Thursday, November 18, 2021

MELANI KEKASIHKU 29

 

MELANI KEKASIHKU  29

(Tien Kumalasari)

 

“Ada apa Bi ?”

“Abi punya harapan untuk bisa menemukan ibunya Melani,” kata Abi bersemangat.

“Apa yang ibu katakan tadi itu betul?” tanya bu Cokro.

“Semoga betul bu, foto yang dikirimkan Andra ini adalah foto pembantunya om Anggoro. Ini foto bibik pembantu itu bersama Melani ketika masih bayi dan juga ibunya. Wajahnya sangat mirip, terutama bibik pembantu itu.”

“Kamu akan mengatakannya pada ayahnya Melani?” tanya pak Cokro.

“Belum dulu, Abi harus bisa memastikan kebenarannya.”

“Apa yang akan kamu lakukan?”

“Mencari ibu dan anaknya itu.”

“Memangnya kamu tahu rumahnya? Tanya bu Cokro ikut bersemangat.

“Ketika itu Abi mencarikan taksi online. Bibik itu mengatakan alamatnya. Abi mau mencarinya kesana.”

“Baiklah, lalu bagaimana dengan rencana menemui ayah Melani?”

“Ayah Melani sudah pernah mengatakan bahwa beliau ingin mengambil Abi sebagai menantunya.”

“Bercanda barangkali...”

“Biarpun bercanda, tapi candaan itu kan menunjukkan bahwa pak Anggoro suka sama Abi. Jadi kita kesampingkan dulu rencana itu. Menemukan ibunya Melani jauh lebih penting. Ini masalah yang sedang serius diperbincangkan. Kalau Abi bisa membantu, Abi akan senang,” katanya sambil menstarter mobilnya.

“Abi antarkan dulu bapak sama ibu pulang ya, Abi mau langsung mencari rumah mereka.

“Baiklah, semoga kamu berhasil Bi, jadi calon mertua kamu lebih mantap untuk mengambil kamu sebagai menantunya,” canda pak Cokro.

Abi tertawa.

“Doakan ya pak.”

“Tapi kalau ibunya sakit ingatan, apakah itu tidak akan menurun pada keturunannya?” tanya bu Cokro yang ternyata punya rasa was-was sejak Abi menceritakan perihal orang tua Melani.

“Dia itu tidak gila bu, hanya tertekan karena kehilangan anaknya yang masih bayi, dan bertahun-tahun tidak ketemu.

“Oh, syukurlah. Kalau hanya sakit karena tertekan pastinya bisa disembuhkan ya.”

“Semoga setelah bertemu Melani nanti dia akan sembuh.”

***

”Mengapa ya mbak, Andra tiba-tiba minta fotonya bibik? Katanya Abi yang meminta,” tanya Anggoro kepada Maruti siang itu. Mereka sedang menunggu kembalinya Melani dan simbok yang akan dijemput Andra.

“Mengapa kamu tidak bertanya untuk apa?”

“Andra bilang bahwa Abi belum ingin memberi tahu. Mungkin kalau ketemu nanti dia baru akan bercerita.”

“Apa foto itu akan dipergunakan untuk mencari bibik yang kemungkinannya masih bersama Anindita ya?” tanya Anggoro penuh harap.

“Mungkin...”

“Sedang asyik ya...?”  

Anggoro dan Maruti yang sedang duduk di teras terkejut, melihat Laras tiba-tiba muncul.

“Laras? Sama siapa kamu?” tanya Maruti.

“Sendiri lah mbak, habis masak langsung kesini. Ini mas Anggoro ya?” tanya Laras sambil menatap ke arah Anggoro yang tampak sedang mengingat-ingat.

“Aku sedang mengingat-ingat, ini kan mbak Laras, isterinya mas Agus?” kata Anggoro.

“Bagus sekali kamu masih ingat mas. Kan kita hanya sebentar ketemu, lalu kalian pindah ke Jakarta.”

“Iya, tapi aku nggak lupa kok.”

“Sasa bercerita kalau ayahnya Melani ada dirumah ini. Tapi aku prihatin Anindita belum ditemukan.”

“Itulah Laras, yang masih menjadi ganjalan sampai saat ini.”

“Mas Anggoro itu kok ya aneh. Hidup bersama seorang penjahat selama puluhan tahun kok tidak merasa.”

Anggoro menunduk sedih. Ia memang pantas disalahkan. Hatinya buta karena tidak bisa melihat mana yang benar dan mana yang salah.

“Tuh, marahi saja dia Laras, aku juga sudah memarahi dia habis-habisan sejak kedatangannya kemari.”

“Benar mbak, aku merasa salah. Aku terlalu sibuk dengan bisnis aku, untuk melarikan kekecewaan aku atas ‘penghianatan isteri’, kemudian mendapat pelarian seorang perempuan yang ternyata dialah yang membuat rumah tanggaku berantakan.”

“Bagaimana tiba-tiba kamu sadar ?”

“Aku bermimpi bertemu seorang gadis, yang memanggil aku ‘bapak’. Aku seperti orang gila, karena teringat anakku yang aku usir bersama ibunya saat Melani masih bayi. Lalu aku  berusaha mencari mereka. Aku melewati rumah lama aku, menatap ayunan yang dulu aku buat untuk Anindita dan ternyata masih ada di rumah itu. Lalu pak Sumanto, pemilik baru rumah itu bercerita tentang bibik saat kembali ke rumah itu untuk mengambil barang yang masih ketinggalan di sebuah kamar. Bibik bercerita sekilas kepada pak Sumanto  bahwa majikannya difitnah, sampai suaminya mengusirnya. Lalu pak Sumanto mengatakan ancar-ancar rumah bibik. Tapi setelah aku kesana, bibik sudah tidak ada disana. Menurut tetangganya, seseoang telah menculik Melani, dan membuat Anindita terguncang jiwanya. Kemudian bibik membawanya pulang kampung. Sayangnya aku tidak tahu dimana kampung asal bibik,” ujar Anggoro panjang lebar, sambil sesekali mengusap air matanya.

“Ya Tuhan, Santi itu bukan manusia. Dia iblis. Sama anak kandungnya sendiri saja dia tak peduli.”

“Dimana anaknya Santi sekarang.”

“Dia menjadi anakku.”

“Menjadi anak mbak Laras ? Apa dia gadis kecil yang dulu ikut bersama mbak Laras saat aku menikah?”

“Ya. Sasa itu sama ibunya saja takut.”

“Ya Tuhan, untunglah Sasa bersama keluarga yang baik.”

“Dia kan anaknya mas Agus. Jadi dulu itu Santi isterinya mas Agus. Mereka bercerai karena Santi tak pernah peduli sama keluarganya.”

“Ooh.. baru sekarang saya mendengar cerita itu,” kata Anggoro yang masih sesekali mengusap air matanya.

“Lalu apa yang akan kamu lakukan?”

“Aku sudah melaporkannya pada polisi, kecuali memasang iklan di mana-mana.”

“Kejadian ini sangat memprihatinkan.”

“Laras, apa Sasa tahu bahwa ibunya ditangkap polisi ?” tanya Maruti.

“Tampaknya tahu, ketika aku bercerita sama mas Agus. Tapi Sasa itu kan benci sama ibunya sejak masih kecil?”

“Tapi bagaimanapun dia juga pasti sedih. Ikatan darah itu sangat mengikat perasaan seseorang. Kecuali bagi Santi,” kata Maruti.

“Santi itu sakit jiwa. Tidak waras. Biarlah dia mendapat hukuman setimpal dengan perbuatannya.”

“Itu Melani sudah datang..” tiba-tiba Maruti berteriak ketika melihat mobil Andra memasuki halaman.”

“Dari mana dia? Masih bekerja?”

“Tidak, dia kan aku suruh tinggal disini bersama simbok. Dia mengambil barang-barang dari rumah yang disewanya selama ini. Andra menjemputnya.”

“Sedikit terobati ya mas, Melani sudah ketemu,” kata Laras kepada Anggoro.

“Iya mbak. Sedikit mengobati rasa berdosa aku.”

***

“Sasa...” sapa Andra ketika kembali ke kantor setelah menjemput Melani.

“Oh, sudah kembali mas?” kata Sasa seperti orang terkejut.

“Kamu melamun Sa?”

“Iya... eh.. enggak kok.”

“Kamu pasti melamun, soalnya ketika aku masuk ke ruang ini kamu seperti tidak peduli. Terus.. kamu terkejut ketika aku panggil nama kamu.”

Sasa tersenyum. Memang benar, sebuah ikatan darah tetap mengikatkan sebuah rasa. Mungkin bukan karena cinta, soalnya sejak kecil Sasa juga tidak pernah merasa dicintai oleh ibunya. Tapi kenyataan bahwa dia terlahir dari seorang wanita yang jahatnya jangan ditanya.. itu pasti membuatnya sedih.

“Beberapa hari ini kamu seperti banyak pikiran.”

“Tidak.”

“Aku minta maaf kalau aku menceritakan sesuatu yang membuat kamu sedih. Aku agak kelepasan bicara, sehingga sedikit menyinggung sesuatu tentang ibu kamu.”

“Aku sudah mendengar banyak ketika bapak sama ibu bercakap-cakap. Tidak apa-apa sih, memang kenyataannya seperti itu.”

“Bagaimanapun pasti kamu terluka. Aku minta maaf ya.”

“Tidak separah itu, aku hanya malu dilahirkan oleh seorang wanita yang sangat jahat.”

“Tapi kamu tumbuh menjadi seorang gadis yang sangat baik. Aku mengagumi kamu, yang bukan hanya cantik dan pintar, tapi juga baik hati.”

“Terimakasih ya.”

“Kamu jangan sedih ya, kalau kamu ingin ketemu ibu kamu, aku akan mengantarkan kamu. Bagaimana ?”

“Tidak. Ke Jakarta sana? Tidak Andra.. eh, mas Andra..”

“Tidak ingin ?”

“Ibuku tidak pernah peduli sama aku. Sejak kecil aku sudah ditinggalkannya. Hanya bapak yang merawatku. Kemudian ada ibu Laras yang sangat mencintai aku. Aku bahagia memiliki ibu seperti ibu Laras.”

“Bersyukur karena kamu berada dilingkungan orang-orang yang mencintai kamu.”

“Ya, pasti aku bersyukur. Kamu tahu, dulu aku pernah ingin agar ibu Maruti yang menjadi ibu aku.”

“Oh ya?” tanya Andra heran.

“Benar. Tapi bapak lebih mencintai ibu Laras. Aku menerimanya karena ibu Laras juga penuh cinta kasih.”

“Baru dengar aku. Unik kisah cinta para orang tua kita ya.”

“Iya. Oh ya, bagaimana tentang foto yang tadi diminta mas Abi?”

“Oh, fotonya bibik pembantunya om Anggoro? Iya, aku belum tahu maksudnya, nanti sore sepulang kantor aku akan menelponnya.”

“Aku kok jadi ikut penasaran.”

“Nanti aku beritahu kalau Abi sudah cerita. Sekarang kamu istirahat saja, dan jangan melamun terus. Mau makan keluar bersama aku?”

“Kamu belum makan ?”

“Belum, begitu mengantar Melani aku langsung kembali ke kantor.”

“Baiklah, aku mau.”

***

Abi menghentikan mobilnya di ujung sebuah gang. Ini alamat yang kemarin dikatakan ibu setengah tua itu, ketika Abi mau memesankan taksi online.

“Hanya nama kampungnya, tanpa nomor rumah. Tapi ini kan nama kampungnya? Sebaiknya aku masuk saja sambil berjalan kaki. Pasti mereka tinggal disini. Tapi bagaimana ya menanyakan rumahnya kepada orang-orang di kampung ini? Aku kan tidak tahu siapa namanya?”

Abi terus saja berjalan, berharap bisa bertemu orangnya sehingga dia tidak perlu bertanya-tanya. Tapi sampai ke ujung jalan berikutnya, dia tak juga bertemu ibu-ibu itu.

Seorang wanita yang sedang menjemur kerupuk dihalaman rumah, kemudian didekatinya.

“Selamat siang bu,” tanya Abi.

“Selamat siang. Ada apa nak?”

“Saya mau tanya, dimana ya rumahnya... mm... siapa namanya ya.. mm.. bibik.. dan.. anaknya yang...”

“O, bibik dan anaknya yang agak begini itu?” kata ibu itu sambil meletakkan jarinya didahi. Rupanya sebutan bibik itu sangat akrab bagi dia.

“Ya bu.. dimana ya?”

“Itu.. lima rumah dari sini nak.. pintu rumahnya tidak pernah terbuka.”

“Oh, baiklah bu, terimakasih banyak,” kata Abi sambil berlalu, diikuti pandangan mata heran dari wanita itu.

Abi tak peduli, ia terus melangkah mendekati rumah yang ditunjukkan. Rumah tertutup rapat, dengan halaman kecil didepannya.

Abi mendekati rumah, melongok-longok dari jendela yang sedikit terbuka.

“Permisiiii...”

Tak ada jawaban. Tapi Abi mendengar kelutak-kelutik sendok dan piring, seperti orang sedang makan.

“Assalamu’alaikum...” sapa Abi agak keras.

Terdengar langkah kaki, lalu seseorang melongok melalui jendela. Abi melihatnya, dan merasa lega karena memang dialah orang yang dicarinya.

Wanita itu membukakan pintu rumahnya, dan heran melihat nak ganteng berdiri didepan pintu sambil tersenyum.

“Nak ganteng?”

“Ini bibik kan?” tanya Abi sekenanya, dan berharap bahwa itu memang panggilan untuknya.

“Lho, kok nak ganteng tahu?”

“Kira-kira saja bu, bolehkah saya masuk?”

“Silahkan nak, tapi rumahnya jelek. Kursinya juga kursi kayu yang sudah lapuk,” kata wanita itu agak sungkan.

“Tidak apa-apa bu,” kata Abi sambil duduk.

“Bibiiik... “ suara teriakan terdengar dari dalam.

“Iya nak, sebentar. Habiskan dulu makannya ya, bibik baru ada tamu.”

Si bibik kemudian duduk didepan Abi.

“Ada apa ya nak, kok nak ganteng sampai datang kemari? Apa uang yang nak ganteng berikan kemarin kebanyakan? Masih utuh kok nak.”

“Oh, tidak bu.. tidak. Bukan karena soal itu. Hanya mau bertanya. Apa dulu ibu tinggal di Jakarta?”

“Iya, dulu.. sudah lama sekali nak.. buruk sekali nasib kami,” kata si bibik lirih sambil berlinangan air mata.

Abi mengambil ponselnya, lalu menunjukkan sebuah foto, yang tadi dikirimkan Andra kepadanya.

“Ibu kenal ini?”

Si bibik memandangi foto itu, dan wajahnya berubah seketika.

“Ini.. ini.. foto aku.. dan.. dan...” lalu si bibik menangis terisak-isak...

“Apakah bayi ini bernama Melani, dan yang satunya ini ibu Anindita?”

“Iyaaa... iya.... bagaimana nak ganteng tahu?” gemetar tangan bibik ketika memegangi ponsel Abi dan memandangi fotonya.

“Alhamdulillah...”

“Bagaimana nak ganteng bisa tahu?”

“Bu, Melani ini sudah menjadi gadis dewasa. Dia sudah bertemu dengan ayahnya. Bukankah namanya pak Anggoro?”

“Allah hu akbar...”

“Wanita anak ibu itukah ibu Anindita?”

“Iya nak, iya... dia sebenarnya majikan saya. Kasihan sekali nasibnya.. Akan saya panggil dia nak, semoga ini bisa menjadi perantara kesembuhannya.

***

Besok lagi ya.

 

96 comments:

  1. Alhamdulillah lanjutan dialog dibawah ini:

    _Tak lama kemudian Andra mengirimkan foto yang diberikan Anggoro. Foto bibik sedang menggendong Melani kecil, dan Anindita di sampingnya._
    _“Ya Allah....” pekik Abi. (eMKa_28)_

    Sudah tayang.
    Matur nuwun bu Tien, salam ADUHAI dari mBandung++++

    ReplyDelete
  2. Terima kasih bunda, penasaran banget nie 🙏🙏

    ReplyDelete
  3. Matur nuwun mbak Tien-ku , Melani sudah diijinkan singgah.

    ReplyDelete
  4. Matur suwun Bu Tien... utk MK 29nya 🙏

    ReplyDelete
  5. Hehehe kok iso no 6 komentxa karena sumberxa tayang or not iku emang ibu nani nur aini bener2 valid bisa dipercaya aku bukak emka 29 baru 3org yg tayang begitu dishare koment dadi o 6 hehehe lumayan 10 besar yg koment

    ReplyDelete
  6. Alhamdulillah
    Terimakasih bunda Tien 🙏🙏🙏

    ReplyDelete
  7. Alhamdulillah MK 29 hadir ,makasih bunda

    ReplyDelete
  8. Alhamdulillah, Terima kasih mbak Tien salam sehat....

    ReplyDelete
  9. Alhamdulillah .. terimakasih bu Tien Kumalasari MK Eps 29 sudah tayang.
    Salam sehat dan salam hangat dari Tangerang.

    ReplyDelete
  10. Alhamdulillah MK 29 tayang
    Terimakasih bunda Tien
    Semoga bunda Tien senantiasa sehat Salam sehat dan aduhai

    ReplyDelete
  11. Alhamdulillah ... sdh tayang
    Matur nuwun bu tien

    ReplyDelete
  12. Alhamdulilah 29 dah tayang matur nuwun bunda Tien...

    ReplyDelete
  13. Hallow mas2 mbak2 bapak2 ibu2 kakek2 nenek2 ..
    Wignyo, Opa, Kakek Habi, Bambang Soebekti, Anton, Hadi, Pri , Sukarno, Giarto, Gilang, Ngatno, Hartono, Yowa, Tugiman, Dudut Bambang Waspodo, Petir Milenium (wauuw), Djuniarto, Djodhi55, Rinto P. , Yustikno, Dekmarga, Wedeye, Teguh, Dm Tauchidm, Pudji, Garet, Joko Kismantoro, Alumni83 SMPN I Purwantoro, Kang Idih, RAHF Colection, Sofyandi, Sang Yang, Haryanto Pacitan, Pipit Ponorogo, Nurhadi Sragen, Arni Solo, Yeni Klaten, Gati Temanggung, Harto Purwokerto, Eki Tegal dan Nunuk Pekalongan, Budi , Widarno Wijaya, Rewwin, Edison, Hadisyah,
    Sastra, Wo Joyo, Tata Suryo, Mashudi, B. Indriyanto, Nanang, Yoyok, Faried, Andrew Young, Ngatimin, Arif, Eko K, Edi Mulyadi, Rahmat, MbaheKhalel, Aam M, Ipung Kurnia, Yayak, Trex Nenjap, Sujoko, Gunarto, Latif, Samiadi, Alif, Merianto Satyanagara, Rusman, Agoes Eswe, Muhadjir Hadi, Robby, Gundt, Nanung, Roch Hidayat, Yakub Firman, Bambang Pramono, Gondo Prayitno , Zimi Zaenal M. , Alfes, Djoko Bukitinggi, Arinto Cahya Krisna , HerryPur, Djoni August. Gembong. Papa Wisnu, Djoni, Entong Hendrik, Dadung Sulaiman, Wirasaba,

    ReplyDelete
  14. Alhamdulillah....terharu baca eMka 29...salam sehat bunda Tien

    ReplyDelete
  15. Alhamdulillah... yg dtungu² tlah tiba.... terima kasih, sehat² trs Mbu Tien...

    ReplyDelete
  16. Alhamdulillah, terima kasih mbak Tien, semoga sehat²

    ReplyDelete
  17. Maturnuwun Bu Tien 🙏 MK sdh tayang, ADUHAI ...segera ada pertemuan haru...salam sehat semangat Bu...

    ReplyDelete
  18. Matur nuwun bunda Tien..MK 29 telah tayang.

    Baca episode ini kq bisa menetes air mata dipipi ya...😥

    ReplyDelete
  19. Sedang enak kok "besok lagi ya"
    Terima kasih mbak Tien

    ReplyDelete
  20. Horeee......Abi menemukan Dita, ayo segera saja diobatkan ke ahlinya, biar lengkap kebahagiaan.
    Salam sehat mbak Tien yang selalu ADUHAI.

    ReplyDelete
  21. Alhamdulillah.... Makasih bu Tien....makin aduhai sja😍

    ReplyDelete
  22. Slmt mlm mbak Tien.. Terimaksih MK 29..slm seroja dan adujsi dri sukabumi.. 🙏🙏

    ReplyDelete
  23. Alhamdulillah....
    Mtur nuwun bun...
    Mugi2 tansah pinaringan rahayu wilujeng sedoyonipun....

    ReplyDelete
  24. Alhsmdulillaah... anindits dah ketemu
    Bahagialah melani dan anggoro
    Makasih bunda MK 29 nya
    Salam sehat aduhai

    ReplyDelete
  25. Alhamdulilah MK 29 telah hadir. Begitu mudahnya Abi menemukan t4 tinggal Bibik. Sepertinya ini sudah mau hapy ending. Dan mudah2an Anindya Ibu Melani setelah mendengarkan kata Melani akan menenangkan pikirannys yg selama ini kwhilangan putri cantiknya.
    Natur nuwun Bu Tien semoga sehat selalu.

    ReplyDelete
  26. 𝑨𝒉𝒌𝒊𝒓𝒏𝒚𝒂 𝒖𝒔𝒂𝒉𝒂 𝑨𝒃𝒊 𝒃𝒆𝒓𝒉𝒂𝒔𝒊𝒍 𝒎𝒆𝒏𝒆𝒎𝒖𝒌𝒂𝒏 𝒊𝒃𝒖𝒏𝒚𝒂 𝑴𝒆𝒍𝒂𝒏𝒊...

    𝑨𝒑𝒂𝒌𝒂𝒉 𝑨𝒃𝒊 𝒂𝒌𝒂𝒏 𝒎𝒆𝒎𝒃𝒆𝒓𝒊𝒕𝒂𝒉𝒖 𝑨𝒏𝒅𝒓𝒂 𝒅𝒂𝒏 𝑶𝒎 𝑨𝒏𝒈𝒈𝒐𝒓𝒐..???.

    𝑲𝒊𝒕𝒂 𝒕𝒖𝒏𝒈𝒈𝒖 𝒔𝒂𝒋𝒂 𝒌𝒆𝒍𝒂𝒏𝒋𝒖𝒕𝒂𝒏 𝒏𝒚𝒂 𝒑𝒂𝒔𝒕𝒊 𝒍𝒆𝒃𝒊𝒉 𝑨𝑫𝑼𝑯𝑨𝑰.

    𝑺𝒂𝒍𝒂𝒎 𝒔𝒆𝒉𝒂𝒕 𝒔𝒆𝒍𝒂𝒍𝒖 𝒖𝒕𝒌 𝑩𝒖 𝑻𝒊𝒆𝒏 𝒅𝒂𝒏 𝑲𝒆𝒍𝒖𝒂𝒓𝒈𝒂.🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏

    ReplyDelete
  27. Alhamdulillah yang dinanti dah muncul.
    Makasih Bunda, met malam dan met istirahat.
    Sukses selalu dan tetap semangat

    ReplyDelete
  28. Terima kasih bu Tien...
    Semoga sehat selalu. Aamiiiin YRA

    ReplyDelete
  29. Aku baca dulu,,,,puji Tuhan kelihatannya sudah ada titik terang ,,,,mudah²an.Dita bisa segera bertemu dengan Melani dan Anggoro,,,,tapi ya tergantung yang ndalang,,he he he ,,kan begitu ta jeng Tien,,salam sehat selalu

    ReplyDelete
  30. Alhamdulilah MK sampun tayang, màtur nuwun Ibu Tien, mugi Ibu tansah sehat.
    Penasaran lagi....bagaimana reaksi Anindita....

    ReplyDelete
  31. Alhamdulillah..... Semoga cepat ketemu, terima kasih Bu Tien..

    ReplyDelete
  32. Puji Tuhan MK29 sdh hadir. Matur nuwun ibu Tien.

    Satu demi satu menemukan kebahagiaannya, semoga sebentar lagi semua bahagia tapi terus cuntel. Gpp sih toh gantinya juga cerbung yg super

    ReplyDelete
  33. Nuwun bu Tien .do'a terkabul..akhirnya Abi ketemu bibik..Semiga Anindita tidak ketakutan bertemuAbi dan mau diajak menemui Nelani dan Anggoro. Kesembuhan sudah didepan mata

    ReplyDelete
  34. Alhamdulillah,semakin Aduhai ceritanya..terima kasih Bu Tien,senantiasa sehat..Aamiin.

    ReplyDelete
  35. Alhamdulillah MK 29 sdh hadir
    Abi sdh menemukan Anindita jg bibik, jd terharu..sedih dan bahagia
    Terima kasih Bu Tien, semoga Ibu sehat dan bahagia selalu.
    Aamiin
    Salam Sehat dan selalu ADUHAI

    ReplyDelete
  36. Assalmualikum wrwb,
    Aduhai mbak Tien, ya kan? Benerkan?..alhamdulillah Abi bisa langsung
    bertemu bibik ..
    Semog critanya puanjang sampe ratusan ,,
    Tapi, bagaimana dengan perasaan Sasa??😭😭
    Salam sehat buat anggota Cerbung Cah C
    ( ayo , mbak Cik Gu Elfi 💪💪 semoga mengukuti jejak mbak Tien 🤲🤲) Aduhai mbak Tien semoga
    Tetep sehat,,🤲🤲🤲🥰🥰🙏🏻

    ReplyDelete
  37. Wa'alaikum salam warahmatullahi wabarakatuh.
    Terimakasih ibu Susi

    ReplyDelete
  38. Aamiin, kasihan anindita .......
    Semoga cepat pulih.....
    Terimakasih bu Tien.
    Jadi nggak sabar nunggu lagi .....

    ReplyDelete
  39. Alhamdulillah MK.29 telah tayang, terima kasih bu Tien, sehat n bahagia selalu.
    UR.T411653L

    ReplyDelete
  40. Alhamdulillah MK 29 sdh tayang
    Terimakasih mbak Tien
    Semoga mbak Tien senantiasa sehat, dan Salam aduhai

    ReplyDelete
  41. Terima kasih Mbak Tien MK 29 udah tayang ... ditunggu lanjutannya ... Smg Mbak Tien / keluarga & anggota PCTK sehat & bahagia sll ... Salam Aduhai ..

    ReplyDelete
  42. Lha ya ini orangnya ramé di kantor itu kedua mantan eh masih kok jabatannya; asisten rumah tangga..
    Kan sudah naik jabatan; jadi emak emak malah yang satunya simbok, terserahlah yang jelas mereka sudah mengambil peran kepala rumah tangga masing² dan sangat butuh pendanaan besar selama ber tahun² memegang kendali keluarga kecil yang disayangi nya..

    ADUHAI..

    Mereka menunjuk nunjuk Santi sambil melotot marah, bagaimana tidak dia harus menghidupi membiayai kebutuhan yang diperlukan momongannya masing² dengan segala kesulitan yang mereka dihadapi, hanya karena ulah orang ini, nah nambah lagi beban perkara yang disandang duh..
    Cèn wong ayu marakaké atiné kaku, malah jaré yèn wong bagus marakaké atiné nggerus, lama lama habis kegerus terus-terusan mana tahan
    longsor dèh.. apalagi musim hujan, dingin ..
    Gampang lah itu; tinggal balik nama aja.. uwah mesti ke samsat nich, emang mau di bodongin.
    Bagaimana begitu telatennya anak gadisnya bersanding didepan kaca biar ibunya sadar kalau anaknya sudah besar, dibiarkannya ngebayangin kesamaan sehingga kakak sepupunya menemukan dia.
    Keluarga Bu Tedjo berkumpul bahagia prahara sirna, indahnya ikatan persaudaraan..

    ADUHAI

    Terimakasih Bu Tien,
    Melani Kekasihku yang ke dua puluh sembilan sudah tayang, sudah mulai nampak pendar sinar kebahagiaan.
    Sehat sehat selalu doaku, sedjahtera dan bahagia bersama keluarga tercinta 🙏

    ReplyDelete
  43. Trimakasih mvak Tien MK29nyaa...

    Seruuu...terharu biruuu...semoga segra bertemuu..🤲🤲
    Tungguuu besok lagii yaa..😊

    Salam sehaat n aduhaiiii mbak Tien..🙏🌹😘

    ReplyDelete
  44. Amin, ceritanya sdh mendekati kebahagiaan.
    Terima kadih bu tien

    ReplyDelete
  45. Abi SDH menemukan rumah si bibi yg jadi ART dlm RT Anggoro dan Adintya ...🤞
    Ada titik terang nih... Keberadaan Sasa ikut akan jelas... 😀
    Makin seru nih...
    👍
    Terimakasih Bu Tien Kumalasari... 🙏

    ReplyDelete
  46. Syukurlah dah ketemu.
    Makasih mba Tien . Salam hangat selalu

    ReplyDelete
  47. Alhamdulillah usaha Abi berhasil, suwun mbak Tien sudah menghadirkan MELANI
    Salam sehat selalu nggih Mbak Tien yang semakin ADUHAI

    ReplyDelete
  48. Alhamdulillah... Terima kasih Bu Tien... Salam aduhai... 🙏🙏🙏

    ReplyDelete
  49. Horeeee....
    Yes yes...
    Semoga semuanya terkuak dengan indahnya...
    Mengobati rasa yang tertekan bertahun tahun..

    Salam sehat d salam Aduhaiii mbak Tien

    ReplyDelete
  50. Aduh tambah seru seru ceritanya bikin penasaran Bu Tien....trims Bu Tien selalu sehat bahagia....alhamdulilah udah menghibur

    ReplyDelete
  51. Alhandulilah tambah jelas keberadaan org tua melani ..smg bu tien sekeluarga sehat...salam aduhai dari pondok gede

    ReplyDelete
  52. Assalamualaikum wr wb. Insyaa Allah Anindita sembuh dan sehat kembali. Maturnuwun Bu Tien, semoga tetap semangat dan senantiasa dikaruniai kesehatan lahir dan batin. Aamiin Yaa Robbal'alamiin... Salam sehat dari Pondok Gede...

    ReplyDelete
  53. Wa'alaikum salam warahmatullahi wabarakatuh
    Aamiin ya robbal alamiin
    Salam ADUHAI pak Mashudi

    ReplyDelete
  54. Alhamdulillaaaaah! Akhirnya melani dilamar abi.
    Jadi lega aku.
    Makasih bunda tien mk 29 udah tayang.
    Makin aduhai deh pokoknya.

    ReplyDelete
  55. Alhamdulillah akhirnya Abi bs menemukan Anindita

    😭😭😭 Sedih dan haru rasanya
    Mlh jd gak tega deh

    Mksh bunda Tien udah bikin penasaran pemirsa

    ADUHAI

    ReplyDelete
  56. Terima kasih Bu Tien...ditunggu cerita selanjutnya...semangat dan sehat selalu....

    ReplyDelete
  57. Wah ahkirnya .buat sedih yaa ketemu juga semoga sehat yaa tante Anin ketemu mantan suami juga anak nya Melani

    ReplyDelete
  58. Tks ya bu Tien,salam sehat..Berkah Dalem🙏

    ReplyDelete
  59. Terima kasih mbak Tien. Salam sehat selalu.

    ReplyDelete

CINTAKU JAUH DI PULAU SEBERANG 42

CINTAKU JAUH Di PULAU SEBERANG  42 (Tien Kumalasari)   Arum terkejut, sekaligus tersipu. Ia melihat Listyo turun dari mobil dan menghampirin...