MEMANG KEMBANG JALANAN
38
(Tien Kumalasari)
“Ada apa?” Danarto menoleh ke arah dua asyik masyuk
yang tak tahu malu itu. Ketika terlihat wajahnya, Danarto pun terkejut.
“Dia?”
“Itu kan, anaknya Nina? Langganan di rumah sakit kamu
Mas?”
“Aduh, itu Endah. Langganan apa, ketemu juga baru
sekali. Dan ketika itu dia kan hanya pura-pura sakit.”
“Aneh. Saking tergodanya pada sang dokter, sampai
pura-pura sakit,” ejek Desy.
Danarto hanya tertawa pelan, lalu menjalankan
mobilnya.
“Mengapa dia melakukan hal yang tak sopan begitu di
tempat umum pula? Padahal aku mau mengajak kamu makan di wedangan yang ada di
dekat taman itu. Jadi rusak suasana indah malam ini,” gerutu Danarto.
“Benar-benar memalukan. Apakah orang tuanya tahu apa
yang dilakukannya?”
“Kalau orang tuanya bener, ya pasti marah lah, nggak
tahu mereka itu pacaran atau apa. Masa sih pacaran sampai seperti itu? Kalau
ketahuan penjaga keamanan bisa diusir dia.”
“Jadi teringat Bapak. Apakah Bapak juga tahu kelakuan
gadis itu? Bapak kan sangat mengenalnya.”
“Aku besok akan mencoba menghubungi pak Haryo,
sekaligus minta alamat beliau tinggal sekarang ini.”
“Syukurlah kalau Bapak tidak lagi bersama mereka.”
“Iya, itu lebih baik.”
Mereka terdiam beberapa saat lamanya. Keinginannya
untuk bersantai di taman gagal gara-gara pemandangan yang membuat mereka muak.
Akhirnya mereka hanya berjalan-jalan di sepanjang
arena pertokoan, kemudian berhenti di
sebuah warung wedangan diantara keramaian kota.
“Suka makan di warung seperti ini? Ini namanya wedangan.”
“Ya suka lah, aku sering minum wedang jahe ditempat
seperti ini, bersama teman-teman aku.”
“Jahe kencur jeruk, itu sedap sekali. Kita pesan itu
ya?”
Desy mengangguk. Ia juga memesan jadah bakar dan tahu
bacem yang dibakar.
“Ini enak. Mau yang lain?” tanya Danarto.
“Nanti saja, gampang.”
Dikota itu sudah banyak orang-orang membuka warung
wedangan, yang menjual aneka minuman tradisional, dan makanan tradisional pula.
Bukan yang mewah seperti makanan di restoran, tapi banyak penikmat kuliner yang
menyukainya.
“Sebenarnya di dekat taman tadi juga ada warung
seperti ini, lebih menyenangkan karena tempat duduknya ada di pelataran,
sehingga kita bisa menikmati indahnya malam sambil minum wedang jahe atau beras
kencur.
“Nggak apa-apa. Disekitar tempat itu suasananya
remang-remang, jadi disalah gunakan oleh anak-anak muda yang sedang pacaran. Yang begitu itu kan malah merusak pemandangan."
“Kalau pacaran model seperti itu namanya merusak.”
“Benar.”
“Kalau yang namanya cinta itu kan harus menjaga,
bukannya merusak demi pelampiasan hawa nafsu.”
“Benar.”
“Tumben jawabnya ‘benar’, bukan ‘ah’.”
“Nanti kalau aku bilang begitu, pasti kamu ledekin aku
deh.”
“Tapi aku suka.”
“Ah_ ….”
“Ahaaa, akhirnya dapat juga,” lalu Danarto tertawa
pelan.
Mereka menikmati hidangan tradisional yang hangat dan
segar itu dengan penuh canda.
“Tapi aku sebenarnya sedih,” gumam Danarto pelan.
“Kenapa?”
“Tidak lama lagi aku harus pergi,” katanya dengan
menampakkan wajah sendu.
“Aduh, seperti mau pergi kemana saja. Kan cuma
Jakarta?”
“Memangnya kamu nggak sedih, kalau aku pergi?”
“Kenapa aku harus sedih?”
“Tuh kan, cuma aku yang sedih.”
“Kamu itu aneh, memangnya kamu mau pergi berapa ratus
tahun sih?”
“Sedetikpun, berpisah sama kamu itu menyedihkan.”
“Ah_ ….”
“Haaa, dapat lagi akhirnya. Nanti aku pasti akan sering
menelpon kamu dan mendengar suara ‘ah’ saat menjawab telponku.”
Desy hanya tersenyum. Ada perasaan aneh, yang dia
belum bisa memahami apakah itu cinta seperti apa yang dirasakan Danarto, atau
bukan. Yang dia tahu, ialah ia selalu merasa senang berada didekatnya.
“Sepertinya dia itu hanya kakakku. Masa sih aku
menerimanya sebagai kekasih? Cinta itu selalu membuat aku takut,” kata batin Desy.
“Eh, kok ngelamun sih, tuh, jadahnya mau jatuh dari
bibir kamu,” goda Danarto.
Desy tertawa lebar, dan nyaris melempar Danarto dengan sepotong jadah
yang masih ada di dalam pegangannya.
“Aduh, jangan dong. Itu gurih tahu, kalau di lempar
maka kamu harus pesan lagi, tahu.”
“Ah ya, aku ingat Ibu suka jadah. Aku mau pesan lagi
ah, yang dibakar, buat Ibu sama Tutut, eh … sama Simbok juga.”
“Satu kalimat saja ‘ah’ nya bisa banyak banget sih.”
“Mas Danar tuh, ayo dong pesenin sepuluh potong buat
Ibu,” rengek Desy.
“Iya … iya … jangan khawatir.”
Dan memang jadah yang dibuat dari ketan itu terasa
sangat lembut di mulut, dan gurihnya itu lho. Mungkin karena campuran kelapa
parut dan sedikit garam di dalamnya, dari situlah rasa gurih itu berasal.
“Lain kali aku ingin mencoba membuatnya sendiri.”
“Emang bisa?”
“Bisa lah, kalau orang lain bisa, aku pasti juga bisa.”
"Kamu tahu nggak, membuat jadah itu memerlukan tenaga
ekstra. Memangnya seperti membuat bubur yang tinggal diaduk-aduk? Nggak.
Setelah ketan dibumbui dan dikukus, dia ditumbuk sampai halus. Naa, numbuknya
itu yang berat karena bahannya liat dan sangat kenyal.”
“Gitu ya? Rupanya Mas Danar dulu jualan jadah?” goda
Desy.
“Ya enggak, tapi tetangga aku jualan
jadah, dan aku sering melihat ketika mereka sedang membuatnya.”
“Berat ya numbuknya?”
“Kalau kamu ingin membuatnya, kamu harus membuat
bersama aku, karena hanya aku yang kuat menumbuknya, tangan kecil kamu mana
bisa.”
“Oke, boleh kita coba nanti.”
“Besok ya, sebelum aku berangkat, biar ada kenangan
yang beda ketika aku jauh dari kamu.”
“Ah_ …”
Danarto tersenyum penuh arti. Desy memang selalu
membuatnya gemas. Ia berharap, pada suatu hari akan benar-benar bisa
memilikinya. Seumpama mawar, Desy adalah mawar berduri. Harus hati-hati
memetiknya, supaya tidak terluka.
***
“Mengapa masih sore sudah pulang?” tanya Siska ketika
melihat Endah sudah berada di rumahnya.
“Tante, dia itu hanyalah anak muda yang sedang belajar
menghadapi perempuan. Dia hanya mengajak Endah jalan-jalan di taman, berbuat
semau dia, dan selesai.”
“Oh ya? Dia itu anak orang kaya lhoh.”
“Tapi masih hijau tante. Kami hanya bermain sebentar, lalu
dia pergi sambil meninggalkan uangnya.”
“Banyak kan uangnya?”
“Lumayan, dan beruntungnya saya, masih sore saya sudah
bisa pulang,” kata Endah sambil beranjak ke kamarnya.
Ia melihat Ana belum pulang.
“Jangan mencari Ana, dia akan pulang lewat tengah
malam, atau bahkan bisa pagi.”
“Tamu tante tadi yang bersama Ana sepertinya sudah
setengah tua.”
“Iya, tapi jangan salah, dia langganan terbaik tante.
Duitnya tak terhitung dan sangat royal. Bisa-bisa Ana dibawa sampai berhari-hari.”
“Hm, alangkah capeknya,” keluh Endah.
“Ketika sedang menghitung uangnya, rasa capek itu
sudah hilang. Ya kan?”
“Ya sudah tante, saya mau mandi dulu.”
“Baiklah, beristirahatlah,” kata Siska sambil keluar
dari kamar, tapi langkahnya terhenti ketika Endah memanggilnya.
“Tante, bolehkah setelah mandi saya ke rumah Ibu saya?”
“Terserah kamu saja, tapi kalau nanti tiba-tiba ada
tamu, jangan sampai kamu tidak datang ketika aku memanggil kamu.”
“Iya tante, saya pikir mumpung saya pulang sore, ingin
berbincang sama ibu.”
“Baiklah.”
***
Nina baru saja selesai makan malam dari makanan yang
dipesannya melalui on line, ketika tiba-tiba terdengar ketukan di pintu.
“Hah, siapa itu malam-malam begini? Apa mas Haryo?
Tumben dia ingat jalan pulang kemari. Pasti isterinya membuat dia marah lagi
sehingga dia memilih pulang ke rumah ini,” gumamnya sambil melangkah ke arah
pintu. Tapi ia kaget ketika yang berdiri didepan pintu adalah Endah.
“Kamu? Mengapa kemari? Mana Ana?”
“Endah sendirian Bu, Ana belum pulang. Ia menemani
tamu yang lain.”
“Kamu? Sedang nggak ada tamu malam ini?”
“Ada, tapi masih sore dia sudah pergi.”
“Uangnya sedikit dong.”
“Sama saja. Beruntungnya aku, segera bisa
beristirahat.”
“Wah, Ibu dapat bagiannya dong malam ini.”
“Ada Bu, pastilah ada. Endah pengin pulang karena Ana
masih menemani tamu, nggak enak di kamar sendirian, makanya Endah memilih
pulang.”
“Baguslah. Ibu senang kamu temani malam ini.”
“Pak tua itu belum juga pulang kemari?”
“Belum, biarkan saja. Tidak pulang juga tidak apa-apa.
Kalau dia pulang bawaannya kan mengomelin Ibu.”
“Menyebalkan ya Bu? Lapar nih Bu. Ada makanan tidak?”
“Kamu lapar? Kasihan banyak uang bisa kelaparan.”
“Soalnya Endah langsung pulang tadi.”
“Masih ada tuh, sate lontong sisa Ibu tadi. Kamu mau?”
“Mau lah Bu, namanya juga lapar.”
Nina melayani Endah makan dengan riang. Setiap hari ia
selalu memuji-muji Siska yang baik hati, sehingga membuat hidupnya dan
anak-anaknya berkecukupan. Bukankah pekerjaan itu tidak berat dan justru
menyenangkan? Pikir Nina setiap mengingat pekerjaan anak-anaknya. Karena itulah
ia tak pernah merasa terbebani dengan keseharian Endah dan Ana yang bergantung pada
lembaran-lembaran uang dari tamu-tamu yang harus dilayaninya.
***
“Waah, jadahnya ini enak sekali ya Bu.” Kata Tutut
sambil mengunyah oleh-oleh jadah bakar yang dibawakan kakaknya.
“Iya, sangat enak karena masih hangat juga,” kata
Tindy.
“Dulu waktu masih muda, Simbok jualan jadah,” seru
Simbok yang ikut menikmatinya.
“Benarkah Mbok? Bukankah menunmbuk jadah itu berat?”
tanya Desy karena Danarto mengatakannya seperti itu.
“Memang berat Mbak, lengannya harus kuat.”
“Simbok bisa?”
“Ya bisa lah, orang desa itu kan tangannya kuat-kuat.”
“Bukankah ketan itu liat?”
“Kalau menumbuknya sambil duduk ya berat, sehari nggak
bakalan lembut.”
“Jadi Simbok menumbuknya sambil berdiri?”
“Sambil berdiri. Kalau sambil duduk nggak kelar-kelar”
“Desy pengin buat.”
“Besok Simbok buatin.”
“Bener ya Mbok, nanti kalau sudah jadi aku mau
mengundang mas Danarto untuk mencicipi.”
“Waah, yang diingat cuma pacarnya. Masa cuma jadah
saja mau dipamerin ke pacar sih?” ledek Tutut.
“Yaah, bukan pacar tahu.”
“O, calon pacar….”
“Tadi tuh ketika aku bilang sama dia bahwa pengin
membuat jadah, mas Danar bilang bahwa aku tak akan kuat, jadi kalau mau
membuat, harus mengundang dia untuk membantu menumbuknya. Nah karena Simbok
bilang bisa, besok aku mau pamerkan jadah buatan Simbok tanpa dia ikut
menumbuknya.”
Tindy tertawa.
“Kamu itu seperti anak kecil saja.”
“Iya tuh, cuma jadah saja mau dipamerin ke pacar.”
“Tutut, aku cubit bibirmu kalau nggak bisa berhenti
ngeledekin aku,” geram Desy. Tapi Tutut keburu kabur ke dapur untuk mencuci
tangannya yang lengket dan sedikit kehitaman karena jadah bakarnya.
***
Malam itu Haryo pulang ke rumah Nina. Bukan karena
ingin pulang kesana, tapi ia ingin mengambil beberapa barang yang diperlukan.
Beberapa baju, atau barang-barang yang diperlukan saat menjalani masa
pensiunnya nanti. Ia memasukkan semuanya ke dalam sebuah kopor. Ketika itu Nina
masih ada di ruang makan, ngobrol bersama Endah sambil terkadang diselingi
tawa.
Ketika Haryo membawa kopor itu keluar, tiba-tiba Nina melihatnya.
“Ternyata kamu Mas, masih ingat rumah ini?”
“Aku mengambil beberapa barang yang aku perlukan,”
katanya sambil memasukkan kopornya ke dalam bagasi mobil.
“Mas benar-benar mau kembali sama Tindy?
Pertanyaan yang satu itu tak pernah dijawab oleh
Haryo. Biarlah Nina berasumsi sesuka hatinya. Keputusan Haryo sudah bulat. Ia
tak ingin lagi tinggal di rumah itu. Kekecewaan demi kekecewaan membuatnya
segera memutuskan apa yang dirasanya terbaik untuk hidupnya. Bukan ke rumah
Tindy, walau keinginan itu ada.
“Mas benar-benar mau meninggalkan aku?”
Haryo menutup bagasi mobilnya, dan melihat Endah
keluar serta berdiri di teras. Haryo heran melihat cara Endah berpakaian.
Menurutnya itu terlalu seronok, walau ia sedang berada di rumah sekalipun. Ia
hampir memasuki mobilnya ketika mendengar suara Endah yang terdengar lantang.
“Mengapa Ibu peduli sama dia? Kalau dia sudah tak lagi
mau sama Ibu, apa yang Ibu takutkan? Biarkan saja dia pergi.”
Haryo tertegun. Tak pernah disangka Endah berani
mengata-ngatainya seperti itu. Ada rasa marah yang menyentak, tapi ditahannya.
Ia tak tahu mengapa Endah berani berkata seperti itu. Haryo langsung masuk ke
dalam mobilnya, dan pergi begitu saja.
“Huh, pasti Tindy sudah berhasil merayunya,” geram
Nina.
“Sudahlah Bu, masih cinta ya?” ejek Endah sambil
menarik ibunya masuk ke dalam rumah.
***
Haryo tidak langsung kembali ke rumah yang sekarang
dihuninya. Ia memang membeli sebuah rumah kecil yang agak jauh di pinggiran kota. Ia ingin
menenangkan dirinya. Sendiri memang terasa sepi, tapi Haryo ingin menjalaninya.
Merawat diri sendiri bukan hal yang mudah juga. Tapi sudah berhari-hari Haryo
melewatinya. Menyeduh kopi, menikmati siaran televisi, dan itu membuatnya
merasa lebih tenang.
Tapi Haryo sekarang merasa lapar. Sebelum pulang ia harus
mengisi perutnya. Ia memberhentikan mobilnya di sebuah rumah makan, yang
kemudian disesalinya setelah dia duduk disana.
“Harusnya aku makan di warung kecil saja. Rumah makan
ini sangat ramai. Sudah lewat jam makan, tapi masih ramai. Tapi ya sudahlah,
sudah terlanjur,” gumamnya pelan.
Lalu ia memesan makanan yang dipilihnya. Seporsi rawon
iga dan segelas jeruk panas.
Sambil menunggu pesanannya datang, tiba-tiba mata
Haryo terpaku pada sebuah meja, dimana duduk seorang laki-laki setengah tua dan
seorang gadis. Gadis itu sangat dikenalnya karena dia adalah Ana. Kalau melihat
Ana makan seperti yang lainnya, entah bersama siapa, itu dianggapnya biasa.
Mungkin Ana makan bersama kerabatnya, atau om nya yang dia tidak mengenalnya.
Tapi cara duduk Ana disamping laki-laki itu tidaklah pantas. Dengan pakaian
yang terbuka dari bahu sampai ke dadanya, Ana bersandar di tubuh laki-laki
setengah tua itu, yang sebentar-sebentar melakukan hal yang tidak pantas bagi
norma susila yang harusnya ada di negeri ini.
Haryo berdiri. Bukan karena ia sayang pada anak Nina,
tapi ia harus menghentikan perilaku tak pantas itu karena dia mengenalnya. Ia
tiba di meja ke duanya, dan serta merta menarik Ana sehingga terlepas dari
pelukan laki-laki itu.
***
Besok lagi ya.
Ah....
ReplyDeleteYeeessss
DeleteSelamat jeng Nani Juaranya.....
DeleteSelamat ya ....
Matur nueun bu Tien
Juaranya ya kesitu-ditu saja... Ah. Bu Tien... Ah
DeleteAlhamdulilah
ReplyDeleteAlhamdulillah MKJ~38 sudah hadir.
ReplyDeleteMaturnuwun bu Tien ..🙏
𝐀𝐥𝐡𝐚𝐦𝐝𝐮𝐥𝐢𝐥𝐥𝐚𝐡 𝐬𝐚𝐦𝐩𝐮𝐧 𝐭𝐚𝐲𝐚𝐧𝐠.
ReplyDeleteHoreeeeee tayang
ReplyDeleteMatur nuwun bu Tien.
Sugeng dalu, salam sehat....
Alhamdulilah...
ReplyDeleteHallow mas2 mbak2 bapak2 ibu2 kakek2 nenek2 ..
ReplyDeleteWignyo, Opa, Kakek Habi, Bambang Soebekti, Anton, Hadi, Pri , Sukarno, Giarto, Gilang, Ngatno, Hartono, Yowa, Tugiman, Dudut Bambang Waspodo, Petir Milenium (wauuw), Djuniarto, Djodhi55, Rinto P. , Yustikno, Dekmarga, Wedeye, Teguh, Dm Tauchidm, Pudji, Garet, Joko Kismantoro, Alumni83 SMPN I Purwantoro, Kang Idih, RAHF Colection, Sofyandi, Sang Yang, Haryanto Pacitan, Pipit Ponorogo, Nurhadi Sragen, Arni Solo, Yeni Klaten, Gati Temanggung, Harto Purwokerto, Eki Tegal dan Nunuk Pekalongan, Budi , Widarno Wijaya, Rewwin, Edison, Hadisyah,
Wo Joyo, Tata Suryo, Mashudi, B. Indriyanto, Nanang, Yoyok, Faried, Andrew Young, Ngatimin, Arif, Eko K, Edi Mulyadi, Rahmat, MbaheKhalel, Aam M, Ipung Kurnia, Yayak, Trex Nenjap, Sujoko, Gunarto, Latif, Samiadi, Alif, Merianto Satyanagara, Rusman, Agoes Eswe, Muhadjir Hadi, Robby, Gundt, Nanung, Roch Hidayat, Yakub Firman, Bambang Pramono, Gondo Prayitno , Zimi Zaenal M. , Alfes, Djoko Bukitinggi, Arinto Cahya Krisna , HerryPur, Djoni August. Gembong. Papa Wisnu, Djoni, Entong Hendrik, Dadung Sulaiman, Wirasaba, Boediono Hatmo, R.E. Rizal Effendy, Tonni, Koko Hermanto, Radieska51, Henrinurcahyo,
Alamdulillah...
DeleteYang ditunggu tunggu telah hadir gasik
Matur nuwun bu Tien
Semoga bu Tien senantiasa dikaruniai kesehatan dan tetap semangat
Salam ADUHAI dr Cilacap.
Hallow..
ReplyDeleteYustinhar. Peni, Datik Sudiyati, Noor Dwi Tjahyani, Caroline Irawati, Nenek Dirga, Ema, Winarni, Retno P.R., FX.Hartanti, Danar, Widia, Nova, Jumaani, Ummazzfatiq, Mastiurni, Yuyun, Jum, Sul, Umi, Marni, Bunda Nismah, Wia Tiya, Ting Hartinah, Wikardiyanti, Nur Aini, Nani, Ranti, Afifah, Bu In, Damayanti, Dewi, Wida, Rita, Sapti, Dinar, Fifi, Nanik. Herlina, Michele, Wiwid, Meyrha, Ariel, Yacinta, Dewiyana, Trina, Mahmudah, Lies, Rapiningsih, Liliek, Enchi, Iyeng Sri Setyawati , Yulie, Yanthi , Dini Ekanti, Ida, Putri, Bunda Rahma, Neny, Yetty Muslih, Ida, Fitri, Hartiwi DS, Komariah P., Ari Hendra, Tienbardiman, Idayati, Maria, Uti Nani, Noer Nur Hidayati, Weny Soedibyo, Novy Kamardhiani, Erlin, Widya, Puspita Teradita, Purwani Utomo, Giyarni, Yulib, Erna, Anastasia Suryaningsih, Salamah, Roos, Noordiana, Fati Ahmad, Nuril, Bunda Belajar Nulis, Tutiyani, Bulkishani, Lia, Imah P Abidin, Guru2 SMPN 45 Bandung, Yayuk, Sriati Siregar, Guru2 SMPN I Sawahlunto, Roos, Diana Evie, Rista Silalahi, Agustina, Kusumastuti, KG, Elvi Teguh, Yayuk, Surs, Rinjani, ibu2 Nogotirto, kel. Sastroharsoyo, Uti, Sis Hakim, Tita, Farida, Mumtaz Myummy, Gayatri, Sri Handay, Utami, Yanti Damay, Idazu, Imcelda, Triniel, Anie, Tri, Padma Sari, Prim, Dwi Astuti, Febriani, Dyah Tateki, kel. SMP N I Gombong, Lina Tikni, Engkas Kurniasih, Anroost, Wiwiek Suharti, Erlin Yuni Indriyati, Sri Tulasmi, Laksmie, Toko Bunga Kelapa Dua, Utie ZiDan Ara, Prim, Niquee Fauzia, Indriyatidjaelani,
Bunda Wiwien, Agustina339, Yanti, Rantining Lestari, Ismu, Susana Itsuko, Aisya Priansyah, Hestri, Julitta Happy, I'in Maimun, Isti Priyono, Moedjiati Pramono, Novita Dwi S, Werdi Kaboel, Rinta Anastya, r Hastuti, Taty Siti Latifah, Mastini M.Pd. , Jessica Esti, Lina Soemirat, Yuli, Titik, Sridalminingsih, Kharisma, Atiek, Sariyenti, Julitta Happy Tjitarasmi, Ika Widiati, Eko Mulyani, Utami, Sumarni Sigit, Tutus, Neni, Wiwik Wisnu, Suparmia, Yuni Kun, Omang Komari, Hermina, Enny, Lina-Jogya, mbah Put Ika, Eyang Rini ,Handayaningsih, ny. Alian Taptriyani, Dwi Wulansari, Arie Kusumawati, Arie Sumadiyono, Sulasminah , Wahyu Istikhomah, Ferrita Dudiana, SusiHerawati, Lily , Farida Inkiriwang, Wening, Yuka, Sri, Mbah Wi, Si Garet, ibu Wahyu Widyawati, Rini Dwi, Pudya , Indahwdhany, Butut, Oma Michelle, Linurhay, Noeng Nurmadiah, Dwi Wulansari, Winar, Hnur, Umi Iswardono , Yustina Maria Nunuk Sulastri Rahayu Hernadi , Sri Maryani, Bunda Hayu Hanin, Nunuk, Reni, Pudya, Nien, Swissti Buana, Sudarwatisri, Mundjiati Habib, Savero, Ida Yusrida, Nuraida, Nanung, Arin Javania. Ninik Arsini, Neni , Komariyah, Aisya Priansyah, Jainah Jan. Civiyo, Mahmudah, Yati Sri Budiarti, Nur Rochmah. Uchu Rideen
. Ninik Arsini, Endah. Nana Yang, Sari P Palgunadi, Echi Wardani, Nur Widyastuti, Gagiga family, Trie Tjahjo Wibowo, Lestari Mardi, Susi Kamto, Rosen rina, Mimin NP, Ermi S, Ira, Nina, Endang Amirul, Wiwik Nur Jannah,
Hallow Pejaten, Tuban, Sidoarjo, Garut, Bandung, Batang, Kuningan, Wonosobo, Blitar, Sragen, Situbondo, Pati, Pasuruan, Cilacap, Cirebon, Bengkulu, Bekasi, Tangerang, Tangsel,Medan, Padang, Mataram, Sawahlunto, Pangkalpinang, Jambi, Nias, Semarang, Magelang, Tegal, Madiun, Kediri, Malang, Jember, Banyuwangi, Banda Aceh, Surabaya, Bali, Sleman, Wonogiri, Solo, Jogya, Sleman, Sumedang, Gombong, Purworejo, Banten, Kudus, Ungaran, Pamulang, Nusakambangan, Purworejo, Jombang, Boyolali. Ngawi, Sidney Australia, Boyolali, Amerika, Makasar, Klaten, Klipang, JAKARTA...hai..., Mojokerto, Sijunjung Sumatra Barat, Sukabumi, Lamongan, Bukittinggi, Hongkong, El Segudo, California, Bogor, Tasikmalaya, Baturetno, Wonogiri, Terimakasih atas perhatian dan support yang selalu menguatkan saya. Aamiin atas semua harap dan do'a.
ReplyDeleteADUHAI.....
Tayang gasik ,,Matur nuwun jeng Tien ,,,salam sehat. Saiki aku tak.maca
ReplyDeleteSami2 Mbak Yanik
DeleteADUHAI AH
Selamat malam bunda Tien.. Terimaksih MKJ nya.. Semogabunda sll sht walafiat y.. Slmaduhai dri sukabumi🥰🥰🙏🙏
ReplyDeleteSami2 Ibu Farida
DeleteAamiin
Alhamdulillah
ReplyDeleteMatur nuwun Mbak Tien ...🌷🌷🌷🌷🌷
Ingat sandiwara radio PTPN ...pas buanget klo yg jadi dokter Danarto mas Jimmy Sandy Sutrisno , Desy-nya Mbak Iik ..☺☺☺
Sami2 Ibu Susi
DeleteMasih ingat ya?
Alhamdulillah
ReplyDeleteTerimakasih bunda Tien
Salam Aduhai
Sami2 Ibu Endah
ReplyDeleteADUHAI AH
Alhamdulillah MKJ38 sdh tayang.
ReplyDeleteterima kasih mbak Tien.
semoga selalu sehat dan bahagia bersama keluarga. Aamiin.
Beraninya Haryo mengganggu Ana, minta disemprot ramai" ya... Ana kan bukan anakmu, tapi anak Nina.
ReplyDeleteSalam sehat mbak Tien yang selalu ADUHAI.
Alhamdulillah MKJ dah tayang
ReplyDeleteTerimakasih bunda Tien
Salam sehat dan aduhai
Alhamdulillah... Terima kasih Bu Tien... Selamat malam selamat beristirahat semoga Bu Tien selalu sehat... Salam... 🙏🙏🙏
ReplyDeleteAlhamdulillah.
ReplyDeleteMatur nuwun bunda Tien, mugi tansah sehat.
Mlm mb Tien lama tdk komen... smg mb Tien seroja adanya... tayang gasik pas buka hp tyt sdh on going.. trmksh mb Tien tambah aduhai crtnya... smg p Haryo bs me nyadarkan Ana dan Endah bhw uang bukan segalanya... terlambat tp drpd tdk hiraukan lbh baik... trmksh mb Tien slmt weekend dg putra mantu dan cucu2... 😘🙏🤲
ReplyDeleteAlhamdulillah, maturnuwun Bu Tien 🙏, semoga sehat beserta keluarga,salam ADUHAI..
ReplyDeleteSelamat malam mbak Tien, terimakasih yg ditunggu sudah tayang.🙏🙏🙏
ReplyDeleteSelamat istirahat, salam aduhai.👍👍
Selamat malam Bunda Semoga selalu sehat dan bahagia bersama keluarga tercinta.Salam ADUHAI.....
ReplyDeleteTrims Bu Tien udah menghibur.,..sehat selalu Bu tien
ReplyDeleteAlhamdulillah. Matur nuwun bunda Tien
ReplyDeleteSehat selalu bunda Tien
Salam aduhai dari Yogya
Wow... salam sehat selalu Bu cantik Amin YRA 🙏 mr wien
ReplyDeleteWow.. salam sehat juga Mr Wien
DeleteAsalamualaikum...ibu Tien..
ReplyDeleteApa kabar ? Semoga sehat selalu
Kangen ibu...
Maaf jarang komen Bu...
Terima kasih tuk MKJ..
Dan salam sehat selalu tuk ibu dan keluarga..
Salam Aduhai.
Wa'alaikum salam Ibu Putri
DeleteKangen juga nih
ADUHAI AH
Alhamdulillah,terima kasih Bu Tien ..
ReplyDeleteSenantiasa sehat dan bahagia bersama
Keluarga,Aamiin
Alhamdulillah... MKJ 38 hadir, kasihan pak Haryo menuai aoa yg sudah ia tanam, semoga tidak terjadi duel dgn teman kencan Ana... Salam sehat selalu dan afuhai buat bunda Tien
ReplyDeleteMet malam bu tien... makin seru aja mkj ...wah kacau kalau pak haryo marah malah kena batunya nanti ...sehat selalu ya bu...salam.aduhai dari pondok gede
ReplyDeleteAlhamdulillah MKJ 38 telah tayang, terima kasih bu Tien sehat n bahagia selalu. Aamiin.
ReplyDeleteUR.T411653L
Sami2 ibu Uchu
DeleteAamiin
Alhamdulillah, MKJ sdh tayang. Matursuwun mbak Tien
ReplyDeleteMakin aduhai saja... salam sehat selalu
Sami2 Ibu Umi
DeleteADUHAI AH
Alhamdulillaah....MKJ38 sudah hadir...
ReplyDeleteTrima kasih bu Tien...Semoga ibu Tien dan keluarga sehat selalu,
Aamiin yaa Robbal’alamiin...
Salam SeRoJa... ADUHAI...
Sami2 Ibu Nur
DeleteAamiin
ADUHAI AH
Bacaan malam minggu.....gasik matur nuwun bu Tien. Sehat n bahagia sllu bwt panjenengan.... salam aduhai
ReplyDeleteSami2 Ibu Wiwik
DeleteADUHAI AH
Ah... mntap trs....
ReplyDeleteAH, Pak Zimi
DeleteAlhamdulillah Haryo sadar dan sudah meninggalkan Nina, tidak ada kata terlambat untuk kebaikan. Akhirnya satu persatu kedok Ninadan anaknya terkuak. Apakah Ana akan marah gara gara ditarik Haryo? Bisa terjadi kehebohan kalau Ana tidak dapat bayaran karena ulah Haryo. Dan Siska akan protes ke Nina. Matur nuwun bu Tien, ditunggu kelanjutannya
ReplyDeleteSami2 Ibu Noor
DeleteADUHAI AH
Ah” sudah deh bacana tinggal nunggu hari senin
ReplyDeleteMskasih bunda tien salam sehat selalu
Sami2 Ibu Engkas
DeleteSalam sehat
Alhamdulilah.. MKJ sdh dtg
ReplyDeleteTerimakasih bunda Tien
Makin seruu saja..
Salam sehat untuk bunda dan salam aduhaii.. ��������❤
Sami2 Ibu Hermina
ReplyDeleteSalam sehat dan ADUHAI AH
Alhamdulillah.. matur nuwun mbak Tien, cerbung MKJ Eps 37 sudah hadir menghibur
ReplyDeleteSalam sehat dan salam hangar dari Tangerang
Sami2 mas Dudut
DeleteSalam hangat dari Solo
Maturnuwun mbak Tien..MKJ38nya..
ReplyDeleteWaah Haryo Blm tau klo itu kerjaan Ana skr...apa yg terjadi nanti dgn aksi Haryo....🤨
Waah..lanjutan senin yaa..hehe..
Salam sehat selalu dan aduhaii mbak Tien..🙏💟🌹
Sami2 Ibu Maria
DeleteADUHAI AH
Rumit ya kehidupan kembang jalanan. Mungkin teman makan Ana adalah teman baik Haryo.
ReplyDeleteMonggo ibu, dilanjut aja penasaran lanjutnya. Matur nuwun Berkah Dalem.
Sami2 Ibu Yustinhar
DeleteAamiin
Alhamdulillah
ReplyDeleteAkan terjadi apakah selanjutnya
Kita tunggu hari Senin
Ah ...lamaa😀
Apa yang terjadi ibu Yulie
DeleteSalam kenal untuk mbak Tien yang menggemaskan cerbungbe
ReplyDeleteSalam kenal juga.
DeleteSiapa ya namanya?
Salam Kenal bu Tien yg Baik dan Ramah, dulu waktu saya masih remaja Pendengar Setia Sandiwara Radio Kayu Manis dan bu Tien Penulis ceritanya dan skrng saya sdh mnjadi Simbah punya cucu 6🙏🏻🙏🏻🌹🌺🌺❤
DeleteMalming bersama MKJ. Betapa ADUHAI nya. Matur nuwun, bu Tien
ReplyDeleteAlhamdulillah
ReplyDeleteMatur nuwun bu Tien untuk MKJnya,,
Ternyata Haryo marah juga lihat Ana,,,
Bgm reaksi Ana ya...
Salam sehat wal'afiat bu Tien 🤗💖
Sami2 Ibu Ika
DeleteSehat walafiat selalu
Masih aja nggak ngerti ada apa dengan tingkah Danarto yang selalu kepingin bersama dengannya, bisa juga karena dia kan sendirian di rumah, jadi sering minta ditemenin; ya nyamperinlah pergi keluar cari udara segar, gitu.. tinggal beberapa hari lagi bakalan harus jauh jauhan. Kata orang LDR nggak apa-apa sedikit nambah pulsa, kan kangen, boleh donk.
ReplyDeleteEndah merasakan ada asyiknya juga ya, ikut play grupnya Tante. Kebetulan dapatnya yang ringan ringan aja, namanya juga menemani; temen temenan lah ngikut aja asal asyik. Kan mandi bola.
Heran juga Haryo melihat seragam yang dipakai Endah, kalau anak motor bilang model custom; roda nya terlihat hampir utuh biar ukuran nya yang besar terlihat lebih gedhé, kesan ramping pun masih nampak.
Kali ini suaranya yang anèh, selagi Haryo selesai mengemas barang yang di perlukan buat menikmati kesendirian yang lagi di jalani; suara itu memekakkan telinga agak tersinggung sih, tapi dibiarkan saja, dan segera meninggalkan rumah kontrakan.
Eh di warung remang remang melihat lagi kali ini adiknya Ana bersama om om, waduh ini lebih lagi; pakai variasi lagi, kelihatan mencolok, pakai stiker yang berpendar kalau kena cahaya,
aduh Haryo kok ya sok peduli; apa mau ikutan, padahal sudah satu putaran uji coba circuit, kontrak lembur lagi, waduh cilaka uang lembur jadi hangus dèh.. trus siapa yang harus bayar ganti rugi kalau begini.
Haryo sok jadi pahlawan seeh, ambyar dèh, jadi kasus lagi bikin keributan ditempat umum ooh.. pak tua pak tua tanggung amat, mau ninggalin malah masih ada sisa sayang.
Tuh di run teks tertulis jelas putaran kali ini di batalkan, nunggu cuaca kondusif.
ADUHAI
Terimakasih Bu Tien;
Memang Kembang Jalanan yang ke tiga puluh delapan sudah tayang
Sehat sehat selalu doaku, sedjahtera dan bahagia bersama keluarga tercinta 🙏
Sami2 Nanang crigiser
DeleteADUHAI AH
Nah lho, pasti bakalan terjadi keributan nih.
ReplyDeleteAduhai! Penasaraaan.
Terima kasih bun.
Mkj-nya makin muantab!
Nah lo
DeleteSami2 Ibu Echy
𝑯𝒂𝒓𝒚𝒐 𝒃𝒊𝒔𝒂 𝒌𝒆𝒏𝒂 𝒎𝒂𝒌𝒊 𝒏𝒊𝒉. ..
ReplyDelete𝑻𝒆𝒓𝒊𝒎𝒂 𝒌𝒂𝒔𝒊𝒉 𝒎𝒃𝒂𝒌 𝑻𝒊𝒆𝒏. . .
Sami2 KP LOVER
DeleteAlhamdulillah, MKJ sdh tayang....
ReplyDeleteJadi pengen nyoba jahe kencur jeruk....tp apa semua wedangan sedia ya.....😊
Terima kasih Bu Tien....salam sehat selalu...🙏
Sami2 Pak Suyanto
DeleteKalau di Solo banyak. Cobain deh
Terima kasih Bu Tien salam aduhai🤲
ReplyDeleteSAMI2 ibu Yanti
DeleteADUHAI AH
Haryo knp peduli sih....
ReplyDeleteWah apa selanjutnya yg akan terjadi. Mangga mb Tien
Semoga kel bu Tindy tdk kena getahnya.
Salam sehat nan aduhai mb Tien
Yuli Semarang
Salam sehat dan ADUHAI AH, Ibu Yuli
DeleteAssalamualaikum wr wb. Tadi saat keluar rumah, Haryo dpt omelan dari Endah, tapi kmdn kok peduli dgn Ana yg saat itu bersama om om hidung belang... Bakalan ribut nggak ya; Maturnuwun Bu Tien, sambil nunggu lanjutan ceritanya, saya do'akan semoga Bu Tien senantiasa dikaruniai kesehatan lahir dan batin. Aamiin Yaa Robbal'alamiin.. Salam sehat dari Pondok Gede....
ReplyDeleteWa'alaikum salam wr wb.
DeleteAamiin Ya robbal alamiin
Matur nuwun pak Mashudi
Haryo...Haryo.Cari perkara aja. ibunya sendiri menjual anaknya.
ReplyDeleteMakasih mba Tien
Salam sehat selalu. Ah..
Sami2 Ibu Sul
DeleteADUHAI AH
Tambah seru ceritanya.
ReplyDeleteAlhamdulillah....
ReplyDeleteMtur nuwun Bun....
Mugi2 tansah pinaringan rahayu wilujeng sedoyonipun
✍️ #Minggu, February 13, 2022 ...
ReplyDeleteCATATANR S.Abrus (dlm FB), atas Cerbung ~MEMANG KEMBANG JALANAN part : 38
By : Bu Tien Kumasari.
👇 Kini 'Pak Haryo, sang dosen yg bagaikan arjuna jaman now ... or ... Play boy kesiangan (?), merenung sendiri hasil karyanya bersama 3orang wanita korban 'cinta & nafsu (?) nya, yaitu :
1. Bu Tiny (istri sah), seorang dosen S3 yg bijak dan punya 3 orang kandung / ceweq. Anak2nya 'sangat berbudi & kwalitas tinggi.
Si Lala, putri pertama yg telah lulus kuliah dan akan melanjutkan studynya ke LN. si Desy, adiknya putri ke-2 yg dokter muda cantik dan sedang prosesi coast ... dan si bontot Tutut yg masih dibangku kuliah dgn prestasi bagus.
2. Bu Larsih (istri siri), seorang guru sekolah yg bijak dan cintanya dibawa mati serta punya 1orang anak cowok bernama 'Danarto yg dididiknya dgn baik dan sungguh2 hingga menjadi seorang dokter yg bijak dan santun.
3. Bu Nina (istri siri), ibu rumah tangga biasa yg punya 2orang ceweq Endah dan Ana anaknya, walau sempat duduk di kampus jadi anak gadis makan kuliah. Namun wataknya persis ibunya, ber-prinsip bhw 'duit adalah se-gala2nya. Akhirnya dijerumuskan bu Siska (teman dekat ibunya) jadi 'kembang jalanan dan mulai bergelimang uang hasil jual diri pada sihidung belang, miris kita.
👉
Pesan yg ingin awak sampaikan adalah :
👇 #Yakinlah bahwa "Sukses seorang anak adalah bukti sukses paripurna seorang ibu".🤞
In Sha Allah.🙏
ADUHAI pak Rusman
DeleteTerimakasih Bu Tien, karya mmg kisah biasa tapi maknanya terasa ruarr biasa. Dan semoga Bu Tien selalu Sehat Wal'afiat dan dalam Lindungan Keberkahan Allah SWT yang selalu bisa berkarya. Aamiin Allahumma Aamiinn.🙏☘️
ReplyDeleteSami2 pak Rusman
ReplyDeleteAamiin YRA
Sami2 ibu Yati
ReplyDeleteAamiin
Mhn info, kl ahad libur y MKJ...
ReplyDeleteMemang kembang jalanan yg ke 39 tidak ada ya hari ni
ReplyDeleteSemoga semua mejadi baik
ReplyDeleteSisilia
DeleteSaya tunggu lanjutannya bu
Ibu biasanya gasik hr ini tumben belum ada. Saya tnggu bu Tien
ReplyDeleteSayapun menunggu
ReplyDeleteSehat2 bu Tien eee intip2 blm juga kluar nih ..semangat U bu Tien
ReplyDeleteIkutan ngintip ah... kok belum keluar juga ya...
ReplyDelete𝐇𝐨𝐨𝐫𝐞𝐞𝐞 𝐛𝐚𝐧𝐲𝐚𝐤 𝐲𝐠 𝐧𝐠𝐢𝐧𝐜𝐞𝐧𝐠 ..𝐬𝐮𝐠𝐞𝐧𝐠 𝐝𝐚𝐥𝐮..🙏🙏🙏
ReplyDeleteSaya juga ngintip sambil ngantuk
ReplyDeletePada nginceng semua... timbilen embuh ya.
ReplyDeleteAssalamulaikum bu Tien.
ReplyDeleteSemoga sehat selalu bersama keluarga.
Aduuh
ReplyDelete𝐃𝐢 𝐫𝐞𝐟𝐫𝐞𝐬𝐡 𝐦𝐚𝐧𝐞𝐡...👏👏😃
ReplyDelete𝐖𝐚𝐡 𝐛𝐨𝐥𝐚𝐧𝐲𝐚 𝐫𝐚𝐦𝐞 𝐣𝐮𝐠𝐚 𝐧𝐢𝐡 𝐏𝐞𝐫𝐬𝐞𝐛𝐚𝐲𝐚 𝐥𝐚𝐰𝐚𝐧 𝐏𝐞𝐫𝐬𝐢𝐣𝐚..👍
ReplyDeleteAlhamdulillah...
ReplyDeleteSemakin kesini ceritanya semakin seru abiiisss..
Semoga Tindy yang baik hati mau memaafkan kesalahan pak Harto untuk yg kesekian kalinya..
Geemeshhh sama Nina dan anak2 nya....
MEMANG KEMBANG JALANAN.....