MEMANG KEMBANG JALANAN
27
(Tien Kumalasari)
Lala menatap tajam wanita yang tampak lusuh
dihadapannya. Ia yakin bahwa perempuan ini yang telah merebut hati ayahnya.
Bukan main, apa yang menarik dari wanita ini? Tapi Lala tak sempat menilai
kelebihan wanita itu. Ia sangat marah karena kata-katanya yang tak memiliki sopan
santun. Apakah ayahnya memungutnya di jalanan?
“Kalau Ibu bersikap sopan, saya juga akan bersikap
sopan. Tapi Ibu sama sekali tidak punya tata krama. Saya heran, apa yang
menarik pada Anda sehingga ayah saya tergila-gila,” katanya tajam. Pasti
menyakitkan.
“Apa katamu? Saya sedang bekerja di dapur dan tentu
saja tidak sempat dandan. Tentu saja tidak menarik,” jawabnya yang hanya
berfokus pada kata ‘menarik’ saja.”
“Bukan itu, maksud saya, anda sangat tidak punya tata
krama terhadap orang yang baru saja anda kenal.”
“Aku sudah tahu kalau kamu anaknya mas Haryo. Kamu
sendiri mengatakannya kan? Dan dengar, kalau mas Haryo lebih mencintai aku,
apapun alasannya pasti ibu kamu tidak menarik baginya."
“Saya tidak mau berbincang dengan orang yang tidak
sopan. Saya hanya ingin bertemu ayah saya,” kata Lala yang dengan sekuat tenaga
menahan tangannya agar tidak menampar wanita di hadapannya.
“Tidak bisa. Mas Haryo sedang sakit, dan kalau kamu
mau minta uang ….”
“Diaamm!” kali ini Lala berteriak, membuat hati Nina
sedikit kecut.
Tapi teriakan Lala terdengar oleh Haryo dari dalam
kamarnya. Ia bangkit dan keluar. Heran melihat Lala berdiri di pintu dengan
mata marah menatap Nina.
“Ada apa?”
Tiba-tiba Nina memeluk Haryo dan merengek manja.
“Maas, anakmu ini telah menghina aku.”
Haryo melepaskan pelukan Nina, lalu mendekati anaknya.
“Lala, ada apa?” tanyanya pelan.
“Sudah jelas dia mau minta uang,” kata Nina kesal.
“Bisakah saya duduk Pak?”
“Duduklah. Masuk,” perintah Haryo.
“Saya di sini saja Pak,” kata Lala sambil duduk di
sebuah kursi di teras itu.
Haryo mengikutinya, setelah menepiskan tangan Nina
yang memegangi lengannya. Tapi Nina kemudian bersembunyi di balik pintu,
mendengarkan pembicaraan ayah dan anak itu.
“Apa Bapak sakit?”
“Ya, sedikit. Darimana kamu tahu?”
“Dokter Linda.”
“Ya, pasti dia, saat ibu kamu juga periksa sama dia.
Sakit apa ibumu?”
“Tidak sakit, hanya kelelahan.”
Haryo mengangguk. Lala menatap wajah ayahnya yang
pucat. Rasa kesal karena ayahnya telah berselingkuh dengan wanita tadi, luntur
seketika. Bagaimanapun Haryo adalah ayahnya, yang telah mengukir jiwa raganya.
“Lala datang kesini karena mendengar bahwa Bapak
sakit.”
“Ibumu yang menyuruhnya?”
Lala menggeleng, dan itu membuat Haryo sedikit kecewa.
Barangkali Tindy memang tak lagi memperhatikannya. Biarlah, Haryo merasa salah.
“Aku sudah lebih baik, tapi masih ingin beristirahat
untuk beberapa hari lagi.”
“Itu benar, bapak harus beristirahat. Apa Bapak tak
ingin pulang?” tanya Lala hati-hati.
Haryo menggeleng lemah. Masih adakah muka untuk
kembali setelah ia melihat wajah-wajah kebencian pada semua orang di rumah itu?
“Kalau Bapak ingin pulang, pulang saja.”
Haryo kembali menggeleng. Dibalik pintu, Nina hampir
keluar untuk mendamprat Lala yang mengajak ayahnya pulang, tapi langkahnya
terhenti ketika mendengar kalimat Lala selanjutnya.
“Kedatangan saya kemari, kecuali mendengar kalau Bapak
sakit, juga untuk berpamit. Sebentar lagi Lala mau berangkat.”
“Kamu jadi mau ke luar negri?” tanya Haryo, karena
ketika masih di rumah, Haryo pernah mendengar keinginan Lala itu.
Lala mengangguk.
“Apa kamu butuh uang?” dan Nina yang ada dibalik pintu
lebih membuka telinganya.
“Tidak. Ibu memberi saya uang saku yang cukup.” Nina
urung melabraknya.
“Syukurlah.”
“Lala juga akan kuliah sambil bekerja di sana.”
Haryo mengangguk. Ia tak bisa menyembunyikan
kebanggaannya kepada anak-anaknya yang telah berhasil menempuh pelajaran demi
pelajaran yang hampir tak pernah mendapat bimbingannya. Rasa bersalah itu ada,
tapi Haryo lagi-lagi dicengkeram oleh harga dirinya.
“Lala hanya ingin mengatakan itu. Lala mohon doa
restu,” kata Lala sambil berdiri, lalu mencium tangan ayahnya, kemudian
merangkulnya erat. Haryo membalasnya dengan perasaan yang tak menentu.
“Kalau Bapak ingin pulang, pulanglah,” kata Lala
sebelum pergi. Haryo hanya mengangguk pelan.
***
Gemuruh dada Nina mendengar Lala berkali-kali
mengajaknya pulang. Rasa khawatir segera menyergapnya, kalau-kalau Haryo akan benar-benar
pulang ke rumah isterinya.
Ia bergegas ke kamar, merapikan dandanannya, dan
mengganti pakaiannya dengan yang lebih pantas. Ia memoles wajahnya dengan bedak
dan lipstik, kemudian berputar sejenak di depan cermin. Ia telah merasa rapi
ketika Haryo masuk ke kamar itu.
Haryo menatapnya heran.
“Mau kemana?” tanyanya ketika melihat Nina berdandan.
"Tidak kemana-mana, aku sedang memasak di dapur tadi,
tapi sambil menunggu kuah mendidih, aku berganti baju, karena tadi belum
sempat."
Haryo tak menjawab, lalu kembali membaringkan
tubuhnya.
“Apa Mas masih merasa sakit?” tanyanya seakan penuh perhatian.
“Tidak, aku hanya ingin beristirahat.”
“Aku siapkan makan siang nanti di kamar saja, supaya
Mas tidak usah bangun dan makan di ruang makan.”
“Tidak usah,” katanya singkat.
Nina sedikit kesal karena Haryo seperti
mengacuhkannya. Tapi ia menahan kekesalan itu, karena ajakan Lala untuk pulang
kerumah selalu mengganggunya.
“Baiklah, aku lanjutkan memasak dulu. Tadi aku masak
semur tahu dan telur, serta perkedel kesukaan Mas.”
Haryo memejamkan matanya.
“Hmh, untunglah tidak minta uang, coba kalau benar
minta uang, aku akan benar-benar menghajarnya,” gumamnya pelan saat di dapur,
seperti dia memang berani melakukannya. Padahal melihat pancaran marah dari
mata Lala saja dia sudah merasa ciut.
Sementara itu di tempat tidurnya, Haryo merasa sangat
terpukul. Kedatangan Lala membuatnya merasa tak berguna. Dia membawa berita akan
keberangkatannya ke luar negri dan itu adalah keberhasilannya, sementara dia
merasa tak menjadi sesuatu pada keberhasilan itu. Tenggelam dalam aroma nafsu,
mabuk dalam gelimang rayuan dan kemesraan dari mana-mana, membuatnya tak
memiliki makna dalam hidup ini.
Terngiang kembali kata-kata Lala, ‘kalau Bapak ingin
pulang, pulanglah’. Tapi tidak, sangat
memalukan bagi seorang Haryo untuk menjilat ludah yang sudah dilemparkan. Lalu
Haryo terkurung dalam sesal yang berkepanjangan.
***
“Bu, bagaimana ini bu, kan sudah saatnya aku bayar
kuliah?” rengek Ana ketika pulang kuliah dan sudah duduk di meja makan.
“Sudah, tenang saja. Tidak lama lagi pasti akan
terbayar.
“Dan aku juga, sebelum ujian aku harus lunas juga,”
sambung Endah.
“Sudah, diamlah. Kan kamu tahu bahwa pak Haryo sedang
sakit dan belum mengambil gaji?”
“Iya, tapi sampai kapan?”
“Sebentar lagi, diam disitu dan jangan mengucapkan
apapun tentang uang sekolah saat pak Haryo sudah duduk di ruang makan ini. Itu
urusan ibu. Tahu?” kata Nina tandas. Kedua anaknya diam dengan mulut cemberut.
Lalu Nina beranjak ke kamar, dimana Haryo masih
terbaring diam.
“Mas,” katanya lembut. Sungguh dia akan berbaik-baik
sekarang, karena tak ingin Haryo terbawa ajakan Lala untuk kembali ke rumah.
Haryo membuka matanya.
“Mas mau makan di kamar, atau ke ruang makan?”
“Aku keluar saja. Tidak enak makan di kamar,” kata
Haryo sambil bangkit.
“Iya, kalau Mas masih merasa tidak enak, nggak apa-apa
aku bawakan makan Mas ke kamar," katanya sambil membelai punggung Haryo lembut.
“Tidak.”
“Baiklah, ayo ke ruang makan, anak-anak sudah menunggu,”
katanya sambil menarik lengan Haryo pelan.
“Aku ke kamar mandi dulu,” katanya sambil melepaskan
pegangan Nina.
“Baiklah, aku tunggu di ruang makan ya Mas.”
Nina sudah duduk di kursi makan, lalu menyendokkan
nasi untuk Haryo, ketika Haryo datang kemudian duduk di kursinya.
“Terlalu banyak, kurangi nasinya,” perintah Haryo.
“Segini terlalu banyak? Apa mas juga kehilangan selera
makan? Ini masakan kesukaan Mas lho.”
“Iya, kurangi saja nasinya, kalau kurang aku nambah
sendiri.”
“Baiklah, sayang,” kata Nina sambil mengurangi nasi di
piring Haryo. Endah dan Ana menutup mulutnya menahan senyum ketika melihat
kemesraan ibunya yang dibuat-buat.
Nina memelototi mereka.
Mereka makan tanpa bicara. Kedua anak Nina mengerti,
kalau Haryo sedang tak enak badan, dan ibunya tampak sangat menjaganya. Mereka
tak tahu penyebab semua itu, Ia tak tahu ada Lala datang pagi tadi dan secara
tidak langsung membawa ancaman bagi ibunya.
“Mas, bagaimana sekarang perasaan Mas? Masih pusing? “
“Tidak begitu, nanti sore mau kontrol ke dokter.”
“Aku ikut ya mas?”
“Nggak usah, kenapa ikut?”
“Ya supaya aku juga mendengar dari dokter, bagaimana
keadaan sakitnya Mas”.
“Tidak usah, nggak enak sama dokternya. Itu kan dokter
keluarga.”
“O, takut ketahuan Tindy ya.”
“Bukan takut. Nggak mau saja.”
“Kok obatnya tidak dibawa kemari? Aku ambilkan ya? Di
kamar kan?”
“Tidak usah, aku minum di kamar saja.”
“Kalau begitu akan aku tambahkan air putihnya yang ada
di kamar.”
“Masih penuh, belum aku minum, biarkan saja.”
“Oh, baiklah. Lhah kok makannya sudah selesai?” tanya
Nina ketika Haryo sudah meletakkan sendok garpunya.
“Sudah kenyang, aku mau kembali ke kamar,” kata Haryo
sambil berdiri.
Nina menghela napas ketika Haryo sudah pergi.
“Heran, hari ini Ibu mesra banget sama pak Haryo,”
kata Endah.
“Diam. Ada cara untuk memikat hati pria. Bukan seperti
kamu, menggaet Danarto saja tidak bisa,” omel Nina sambil melanjutkan makannya.
“Lhoh, Ibu kok lari kesitu?”
“Nah lo. Salah siapa tidak menyerahkan saja sama aku,”
celetuk Ana yang membuat ibunya kembali melotot ke arahnya.
***
“Selamat sore,” ucapan itu mengejutkan Desy yang
sedang duduk sendirian di teras.
“Eh, mas Danar. Kok tiba-tiba sudah ada di sini sih?
Nggak dengar suara mobilnya?”
“Aku parkir di luar.”
“Kenapa nggak masuk ?”
“Ada mobil di situ, aku kira ada tamu.”
“Bukan, itu mobil mbak Lala, belum lama pulang.”
“Oh, ya sudah, nggak apa-apa, biar saja di luar.”
“Dari mana?”
“Dari rumah. Bagaimana keadaan ibu?”
“Ibu, baik sekali. Minum obatnya tertib, istirahat
juga tertib.”
“Syukurlah, senang mendengarnya. Saya pikir hari ini
akan kontrol.”
“Tidak, kalau obatnya habis baru mau kontrol. Kan
dikasih obat untuk sebulan?”
“Oh, iya benar, aku yang lupa.”
“Mau ketemu ibu?”
“Tidak, nanti aku mengganggu. Ketemu kamu saja,” kata
Danarto nekat.
“Ah ….”
Desy tersipu, dan debar di jantungnya menjadi kencang.
Apalagi ketika mata mereka bertatapan..
“Kenapa? Nggak boleh?” mata mereka masih bertatapan,
susah sekali mengalihkan pandangan kepada masing-masing lawan bicara mereka.
Tapi kemudian Desy menundukkan wajahnya yang memerah.
“Nggak bolehkah?” ulang Danarto.
“Kalau nggak boleh, sudah aku usir mas Danar dari
tadi,” jawab Desy tanpa berani menatap wajahnya lagi.
Danarto tertawa lirih.
“Terima kasih.”
“Mau aku ajak keluar sore ini?”
“Keluar? Keluar kemana?”
“Jalan-jalan lah, melepaskan lelah setelah beraktivitas
seharian.”
“Makin lelah dong kalau jalan-jalan, bukannya
melepaskan lelah,” sergah Desy sambil tersenyum.
“Maksudnya bukan fisiknya, tapi batinnya. Fisik lelah,
harus diistirahatkan, kalau batin yang lelah, harus cari hiburan. Jalan-jalan,
santai, nonton film. Pokoknya banyak, dan yang pasti harus yang membuat lelah
itu hilang.”
“Gitu ya?”
“Maukah ?”
“Aku mau bilang ibu dulu, mungkin tidak apa-apa,
karena mbak Lala sudah pulang.”
“Baiklah.”
Desy berdiri, beranjak ke belakang. Dilihatnya sang
ibu sedang duduk di ruang tengah, ditemani Tutut.
“Siapa tamunya Des?” tanya Tindy.
“Mas Danarto.”
Tutut berdehem sambil tersenyum, Desy melotot
memandangi adiknya yang menggodanya.
“Oh, suruh Simbok membuatkan minum.”
“Mas Danar mengajak aku jalan, bolehkah?”
“Aduuh, mau pacaran nih?” celetuk Tutut.
Tindy mencubit pipi Tutut.
“Jangan begitu. Besok kalau punya pacar, dibalas, baru tahu
rasa,” kata Tindy sambil tersenyum.
“Bolehkah Bu?”
“Boleh saja, jangan malam-malam pulangnya.”
“Desy ganti baju dulu,” kata Desy yang langsung masuk
ke kamarnya.
Tindy melangkah keluar.
“Nggak tahu Ibu, ternyata ada tamu.”
“Bagaimana keadaan Ibu? Saya lihat sudah tampak lebih
segar?”
“Alhamdulillah nak dokter, Ibu merasa lebih baik.”
“Ibu jangan terlalu capek ya.”
“Iya, pasti.”
“Bu, saya mau mengajak Desy jalan-jalan, bolehkah?”
“Iya, Desy sudah mengatakannya. Jangan terlalu malam
pulangnya ya?”
“Iya Bu.”
***
Danarto memarkir mobilnya di area pertokoan, lalu
mereka berjalan kaki menyusuri jalanan dengan
santai.
“Makan bakso yuk,” Danarto menawarkan.
“Boleh.”
“Didepan itu ada warung bakso yang enak. Agak kesana,
biar jalannya lama.”
“Kok gitu?”
“Kan bisa lebih lama jalan sama kamu.”
“Ah ….”
“Suka sekali ngomong ‘ah’ ya?”
“Oh ya? Nggak sengaja tuh. Sudah berapa kali aku ngomong
begitu?”
“Seingat aku … dua kali. Semoga ada lagi nanti,” goda
Danarto.
Akhirnya mereka sampai di sebuah warung bakso yang
dimaksud.
Danarto memegang lengan Desy karena ada tangga
sebelum memasuki warung. Tiba-tiba sebuah panggilan mengejutkan mereka.
“Mas Danar !”
***
Besok lagi ya.
Alhamdulillah
ReplyDeleteAlhamdulillah
DeleteJeng Nani juara 1....
DeleteSelamat....ya
Lha dawuhe iki mau sabar mas kakek isih durung rampung ngetike...
Lha kok mak bedunduk SAMPUN...
Mbalap jebule wis kacrit....
Selamat mbak Nani juara 1
DeleteAlhamdulillah, setelah libur sehari MKJ_27 sdh tayang dihari Senin malam, 31 Januari 2022 jam 20.28 termasuk gasik, ning lebih gasik paska "vaksin booster" .Sabtu kemarin
DeleteTerima kasih bunda, salam SEROJA dan tetap sehat selalu.
Salam ADUHAIVL dari mBandung.
alhamdulillah
ReplyDeleteYess
ReplyDeleteNo 2 alhamdulillah
DeleteTrmksh mb Tien smg sehat sll
Salam ADUHAI
Sami3 Yangtie
DeleteAlhamdulillah dah tayang, trims
ReplyDeleteSami2 pak Gondo
DeleteYeeees..... lumayan no enom
ReplyDeleteYeeesss ibu Wiwik
DeleteSelamat malam Bunda Tien...terima kasih sudah terbit..
ReplyDeleteSalam Aduhai ..salam sehat..
Sami2 ibu Sriati
DeleteSalam hangat dan ADUHAI
Makasih bu Tien🙏❤
ReplyDeleteSalam aduhai💖💖
Dami2 ibu Sari
DeleteADUHAI
Hallow mas2 mbak2 bapak2 ibu2 kakek2 nenek2 ..
ReplyDeleteWignyo, Opa, Kakek Habi, Bambang Soebekti, Anton, Hadi, Pri , Sukarno, Giarto, Gilang, Ngatno, Hartono, Yowa, Tugiman, Dudut Bambang Waspodo, Petir Milenium (wauuw), Djuniarto, Djodhi55, Rinto P. , Yustikno, Dekmarga, Wedeye, Teguh, Dm Tauchidm, Pudji, Garet, Joko Kismantoro, Alumni83 SMPN I Purwantoro, Kang Idih, RAHF Colection, Sofyandi, Sang Yang, Haryanto Pacitan, Pipit Ponorogo, Nurhadi Sragen, Arni Solo, Yeni Klaten, Gati Temanggung, Harto Purwokerto, Eki Tegal dan Nunuk Pekalongan, Budi , Widarno Wijaya, Rewwin, Edison, Hadisyah,
Wo Joyo, Tata Suryo, Mashudi, B. Indriyanto, Nanang, Yoyok, Faried, Andrew Young, Ngatimin, Arif, Eko K, Edi Mulyadi, Rahmat, MbaheKhalel, Aam M, Ipung Kurnia, Yayak, Trex Nenjap, Sujoko, Gunarto, Latif, Samiadi, Alif, Merianto Satyanagara, Rusman, Agoes Eswe, Muhadjir Hadi, Robby, Gundt, Nanung, Roch Hidayat, Yakub Firman, Bambang Pramono, Gondo Prayitno , Zimi Zaenal M. , Alfes, Djoko Bukitinggi, Arinto Cahya Krisna , HerryPur, Djoni August. Gembong. Papa Wisnu, Djoni, Entong Hendrik, Dadung Sulaiman, Wirasaba, Boediono Hatmo, R.E. Rizal Effendy, Tonni, Koko Hermanto,
Alamdulillah...
DeleteYang ditunggu tunggu telah hadir
Matur nuwun bu Tien
Semoga bu Tien senantiasa dikaruniai kesehatan dan tetap semangat
Salam ADUHAI dr Cilacap.
Sami2 pak Wedeye
DeleteSalam ADUHAI
Hallow..
ReplyDeleteYustinhar. Peni, Datik Sudiyati, Noor Dwi Tjahyani, Caroline Irawati, Nenek Dirga, Ema, Winarni, Retno P.R., FX.Hartanti, Danar, Widia, Nova, Jumaani, Ummazzfatiq, Mastiurni, Yuyun, Jum, Sul, Umi, Marni, Bunda Nismah, Wia Tiya, Ting Hartinah, Wikardiyanti, Nur Aini, Nani, Ranti, Afifah, Bu In, Damayanti, Dewi, Wida, Rita, Sapti, Dinar, Fifi, Nanik. Herlina, Michele, Wiwid, Meyrha, Ariel, Yacinta, Dewiyana, Trina, Mahmudah, Lies, Rapiningsih, Liliek, Enchi, Iyeng Sri Setyawati , Yulie, Yanthi , Dini Ekanti, Ida, Putri, Bunda Rahma, Neny, Yetty Muslih, Ida, Fitri, Hartiwi DS, Komariah P., Ari Hendra, Tienbardiman, Idayati, Maria, Uti Nani, Noer Nur Hidayati, Weny Soedibyo, Novy Kamardhiani, Erlin, Widya, Puspita Teradita, Purwani Utomo, Giyarni, Yulib, Erna, Anastasia Suryaningsih, Salamah, Roos, Noordiana, Fati Ahmad, Nuril, Bunda Belajar Nulis, Tutiyani, Bulkishani, Lia, Imah P Abidin, Guru2 SMPN 45 Bandung, Yayuk, Sriati Siregar, Guru2 SMPN I Sawahlunto, Roos, Diana Evie, Rista Silalahi, Agustina, Kusumastuti, KG, Elvi Teguh, Yayuk, Surs, Rinjani, ibu2 Nogotirto, kel. Sastroharsoyo, Uti, Sis Hakim, Tita, Farida, Mumtaz Myummy, Gayatri, Sri Handay, Utami, Yanti Damay, Idazu, Imcelda, Triniel, Anie, Tri, Padma Sari, Prim, Dwi Astuti, Febriani, Dyah Tateki, kel. SMP N I Gombong, Lina Tikni, Engkas Kurniasih, Anroost, Wiwiek Suharti, Erlin Yuni Indriyati, Sri Tulasmi, Laksmie, Toko Bunga Kelapa Dua, Utie ZiDan Ara, Prim, Niquee Fauzia, Indriyatidjaelani,
Bunda Wiwien, Agustina339, Yanti, Rantining Lestari, Ismu, Susana Itsuko, Aisya Priansyah, Hestri, Julitta Happy, I'in Maimun, Isti Priyono, Moedjiati Pramono, Novita Dwi S, Werdi Kaboel, Rinta Anastya, r Hastuti, Taty Siti Latifah, Mastini M.Pd. , Jessica Esti, Lina Soemirat, Yuli, Titik, Sridalminingsih, Kharisma, Atiek, Sariyenti, Julitta Happy Tjitarasmi, Ika Widiati, Eko Mulyani, Utami, Sumarni Sigit, Tutus, Neni, Wiwik Wisnu, Suparmia, Yuni Kun, Omang Komari, Hermina, Enny, Lina-Jogya, mbah Put Ika, Eyang Rini ,Handayaningsih, ny. Alian Taptriyani, Dwi Wulansari, Arie Kusumawati, Arie Sumadiyono, Sulasminah , Wahyu Istikhomah, Ferrita Dudiana, SusiHerawati, Lily , Farida Inkiriwang, Wening, Yuka, Sri, Mbah Wi, Si Garet, ibu Wahyu Widyawati, Rini Dwi, Pudya , Indahwdhany, Butut, Oma Michelle, Linurhay, Noeng Nurmadiah, Dwi Wulansari, Winar, Hnur, Umi Iswardono , Yustina Maria Nunuk Sulastri Rahayu Hernadi , Sri Maryani, Bunda Hayu Hanin, Nunuk, Reni, Pudya, Nien, Swissti Buana, Sudarwatisri, Mundjiati Habib, Savero, Ida Yusrida, Nuraida, Nanung, Arin Javania. Ninik Arsini, Neni , Komariyah, Aisya Priansyah, Jainah Jan. Civiyo, Mahmudah, Yati Sri Budiarti, Nur Rochmah. Uchu Rideen
. Ninik Arsini, Endah. Nana Yang, Sari P Palgunadi, Echi Wardani, Nur Widyastuti, Gagiga family, Trie Tjahjo Wibowo, Lestari Mardi, Susi Kamto, Rosen rina, Mimin NP, Ermi S, Ira, Nina, Endang Amirul
Alhamdulillah, matur suwun mbak Tien MKJ27 nya...
ReplyDeleteSalam sehat dan bahagia selalu
Sami2 ibu Pudya
DeleteAamiin
Hallow Pejaten, Tuban, Sidoarjo, Garut, Bandung, Batang, Kuningan, Wonosobo, Blitar, Sragen, Situbondo, Pati, Pasuruan, Cilacap, Cirebon, Bengkulu, Bekasi, Tangerang, Tangsel,Medan, Padang, Mataram, Sawahlunto, Pangkalpinang, Jambi, Nias, Semarang, Magelang, Tegal, Madiun, Kediri, Malang, Jember, Banyuwangi, Banda Aceh, Surabaya, Bali, Sleman, Wonogiri, Solo, Jogya, Sleman, Sumedang, Gombong, Purworejo, Banten, Kudus, Ungaran, Pamulang, Nusakambangan, Purworejo, Jombang, Boyolali. Ngawi, Sidney Australia, Boyolali, Amerika, Makasar, Klaten, Klipang, JAKARTA...hai..., Mojokerto, Sijunjung Sumatra Barat, Sukabumi, Lamongan, Bukittinggi, Hongkong, El Segudo, California, Bogor, Tasikmalaya, Baturetno, Wonogiri, Terimakasih atas perhatian dan support yang selalu menguatkan saya. Aamiin atas semua harap dan do'a.
ReplyDeleteADUHAI.....
Alhamdulillah
ReplyDeleteSyukron Mbak Tien 😊🌹🌹🌹
Sami2 ibu Susi
DeleteADUHAI
Alhamdulillah MKJ27 telah tayang...maturnuwun bu Tien salam aduhai
ReplyDeleteSami2 ibu Atiek
DeleteSalam ADUHAI
Alhamdulilah terima kasih bu tien... salam sehat dan salam aduhai dari pondok gede
ReplyDeleteSami2 ibu Sri
DeleteSalam sehat dan ADUHAI
Wah..jeng Nani juaranya
ReplyDeleteSelamat ..
Terima kasih bu Tien, ceritanya semaki menarik dan asyik...
ReplyDeleteSami2 ibu Komariyah
DeleteADUHAI
Alhamdulillah....
ReplyDeleteMtur nuwun Bun....
Mugi2 tansah pinaringan rahayu wilujeng sedoyonipun...
Sami2 Wo
DeleteAamiin
Alhamdulillah....
ReplyDeleteSuwun ibu
Sami2 Butut
DeleteMatur nuwun, bu Tien. Yang ditunggu sudah datang
ReplyDeleteSami2 ibu Anik
DeleteSelamat malam, mbak Tien. Selamat malam smua... Wah pasti si Endah tu.
ReplyDeleteMaturnuwun, mb Tien.
Salam sehat n aduhai
Yuli Semarang
Selamat malam
DeleteSami2
ADUHAI ibu Yuli
Matur nuwun mbak Tien-ku MKJ sudah berkunjung.
ReplyDeleteGimana Haryo, gak sembuh"... apa malah tambah runyam? Anaknya sendiri dibiarkan , ngurusin anak orang. Ah...
Hallo dokter Danar, kakaknya belum loh, mau nglangkahi?? Ah...
Salam sehat mbak Tien yang selalu ADUHAI.
Sami2 pak Latief
DeleteSalam sehat dan ADUHAI
Alhamdulillah MKJ 27 telah tayang, terima kasih bu Tien sehat n bahagia selalu. Aamiin.
ReplyDeleteUR.T411653L
Sami2 ibu Uchu
DeleteAamiim
alhamdulillah
ReplyDeletematur nuwun bu Tien
salam Aduhai
dr b Nanik Baturetno
Sami2 ibu Nanik
DeleteSalam ADUHAI
Alhamdulillah MKJ Eps 27 sudah tayang menghibur.. matur nuwun mbak Tien.
ReplyDeleteSalam sehat dan salam hangat.
Sami2 mas Dudut
DeleteSalam sehat dan ADUHAI
Alhamdulillah MKJ 27 sdh hadir
ReplyDeleteWaah siapa ya yg memanggil Danarto? Endah atau Ana?
semakin penasaran cerita lanjutannya.
Terima kasih Bu Tien, semoga sehat dan bahagia selalu.
Aamiin
Salam ADUHAI selalu
Sami2 obu Ting
DeleteSalam ADUHAI
Ternyata Lala bisa marah sama Nina yang tidak punya tata krama. Seperti pendapat Lala memang Nina adalah kembang yang dipungut di jalanan samap bapaknya. Apa yang menarik dari Nina...ya paling Haryo terbius oleh rayuannya. Eh siapa yang memanggil Danarto/ sepertinya Endah. Wah bsa rame nih anak asli ketemu anak tiri.. Matur nuwun bu Tien sudah tayang dan membuat penasaran menunggu lanjutannya. Semoga sehat terus..aamiin
ReplyDeleteSami2 ibu Noor
DeleteAamiin
Wadoooh..jgn2 Endah yg panggil...tp Danar kan udh kasih penjelasan ke Endah..klo msh nekat ngejar yo podo wae karo ibuk'é...🤦♀️
ReplyDeleteHaryo..sesal kemudian tak berguna..😏
Lanjut besok lagiii...
Maturnuwun mbak Tien..MKJ27nya..
Salam sehat selalu dan aduhaiii..🙏💟🌹
Samo2 ibu Maria
DeleteSalam sehat dan ADUHAI
Trimakasih bu Tien. Sdh di tunggu2
ReplyDeleteSalam sehat selalu
Salam aduhai
ReplyDeleteEndang amirul
Salam ADUHAI ibu Endang
DeleteAlhamdulillah 🙏
ReplyDeleteEsok lagii...kita tunggu yoookk🤣
Salam sehat mbak Tien
Yuuk
DeleteSalamsehat ibi Yulie
Alhamdulillah sudah hadir.
ReplyDeleteTerimakasih bu Tien, semoga bu Tien sekeluarga sehat selalu.
Sami2 ibu Sri
DeleteAamiin
Terima kasih Mbak Tien ... MKJ 27 sdh tayang ... makin seru aja ceritanya ... Salam sehat buat Mbak Tien / keluarga ... Salam Aduhai .
ReplyDeleteSami2 ibu Enny
DeleteSalam sehat dan ADUHAI
Terima kasih Ibu Tien , salam aduhai dari kota Bojonegoro
ReplyDeleteSami2 ibu Mundjiati
ReplyDeleteADUHAI
Alhamdulillah, matur nuwun bunda Tien
ReplyDeleteSemangat sehat, salam aduhai dari Jogjakarta
Pasti yg memanggil si endah
ReplyDeleteAyo desi dan mas danar mesraan biar endah panas melihat berduaan
Aku dung desi dan danarto berjodoh
Makasih bunda tien salam sehat selalu
Jangan2 endah yg panggil danarto. Terima kadih bu tien
ReplyDeleteAlhamdulillah, matursuwun mbak Tien MKJnya
ReplyDeleteSemoga sehat selalu, aamiin
𝑨𝒎𝒃𝒚𝒂𝒓𝒓𝒓 ... 𝑻𝒆𝒓𝒏𝒚𝒂𝒕𝒂 𝑬𝒏𝒅𝒂𝒉 𝒋𝒖𝒈𝒂 𝒎𝒂𝒖 𝒎𝒂𝒌𝒂𝒏 𝒅𝒊 𝒘𝒂𝒓𝒖𝒏𝒈 𝒚𝒈 𝒔𝒂𝒎𝒂..
ReplyDelete𝑩𝒂𝒈𝒂𝒊𝒎𝒂𝒏𝒂 𝑫𝒂𝒏𝒂𝒓𝒕𝒐 𝒅𝒂𝒏 𝑫𝒆𝒔𝒚 𝒎𝒆𝒏𝒚𝒊𝒌𝒂𝒑𝒊𝒏𝒚𝒂..??
𝑲𝒊𝒕𝒂 𝒕𝒖𝒏𝒈𝒈𝒖 𝒑𝒂𝒔𝒕𝒊 𝑨𝑫𝑼𝑯𝑨𝑰 𝒌𝒆𝒍𝒂𝒏𝒋𝒖𝒕𝒂𝒏𝒏𝒚𝒂...
𝑺𝒂𝒍𝒂𝒎 𝒔𝒆𝒉𝒂𝒕 𝒅𝒂𝒏 𝒃𝒂𝒉𝒂𝒈𝒊𝒂 𝒃𝒖𝒂𝒕 𝒃𝒖 𝑻𝒊𝒆𝒏 𝒔𝒆𝒎𝒐𝒈𝒂 𝒕𝒆𝒕𝒂𝒑 𝒔𝒆𝒎𝒂𝒏𝒈𝒂𝒕 𝒎𝒆𝒏𝒈𝒉𝒊𝒃𝒖𝒓 𝒑𝒂𝒓𝒂 𝒑𝒆𝒏𝒈𝒈𝒆𝒎𝒂𝒓 𝒄𝒆𝒓𝒃𝒖𝒏𝒈...🙏🙏🙏👍👍👍
Matur nuwun bu Tien...euanh *
ReplyDeleteYg manggil pasti si becikot Endah dasar tidak punya urat malu....trims Bu Tien sehat sehat selalu
ReplyDeleteAlhamdulillah yg ditunggu dtg, maturnuwun Bu Tien 🙏,salam sehat semangat tetap ADUHAI
ReplyDeleteAlhamdulillah
ReplyDeleteTwrimakasih bunda Tien
Dalam sehat dan aduhai dari Purworejo
Persembunyian Haryo ketahuan, dimana Haryo nemu beginian; di jalanan apa ya.
ReplyDeleteNggak berkualitas lagi, serba kw gitu yah, bagian mana menariknya, temon.
Ah mbuh La; yang penting kamu udah minta restu, perkara lainnya, sudahlah buat apa, marakké maregi; apa itu, maregi yå mbedhedheg.
Wiw Danarto mulai nggrisèni Desy, pédékaté kata orang, adakah orang lain yang ada dihati Desy.
Halah mau merasakan indahnya kebersamaan, malah ada yang panggil, wuah ketemu sama brékélé, kok yå pas di warung yang sama lho, jian marakaké hambar, blaik, Desy menyarankan; tuh sana sama fans mu tuh, udah ngebet banget kayanya.
ADUHAI
Terimakasih Bu Tien;
Memang Kembang Jalanan yang ke dua puluh tujuh sudah tayang.
Sehat sehat selalu doaku, sedjahtera dan bahagia bersama keluarga tersayang 🙏
Alhamdulillah udah tayang
ReplyDeleteTerima kasih Bu tien
Di tunggu kelanjutannya....
𝙎𝙞𝙖𝙥𝙖 𝙮𝙖𝙣𝙜 𝙢𝙚𝙢𝙖𝙣𝙜𝙜𝙞𝙡 𝘿𝙖𝙣𝙖𝙧? 𝙀𝙣𝙙𝙖𝙝 𝙠𝙖𝙝?
ReplyDelete𝙏𝙚𝙧𝙞𝙢𝙖 𝙠𝙖𝙨𝙞𝙝 𝙢𝙗𝙖𝙠 𝙏𝙞𝙚𝙣...
Rasanya yg panggil mas Danar adalah ana, adiknya endah.
ReplyDeleteMakin seru nih.
Terima kasih banyak mbak Tien. Sehat selalu.
Matur nuwun bunda Tien...
ReplyDeleteADUHAI selalu kagem bunda...
Wahh mulai seru lagi nih...😅
ReplyDeleteWaktu Danarto dan Desy gandengan masuk ke warung itu, ada yg menyapa : "Mas Danar ..."
Rasanya itu suara si Endah (si pengejar dokter Danar...). Endah adalah anak bu Nina istri siri Pak Haryo. Dan pak Haryo adalah ayah kandung si Desy dan Danar adalah dari adalah anak istri siri pak Haryo yg telah almarhum..😋🤭
Itulah hebat nya Bu Tien Kumasari memainkan 'penanya dan bercerita tentang orang2 disekitar kehidupan orang disekitar nya.👍
istilah di jaman Satrawan/-wati era Pujangga Baru.
Kini diera jaman now , para penulis memain jarinya diatas rangkain huruf diatas laptop. Jempol empat deh 👍
Tak lupa do'a kita 'semoga Bu Tien selalu Sehat Wal'afiat dan aktif menuliskan karya serta senantiasa bahagia bersama keluarga tercinta. Aamiin Allahumma Aamiinn.🙏
Aamiin
DeleteTerimakasih pak Rusman
Pagi Bunda edisi nglilir , makasih untuk MKJ nya sukses selalu buat Bunda.
ReplyDeleteSalam sehat dan tetap semangat
Sami2 mas Bambang
DeleteADUHAI
Alhamdulilah.. MKJ sdh tayang
ReplyDeleteTerimakasih Bunda..
Salam sehat dan tetap semangaat..
Salam hangat dan aduhai dari sukabumi.. 🙏🙏❤
Sami2 ibu Hermina
DeleteADUHAI
Alhamdulillah... Terima kasih Bu Tien, semoga Bu Tien selalu sehat dan semangat dalam berkarya... Selamat pagi selamat beraktifitas... Salam.. 🙏🙏🙏
ReplyDeleteSami2 ibi Sri
DeleteADUHAI
Alhamdulillah.... terima kasih mbu tien... sehat² selalu... dari part ke part nya makin asyik untuk ditunggu trs...
ReplyDeleteSami2 pak Zimi
DeleteADUHAI
Lala ketemu juga selingkuhan bpk Nya yg jelek marjelek aduh malu kan mau.pulang ..makasih bu Tien selalu sehat ...Aamiin
ReplyDeleteSami2 ibu Yanti
DeleteAamiin
Endah kali ya, yg negur Danar?
ReplyDeleteMakasih mba Tien.
Sehat selalu dan tetap semangat mba.
Aduhai
Assalamualaikum wr wb. Saya duga itu Endah yg memanggil nama Danarto. Endah wanita yg ganjen mengejar laki laki (Danarto), yg sdh mengatakan sbg teman tdk lebih. Maturnuwun Bu Tien, ditunggu lanjutannya, semoga Bu Tien senantiasa dikaruniai kesehatan lahir dan batin, sehat wal afiat. Aamiin Yaa Robbal'alamiin... Salam sehat dari Pondok Gede...
ReplyDeleteWa'alailum salam wr wb.
DeleteAamiin
Matur nuwun pak Mashudi
Salam kenal mbak Tien. Salam sehat dari Bogor. Menikmati sekali MKJnya.
ReplyDeleteSalam kenal kembali. Siapa nih?
DeleteAssalamualaikum, mbak Tien. Sudah lama saya suka cerbungnya tapi tidak langsung dari blogspot ini saya biasa lihat di facebook alumni ikip medan. Karena kemarin sudah lebih dari 1 minggu episode ke 10 gak muncul akhirnya saya cari blogspotnya, eeh malah sudah episode 23. Ya ketinggalan jauh. Tapi gak apa sekarang saya sudah langsung di bligspotnya. Terima kasih semoga terus berlanjut dengan karya cerbungnya, semoga sehat juga selamanya.
ReplyDeleteWa'alaikum salam Radieska
Delete(Ibu atau bapak ya)
Terimakasih perhatiannya.
Aamiin atas doanya
Slnt soreeeebunda Tien.. Terimaksih MKJ nya.. Slmseroja dri sukabumi🥰🥰🙏🙏
ReplyDeleteSelamat malam ibu Farida
DeleteTerimakasih bunda Tien
ReplyDeletesemakin seru dan semakin penasaran sy bacanya...
sehat2 selalu bunda Tien
salam aduhaiii
Sami2 ibu Alfes
ReplyDeleteADUHAI
Alhamdulillah,terima kasih..senantiasa
ReplyDeletesehat Bu Tien..,Aamiin.
Terima kasihatas cerbungnua Mbak Tien, semoga terus beerkarya dan selalu dinanti pembaca...
ReplyDelete