kepada isterinya yang
sedang menata belanjaan di dapur.
“Ada di kamarnya,” jawab bu Kartomo tanpa menatap
suaminya. Ia benar-benar kesal.
“Tidak ada, aku sudah mencarinya,” katanya sambil
hilir mudik ke seluruh ruangan, tapi Retno tak ditemukannya. Ia kembali
memasuki kamar Retno. Rupanya Retno telah merusak jendela kamar dan melompat
dari sana.
“Kamu membantunya melarikan diri bukan?”
“Bapak jangan asal menuduh. Aku tidak tahu apa-apa.
Ketika ke pasar aku masih melihatnya di kamar.”
“Bohong. Kamu pasti membantunya minggat dari rumah. Kamu juga telah mengambil ponselnya yang aku sembunyikan di dalam almari. Ya kan? Tadi aku baru mau menanyakannya sama kamu."
“Terserah Bapak mau bilang apa. Pokoknya aku tidak
tahu apa-apa.”
“Awas ya, kalau sampai ketahuan kamu membantu dia
minggat.”
“Apa yang akan Bapak lakukan? Menghajar aku? Membunuh
aku? Lakukan saja kalau memang itu bisa memuaskan kamu,” tantang bu Kartomo. Dalam
hati dia bersyukur Retno bisa kabur. Tapi rasa was-was itu tetap ada. Dalam
hati dia terus berdoa untuk keselamatan anak semata wayangnya.
Pak Kartomo marah bukan alang kepalang. Ia segera
menelpon calon besannya. Apa boleh buat, walau sebenarnya dia teramat
ketakutan.
***
Besok lagi ya.
Terima kasih mbak tien
ReplyDeleteSelamat pa Andre malam ini juara 1 di episode ke 5 Bukan Milikku
DeleteTerima kasih bu Tien
Salam ADUHAI dari Bandung
Yerss
ReplyDeleteTrmksh mb Tien, smg sehst sll
DeleteAlhamdulillah
ReplyDeleteAlhamdulillah BM~05 telah hadir... maturnuwun bu Tien 🙏
ReplyDeleteAlhamdulillah
ReplyDeleteTerima kasih bunda Tien
Salam sehat selalu
Aduhai
Alhamdulillah yang ditunggu dah tayang, Makasih Bunda.
ReplyDeleteMet malam dan sehat selalu
Sami2 Mas Bambang
DeleteAamiin
Alhamdulillah BM 05 telah tayang, terima kasih bu Tien sehat n bahagia selalu. Aamiin.
ReplyDeleteUR.T411653L
Alhamdulillah BeeM sdh tayang gasik...
ReplyDeleteAduhai ...salam sehat selalu mbak Tienq
Alhamdulillah, BM5 telah hadir,
ReplyDeleteTrm ksh mbak Tien, sehat selalu dan bahagia bersama keluarga. Salam aduhai
Alhamdulillah.
ReplyDeleteMatur nuwun Mbak Tien ... Semoga Berkah dan Ridha Allah Subhanahu Wa Ta'ala selalu melindungi kita semua Aamiin😊🌹
Alhamdulillah gasik, terima kasih bunda dengan cerita2 yg semakin aduhai 😍
ReplyDeleteAlhamdulillah, terima kasih Bu Tien....
ReplyDeleteSalam sehat selalu....🙏
Terima kasih.... aduhai sekali Retno...
ReplyDeleteSehat² trs Mbu Tien
Hallow mas2 mbak2 bapak2 ibu2 kakek2 nenek2 ..
ReplyDeleteWignyo, Opa, Kakek Habi, Bambang Soebekti, Anton, Hadi, Pri , Sukarno, Giarto, Gilang, Ngatno, Hartono, Yowa, Tugiman, Dudut Bambang Waspodo, Petir Milenium (wauuw), Djuniarto, Djodhi55, Rinto P. , Yustikno, Dekmarga, Wedeye, Teguh, Dm Tauchidm, Pudji, Garet, Joko Kismantoro, Alumni83 SMPN I Purwantoro, Kang Idih, RAHF Colection, Sofyandi, Sang Yang, Haryanto Pacitan, Pipit Ponorogo, Nurhadi Sragen, Arni Solo, Yeni Klaten, Gati Temanggung, Harto Purwokerto, Eki Tegal dan Nunuk Pekalongan, Budi , Widarno Wijaya, Rewwin, Edison, Hadisyah,
Wo Joyo, Tata Suryo, Mashudi, B. Indriyanto, Nanang, Yoyok, Faried, Andrew Young, Ngatimin, Arif, Eko K, Edi Mulyadi, Rahmat, MbaheKhalel, Aam M, Ipung Kurnia, Yayak, Trex Nenjap, Sujoko, Gunarto, Latif, Samiadi, Alif, Merianto Satyanagara, Rusman, Agoes Eswe, Muhadjir Hadi, Robby, Gundt, Nanung, Roch Hidayat, Yakub Firman, Bambang Pramono, Gondo Prayitno , Zimi Zaenal M. , Alfes, Djoko Bukitinggi, Arinto Cahya Krisna , HerryPur, Djoni August. Gembong. Papa Wisnu, Djoni, Entong Hendrik, Dadung Sulaiman, Wirasaba, Boediono Hatmo, R.E. Rizal Effendy, Tonni, Koko Hermanto, Radieska51, Henrinurcahyo, Subagyo,
Alamdulillah...
DeleteYang ditunggu tunggu telah hadir
Matur nuwun bu Tien
Semoga bu Tien senantiasa dikaruniai kesehatan dan tetap semangat
Salam ADUHAI dr Cilacap...
Hallow..
ReplyDeleteYustinhar. Peni, Datik Sudiyati, Noor Dwi Tjahyani, Caroline Irawati, Nenek Dirga, Ema, Winarni, Retno P.R., FX.Hartanti, Danar, Widia, Nova, Jumaani, Ummazzfatiq, Mastiurni, Yuyun, Jum, Sul, Umi, Marni, Bunda Nismah, Wia Tiya, Ting Hartinah, Wikardiyanti, Nur Aini, Nani, Ranti, Afifah, Bu In, Damayanti, Dewi, Wida, Rita, Sapti, Dinar, Fifi, Nanik. Herlina, Michele, Wiwid, Meyrha, Ariel, Yacinta, Dewiyana, Trina, Mahmudah, Lies, Rapiningsih, Liliek, Enchi, Iyeng Sri Setyawati , Yulie, Yanthi , Dini Ekanti, Ida, Putri, Bunda Rahma, Neny, Yetty Muslih, Ida, Fitri, Hartiwi DS, Komariah P., Ari Hendra, Tienbardiman, Idayati, Maria, Uti Nani, Noer Nur Hidayati, Weny Soedibyo, Novy Kamardhiani, Erlin, Widya, Puspita Teradita, Purwani Utomo, Giyarni, Yulib, Erna, Anastasia Suryaningsih, Salamah, Roos, Noordiana, Fati Ahmad, Nuril, Bunda Belajar Nulis, Tutiyani, Bulkishani, Lia, Imah P Abidin, Guru2 SMPN 45 Bandung, Yayuk, Sriati Siregar, Guru2 SMPN I Sawahlunto, Roos, Diana Evie, Rista Silalahi, Agustina, Kusumastuti, KG, Elvi Teguh, Yayuk, Surs, Rinjani, ibu2 Nogotirto, kel. Sastroharsoyo, Uti, Sis Hakim, Tita, Farida, Mumtaz Myummy, Gayatri, Sri Handay, Utami, Yanti Damay, Idazu, Imcelda, Triniel, Anie, Tri, Padma Sari, Prim, Dwi Astuti, Febriani, Dyah Tateki, kel. SMP N I Gombong, Lina Tikni, Engkas Kurniasih, Anroost, Wiwiek Suharti, Erlin Yuni Indriyati, Sri Tulasmi, Laksmie, Toko Bunga Kelapa Dua, Utie ZiDan Ara, Prim, Niquee Fauzia, Indriyatidjaelani,
Bunda Wiwien, Agustina339, Yanti, Rantining Lestari, Ismu, Susana Itsuko, Aisya Priansyah, Hestri, Julitta Happy, I'in Maimun, Isti Priyono, Moedjiati Pramono, Novita Dwi S, Werdi Kaboel, Rinta Anastya, r Hastuti, Taty Siti Latifah, Mastini M.Pd. , Jessica Esti, Lina Soemirat, Yuli, Titik, Sridalminingsih, Kharisma, Atiek, Sariyenti, Julitta Happy Tjitarasmi, Ika Widiati, Eko Mulyani, Utami, Sumarni Sigit, Tutus, Neni, Wiwik Wisnu, Suparmia, Yuni Kun, Omang Komari, Hermina, Enny, Lina-Jogya, mbah Put Ika, Eyang Rini ,Handayaningsih, ny. Alian Taptriyani, Dwi Wulansari, Arie Kusumawati, Arie Sumadiyono, Sulasminah , Wahyu Istikhomah, Ferrita Dudiana, SusiHerawati, Lily , Farida Inkiriwang, Wening, Yuka, Sri, Mbah Wi, Si Garet, ibu Wahyu Widyawati, Rini Dwi, Pudya , Indahwdhany, Butut, Oma Michelle, Linurhay, Noeng Nurmadiah, Dwi Wulansari, Winar, Hnur, Umi Iswardono , Yustina Maria Nunuk Sulastri Rahayu Hernadi , Sri Maryani, Bunda Hayu Hanin, Nunuk, Reni, Pudya, Nien, Swissti Buana, Sudarwatisri, Mundjiati Habib, Savero, Ida Yusrida, Nuraida, Nanung, Arin Javania. Ninik Arsini, Neni , Komariyah, Aisya Priansyah, Jainah Jan. Civiyo, Mahmudah, Yati Sri Budiarti, Nur Rochmah. Uchu Rideen
. Ninik Arsini, Endah. Nana Yang, Sari P Palgunadi, Echi Wardani, Nur Widyastuti, Gagiga family, Trie Tjahjo Wibowo, Lestari Mardi, Susi Kamto, Rosen rina, Mimin NP, Ermi S, Ira, Nina, Endang Amirul, Wiwik Nur Jannah, Ibu Mulyono, Betty Kosasih, Nanik, Tita,
Hallow Pejaten, Tuban, Sidoarjo, Garut, Bandung, Batang, Kuningan, Wonosobo, Blitar, Sragen, Situbondo, Pati, Pasuruan, Cilacap, Cirebon, Bengkulu, Bekasi, Tangerang, Tangsel,Medan, Padang, Mataram, Sawahlunto, Pangkalpinang, Jambi, Nias, Semarang, Magelang, Tegal, Madiun, Kediri, Malang, Jember, Banyuwangi, Banda Aceh, Surabaya, Bali, Sleman, Wonogiri, Solo, Jogya, Sleman, Sumedang, Gombong, Purworejo, Banten, Kudus, Ungaran, Pamulang, Nusakambangan, Purworejo, Jombang, Boyolali. Ngawi, Sidney Australia, Boyolali, Amerika, Makasar, Klaten, Klipang, JAKARTA...hai..., Mojokerto, Sijunjung Sumatra Barat, Sukabumi, Lamongan, Bukittinggi, Hongkong, El Segudo, California, Bogor, Tasikmalaya, Baturetno, Wonogiri, Terimakasih atas perhatian dan support yang selalu menguatkan saya. Aamiin atas semua harap dan do'a.
ReplyDeleteADUHAI.....
Aduhai senangnya Retno bs minggat lewat jendela,semoga Retno aman2 saja,jangan sampai ketemu dengan anak buah Pak Siswanto ..
ReplyDeleteTks mbak Tien,salam aduhai dari Tegal.
Sami2 Ibu Neni
DeleteADUHAI
Terimakasih Mbak Tien...wahhhh serunya...
ReplyDeletesenang aq Retno mnelarikan diri
semoga Retno gak jadi ama Sapto hihiiii
salam aduhaiii
sehat2 selalu ya Mbak Tien
Terimakasih bunda Tien
ReplyDeleteSemoga bunda Tien sekeluarga selalu sehat
Salam sehat dan aduhai
Alhamdulilah ..terima kasih bu tien semoga ibu sehat selalu, salam aduhai dari pondok gede
ReplyDeleteSemoga retno berhadil melarikan diri kasihan amat nasib retno dan wahyudi gara gara kartomo yg serakah dan matre
DeleteCerita bukan milikku mulai serù.
ReplyDelete𝘒𝘦𝘱𝘶𝘵𝘶𝘴𝘢𝘯 𝘙𝘦𝘵𝘯𝘰 𝘴𝘶𝘥𝘢𝘩 𝘵𝘦𝘱𝘢𝘵...
ReplyDelete𝘛𝘦𝘳𝘪𝘮𝘢 𝘬𝘢𝘴𝘪𝘩 𝘮𝘣𝘢𝘬 𝘛𝘪𝘦𝘯...
Maturnuwun bu Tien..BM05nya..
ReplyDeleteWaduuuh...kemana Retno..
Semoga aman yaa...
Dasar bapaknya matreee...
Wah..lanjuut senin..
Salam.sehat selalu bu Tien dan aduhaiiii...🙏💟🌷
Alhamdulillah . Terima kasih bu Tien, cerbung Bukan Milikku sudah tayang.
ReplyDeleteSalam sehat selalu dari Tangerang.
Alhamdulillah, matur nuwun sanget Bu Tien, Bukan Milikku 05 sampun tayang, Salam Aduhai saking Pasuruan
ReplyDeleteAlhamdulillah...
ReplyDeletematurnuwun bu Tien
Matur nuwun mbak Tien-ku Bukan Milikku sudah tayang.
ReplyDeleteDan dimulailah ceritanya, seorang gadis melarikan diri dari rumah menghindari kawin-paksa. Bagaimana kaki tangan Sapto dapat 'kecolongan' padahal banyak bertebaran dimana-mana.
Salam sehat untuk mbak Tien yang selalu ADUHAI.
Matur nuwun bu Tien..baru bisa komen setelah Bukan Milikku episode 05 tayang. Maklum tidur awal karena badan kurang fit. Alhamdulillah sudah fit sehingga bisa memberi komen. Semoga Retno diberi keselamatan dan segera ketemu Wahyudi. Dan saya yakin Wahyudi orang yang dewasa dan bertanggung jawab sehingga dapat menenangkan Retno. Do' a saya ke bu Tien sehat selalu supaya bisa aktif menulis..aamiin
ReplyDeleteSami2 Ibu Noor
DeleteAamiin
Terima kasih bunda Tien.. Slmtmlm slm sehat sll dri skbmi🙏🙏🌹🌹🥰🥰
ReplyDeleteSami2 Ibu Farids
DeleteSalam sehat
Trims Bu tien
ReplyDeleteSami2 Ibu Suparmia
DeleteAlhamdulilah...matur nuwun sanget Ibu Tien BM sampun tayang..
ReplyDeleteMantap ..Retno berani...semoga segera ketemu Wahyudi...
Semoga aman...dan selamat....
Mugi Ibu tansah sehat
Sami2 Ibu Moedjiati
DeleteAamiin
Makasih bu Tien.
ReplyDeleteBM 5 telah hadir.
Salam sehat selalu
Sami2 Ibu Sri
DeleteSalam sehat
Alhamdulillah, mtr nuwun bunda Tien.
ReplyDeleteSami2 Ibu Ermi
DeleteTerima kasih bunda Tien, salam sehat dan aduhai..
ReplyDeleteSami2 Ibu Komariyah
Deleteaduhai
Matur nuwun Mbak Tien, BM 5 sudah hadir. Smoga Mbak Tien selalu sehat sejahtera. Amin. Salam Aduhai selalu.
ReplyDeleteSami2 jeng Ira
DeleteLama nggak komen sih
ADUHAI deh
Alhamdulillah
ReplyDeleteMatur nuwun bu Tien untuk BMnya
Retno kemana kamu,,,,
Sehat wal'afiat semua ya bu Tien
Salam ADUHAAII 🤗💖
Sami2 Ibu Ika Lalsmi
DeleteSalam ADUHAI
Retno bisa ketemu nggak ya
ReplyDeleteTerima kasih bu tien salam sehat
Sami2 Pak Anton
DeleteAlhamdulillah BM sdh hadir..
ReplyDeleteTerima kasih Bu Tien..
Semoga Ibu selalu sehat..
Salam *ADUHAI* dari Mbu Nina Karawang..
Sami2 Ibu Nina
DeleteAamiin
ADUHAI
Lari yg jauhhh, Retno...
ReplyDeleteHehee..
DeleteADUHAI ibu Anie
Horee...Retno bisa kaburr
ReplyDeleteSemoga selamat
Horeeee
DeleteADUHAI ibu Yulie
Selamatkan Retno...
ReplyDeleteMakasih mba Tien.
Sehat selalu dan semangat mba.
Aduhai
Sami2 Ibu Sul
DeleteAamiin
Wah dah tayang ya ..Bu Tien trima kasih
ReplyDeleteSehat selalu ya Bu Tien
Sami2 Ibu Yanti
DeleteSalam sehat ADUHAI..
Alhamdulillah sdh tayang. Trimakasih bu Tien salam sehat selalu dan salam aduhai.
ReplyDeleteMakin seru critanya
Sami2 Ibu Endang
DeleteSalam sehat dan ADUHAI
Terima kasih Mbak Tien buat MB nya ... Tambah seru ceritanya .. jadi deg degan Retno kabur dari rmh ... Smg Mbak Tien/ kelrg selalu sehat & bahagia ... Salam Aduhai ...
ReplyDeleteSami2 Ibu Enny
DeleteAamiin
ADUHAI
Pg mb Tien smg sll seroja adanya.
ReplyDeleteTd mlm bc ketiduran jd ini nglilir ikutan komen. Bukan milikmu kira2 lbh tepat utk Sapto atau Wahyudi ya? Mgknkah Wahyudi mengalah demi bakti kpd org tua Retno? Aduhai betapa bijaksananya Wahyudi? tp bgmn dg perasaan mrk berdua? sm2 tersakitikah? hanya mb Tien yg bs menjwb... ditunggu BM selanjutnya. slm🤗
Pagi jeng Sapti
DeleteADUHAI deh.
Ikutan kumpul di Solo nggak?
Terima kasih bu Tien, salam dari Braintree Massachusetts, sebetulnya sy tglnya di kota kcl Salem MA, tp td sy lg di train drpd bengong sy baca cerbung Bukan Milikku ini asyiiik🙏
ReplyDeleteAduuh... jauh banget .. senang sekali mendapat perhatian anda. Ibu Willa Sullivan. Teruslah membaca, semoga tidak mengecewakan.
ReplyDeleteSalam hangat dari Indonesia.
Sugeng enjing bu Tien,tksh BM 05 nya...semalem ketiduran...hehehe
ReplyDeleteSugeng enjing Ibu Alian
ReplyDeleteADUHAI
Siang siangan begini,
ReplyDeleteBertambah seru. Trim bu Tien
ReplyDeleteADUHAI deh
Semoga Retno berhasil melatikan diri, dan ketemu orang baik yg melindungi Retno
ReplyDeleteBu Tin... Tolong dong spy Retno tdk ketangkep org suruhan sapto, jgn sampai menikah dgn sapto nggih bu Tin
ReplyDeleteHehee.. Ibu Julitta ADUHAI deh
ReplyDeleteSmg seht2 bu tien.
ReplyDeleteUhhh br baca krn internet wifi bermasalah😢😢
ReplyDelete