MEMANG KEMBANG JALANAN
37
(Tien Kumalasari)
“Siapa Mbok?” Desy bertanya lagi.
Tapi Tindy sudah tahu. Seorang temannya pernah
mengirimkan foto perempuan bernama Nina itu ketika melaporkan perselingkuhan
suaminya.
Tindy kembali menikmati makanannya, sementara Desy dan
Tutut tampak geram melihat tingkah ketiganya yang tak tahu malu. Mereka
berbicara keras dan tertawa tanpa mengenal malu suaranya didengar hampir semua
orang di ruangan itu.
“Itu, yang tua itu kan yang dulu Simbok pernah ketemu
ketika Simbok belanja sendiri. Dan kelihatannya dia itu yang isteri mudanya pak
Haryo.”
“Ooo, dia? Dan itu anak-anaknya?” tanya Tutut sambil
terus menatap mereka.
“Benar-benar urakan. Seperti tak berpendidikan, dan_ ….”
“Desy !” Tindy menegur anaknya sambil menatapnya
tajam.
“Gerah Bu mendengar suara bicara dan ngomongnya,”
protes Desy.
“Tidak usah didengarkan, segera selesaikan makan kita
lalu segera pergi dari sini,” kata Tindy tajam. Ia sudah khawatir Desy akan
melabrak mereka karena geram.
Desy kembali menikmati makanannya sambil bersungut.
Mereka memang Nina dan kedua anaknya yang sedang
bersenang-senang. Mereka menyempatkan pulang di hari Minggu itu dan mengajak
ibunya jalan-jalan. Mereka sudah belanja pakaian dan saat itu sedang menikmati makan
siang di sebuah restoran yang sama di mana Tindy dan keluarganya juga sedang
makan
“Dengan demikian, kita tak usah lagi membutuhkan si
tua itu Bu, uangnya hanya sedikit,” kata Endah.
“Dia juga sudah beberapa hari tidak pulang, pasti
pulang ke rumah isterinya lagi,” kata Nina
“Untuk apa memikirkan pak Haryo? Tanpa dia kita hidup
berkecukupan,” ini suara Ana.
“Iya, bukankah Ibu pernah bilang bahwa Ibu hanya
menyukai uangnya?”
“Tapi sebenarnya dia kan ganteng,” sergah Nina.
“Aduuuh, makan tuh ganteng, nggak penting juga kan.
Yang penting kita sudah punya banyak uang, dan itu baru beberapa hari aku sama
Ana bekerja,” kata Endah.
Tiba-tiba tanpa bisa ditahan lagi Desy berdiri. Ia
ingin mendamprat ketiga perempuan yang sedang membicarakan ayahnya dan
merendahkannya. Tapi Tindy menarik tangannya keras sekali sehingga Desy kembali
duduk.
“Perempuan-perempuan rendah,” geram Desy.
“Kalau kamu melakukan keributan didepan umum, maka
kamu juga akan tampak rendah seperti mereka.”
“Ibu, yang mereka bicarakan itu ayahku,” Desy hampir
berteriak.
“Tutut, segera bayar makanan kita, Mbok, kita pulang,”
perintah Tindy sambil berdiri dan menggandeng lengan Desy keluar.
“Aduh, es krimku belum aku makan,” keluh Tutut yang
dengan kesal pergi ke arah kasir.
Tapi belum lama setelah Tindy dan anak-anaknya masuk
ke dalam mobil, seseorang melihatnya. Ia adalah Danarto yang sedang ingin makan
siang juga.
“Aduh, aku terlambat, jadi tidak bisa ketemu mereka
dong,” keluh Danarto yang gagal mengejarnya karena mobil Tindy sudah berlalu.
Danarto ingin menelpon Desy tapi diurungkannya.
“Nggak usah ah, nanti malah mengganggu, lebih baik sore
nanti saja aku kerumahnya,” gumamnya pelan sambil memasuki rumah makan itu.
Tapi ketika ia duduk, ia merasa terganggu karena ada
seseorang tiba-tiba mendekatinya.
“Hallo, mas dokter ganteng,” suara kemayu itu seperti dikenalnya. Tapi Danarto harus mengingat-ingat siapa dia, karena penampilannya yang berbeda.
“Mas dokter lupa? Aku Endah.”
Danarto mengangguk, ia baru ingat. Tapi ia heran
melihat sosok gadis didepannya yang sangat berbeda. Ia memakai rok di atas
lutut, memakai kaos teng top yang memperlihatkan sebagian dadanya, dan
dandanannya itu, aduh … ada bulu mata palsu menggantung disana, diantara
matanya yang berkedip genit.
“Lupa ya?” katanya yang kemudian duduk begitu saja di
depan Danarto.
Danarto merasa enek. Ia kurang suka melihat gadis
berpakaian minim, apalagi mendengar suaranya yang kemayu dan manja. Ini berbeda
ketika dia melihatnya di rumah sakit, dan tampak kesal karena dia tidak mau
memeriksa walau dia mengeluh sakit.
“Agak lupa.”
“Hm, gitu ya, eh mau makan apa? Boleh aku temani?”
“Tidak, tidak, aku hanya akan membeli makanan yang
dibungkus,” katanya sambil melambaikan tangan ke arah pelayan restoran.
Pelayan mencatat pesanan Danarto, kemudian berlalu.
“Kok dibungkus sih mas? Nggak mau makan disini, biar
aku temani.”
“Tidak, aku sedang terburu-buru.”
Danarto berdiri ke arah kasir, membayar,
sambil menunggu pesanannya siap. Tak ingin dia kembali duduk
sementara gadis genit itu masih menunggunya di sana.
Ia kemudian berdiri ketika ibunya memanggil dengan
melambaikan tangannya.
“Apa sih Bu?” dengusnya kesal.
“Ngapain kamu bengong disitu?”
“Itu Bu, nungguin mas dokter ganteng.”
“Orang dia nggak perhatian juga sama kamu, ngapain
kamu nyosor sampai segitunya?” kesal Ana.
“Biasalah kalau orang ganteng itu jual mahal,” bela Endah.
“Nggak usah, buat apa ganteng, kalau nggak keluar
duitnya, ayo kita pergi, bukankah sore nanti kita harus kembali?” kata Ana.
“Yaaah, mengapa kalian nggak tidur dirumah saja?
Setiap hari Ibu sendirian.”
“Nggak bisa Bu, tante Siska berpesan kalau malam nanti
akan ada tamu penting, kami sudah harus disana sore ini.”
“Ya sudah, terserah kalian saja, yang penting duitnya
mengalir terus,” kata Nina tanpa rasa malu.
***
Desy duduk di samping kemudi sambil membanting-banting
kakinya. Tindy yang berada dibelakang setir segera menjalankan mobilnya setelah
Simbok dan Tutut masuk ke dalam.
“Es krimkuu ….” kesal Tutut yang masih membayangkan es
krimnya tergeletak tanpa sempat disentuhnya.
“Kita berhenti di toko es krim langganan kita,” kata
Tindy yang tak sampai hati melihat bungsunya kecewa.
“Mereka itu harus dihajar Bu. Bukan hanya kelakuannya
yang rusak, tapi mulutnya juga,” omel Desy.
“Desy !” tegur Tindy keras.
“Benar-benar perempuan jalanan.”
“Desy !! Jaga mulut kamu.”
“Mengapa Ibu tidak sakit hati mendengar Bapak direndahkan
oleh mereka?”
“Ibu tidak perlu mengutarakan apa yang ada di dalam
hati Ibu. Kemarahan yang meledak-ledak akan membakar hati kita dan membuat kita
lupa diri. Tidak semua orang didunia ini baik dan sempurna. Ada kekurangan, ada
cacat cela, mungkin memalukan, mungkin membuat orang marah dan tersinggung.
Tapi kalau kita bisa menata perilaku kita, maka kita akan bisa menyadari,
inilah warna dan ragam dari kehidupan yang kita jalani. Mau protes kepada
siapa? Itu kan kembang kehidupan. Ada yang buruk, ada yang cantik, ada yang
harum dan ada yang busuk baunya. Kita adalah salah satu dari kembang-kembang itu.
Jadilah kembang cantik dan wangi, agar semua orang menyukainya. Bukankah
menjadi yang disukai itu menyenangkan? Coba kalau kita dibenci, betapa
sakitnya, betapa sedihnya.”
Desy luluh dalam senyum tulus ibunya, yang menatapnya
lembut. Jadilah kembang cantik dan wangi. Aduhai. Itu adalah ibunya.
“Bagaimana ada wanita sesempurna Ibu?” kata Desy yang
mulai bisa menata batinnya.
Tindy tersenyum lebar, sebelah tangannya membelai
pundak Desy lembut.
“Ibu bukan wanita sempurna. Ibu juga punya cacat dan
cela. Ibu menjalani kehidupan ini dengan selalu belajar, dan belajar. Dan yang
namanya belajar itu, adalah meninggalkan yang salah, menjalani yang betul.
Kalau salah, nilainya rendah, kalau betul, kita lulus deh.”
Desy meraih tangan ibunya dan menciumnya bertubi-tubi
dengan air mata berlinang.
“Dimana Ibu akan berhenti beli es krim?” tanya Tutut
untuk mengalihkan suasana haru itu. Sungguh iapun ingin menangis mendengar
ibunya menuturkan hal-hal baik yang sangat mengena di hati mereka.
“Oh, iya. Ibu hampir lupa. Kita beli dan dibawa pulang
saja. Okey?”
“Tapi Bu,” rupanya Desy masih ingin kembali ke topik
awal, tentang ayahnya.
Tindy menoleh ke arah Desy.
“Tadi Desy mendengar bahwa Bapak tidak lagi bersama
mereka. Berarti Bapak di mana ya?”
“Iya, mereka mengira Bapak pulang, padahal tidak,”
kata Tutut.
“Entahlah, tapi ayahmu bukan anak kecil. Dia tahu apa
yang harus dilakukannya,” kata Tindy sambil berhenti di sebuah rumah makan yang
hanya menjual es krim saja. Tutut bersorak kegirangan.
“Bu, enaknya kita turun, makan disini sebentar, lalu
sebagian dibawa pulang. Bagaimana?” tawar Tutut.
Tindy mengangguk setuju. Jarang mereka bisa
bersama-sama kecuali di hari Minggu. Itupun kalau Desy libur. Karena itulah
kemudian dia turun, setelah mengajak semuanya turun.
“Nanti mbak Tutut kesenangan makan es krim, Ibu lupa
beli berasnya,” celetuk Simbok, lalu semuanya tertawa.
“Iya, aduh. Baiklah Mbok, setelah ini kita ke warung
beras ya,” kata Tindy sambil menggandeng lengan Simbok.
***
Tapi ketika mereka selesai membeli beras di toko langganan Simbok, seorang laki-laki setengah tua menatap mereka dari balik kaca mobilnya. Laki-laki itu hampir turun untuk membeli sesuatu di toko itu, tapi diurungkannya. Ia melihat mobil isterinya. Ada Tindy dan anak-anaknya, lalu melihat Simbok turun untuk belanja.
Tak lama kemudian, seorang pegawai toko membantu mengangkat sekarung beras keatas mobil, lalu Simbok yang membawa tas kresek mengikutinya,
kemudian naik keatas mobil itu juga, dan merekapun berlalu.
Laki-laki itu Haryo. Ia menatap keluarganya dan
pandangan sendu. Setelah mereka jauh, Haryo turun dari mobil, mendekat ke arah
toko.
“Bapak mau beli apa? Rokok Pak?” tanya pelayan toko.
“Tidak, saya tidak merokok. Saya hanya mau membeli
kopi.”
“Yang mana pak? Ini?”
“Ya itu.”
“Gula juga?”
“Tidak. Kopi saja.”
Haryo mengeluarkan uang untuk membayar, ketika
tiba-tiba dilihatnya sebuah dompet tergeletak diatas gundukan beras.
“Mbak, ini dompet siapa?”
“Ya ampuun, itu dompetnya ibu yang tadi membeli beras.
Waduh, bagaimana cara menghubunginya?”
Haryo memegangi dompet itu, hanya sedetik keinginannya
untuk membawa dompet yang diyakini punya Simbok, tapi kemudian diletakkannya
kembali. Mana mungkin dia akan mengantarkan dompet itu ke rumahnya.
“Biar saya simpan saja Pak, nanti kalau dia merasa
kehilangan pasti kembali,” kata pelayan toko itu yang segera mengambil
dompetnya dan meletakkannya di rak barang-barang.
Haryo menerima kembalian dari pelayan toko itu,
kemudian berlalu. Tapi ketika ia sudah naik ke mobilnya, dia melihat mobil Tindy
kembali. Pasti Simbok sudah mengatakan kalau dompetnya ketinggalan sehingga
mereka kembali untuk mengambilnya.
“Untunglah aku sudah selesai,” kata Haryo yang
kemudian memacu mobilnya pergi. Ia benar-benar tak ingin bertemu dengan
keluarganya.
Tapi sambil menunggu Simbok turun untuk mengambil
dompetnya, Desy melihat mobil ayahnya.
“Bukankah itu mobil Bapak?” teriaknya.
“Iya, mobil Bapak.” Sambung Tutut.
“Ibu, ayo kita mengejarnya,” pinta Desy.
Tapi Tindy menggelengkan kepalanya.
“Bu ….”
“Kalau dia tidak ingin bertemu kita, untuk apa kita
menemuinya?” kata Tindy.
“Desy ingin tahu dimana Bapak tinggal. Kata perempuan
itu Bapak tidak lagi pulang ke rumah mereka.”
Simbok sudah kembali naik ke atas mobil, lalu Tindy
menjalankan mobilnya. Ia melongok ke arah depan, dan mobil Haryo tak tampak
lagi.
“Dia sudah nggak kelihatan lagi,” gumam Tindy, Entah
itu disyukurinya, atau tak peduli, entahlah. Tapi Desy tampak kecewa.
***
Sore hari itu Danarto datang ke rumah Tindy. Walau
capek hampir seharian jalan-jalan bersama ibunya, tapi Desy gembira melihat
kedatangannya.
“Kelihatan capek begitu?” tanya Danarto ketika Desy
menemuinya.
“Masa? Padahal aku sudah mandi lhoh.”
“Iya, tapi kelihatan kalau capek.”
“Bohong,” sergah Desy.
“Bener tidak, kamu tadi jalan-jalan kan, itu sebabnya
aku tahu bahwa kamu capek.”
“Kok tahu sih?”
“Aku melihat ketika kalian keluar dari rumah makan.”
“Oh ya? Berarti ketemu dong sama orang-orang itu?”
“Kamu juga melihatnya?”
“Hampir aku hajar mereka,” geram Desy.
“Aduh, bener galak yah?”
“Siapa yang nggak kesal, dia ngomongin ayahku dengan
seenaknya. Kalau tidak ada ibu aku sudah pasti mendekati mereka dan membalas
kata-kata kasarnya.”
“Beruntung ya, punya ibu yang sabar dan lembut.”
“Iya, sayangnya aku belum bisa seperti ibu.”
“Kamu harus belajar dong Desy, memang susah menjadi
sabar.”
“Iya, aku harus banyak belajar.”
“Kalau kamu sudah menjadi dokter, kamu galakin
pasien-pasien kamu, kabur semua dong,”
“Enak saja. Aku tuh kalau nggak disakiti nggak bakalan
marah dong. Lihat saja bagaimana aku melayani pasien di rumah sakit. Aku sangat
manis dan telaten lho menghadapi mereka biarpun terkadang mereka bawel.”
“Iya, aku tahu.”
“Tapi sebenarnya aku ingin tahu, sekarang ini Bapak
tinggal di mana ya? Mereka tadi bilang bahwa Bapak sudah lama tidak pulang.”
“Oh ya? Nanti aku cari tahu, terkadang beliau menelpon
aku,”
“Tapi tidak pernah mengangkat kalau aku yang
menelponnya.”
“Semoga Bapak mau mengatakannya. Ayuk jalan-jalan?”
ajak Danarto.
“Kemana ?”
“Jalan-jalan saja, rasanya pengin selalu bisa jalan
sama kamu.”
“Ah_ ….”
“Aku tungguin dari tadi kata itu,”
“Kita kan sudah berduaan.”
“Penginnya jalan, dibawah bintang yang bertaburan di
atas sana, memandangi sepotong bulan yang mengambang,”
“Ah_ ….”
“Desy, kita akan jalan-jalan disebuah taman, dimana
kita bisa memandangi semua itu. Kamu tidak lupa kan, minggu depan aku sudah
pergi ke Jakarta.”
“Aku ingat. Tapi berjalan-jalan di taman, memandangi
bintang dan bulan, duuh, kayak orang lagi pacaran saja.”
“Aku ingin kita seperti orang pacaran, siapa tahu tidak
lama lagi kita akan jadi pacar beneran. Awas, jangan bilang ‘ah’ lagi ya.”
Desy tertawa renyah, tapi kemudian masuk ke dalam
untuk berganti pakaian.
***
Malam itu memang cerah. Bintang berkedip tanpa lelah,
bertaburan diatas permadani biru yang digelar dengan cantik. Bulan sepotong
yang berpendar, menambah gemerlapnya malam yang sungguh tampak mempesona.
Danarto mengentikan mobilnya ditepi taman itu, ia
nyaris mengajak Desy turun katika melihat sepasang manusia sedang berasyik masyuk
di sebuah bangku.
“Wah, pemandangan itu mengotori malam yang sangat
indah ini,” gumam Danarto.
Ia ingin menjalankan mobilnya menjauhi tempat itu,
ketika Desy tiba-tiba berteriak.
“Perempuan itu !!”
***
Besok lagi ya.
Hore...
ReplyDeleteJeng dokter.... 3hari berturut-turut jadi juara 1
DeleteSelamat..... setia jaga gawang
Selamat jeng dr. Dewiyana Juara 1
DeleteAh,.. Bu dokter Dewi juara.... Tapi g galak spt Desy ya mas Danar? Suwun bu Tien MKJ nya.
DeleteHatrick
ReplyDeleteAh....
ReplyDeleteAh, jeng Nani
DeleteAlhamdulillah MKJ hadir gasik lagi.. maturnuwun bu Tien 🙏
ReplyDelete_“Itu Bu, kalau tidak salah, isteri muda pak Haryo,” kata Simbok pelan._
ReplyDelete_Tindy menoleh, demikian juga Desy dan Tutut. (eMKaJe_36)_
*****
Alhamdulillah....
Memang Kembang Jalanan_37 sdh tayang. Monggo maca bareng-bareng.
Terima kasih bu Tien
Salam sehat dan tetap semangat.
Tetap ADUHAI menghibur kita semua.......
Terima kasih bunda Tien
ReplyDeleteSalam aduhai ..nuhun
ReplyDeleteAlhamdulillah, gasik terbitnya....
ReplyDeleteMakasih Bunda, MKJ tayang sore.
ReplyDeleteSehat selalu dan bahagia bersama keluarga.
Met malam dan met istirahat
Alhamdulillah
ReplyDeleteTerimakadih bunda Tien
Aduhai
Maturnuwun,mb Tien. Salam sehat nan aduhai.
ReplyDeleteYuli Semarang
Hallow mas2 mbak2 bapak2 ibu2 kakek2 nenek2 ..
ReplyDeleteWignyo, Opa, Kakek Habi, Bambang Soebekti, Anton, Hadi, Pri , Sukarno, Giarto, Gilang, Ngatno, Hartono, Yowa, Tugiman, Dudut Bambang Waspodo, Petir Milenium (wauuw), Djuniarto, Djodhi55, Rinto P. , Yustikno, Dekmarga, Wedeye, Teguh, Dm Tauchidm, Pudji, Garet, Joko Kismantoro, Alumni83 SMPN I Purwantoro, Kang Idih, RAHF Colection, Sofyandi, Sang Yang, Haryanto Pacitan, Pipit Ponorogo, Nurhadi Sragen, Arni Solo, Yeni Klaten, Gati Temanggung, Harto Purwokerto, Eki Tegal dan Nunuk Pekalongan, Budi , Widarno Wijaya, Rewwin, Edison, Hadisyah,
Wo Joyo, Tata Suryo, Mashudi, B. Indriyanto, Nanang, Yoyok, Faried, Andrew Young, Ngatimin, Arif, Eko K, Edi Mulyadi, Rahmat, MbaheKhalel, Aam M, Ipung Kurnia, Yayak, Trex Nenjap, Sujoko, Gunarto, Latif, Samiadi, Alif, Merianto Satyanagara, Rusman, Agoes Eswe, Muhadjir Hadi, Robby, Gundt, Nanung, Roch Hidayat, Yakub Firman, Bambang Pramono, Gondo Prayitno , Zimi Zaenal M. , Alfes, Djoko Bukitinggi, Arinto Cahya Krisna , HerryPur, Djoni August. Gembong. Papa Wisnu, Djoni, Entong Hendrik, Dadung Sulaiman, Wirasaba, Boediono Hatmo, R.E. Rizal Effendy, Tonni, Koko Hermanto, Radieska51,
Alamdulillah...
DeleteYang ditunggu tunggu telah hadir gasik
Matur nuwun bu Tien
Semoga bu Tien senantiasa dikaruniai kesehatan dan tetap semangat
Salam ADUHAI dr Cilacap.
Sepertinya ada yang typo, kok Desy jadi anaknya Nina?
ReplyDeleteMaaf dan terimakasih koreksinya.
DeleteSalam hangat pak Henrinurcahyo
Salam kembali Bu Nina, saya ikuti sejak Melani. Tetap semangat
DeleteSaya bukan bu Nina
DeleteBalas dendam nih? Heheee
Alhamdulillah...salam aduhai buTien sukses selalu
ReplyDeleteAlhamdulillah
ReplyDeleteMatur nuwun bu Tien untuk MKJnya,,
Kasihan Haryo,,,
Salam sehat wal'afiat semua ya bu Tien
🤗💖
Alhamdulillah ... matur nuwun bu tien
ReplyDeletesalam aduhai
b nanik baturetno
Slmt mlm bunda Tien.. Terimakasih MKJ nys.. Salamsehat sll dri sukabumi🥰🥰🙏
ReplyDeleteTks bu Tien...ceritanya semakin oke
ReplyDeleteAlhamdulilah, salam sehat utk semuanya
ReplyDeleteAlhamdulillah MKJ37 sdh tayang.
ReplyDeleteterima kasih mbak Tien.
Salam sehat dan Aduhai
Matur nuwun, bu Tien. MKJ nya sudah muncul. Salam sehat dan ADUHAI
ReplyDeleteJadilah kembang cantik dan wangi ...
ReplyDeleteAlhamdulillah ... syukron mbak Tien atas wejangannya lewat bu Dosen Tyndy ...
Sami2 Ibu Susi
DeleteADUHAI AH
𝐌𝐚𝐭𝐮𝐫 𝐬𝐮𝐰𝐮𝐧 𝐛𝐮 𝐓𝐢𝐞𝐧 ...𝐌𝐊𝐉 37 𝐭𝐚𝐲𝐚𝐧𝐠.
ReplyDelete𝐒𝐞𝐦𝐨𝐠𝐚 𝐢𝐛𝐮 𝐬𝐞𝐡𝐚𝐭 𝐬𝐫𝐥𝐚𝐥𝐮 𝐛𝐞𝐫𝐬𝐚𝐦𝐚 𝐤𝐞𝐥𝐮𝐚𝐫𝐠𝐚 𝐭𝐞𝐫𝐜𝐢𝐧𝐭𝐚...🙏🙏🙏
Sami2 Pak Indriyanto
DeleteAamiin
alhamdulillah sudah muncul. Saya salut dengan Tindy yang bisa mengatasi suatu masalah dengan kesabaran. Susah juga lho jadi Tindy, semoga Haryo segera sadar dan pulang ke rumah. wah siapa ya yang dilihat Desy..apakah Endah atau Ana dan gebetan barunya? Amit amit deh, Nina koq ya bisa bisanya menikmati uang haram dari kerja haram anak anaknya. Salam sehat bu Tien,, ditunggu kelanjutannya
ReplyDeleteSalam sehat Ibu Noor
DeleteAlhamdulillah....
ReplyDeleteMtur nuwun Bun....
Mugi2 tansah pinaringan rahayu wilujeng sedoyonipun
Sami2 Wo
DeleteAlhamdulillah... matur nuwun bu Tien, salam sehat bugar dan salam aduhaaaaai
ReplyDeleteSami2 Ibu Wiwik
DeleteADUHAI
Yes.... Terima kasih Bu Tien semoga sehat selalu
ReplyDeleteSami2 ibu Yati
DeleteAamiin
ahh PasarKembang.Maturnuwun Mbak tetep semangat&sehat
ReplyDeleteSami2 Pak Herry
DeleteSemangat
Alhamdulillah gasik bener tayang,a,,,👏👏👏
ReplyDeleteMksh Bunda Tien 🥰
Sami2 Ibu Jen
DeleteAlhamdulillah MKJ 37 telah tayang, terima kasih bu Tien sehat n bahagia selalu. Aamiin.
ReplyDeleteUR.T411653L
Sami2 Ibu Uchu
ReplyDeleteAamiin
Terimakasih mbak Tien mkj dah tayang. Salam Seroja penuh semangat dan aduhai.selamat istirahat 🙏
ReplyDeleteSami2 Ibu Tuti
DeleteAamiin
ADUHAI
Matur nuwun mbak Tien-ku MKJ sudah tayang.
ReplyDeleteApa Desy melihat salah satu kembang itu keluyuran ya, mudah"an tidak terjadi apa-apa.
Salam sehat mbak Tien yang selalu ADUHAI.
Sami2 pak Latief
DeleteADUHAI AH
Ya ampun....
ReplyDeleteEndah atau Anakah yg sedang berasyik masyuk disebuah bangku ditaman...
Benar2 sudah menjadi kembang jalanan...
Semoga pak Haryo segera ditemukan alamatnya dan mau diajak pulang...
Monggo ibu Tien, dilanjut aja, penasaran. Matur nuwun, Berkah Dalem.
Sami2 Ibu Yustinhar
DeleteAamiin
Besok gasik lagi ya mbak Tien...
ReplyDeleteGa sabar menunggu cerita selanjutnya..
Ah, ibu Anie
DeleteTerima kasih mbak Tien. Salam sehat selalu.
ReplyDeleteAh, hari ini no comment. Bingung lihat kelakuan Nina.
Sami2 pak Andrew
DeleteHehee.. aku yo bingung iki
Alhamdulillah... Terima kasih Bu Tien... Selamat malam selamat beristirahat semoga Bu Tien selalu sehat... Salam... 🙏🙏🙏
ReplyDeleteSami2 Ibu Sri
DeleteAamiin
Tks bu tien ....pak haryo sdg galau dan nina dan anaknya semakin terperosok kejurang... smg bu tien sll sehat salam aduhai dari pondok gede
ReplyDeleteSami2 Ibu Sri
DeleteSehat dan ADUHAI AH
Trimakasih Bu Tien ..... makin seru aja critanya.... semoga Bu Tien selalu sehat
ReplyDeleteAlhamdulillah MKJ Eps 37 sudah hadir.
ReplyDeleteMatur nuwun mbak Tien Kumalasari
Salam sehat dan salam hangat dari Tangerang.
Sami2 Mas Dudut
DeleteSalam sehat dan hangat
Trimskasih bu Tien. Semoga sehat selalu.
ReplyDeleteSami2 ibu Endang
DeleteAamiin
Alhamdulillah,terima kasih Bu Tien..
ReplyDeleteSehat selalu...,Aamiin.
Sami2 ibu Rini
DeleteAamiin
Ah...bikin penasaran aja
ReplyDeleteKutunggu besok lagi
Salam sehat selalu mbak Tien 😍🥰
Salam sehat ADUHAI AH
DeleteAlhamdulillah
ReplyDeleteTerimakadih MKJ nya bunda Tien
Soga bunda selalu sehat
Salam sehat dan aduhai dari Purworejo
Sami2 Ibu Salamah
DeleteSalam ADUHAI AH
Alhamdulillah.. yang ditunggu tayang awal, mksh bunda Tien, asyik dr.Danarto dapat tugas mencari info alamat pak Haryo semoga segera dapat... Salam sehat selalu dan aduhai buat bunda Tien
ReplyDeleteAlhamdulillah,
ReplyDeleteMatursuwun mbak Tien MKJnya
Salam sehat selalu dari bekti
Endang apa Ana?
ReplyDeleteMakasih mba Tien.
Salam hangat selalu.
Ah..
Sami2 Ibu Sul
DeleteSalam hangat
Bukan main, indahnya kata² seorang Ibu seperti Tindy, patut dicontoh oleh ibu² yang ada diblogspot bu Tien.
ReplyDeleteBu Tien memang ADUHAI, dalam merangkai kata² bijaknya....
“Ibu tidak perlu mengutarakan apa yang ada di dalam hati Ibu. Kemarahan yang meledak-ledak akan membakar hati kita dan membuat kita lupa diri. Tidak semua orang didunia ini baik dan sempurna. Ada kekurangan, ada cacat cela, mungkin memalukan, mungkin membuat orang marah dan tersinggung. Tapi kalau kita bisa menata perilaku kita, maka kita akan bisa menyadari, inilah warna dan ragam dari kehidupan yang kita jalani. Mau protes kepada siapa? Itu kan kembang kehidupan. Ada yang buruk, ada yang cantik, ada yang harum dan ada yang busuk baunya. Kita adalah salah satu dari kembang-kembang itu. Jadilah kembang cantik dan wangi, agar semua orang menyukainya. Bukankah menjadi yang disukai itu menyenangkan? Coba kalau kita dibenci, betapa sakitnya, betapa sedihnya.”
Dedy harus banyak belajar dari bu dosen Tindy.....
Memang bu Tien "hebat & ADUHAI"
SUGENG DALU.
Salam ADUHAI Mas Kakek
DeleteAlhamdulilah.. MKJ sdh hadir
ReplyDeleteTerimakasih bunda Tien
Aduhaiii... Tindy sabaaaarr bgt
Semoga bunda sehat selalu dan bahagia
Salam hangat dan teraduhai.. dari sukabumi 🙏🙏❤
Trims Bu Tien sudah menghibur sehat sehat Bu tien
ReplyDeleteSami2 Ibu Suparmia
DeleteAamiin
Maturnuwun mbak Tien..MKJ37nyaa..
ReplyDeleteSaluuut dgn sikap Tindy...tak tahu hatinya..pasti jg periih..
Beruntung Desy.mau mendengarkan nasehat ibunyaa...
Bertigaa ibu n anak2 perempuan..memang benar2 senang berfoya2..ga tau duit hasil apa..😏😏
Haryo apa ngontrak sendiri yaa..
Jwbnya besok lagiii..
Salam sehat selalu dan aduhaiii banget mbak Tien..🙏💟🌹
Sami2 Ibu Maris
DeleteSalam ADUHAI AH
𝑷𝒆𝒓𝒆𝒎𝒑𝒖𝒂𝒏 𝒊𝒕𝒖 𝒎𝒆𝒎𝒂𝒏𝒈 𝒌𝒆𝒎𝒃𝒂𝒏𝒈 𝒋𝒂𝒍𝒂𝒏𝒂𝒏
ReplyDeleteADUHAI AH, KP LOVER
DeleteKesempatan itu akan berakhir karena sopir antar jemput ada tugas lain yang menjanjikan demi peningkatan karirnya, naik satu level diatas, tentu akan lebih dipercaya memegang satu unit layanan khusus.
ReplyDeleteTentu bukan masalah transportasi, itulah dr Danarto seorang yang merasa punya perhatian lebih dan tertarik pada co-ass, menjadi kan diri sopir pribadi selama jeda waktu mendapatkan kesempatan mengambil spesialisasi penyakit dalam.
Desy bener-bener bakalan belajar mengendalikan diri, setelah sesaat tadi mendapatkan briefing dari sang Empu kehidupan. Semoga bisa mengambil inti pesan.
Rupanya dia yang paling; galak bila mendapatkan hal yang nggak bener, walaupun Haryo pernah digalakin tapi kini juga yang paling dibelain, karena baru siang tadi mendengar celoteh tiga wanita di rumah makan, dari mereka; jadi tahu Haryo sudah pergi entah kemana.
Itulah yang bikin penasaran akan dicari keberadaanya.
Apakah di waktu yang pendek ini Danarto berhasil menemui Haryo, yang katanya; kadang menelpon nya.
Kaya kucing Tom sama tikus Jerry, selalu kejar kejaran bila jumpa, apalagi terlihat kelebat keberadaan nya. Perempuan itu..
ADUHAI
Kaya bikin status di wa aja, cepat sekali berubah status;
dari penjual gado gado menjadi peternak bèbèk, mungkin efek pandemi.
Terimakasih Bu Tien;
Memang Kembang Jalanan yang ke tiga puluh tujuh sudah tayang.
Sehat sehat selalu doaku, sedjahtera dan bahagia bersama keluarga tersayang 🙏
Sami2 Nanang
DeletePeternak bebek ? Hahaa..
ADUHAI AH
Aamiin
Terimakasih bu Tien, nasehatnya mengena sekali, jadi terharu. Membaca episode ini air mataku netes karena nasehat bu Tindy
ReplyDeleteSami2 unknown
DeleteADUHAI AH
This comment has been removed by the author.
ReplyDeleteAlhamdulillah, terima kasih Bu Tien MKJ nya....
ReplyDeleteTerima kasih juga nasehat Bu Tien yg sdh disampaikan melalui Tindy...
Salam sehat selalu....🙏😊
Assalamualaikum wr wb. Perempuan itu, siapa lagi kalau bukan Endah ya Ana, yg memang kembang jalanan. Tapi ini hanya dugaan saya saja. Maturnuwun Bu Tien yg sdh banyak memberikan masukan bagaimana menjadi orang baik dan berguna bagi orang lain, sabar, sopan, santun, selalu menjaga lisan dan perilakunya. Semoga Bu Tien beserta keluarga tansah pinaringan karahayon wilujeng ing sadoyonipun. Aamiin Yaa Robbal'alamiin... Salam sehat dari Pondok Gede...
ReplyDeleteWa'alaikum salam wr wb.
DeleteAamiin ya robbal alamin
Matur nuwun pak Mashudi
Sami2 Pak Suyanto.
ReplyDeleteSalam sehat ADUHAI AH
Sami2 Ibu Hermina
ReplyDeleteSalam hangat ADUHAI AH