MELANI KEKASIHKU 28
(Tien Kumalasari)
“Andra kagum pada pemikiran Abi sahabatnya.
“Bukan main Bi. Bagus sekali. Dengan demikian Melani diterima sebagai menantu bukan karena kedudukannya. “
“Iya Ndra, itu kemauanku. Ibuku bisa menerima Melani walau dia anaknya simbok. Itu luar biasa bagiku. Tapi aku masih was-was nih Ndra.”
“Was-was kenapa ?”
“Karena Melani pernah menolak aku. Dia bilang sudah punya pilihan.”
“Benarkah?”
“Iya, katanya seorang laki-laki sederhana, bukan yang kaya raya.”
“Mungkinkah laki-laki bernama Aris itu?”
“Dia kah ?”
“Aku kira bukan, aku pernah melihat sikap Melani, tampaknya dia sangat tidak suka sama Aris. Tak ada sikap manisnya ketika menghadapi Aris.”
“Lalu siapa?”
“Aku kira dia bohong.”
“Bohong ya?”
“Dia hanya mencari alasan agar bisa menolak kamu. Penyebabnya adalah karena dia tahu ibu kamu tidak suka sama dia.”
“Hm, begitukah? Jadi kalau ibu menemui dia maka dia pasti akan menerimanya?”
“Abi, kamu pernah mendengar bukan, om Anggoro sangat menginginkan kamu agar bisa jadi menantunya?” Andra mengingatkan.
“Ah, itu kan hanya bercanda..”
“Masalah perjodohan mana bisa bercanda? Aku kira om Anggoro serius. Dan sikap Melani, kamu melihatnya kan? Tak ada penolakan darinya. Dia suka juga kok sama kamu. Kalau nggak suka, ketika om Anggoro bilang begitu, pasti wajahnya langsung merengut. Dia senyum kok.”
“Ah, kamu membuat aku berdebar-debar Ndra.”
“Ayolah Bi, bersemangatlah. Aku mendukung kamu.”
“Baiklah, apapun nanti aku siap menerima kok. Tapi tolong jangan bilang dulu sama Melani ataupun simbok tentang hal itu.”
“Siap, adik ipar,” canda Andra.
“Belum-belum sudah jadi ipar?”
“Ucapan itu doa Bi.”
“Aamiin. Baiklah, terimakasih banyak ya Ndra, besok kalau simbok dan Melani berangkat, kabari aku, supaya aku tidak datang lebih dulu dari mereka.”
“Iya, tenang saja. Besok aku kok yang mengantar mereka, lalu aku tinggal dulu ke kantor, setelah selesai aku baru akan menjemputnya.”
***
“Hari sudah malam, mengapa Abi belum pulang juga?”
“Sabar bu, dia sudah bilang kalau mau pulang, entah nanti atau besok dia juga pasti pulang.”
“Ibu tidak sabar menunggu. Tapi ibu berharap Abi tidak akan membohongi ibu.”
“Tidak, bukankah ibu berjanji akan menemui simbok untuk melamarkan Melani untuk Abi?”
“Iya sih. Bapak yakin kan, punya besan simbok?”
“Bapak sih yakin. Yang penting Melani itu anak baik, cantik, walau tidak berpendidikan tinggi. Dia juga bukan gadis yang mata duitan. Ibu sudah yakin kan?”
“Iya..”
“Kok ‘iya’ nya enteng begitu? Belum mantap ya?”
“Mantap kok pak. Ini demi kebahagiaan Abi. Aku merasa bahwa hidupku sepi tanpa Abi. Bahagia Abi adalah bahagia ibu juga.”
“Syukurlah, bapak senang mendengarnya..”
“Kapan ya bisa ketemu simbok? Ibu harus belanja untuk membawakan oleh-oleh.”
“Kalau begitu besok ibu belanja saja, aku antarkan, atau bersama sopir saja?”
“Sama bapak dong, nanti kan bapak bisa bantu-bantu memilih. Mungkin baju-baju yang pantas, makanan yang enak....”
“Baiklah, demi Abi bapak mau melakukan apa saja kok.”
Lalu ponsel pak Cokro berdering.
“Dari Abi,” katanya sumringah sambil membuka ponselnya.
“Ya Bi ?”
“Abi cuma mau bilang sama ibu, bahwa kalau mau menemui simbok lebih baik besok saja.”
“Besok? Katamu kamu masih sakit? Pulang saja dulu sampai kamu sembuh, baru kita kesana.”
“Abi sudah merasa sembuh.”
“Ibumu baru saja bilang kalau besok mau belanja untuk membeli oleh-oleh buat simbok dan Melani.”
“Bagus kalau begitu, kita bisa berangkat agak siang.”
“Abi...” sambung bu Cokro.
“Ya bu.”
“Tidak apa-apa besok kita kesana, tapi ibu mau belanja dulu untuk beli oleh-oleh. Kamu mau ibu belikan apa untuk mereka?”
“Terserah ibu saja. Seorang wanita kan lebih bisa memilih mana yang baik untuk oleh-oleh.”
“Baiklah Bi, ibu tunggu besok ya.”
Bu Cokro menutup ponselnya dengan wajah berbinar. Ia benar-benar sudah yakin akan apa yang akan dilakukannya. Bukan masalah kalau harus berbesan dengan bekas pembantunya. Yang terpenting adalah kebahagiaan anak semata wayangnya.
***
“mBok, kita tidak akan membawa semua barang-barang ini kan? Bude tadi bilang bahwa kita tak harus membawa semua barang. Mungkin pakaian yang perlu dibawa ya mbok,” kata Melani yang sudah selesai mengepak pakaiannya.
“Iya sih, kalau dibawa nanti malah repot. Lagi pula perabot-perabot ini kan sudah usang. Mana pantas dibawa ke rumah pak Panji.
“Kita tawarkan ke tetangga saja barangkali ada yang mau.
“Iya, kamu betul. Sekalian ibu mau pamit ke tetangga dan yang punya rumah.”
“Ya sudah kita hanya membawa pakaian beberapa lembar. Sisanya nanti diserahkan kepada pemilik rumah, barangkali ada yang mau.”
Simbok dan Melani memerlukan berpamit kepada tetangga kiri kanan, terlebih kepada pemilik rumah, karena sudah akan pindah dari sana. Ketika kembali itu, mereka sangat terkejut melihat mobil Abi ada di halaman.
“Itu kan mobilnya mas Abi?” seru simbok yang hafal mobil bekas anak majikannya.
“Tampaknya mereka tidak sendiri tuh mbok,” kata Melani dengan dada berdebar.
“Benar. Seperti pak Cokro yang duduk di teras itu. Disebelahnya apa bu Cokro ya? Aduh, mau apa mereka kesini? Kalau masih mau marah-marah lagi kan malu sama tetangga. Mana tetangga kita sangat dekat, pasti mendengar kalau ada suara keras,” gumam simbok pelan, tapi terus melangkah ke rumah sambil menggandeng Melani.
“Itu simbok,” pak Cokro berteriak lebih dulu. Lalu semuanya menoleh. Ada bu Cokro dan Abi juga.
Melani menggenggam tangan simbok.
“Ada tamu rupanya,” kata simbok berusaha ramah.
“Dari mana mbok ?” tanya bu Cokro. Simbok agak merasa tenang mendengar suara bu Cokro yang pelan dan ada senyuman di bibirnya yang biasanya terlihat nyinyir.
“Dari.. tetangga situ bu.”
Melani mengangguk, ingin menyalami pak Cokro dan bu Cokro, tapi takut. Abi tersenyum melihat wajah Melani yang sedikit pucat. Pasti mereka mengira ibunya akan marah-marah lagi.
“Duduklah Melani, kami ingin bicara sama simbok,” kata pak Cokro yang selalu baik dan bersikap manis.
Simbok duduk sambil menarik kursi agak jauh dari mereka.
“Melan, buatkan minum,” kata simbok pelan.
Melani mengangguk, lalu beranjak ke belakang.
“mBok, kedatangan kami kemari ini, memang ingin bicara sama simbok,” kata bu Cokro.
“Saya minta maaf bu, saya sudah berjanji kepada diri saya sendiri untuk tidak lagi mengganggu keluarga ibu dan bapak. Jadi....”
“Sekarang kami yang akan mengganggu kamu mbok,” potong bu Cokro sambil tersenyum.
Simbok heran melihat sikap bu Cokro yang begitu manis. Sangat manis, tapi hati simbok tetap saja berdebar.
“Saya... tidak mengerti bu..” jawab simbok bingung.
Melani keluar sambil membawa tiga cangkir teh hangat untuk tamu-tamunya. Ia melirik sekilas ke arah Abi, dan heran melihat Abi sangat berani melempar senyum kepadanya. Bagaimana kalau nanti ibunya tahu lalu mengamuk disitu?
“Melani, duduklah,” kata pak Cokro ketika melihat Melani mau kembali ke belakang.
“Ambil satu kursi lagi Mel,” kata simbok.
Melani mengambil sebuah kursi kecil dari dalam, kemudian duduk disamping simbok.
“mBok, kedatangan kami ke sini ini sebenarnya ingin mengutarakan sesuatu,” kata bu Cokro lagi. Rupanya pak Cokro menyuruh isterinya yang mengatakan semuanya, agar simbok bisa menerimanya dengan baik. Karena sejak semula bu Cokro lah yang sangat menentang Abi ketika Abi mengatakan sangat mencintai Melani.
Simbok mengangkat wajahnya, menatap bu Cokro yang sikapnya sudah berbeda.
Tiba-tiba Abi berdiri, menuju ke arah mobil dan mengambil beberapa bungkusan yang kemudian diletakkan di samping simbok.
“Ini... apa mas Abi?”
“Itu oleh-oleh dari ibu untuk simbok dan Melani.
Mata simbok dan Melani terbelalak. Mereka bingung atas sikap mereka.
“mBok, benar, itu untuk kamu dan Melani, sebagai permintaan maaf aku, karena dulu pernah mengucapkan kata-kata yang tidak baik kepada kamu dan Melani.”
“Tt-tapi bu... kami tidak mengharapkan apapun... Ini berlebihan...”
“mBok, bukan hanya permintaan maaf yang akan kami sampaikan. Hari ini hatiku tergugah untuk menghilangkan semua rasa benci saya, dan rasa tidak suka saya seperti yang dulu pernah aku ucapkan.”
Simbok dan Melani masih tidak mengerti. Pikirnya, bu Cokro datang hanya akan meminta maaf dengan memberikan oleh-oleh yang begitu banyak.
“Lalu ada apa lagi bu, sungguh saya tidak memikirkan semua yang terjadi. Janganlah ibu berpikiran bahwa kami merasa dendam atau benci. Hidup kami seperti ini, dan kami menerima apapun perilaku semua orang atas diri kami.”
“Langsung saja bu, supaya simbok tidak bingung,” sela pak Cokro yang merasa bahwa isterinya terlalu berputar-putar.
“Jadi begini saja mbok, jelasnya, kedatangan kami adalah untuk melamar Melani,” kata bu Cokro pada akhirnya.
Kalau saja simbok tidak sedang duduk, pasti dia sudah jatuh terjengkang karena terkejut. Melani menundukkan wajahnya, karena melihat Abi menatapnya dengan senyuman yang membuatnya berdebar. Seperti mimpi ia mendengarkan ucapan bu Cokro yang dulu sangat membencinya.
“Mel-lamar... bagaimana bu?” tanya simbok gemetar.
“Melamar untuk menjadi menantuku. Bukankah Abi sangat mencintai Melani?”
“Oh... itu bu..” kata simbok bingung.
Melani menundukkan wajahnya yang memerah. Ia masih merasa seperti mimpi.
“Bolehkah mbok ? Kami bersungguh-sungguh, dan sudah memikirkan masak-masak, bahwa Melani gadis yang tepat untuk Abi,” sambung pak Cokro.
“Tt-tapi pak. Melani itu buk-bukan anak ss-saya..” kata simbok gemetar.
“Biarpun bukan anak kandung kamu, tapi kan kamu tetap menjadi ibunya? Jadi kamu yang berhak menerima atau menolak,” kata bu Cokro lagi.
Simbok menatap Melani. Rupanya pak Cokro dan bu Cokro belum tahu bahwa Melani sudah menemukan ayahnya.
“Melani ini.. sudah ketemu sama bapaknya, bu. Jadi kalau ibu dan bapak mau melamar, temui saja bapaknya,” kata simbok hati-hati, sementara Melani terus saja menunduk dengan hati berdebar. Ia ingat canda ayahnya yang akan mengambil Abi sebagai menantunya.
“Oh, bagus, kami akan mendatangi bapaknya. Apakah rumahnya ada di dekat sini?” tanya pak Cokro.
“Tidak. Rumahnya di Jakarta.”
“Di Jakarta?”
“Tapi saat ini beliau ada disini, dirumah saudaranya. Namanya pak Anggoro.”
“Dimana rumah saudaranya?”
“Di rumah orang tuanya Andra pak,” kali ini Abi yang menjawab.
Mereka saling pandang, sementara Abi hanya tersenyum sambil terus menatap Melani.
“Kamu sudah tahu? Mengapa tidak bilang sama bapak atau ibu?” tegur pak Cokro.
Abi tertawa kecil.
“Karena Abi ingin, ibu mau menerima Melani sebagai anaknya simbok.”
***
“Bu, sekarang kamu pasti merasa senang, karena yang terjadi adalah keinginan kamu,” kata pak Cokro dalam perjalanan pulang.
“Apa maksud bapak?”
“Kamu kan ingin agar punya besan seorang pengusaha, supaya bisa sederajat dengan kamu? Sekarang kesampaian. Melani bukan anaknya simbok, tapi anak seorang pengusaha. Senang kan kamu?” kata pak Cokro yang tak henti-hentinya mengejek isterinya.
Bu Cokro merengut.
“Bapak kok gitu. Aku itu kan sudah bilang bahwa tidak keberatan menerima Melani walau harus berbesan dengan simbok? Masa sih bapak tidak percaya sama ketulusan hati ibu? Lagi pula kan nyatanya kita juga datang menemui simbok dan mengutarakan keinginan ibu?”
“Iya, aku percaya. Tapi ibu senang kan, nyatanya yang terjadi adalah seperti keinginan ibu?”
“Tidak pak. Sungguh kita harus mensyukuri apa yang sebenarnya terjadi. Tapi itu tidak akan merubah perasaan ibu. Simbok akan tetap ibu anggap sebagai besan ibu, karena nyatanya kan dia yang merawat Melani dari masih bayi?”
“Syukurlah kalau ibu sudah berubah.”
“Ibu juga merasa kasihan, setelah Abi menceritakan perihal nasib Melani yang belum lama ketemu bapaknya, dan belum bisa mengetahui dimana ibunya berada.”
“Abi jadi teringat, kemarin waktu di rumah sakit ketemu dua orang wanita, yang satunya sakit jiwa karena kehilangan anaknya saat masih bayi. Kok mirip seperti Melani yang diculik orang ketika masih bayi,” kata Abi.
“Nah, jangan-jangan itu ibunya Melani,” celetuk bu Cokro.
“Aduh, wajah wanita yang sakit jiwa itu cantik, ya Tuhan.. benar, mirip Melani,” teriak Abi tiba-tiba.
Lalu Abi menghentkan mobilnya untuk menelpon Andra.
“Ndra, kamu dimana?”
“Di kantor, sebentar lagi mau menjemput Melani, mungkin sudah selesai bebenahnya. Kamu jadi kesana?”
“Jadi. Sebentar, kita ngomong yang lainnya dulu. Tanyakan pada om Anggoro, apakah beliau punya foto pembantunya yang pergi bersama isterinya?”
“Apa? Masa om Anggoro menyimpan foto pembantunya? Ada apa sih?”
“Sudah tanyakan saja. Barangkali pembantunya yang lagi menggendong anaknya, atau apa, bukan semata-mata menyimpan fotonya. Jangan tanya kenapa, nanti kalau ketemu aku ceritain.”
“Baiklah, aku harus menelpon om Anggoro dulu nih.”
“Aku tunggu, dan tolong kirimkan fotonya, kalau ada.”
“Apa yang kamu pikirkan Bi?” tanya pak Cpkro heran, ketika Abi selesai menelpon.
“Siapa tahu dugaan Abi benar.”
Tak lama kemudian Andra mengirimkan foto yang diberikan Anggoro. Foto bibik sedang menggendong Melani kecil, dan Anindita di sampingnya.
“Ya Allah....” pekik Abi.
***
Besok lagi ya
Makasih
ReplyDeleteWooo... Jeng Wahyu juara 1
DeleteAlhandulillah priyantun Lamongan akhirnya berhasil jadi Juara 1
DeleteSelamat ya jeng. Sesuk syukuran sego boranan sebelahe depot Asih apa nang endi NASBOR sing paling enak??
Alhamdulillah.......
DeleteTerimakasih bu Tien, eMKa_28 sdh ditayangkan.....
Bgmn ya berita pertemuan Abi dengan ibu tua dan anaknya yang sdg sakit jiwa?????
Matur suwun bunda Tien.. salam sehat dan tetap Aduhaaaai ❤️😘
DeleteAlhamdulillah
DeleteMksh bunda Tien
ADUHAI
Matur nuwun Mbak Tien MK 28 udaah hadir.
DeleteSami2 jeng Ira.
DeleteSalam ADUHAI jeng Ira
Jeng Maimun
Mas kakek
JengLily
Jeng Nani
Jeng Wahyu
Tak lama kemudian Andra mengirimkan foto yang diberikan Anggoro. Foto bibik sedang menggendong Melani kecil, dan Anindita di sampingnya.
Delete“Ya Allah....” pekik Abi.
Ternyata, Abilah yang pertama kali melihat Anindita..... Sebagaimana yang aku sdh menduganya dan banyak pembaca lainnya yang sependapat.....
Terimakasih bu Tien, semakin pinisirin untuk membaca eMKa episode ke 30.... Besok malam....
Wih j. Wahyu, juara , selamat. Makin seru aja bu Tien. Konflik sikit lagilah utk menemukan anindita, aduhai bu Tien
DeleteAlhamdulillah
ReplyDeleteMaturnuwun mbak Tien
ReplyDeleteAlhamdulillah
ReplyDeleteTerimakasih bunda 🙏🙏🙏
Alhamdulillah, bisa baca awal...
ReplyDeleteTerimakasih mbak Tien salam sehat dan salam ADUHAI...
Matur nuwun bunda Tien MK 28 telah tayang..
ReplyDeleteADUHAI alangkah senang hatiku bisa baca lebih awal...😍😍
Alhamdulillah.... terima kasih bu tien, semoga sehat selalu
ReplyDeleteSuwun Bu Tien... MK 28 udah tayang. Salam sehat selalu 🙏
ReplyDeleteTerima kasih MK 28 sudah tayang....salam aduhai mbak Tien
ReplyDeleteAlhamdulillah
ReplyDeleteTerimakasih MK bunda Tien
Semoga bunda Tien srlalu srhat
Salam sehat dan aduhai
Makin gemes.... makasih bu
ReplyDeleteSalam gemes jeng dokter
DeleteAlhamdulillah MK28 sudah hadir ,makasih bunda sayang
ReplyDeleteSami2 jeng Werdi
DeleteTerimakasih bu Tien, salam makin aduhai .....
ReplyDeletePuji tuhan yang d tunggu sdh dateng..suwun Bu tien
ReplyDeleteAlhamdulillah MK~28 sudah hadir.. maturnuwun bu Tien..🙏
ReplyDeleteAssalamualakum mbak Tien,seneng MK 28 sudah terbit..Aduhai... semoga wanita kurus dengan pandangan kosong yang bertemu drngan Abi adalah Anindita ... salam sehat dan aduhaai dari Cibubur ,,
ReplyDeleteWa'alakikum salam warahmatullahi wabarakatuh.
DeleteSalam ADUHAI jeng Sis
Alhamdulillah.. terimakasih bu Tien...smga sehat selalu ...
ReplyDeleteAlhamdulillaah... Terima kasih bu Tien, ikut bahagia sebentar lagi Melati bertemu ibunya,buat bu Tien salam sehat selalu dan Aduhai.
ReplyDeleteADUHAI ibu Komariyah
DeleteHallow mas2 mbak2 bapak2 ibu2 kakek2 nenek2 ..
ReplyDeleteWignyo, Opa, Kakek Habi, Bambang Soebekti, Anton, Hadi, Pri , Sukarno, Giarto, Gilang, Ngatno, Hartono, Yowa, Tugiman, Dudut Bambang Waspodo, Petir Milenium (wauuw), Djuniarto, Djodhi55, Rinto P. , Yustikno, Dekmarga, Wedeye, Teguh, Dm Tauchidm, Pudji, Garet, Joko Kismantoro, Alumni83 SMPN I Purwantoro, Kang Idih, RAHF Colection, Sofyandi, Sang Yang, Haryanto Pacitan, Pipit Ponorogo, Nurhadi Sragen, Arni Solo, Yeni Klaten, Gati Temanggung, Harto Purwokerto, Eki Tegal dan Nunuk Pekalongan, Budi , Widarno Wijaya, Rewwin, Edison, Hadisyah,
Sastra, Wo Joyo, Tata Suryo, Mashudi, B. Indriyanto, Nanang, Yoyok, Faried, Andrew Young, Ngatimin, Arif, Eko K, Edi Mulyadi, Rahmat, MbaheKhalel, Aam M, Ipung Kurnia, Yayak, Trex Nenjap, Sujoko, Gunarto, Latif, Samiadi, Alif, Merianto Satyanagara, Rusman, Agoes Eswe, Muhadjir Hadi, Robby, Gundt, Nanung, Roch Hidayat, Yakub Firman, Bambang Pramono, Gondo Prayitno , Zimi Zaenal M. , Alfes, Djoko Bukitinggi, Arinto Cahya Krisna , HerryPur, Djoni August. Gembong. Papa Wisnu, Djoni, Entong Hendrik, Dadung Sulaiman, Wirasaba,
Alamdulillah
DeleteYang ditunggu tunggu telah hadir
Matur nuwun bu Tien
Semoga bu Tien selapu sehat dan tetap semangat
Salam ADUHAI dr Cilacap
Presensi
DeleteAlhamdulillah, terima kasih bu Tien..🙏🙏🙏
Alhamdulillah MK Eps 28 sudah tayang.
ReplyDeleteMatur nuwun mBak Tien Kumalasari.
Semoga mbak Tien tetap sehat, bahagia sejahtera bersama keluarga, dan selalu dalam lindungan Allah. Aamiin YRA.
Salam hangat dari Tangerang.
Aamiin ya robbal alamiin.
DeleteMatur nuwun mas Dudut
Alhamdulillah.. MK hadir, maturnuwun Bu Tien 🙏,salam sehat semangat dan tetap ADUHAI
ReplyDeleteEng ing eng tambah seru dan penasaran cerita selanjutnya.,trims Bu Tien MK udah hadir....sehat sehat terus Bu tien
ReplyDelete𝑨𝒍𝒉𝒂𝒎𝒅𝒖𝒍𝒊𝒍𝒍𝒂𝒉 𝒔𝒆𝒕𝒆𝒍𝒂𝒉 𝑨𝒃𝒊 𝒕𝒆𝒓𝒊𝒎𝒂 𝒇𝒐𝒕𝒐 𝒅𝒂𝒓𝒊 𝑨𝒏𝒅𝒓𝒂 𝒅𝒊𝒂 𝒚𝒂𝒌𝒊𝒏 𝒃𝒂𝒉𝒘𝒂 𝒘𝒂𝒏𝒊𝒕𝒂 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒌𝒆𝒕𝒆𝒎𝒖 𝒌𝒆𝒎𝒂𝒓𝒊𝒎 𝒅𝒊 𝑹𝑺 𝒂𝒅𝒂𝒍𝒂𝒉 𝑨𝒏𝒊𝒏𝒅𝒊𝒕𝒂 𝒅𝒂𝒏 𝒃𝒊𝒃𝒊𝒌𝒏𝒚𝒂.
ReplyDelete𝑩𝒂𝒈𝒂𝒊𝒎𝒂𝒏 𝒌𝒆𝒍𝒂𝒏𝒋𝒖𝒕𝒂𝒏𝒏𝒚𝒂 ...𝒌𝒊𝒕𝒂 𝒕𝒖𝒏𝒈𝒈𝒖 𝒔𝒂𝒋𝒂 𝒅𝒂𝒓𝒊 𝑩𝒖 𝑻𝒊𝒆𝒏 𝒑𝒂𝒔𝒕𝒊 𝑨𝑫𝑼𝑯𝑨𝑰...
𝑺𝒂𝒍𝒂𝒎 𝒔𝒆𝒉𝒂𝒕 𝒔𝒆𝒍𝒂𝒍𝒖 𝒖𝒕𝒌 𝑩𝒖 𝑻𝒊𝒆𝒏 𝒅𝒂𝒏 𝒌𝒆𝒍𝒖𝒂𝒓𝒈𝒂.
𝑨𝒂𝒎𝒊𝒊𝒏 𝒀𝑹𝑨...🙏🙏🙏👍👍👍
Alhamdulillah ... matur suwun bu...
ReplyDeleteYa Allah... merinding....
ReplyDeleteTerima kasih Mbu Tien... srhat² trs..
Saking semangat bacanya ... Tahu2 besuk lagi ..terima lasih bu Tien..slam sehat
ReplyDeleteAduh...
ReplyDeleteTidak sabar menunggu sampai besok...
ADUHAI KP LOVER
DeleteAlhamdulillah MK.28 telah tayang, terima kasih bu Tien, sehat n bahagia selalu.
ReplyDeleteUR.T411653L.
Sami2 ibu Uchu
DeleteWah ceritanya makin seru, anindhita bakal ditemukan
ReplyDeleteTerima kasih bu tien
Sami2 pak Anton
DeleteAlhamdulillah....
ReplyDeleteSemoga segera ditemukan wanita cantik yg terguncang jiwanya
Salam sehat mbak Tien
Bersabaar...tunggu besok lagi🙂
Salam sabar ibu Yulie
DeleteAlhamdulillah MK 28 sdh hadir
ReplyDeletesemakin penasaran lanjutan ceritanya besok,
Terima kasih Bu Tien, semoga sehat selalu
Aamiin.
Salam ADUHAI selalu
Aamiin
DeleteMatur nuwun jeng Ting
Baru buka hp ya udahtagang dah banyak yg komen
ReplyDeleteMakasih MK 28
Salam sehat dan salam aduhai
Salam sehat dan ADUHAI ibu Engkas
DeleteAlhamdulillah,matur nuwun Bu Tien..
ReplyDeleteMugi tansah pinaringan sehat,Aamiin.
Sami2 ibu Rini.
DeleteAamiin
Susur mana susur, cari susur buat apa?
ReplyDeleteBuat menyusuri dimana tempat tinggal ibu dan anaknya yang kemarin periksa di rumah sakit..
Ya mulai dari rumah sakit kan ada catatannya, lha kalau lainnya dan kalau perlu tanya taksi online, yang kemarin nganter kedesa mana..
Gitu jangan cari susur, biarpun menyusuri
Nanti malah mencolot susuré kalau mau njawab..
Tuh sana mulai, mau cari teman; Andra di ajak, biar ada yang diajak ngomong.. siapa tahu kamu jenuh..
Dah ada titik terang, kamu ketahuan mencari Titik cantik habis harapanmu musnah..
Dah yaa.. besok lagi aja..
Nyarinya.. kalau tahu malah semua mau ikut mencari.. malah konvoi..
Terimakasih Bu Tien,
Melani Kekasihku yang ke dua puluh delapan sudah muncul,
muncul harapan perjumpaan dengan anaknya..
siapa tahu Anggoro bisa melembutkan suasana jadi Anin tidak terlalu ketakutan..
Sehat sehat selalu doaku Bu Tien; sedjahtera dan bahagia bersama keluarga tercinta 🙏
Nanaaang.. susurmu mencolot tuh
Deletehé hé hé hé hé
DeleteAlhamdulilah MK sudah tayang, mugi Ibu Tien tansah sahet.
ReplyDeleteWah pasti seru..Anindita akan bisa bertemu kembali dengan keluarganya....
Bagaimana reaksi Anindita selanjutnya...melihat foto2
Semakin penasaran Ibu Tien...
Aamiin
DeleteMatur nuwun ibu Moedjiati
Siiiiiip tenan alurcritaxa bikin penasaran
ReplyDeleteBejik ketitik olo ketoro
Sopo sing ndadur oleh panennya
Berbuat kejahilan dan kejahatan akan mendapat hasilkejahilan kwadrat dan hasil kejahatankwadrat rasakno saiki
Piwalese soko gusti Allah.
Matur nuwun ibu tien amazing tenan
Sami2 pak Muhajir.
DeleteLama nggak komen
Benar Anindita yg ketemu Abi...
ReplyDeleteMakasih mba Tien.
Salam sehat dan selalu aduhai.
Salam sehat dan ADUHAI ibu Sul
DeleteMatur nuwun mbak Tien-ku, Melani sudah berkunjung.
ReplyDeleteHoreee...Bu Cokro jadi ngelamar Melan...
Tinggal menunggu nasib Dita, ayo dilacak bersama Andra, pasti ketemu.
Salam sehat penuh semangat mbak Tien yang selalu ADUHAI.
Horeee.. pak Latief
DeleteAlhamdulillah
ReplyDeleteTerima kasih bu tien sdh menayangkan mk 28
Sami2 mas Arif
DeleteRasanya kok nggak pengin ya mk ini segera berakhir.. pasti wanita itu ibunya melani alias anindita.. smg di sisa umurnya dipertemukan dg anggoro suaminya dan melani buah cintanya dg anggoro. bertemu dg mbakyunya maruti dan mas panji dan andra dan abi sbg menantunya pasti aduhai banget ya mb tien😘.. ngarep nih.. smg bgtu akhir crtnya.. slm seroja sll utk kita semua. aamiin yra🤲🙏
ReplyDeleteAssalamualaikum wrwb..
ReplyDeleteMemang mbak Tien sungguh2 Aduhai, ..
Semiga Abi masih inhst slamat kedua orang perempuan yang ditemui di RS , ketika dicarikan taksi ,,
Salam sehat buat anggota Cerbung Cah C .. kemarin dapat salam dari mbak Tien sudah saya sampekan ,,, 🥰🥰🥰
Terimakasih ibu Susi
DeleteAlhamdulillah.....
ReplyDeleteMtur nuwun Bun.....
Mugi2 tansah pinaringan rahayu wilujeng sedoyonipun.....
Aamiin
DeleteMatur nuwun wo
Alhamdulillah..., matursuwun mbak Tien MELANInya
ReplyDeleteSalam sehat selalu
Trimakasih mbak Tien MK28nyaa...
ReplyDeleteSenangnyaa...
Semakin terurai critanya..👏👏
Semoga semua bahagiaaa...
Salam sehat dan aduhaiii mbak Tien..
🙏🌹😘
Sehat dan ADUHAI ibu Maria
DeleteAlhamdulilah sebentar lagi meilani ketemu ibunya.... sehat selalu bu tien...salam aduhai dari pondok gede
ReplyDeleteADUHAI ibu Sri
DeleteMatur nuwun mbak Tien, kami ikut berdebar seneng ... ADUHAI semua dimudahkan ... salam dan doa sehat bahagia, ditunggu kelanjutannya ya mbaak
ReplyDeleteSami2 pak Pri
DeleteKok blum tayang ya mbak Tien ? 😁😁😁 salam ADUHAI
DeleteAlhamdulillah... Terima kasih Bu Tien... Rada ayem dg nasib Melani... Semoga Bu Tien selalu sehat, selalu semangat tuk berkarya... 👍👍👍🙏🙏🙏
ReplyDeleteSami2 ibu Sri
DeleteAlhamdulillah Ibu Tien sehat, semoga tetap sehat bersama keluarga dan Bapak-Ibusemua di sini ... aamiin
ReplyDeleteAamiin
ReplyDeleteMatur nuwun ibu Reni
Semakin seru...
ReplyDeleteAlhamdulillah, aduhai banget bu Tien, semoga sehat selalu, aamiin
ReplyDeleteSlmt pgii mbak Tien.. Alhamdullilahterima ksih MK nya.. Makinlm makin seruuu.. Slmseroja dan aduhai dri skbmi🥰🥰
ReplyDeleteMatur nuwun bu Tien MK 28 sdh tayang semalam..cuma naru komen sekarang. Dengan teriskan Abi menunjukkan kalau ada kemiripan antara foto bibik dan Anindita dg bibik dan anak perempuan yg keyemu di rumah sakit. Hebat..Abi sdh dpt empati dari Melani, simbok, Anghoro bahkan bibik yg merawat Anindita. Dari percakapan di MK 27 *wanita itu mengatakan nama sebuah kampung, Abi mencatatnya untuk memanggl taksi online* maka kampung bibik dananaknya yg diduga Anindita sudah diketahui. Nah tinggal googling saja akan ketemu kampungnya. Nanti Abi tinggal menunjukkan foto ke masyarakat dikampung tersebut..ketemu deh. Aamiin
ReplyDeleteAlhamdulillah, terima kasih bu Tien, semoga sehat selalu
ReplyDeleteMK 28 hadir .baru baca juga hahha nuhun Bu Tien sehat selalu
ReplyDelete.SALAM Aduhai bu Tien
Menunggu Melani...
ReplyDeleteSalam sehat ,salam aduhai bunda Tien
Saya temani bu ...
ReplyDelete