MELANI KEKASIHKU 27
(Tien Kumalasari)
“Ati-ati bu, kok bisa jatuh, awas bu.. pelan-pelan bangunnya, saya bantu berdiri ya..” kata Abi sambil menolong wanita itu berdiri.
Wanita itu tertatih berdiri, tapi ketika melihat wajah Abi, dia langsung bersembunyi dibalik bahu ibunya. Ia tampak seperti ketakutan.
“Tenang ya nak.. tenang, anak muda ini bukan orang jahat, dia orang baik. Ya kan nak?”
“Saya hanya ingin membantu, ibu jangan takut ya?” kata Abi dengan senyum ramah. Melihat senyum itu, wanita yang semula tampak ketakutan itu menjadi lebih tenang. Tapi kemudian ia menarik tangan ibunya agar supaya segera pergi..”
“Nak, kami mau pulang dulu ya..” kata wanita yang lebih tua.
“Ibu rumahnya dimana?”
“Jauh nak, kami mau mencari angkot dulu.”
“Ibu sakit apa?”
“Bukan saya nak, tapi anak saya ini.”
“Sakit apa?”
“Ah, sudahlah nak, susah untuk diceritakan. Ini yang sakit kan jiwanya, kami keluar masuk rumah sakit setiap saat, tapi kok ya tak kunjung sembuh. Ada saran supaya dimasukkan ke rumah sakit jiwa, tapi saya tidak mengijinkan. Kasihan. Kalau jauh dari saya dia tidak akan bisa, Jadi saya rawat sendiri saja dirumah. Sudah ya nak, kok nak ganteng ini malah mengikuti saya. Bukannya itu mau berobat ? Kami sudah selesai.”
“Iya bu, tidak apa-apa, akan saya carikan taksi buat ibu ya?”
“Aduh, tidak nak.. taksi itu kan mahal, uang saya tidak akan cukup, saya nunggu angkot saja.”
“Tidak untuk kali ini bu, biar saya carikan ibu taksi, nggak usah bayar?”
“Apa nak ganteng ini sopir taksi ?”
“Saya... ya.. ( sambil tertawa ). Tapi nanti saya panggilkan teman saya, karena saya mau berobat.”
“Ya ampun nak, kok nak ganteng ini baik sekali, padahal juga sedang sakit kan? Wajah nak ganteng kelihatan agak pucat gitu. Itu luka-luka seperti itu, apa habis berantem ?”
“Tidak, hanya jatuh kok bu. Ini mau kontrol saja. Sebentar saya panggilkan taksinya ya bu. Maaf dimana alamat ibu?”
Wanita itu mengatakan nama sebuah kampung, Abi mencatatnya untuk memanggl taksi online.
“Nak, obatnya tadi mana?” tanyanya kepada anaknya.
Wanita yang lebih muda menunjukkan sebuah tas plastik kecil.
“Bagus, nanti obatnya diminum ya?”
Wanita itu mengangguk. Tapi tiba-tiba ia melepaskan diri dari pegangan ibunya, dan setengah berlari menghampiri seorang wanita yang sedang menggendong bayi.
“Anakkuuu... anakku...” teriaknya, lalu merebut anak itu dari tangan ibunya.
Tentu saja terjadi keributan karena ibunya berteriak-teriak.
“Toloong.. tolong...”
Abi dan wanita tadi berlari mendekat.
“Nak, tolong lepaskan, itu bukan anakmu..”
“Anakku... anakku...” teriaknya sambil mendekap anak kecil itu.
“Tidak sayang, itu bukan anakmu.. itu masih kecil.. anakmu sudah besar.. tolong lepaskan ya, lepaskan sayang.. nanti kita cari lagi anakmu..”
Dengan lembut si ibu meminta anak kecil yang didekapnya, yang tentu saja menangis keras.
“Hiih.. orang gila..” sergah ibu bayi itu sambil membawa anaknya pergi, begitu bayi itu diterimanya.
“Maaf ya bu..” teriak ibu setengah tua itu. Lalu dia merangkul anaknya dengan sabar.
“Anakku...” isaknya.
“Nanti kita cari lagi ya, pasti dia ketemu kok.”
Abi menyaksikan adegan itu dengan iba. Rupanya wanita itu sakit jiwa karena kehilangan anaknya. Abi ingin bertanya sesuatu, tapi taksi yang dipanggilnya sudah datang.
“Bu, ini taksinya. Ibu tinggal naik sampai ke rumah, dan tidak usah bayar.”
“Terimakasih banyak ya nak, untunglah nak ganteng menolong, kalau kami naik angkot sedang situasi jiwanya sedang seperti ini, pasti saya bertambah repot,” katanya sambil membantu anaknya naik taksi yang dipanggil Abi.
Ketika wanita itu mau naik, Abi menyelipkan sejumlah uang ditangan ibu itu.
“Nak., ini apa..”
“Pakai saja bu, untuk ongkos taksi lagi kalau anak ibu akan berobat nanti.”
“Tapi..”
“Terima saja bu, barangkali juga anak ibu ingin makan sesuatu, bisa beli dengan uang itu. Naiklah bu, nanti anak ibu rewel lagi.”
Wanita itu mengangguk sambil berlinang air mata. Sungguh dia tak mengira bisa ketemu ‘sopir taksi’ yang sangat baik.
Begitu taksi berjalan, ia merangkul anaknya yang duduk disampingnya dengan air mata masih bercucuran.
“Tenang ya.. nanti kita akan bisa menemukannya.”
***
Abi mambalikkan tubuhnya begitu taksi yang dipesannya sudah berlalu dengan membawa dua orang ibu yang entah mengapa sangat membuatnya trenyuh, karena ibu yang agak muda itu ternyata sedang sakit jiwa. Ia terharu ketika melihat dia tiba-tiba merebut bayi yang digendong seorang ibu, yang dianggapnya anaknya. Aduh, untunglah ibunya bisa menenangkannya.
Ketika Abi menunggu di antrian, pikirannya melayang jauh. Ia teringat bayi kecil yang diterima simbok dari seorang wanita cantik. Melani kecil. Mirip sekali dengan nasib dua orang ibu tadi. Sayang dia tak sempat bertanya banyak. Mungkin anak ibu itu meninggal saat masih bayi, atau... tidak, bukankah ibunya mengatakan bahwa mereka akan mencarinya? Berarti anak ibu itu hilang? Atau kata-kata ‘mencari’ hanyalah untuk menghibur anaknya saja?”
Wanita itu sebenarnya cantik. Kulitnya bersih, hidungnya mancung, bibirnya tipis, tapi mata itu kelihatan kosong. Ia juga tadi ketakutan ketika melihat Abi. Apakah ada laki-laki yang berbuat jahat sama dia?
“Sebenarnya aku ingin bertanya banyak, apa yang terjadi dengan anak ibu itu. Tapi taksi keburu datang. Ya sudahlah, semoga dia segera sembuh dan gangguan jiwanya. Aku kok merasa iba melihatnya,” kata batin Abi.
Tiba-tiba Abi merasa, seperti pernah melihat wajah yang mirip wanita itu.
“Tuan Abisatya,” pembantu dokter memanggilnya, dan Abi harus menghentikan lamunannya.
***
“Kok sudah pulang pak? Sebenarnya bapak dari mana?” tanya bu Cokro ketika suaminya kembali.
“Dari kantornya Abi.”
“Ketemu ?”
“Ya tidak, Abi bilang mau ke rumah sakit. Tapi aku juga heran, dia bilang waktu itu mau ke Jakarta, tapi ternyata nggak jadi. Apa karena dia sakit ya?”
“Ibu jadi prihatin juga pak. Apa sekretarisnya tidak tahu Abi ada dimana?”
“Sudah bapak tanyakan, katanya tidak tahu. Abi tidak pernah mengatakannya.”
“Bagaimana kalau kita ke rumah sakit langganan kita? Pasti Abi kesana deh.”
“Kalaupun iya, bagaimana mencarinya? Kan rumah sakit itu ada bagian-bagiannya. Bagian sakit jantung, bagian sakit kulit, bagian penyakit dalam, dan masih banyak lagi. Lhah Abi ke dokter bagian apa? Kita kan tidak tahu.”
“Sebenarnya Abi sakit apa?”
“Tidak mau mengatakannya. Pasti dia tak ingin orang tuanya khawatir. Tuh, anak kita saja bisa menjaga perasaan kita. Mengapa ibu tidak bisa?”
Bu Cokro menghela napas. Wajahnya muram. Bukan karena marah, tapi karena sedih.
“Seorang ibu itu sudah pasti sangat mencintai anaknya,” gumam bu Cokro lirih.
“Kalau memang cinta, mengapa tidak membiarkan dia hidup bahagia?”
“Ibu sedang menimbang-nimbang, malu tidak punya besan seorang pembantu? Biar dibalut baju semahal apapun, penampilan seorang pembantu pasti juga kelihatan. Ya kan?”
“Lha memangnya kenapa kalau kelihatan ?”
“Bapak tidak malu ?”
“Tidak, apapun akan bapak lakukan asalkan anak kita bahagia.”
“Bagaimana kalau ketika menikah nanti, kita tidak usah menampilkan simbok?”
“Ibu ini bagaimana, simbok kan ibunya Melani. Pasti dia akan sakit hati kalau mboknya tidak diikut sertakan dalam upacara pernikahan. Ada apa ibu ini?”
“Ibu sedang menimbang nimbang...”
“Dari tadi menimbang-nimbang terus. Katanya cinta, kelamaan nimbangnya. Bagaimana kalau Abi itu sakitnya berat? Karena tertekan, karena patah hati. Ibu lupa ya kalau Melani menolak menjadi isteri Abi?”
“Iya juga sih, mengapa ya Melani menolak Abi? Anakku kan ganteng, punya kedudukan.”
“Dari situ ibu kan bisa tahu, bahwa Melani bukan menginginkan harta Abi ? Bahwa Melani bukan gadis mata duitan?”
Bu Cokro masih terus berpikir, tapi pak Cokro sedikit merasa lega, karena tampaknya bu Cokro tidak lagi bersikeras menolak pilihan Abi.
“Kalau Melani menolak, apa kita tidak malu? Seorang anak pembantu menolak anak majikannya? Aduuh.”
“Ibu jangan lagi bicara antara pembantu dan majikan. Kalau memang ibu sudah bisa menerima keinginan Abi, kita temui Melani dan bicara. Aku kira Melani menolak juga karena kata-kata ibu yang pedas kok.”
“Baiklah, nanti aku pikirkan.”
“Hmh... tadi menimbang-nimbang, lalu sekarang masih akan dipikirkan..”
“Ayo kita cari Abi dulu.”
“Bapak tadi sudah mencoba menelpon dia, tapi ponselnya tidak aktif.”
“Ibu juga mencoba menelpon, aktif sih, tapi tidak mau mengangkat.”
“Nanti bapak akan mencobanya lagi.”
“Kalau begitu coba menelpon jangan dengan ponsel kita, tapi dengan telpon kantor. Kalau degan telpon kantor pasti dia mau menerima karena mengira itu urusan pekerjaan.”
“Iya juga sih. Ya sudah, nanti akan bapak coba.”
***
“Mengapa menelpon Lis, kan aku bilang bahwa aku lagi sakit? Ini lagi tiduran di hotel, badanku agak panas,” kata Abi ketika menerima telpon dari telpon kantornya.
“Abi, ini bapak.”
“Bapak ? Kok bapak ada di kantor ?”
“Memangnya nggak boleh ?”
“Boleh sih, tumben-tumbenan sering menengok kantor. Abi senang.”
“Bapak bukan mengurusi pekerjaan kamu. Kamu bilang apa, badan kamu panas? Kamu sakit apa?”
“Oh, bukan apa-apa kok pak, hanya demam ringan.”
“Jangan membohongi orang tua. Ibumu sedih mendengar kamu sakit.”
“Terimakasih untuk ibu yang masih peduli sama Abi.”
“Abi, kamu jangan begitu. Marah sama orang tua, kemudian nggak mau pulang. Ibumu benar-benar merasa kehilangan kamu.”
“Abi tidak marah, bapak. Abi hanya ingin menenangkan diri.”
“Kamu tidak tenang karena apa?”
“Karena cinta Abi ditolak, karena ibu tidak suka sama pilihan Abi. Pokoknya rumit. Abi sungguh-sungguh merasa tertekan.”
“Abi..” kali ini Abi terkejut, karena yang terdengar kemudian adalah suara ibunya.
“Ibu ada di kantor juga?”
“Iya, ibu bersama bapak. Ibu sedih mendengar kamu sakit.”
“Abi tidak apa-apa, hanya sedikit demam.”
“Dimana kamu nak, ibu ingin ketemu.”
Abi tampak terdiam. Pikirnya, kalau ibunya datang pasti juga akan mengomeli dirinya.
“Abi, ibu bersungguh-sungguh. Biasanya kalau kamu sakit, pasti minta agar ibu mengeloni kamu. Sejak kamu kecil hingga kamu dewasa. Sekarang saat sakit kamu sendirian, ibu sangat sedih Abi, katakan dimana kamu.”
“Nanti saja kalau Abi sudah sembuh ibu.”
“Justru saat sakit, ibu akan menemani kamu, merawat kamu.”
Abi tertegun, hatinya teriris mendengar suara ibunya bergetar, seperti menahan tangis.
“Ibu, Abi hanya demam biasa. Ibu jangan khawatir.”
“Abi jangan bandel. Ibu bersungguh-sungguh. Lagi pula ibu ingin bilang, nanti kalau kamu sudah sembuh, ibu mau agar kamu mengantarkan ibu.”
“Mengantarkan kemana bu?”
“Menemui simbok.”
“Menemui simbok? Ibu repot, dan keberatan mengurus rumah sehingga ingin agar simbok kembali ? Mana dia mau.”
“Bukan Bi, ibu ingin melamar Melani untuk kamu.”
Ponsel yang dipegang Abi hampir terjatuh karena terkejut.
“Bi, ibu bersungguh-sungguh. Ibu sudah sadar, bahwa yang paling penting dalam hidup ibu adalah melihatmu bahagia.”
Abi menghela napas panjang.
“Belum tentu Melani mau menerima.”
“Ibu akan memintanya, memohon agar mau. Ibu tidak akan malu berbesan dengan bekas pembantu ibu sendiri.”
“Benarkah ?”
“Sungguh Abi, katakan dimana kamu menginap. Atau kamu pulanglah, biar ibu bisa merawat kamu.”
“Baiklah bu.
“Bagaimana? Kamu mau pulang?”
“Ibu tunggu saja, Abi akan segera pulang.”
***
“Andra...” Abi menelpon Andra pada malam harinya.
“Abi, apa kabar kamu, dan bagaimana luka kamu? Baru saja aku mau menelpon kamu. Simbok bilang kalau dia menemukan sebungkus obat yang jatuh di halaman sore tadi. Itu obat kamu.”
“Ya ampun, aku mengira terjatuh di mobil, rupanya jatuh dirumah kamu. Pantas aku cari-cari tidak ketemu.”
“Di halaman, mungkin terjatuh saat kamu mengantonginya. Lalu bagaimana? Kamu tidak minum obatnya dong.”
“Iya, lukaku infeksi, jadi aku agak demam.”
“Ya ampun, kamu ceroboh ya.”
“Tadi aku sudah ke rumah sakit. Perban diganti dan sudah dapat obat, sekarang sudah lebih baik.”
“Ya sudah, syukurlah. Ada apa nih, tumben menelpon aku? Ponselnya Melani sudah ada kok, aku sudah mengambilnya kemarin dari toko dia.”
“Oh ya? Aku sebenarnya bingung.”
“Bingung kenapa?”
“Ibuku mau menemui simbok, tapi nggak enak kalau simbok ada disini kan?”
“Oh, besok simbok mau pulang bersama Melani, mau mengambil barang-barangnya yang masih tertinggal. Kan mereka sudah pindah kemari.”
“Oh gitu ya? Baiklah, terimakasih ya Ndra.”
“Lho, nggak mau ngomong sama Melani? Dia lagi di teras sama om Anggoro.”
“Tidak, besok saja ketemu di rumah lamanya.”
“Ibumu mau memarahi simbok lagi?”
“Tidak, ibuku mau melamar Melani sama simbok.”
“Lhoh, bukannya Melani sudah ada bapaknya? Bilang saja sama om Anggoro.”
“Tidak Ndra, ibuku tahunya simbok itu ibunya Melani. Biarkan saja. Ini justru keinginan aku. Ibuku bisa menerima bukan karena Melani anak seorang pengusaha kaya.”
***
Besok lagi ya
Makasih bu...
ReplyDeleteasiiikkkk....
DeleteAlhamdulillah MK27 udh hadir, trims bunda Tien sayang.. salam sshat penuh Aduhaaaai.. smg ibu nya Abi ikhlas menerima Melani sbg menantunya dan Anindita bs kumpul lg dg Anggoro jg mba nya Maruti..tp tammat dong klo mereka udah ketemu ya bun.. 😀, terserah bunda aja deh..
DeleteJuara 1 Jeng dokter
DeleteAlhamdulillah eMKa_27 sdh tayang, matur nuwun bu Tien, Abi ngerti nggak ya, jika itu Anindita, kan beda generasi, tp jika Andra pasti tahu persis...... (lha wong bulik-e)
DeleteSalam ADUHAI.
Makasih Mbak Tien MK 27 dah hadir
DeleteADUHAI, JUARA
DeleteTerima kasih Mbak Tien.
DeleteSalam ADUHAI.
Trimakasih bu Tien...
ReplyDeleteMelani 27 sudah tayang
Aduhai
Sami2 ibu Wiwik
DeleteAlhamdulillah MK27 udh hadir, trims bunda Tien sayang.. salam sshat penuh Aduhaaaai.. smg ibu nya Abi ikhlas menerima Melani sbg menantunya dan Anindita bs kumpul lg dg Anggoro jg mba nya Maruti..tp tammat dong klo mereka udah ketemu ya bun.. 😀, terserah bunda aja deh..
ReplyDeleteADUHAI ibu Lily
DeleteMatur nuwun mbk Tien...
ReplyDeleteSami2 jeng Nani
DeleteMatur nuwun mbak Tien-ku, Melani sudah sampai di rumah.
ReplyDeleteMalam Bunda Tien ...Sudah tayang Melani
ReplyDeleteTerima kasih Bunda...
Alhamdulillah
ReplyDeleteTrmksh mb Tien MK 27 sdh hadir
ReplyDeleteSalam ADUHAI
Smg sll diberikan kesehatan dan berbahagia bersama Kelg tercinta
DeleteHalooooo bu tien salam aduhaiiii dari pondok gede
ReplyDeleteSalam ADUHAI ibu Sri
DeleteAlhamdulillah MK~27 telah hadir,
ReplyDeletematurnuwun bu Tien..🙏
Sami2 pak Djodhi
DeleteAlhamdulillaah MK nya dah hadir
ReplyDeleteMakasih bundaku sayang
Salam sehat dari tasikmalaya
Salam ADUHAI ibu Engkas
DeleteAlhamdulillah MK.27 telah tayang, terima kasih bu Tien, sehat n bahagia selalu.
ReplyDeleteUR.T411653L.
Sami2, ibu Uchu
DeleteMatur nuwun b Tien, selamat malam pamiarsa.
ReplyDeleteSalam sehat penuh semangat dari Rewwin...🌿
Salam ADUHAI cak
DeleteAlhamdulillah... penasaran mas Abi ktm siapa disini yaaa
ReplyDeleteMatur nuwun bu Tien
Sami2 ibu Nien
DeleteAlhamdulillah...
ReplyDeleteTerimakasih mbak Tien salam ADUHAI...
Sami2 ibu Nanung
DeleteTerimakasih bunda Tien
ReplyDeleteSemoga bunda Tien senantiasa sehat dan bahagia bersama keluarga
Salam sehat dan hangat dari Purworejo
Salam hangat ibu Salamah
DeleteHallow mas2 mbak2 bapak2 ibu2 kakek2 nenek2 ..
ReplyDeleteWignyo, Opa, Kakek Habi, Bambang Soebekti, Anton, Hadi, Pri , Sukarno, Giarto, Gilang, Ngatno, Hartono, Yowa, Tugiman, Dudut Bambang Waspodo, Petir Milenium (wauuw), Djuniarto, Djodhi55, Rinto P. , Yustikno, Dekmarga, Wedeye, Teguh, Dm Tauchidm, Pudji, Garet, Joko Kismantoro, Alumni83 SMPN I Purwantoro, Kang Idih, RAHF Colection, Sofyandi, Sang Yang, Haryanto Pacitan, Pipit Ponorogo, Nurhadi Sragen, Arni Solo, Yeni Klaten, Gati Temanggung, Harto Purwokerto, Eki Tegal dan Nunuk Pekalongan, Budi , Widarno Wijaya, Rewwin, Edison, Hadisyah,
Sastra, Wo Joyo, Tata Suryo, Mashudi, B. Indriyanto, Nanang, Yoyok, Faried, Andrew Young, Ngatimin, Arif, Eko K, Edi Mulyadi, Rahmat, MbaheKhalel, Aam M, Ipung Kurnia, Yayak, Trex Nenjap, Sujoko, Gunarto, Latif, Samiadi, Alif, Merianto Satyanagara, Rusman, Agoes Eswe, Muhadjir Hadi, Robby, Gundt, Nanung, Roch Hidayat, Yakub Firman, Bambang Pramono, Gondo Prayitno , Zimi Zaenal M. , Alfes, Djoko Bukitinggi, Arinto Cahya Krisna , HerryPur, Djoni August. Gembong. Papa Wisnu, Djoni, Entong Hendrik, Dadung Sulaiman, Wirasaba,
Alamdulillah
DeleteYang ditunggu tunggu telah hadir
Matur nuwun bu Tien
Semoga bu Tien selapu sehat dan tetap semangat
Salam ADUHAI dr Cilacap
Salam ADUHAI pak Wedeye
DeleteAlhamdulillah
ReplyDeleteTerimakasih bu Tien, makin asyik ceritanya.
Salam sehat selalu ibu.
Salam sehat dan ADUHAI ibu Sri
DeleteHallow..
ReplyDeleteYustinhar. Peni, Datik Sudiyati, Noor Dwi Tjahyani, Caroline Irawati, Nenek Dirga, Ema, Winarni, Retno P.R., FX.Hartanti, Danar, Widia, Nova, Jumaani, Ummazzfatiq, Mastiurni, Yuyun, Jum, Sul, Umi, Marni, Bunda Nismah, Wia Tiya, Ting Hartinah, Wikardiyanti, Nur Aini, Nani, Ranti, Afifah, Bu In, Damayanti, Dewi, Wida, Rita, Sapti, Dinar, Fifi, Nanik. Herlina, Michele, Wiwid, Meyrha, Ariel, Yacinta, Dewiyana, Trina, Mahmudah, Lies, Rapiningsih, Liliek, Enchi, Iyeng Sri Setyawati , Yulie, Yanthi , Dini Ekanti, Ida, Putri, Bunda Rahma, Neny, Yetty Muslih, Ida, Fitri, Hartiwi DS, Komariah P., Ari Hendra, Tienbardiman, Idayati, Maria, Uti Nani, Noer Nur Hidayati, Weny Soedibyo, Novy Kamardhiani, Erlin, Widya, Puspita Teradita, Purwani Utomo, Giyarni, Yulib, Erna, Anastasia Suryaningsih, Salamah, Roos, Noordiana, Fati Ahmad, Nuril, Bunda Belajar Nulis, Tutiyani, Bulkishani, Lia, Imah P Abidin, Guru2 SMPN 45 Bandung, Yayuk, Sriati Siregar, Guru2 SMPN I Sawahlunto, Roos, Diana Evie, Rista Silalahi, Agustina, Kusumastuti, KG, Elvi Teguh, Yayuk, Surs, Rinjani, ibu2 Nogotirto, kel. Sastroharsoyo, Uti, Sis Hakim, Tita, Farida, Mumtaz Myummy, Gayatri, Sri Handay, Utami, Yanti Damay, Idazu, Imcelda, Triniel, Anie, Tri, Padma Sari, Prim, Dwi Astuti, Febriani, Dyah Tateki, kel. SMP N I Gombong, Lina Tikni, Engkas Kurniasih, Anroost, Wiwiek Suharti, Erlin Yuni Indriyati, Sri Tulasmi, Laksmie, Toko Bunga Kelapa Dua, Utie ZiDan Ara, Prim, Niquee Fauzia, Indriyatidjaelani,
Bunda Wiwien, Agustina339, Yanti, Rantining Lestari, Ismu, Susana Itsuko, Aisya Priansyah, Hestri, Julitta Happy, I'in Maimun, Isti Priyono, Moedjiati Pramono, Novita Dwi S, Werdi Kaboel, Rinta Anastya, r Hastuti, Taty Siti Latifah, Mastini M.Pd. , Jessica Esti, Lina Soemirat, Yuli, Titik, Sridalminingsih, Kharisma, Atiek, Sariyenti, Julitta Happy Tjitarasmi, Ika Widiati, Eko Mulyani, Utami, Sumarni Sigit, Tutus, Neni, Wiwik Wisnu, Suparmia, Yuni Kun, Omang Komari, Hermina, Enny, Lina-Jogya, mbah Put Ika, Eyang Rini ,Handayaningsih, ny. Alian Taptriyani, Dwi Wulansari, Arie Kusumawati, Arie Sumadiyono, Sulasminah , Wahyu Istikhomah, Ferrita Dudiana, SusiHerawati, Lily , Farida Inkiriwang, Wening, Yuka, Sri, Mbah Wi, Si Garet, ibu Wahyu Widyawati, Rini Dwi, Pudya , Indahwdhany, Butut, Oma Michelle, Linurhay, Noeng Nurmadiah, Dwi Wulansari, Winar, Hnur, Umi Iswardono , Yustina Maria Nunuk Sulastri Rahayu Hernadi , Sri Maryani, Bunda Hayu Hanin, Nunuk, Reni, Pudya, Nien, Swissti Buana, Sudarwatisri, Mundjiati Habib, Savero, Ida Yusrida, Nuraida, Nanung, Arin Javania. Ninik Arsini, Neni , Komariyah, Aisya Priansyah, Jainah Jan. Civiyo, Mahmudah, Yati Sri Budiarti, Nur Rochmah. Uchu Rideen
. Ninik Arsini, Endah. Nana Yang, Sari P Palgunadi, Echi Wardani, Nur Widyastuti, Gagiga family, Trie Tjahjo Wibowo, Lestari Mardi,
Alhamdulillah MK 27 sudah tayang, matur nuwun mBak Tien Kumalasari.
ReplyDeleteSemoga mBak Tien tetap sehat, bahagia bersama keluarga dan selalu dalam lindungan Allah SWT. Aamiin YRA.
Salam sehat dan salam hangat dari Tangerang.
Aamiin.
DeleteMatur nuwun mas Dudut
Hallow Pejaten, Tuban, Sidoarjo, Garut, Bandung, Batang, Kuningan, Wonosobo, Blitar, Sragen, Situbondo, Pati, Pasuruan, Cilacap, Cirebon, Bengkulu, Bekasi, Tangerang, Tangsel,Medan, Padang, Mataram, Sawahlunto, Pangkalpinang, Jambi, Nias, Semarang, Magelang, Tegal, Madiun, Kediri, Malang, Jember, Banyuwangi, Banda Aceh, Surabaya, Bali, Sleman, Wonogiri, Solo, Jogya, Sleman, Sumedang, Gombong, Purworejo, Banten, Kudus, Ungaran, Pamulang, Nusakambangan, Purworejo, Jombang, Boyolali. Ngawi, Sidney Australia, Boyolali, Amerika, Makasar, Klaten, Klipang, JAKARTA...hai..., Mojokerto, Sijunjung Sumatra Barat, Sukabumi, Lamongan, Bukittinggi, Hongkong, El Segudo, California, Bogor, Terimakasih atas perhatian dan support yang selalu menguatkan saya. Aamiin atas semua harap dan do'a.
ReplyDeleteADUHAI.....
Alhamdulillah...terima kasih Bu Tien
ReplyDeleteSehat selalu nggih,Aamiin.
Matur nuwun bunda Tien..MK 27 telah tayang...
ReplyDeletetetap ADUHAI njih bun...
Trima kasih Bu Tien, Mk 27 telah hadir , salam sehat penuh semangat
ReplyDeleteAlhamdulillah....
ReplyDeleteMtur nuwun Bun....
Mugi2 tansah pinaringan rahayu wilujeng sedoyonipun....
Duh...ikut senang, Melani bakal jadi istri Abi. Tapi kapan ya bisa ketemu sama ibunya? Salam bahagia dan aduhai mbak Tien...
ReplyDeleteNampaknya tensi cerita sengaja diturunkan mbak Tien agar pembaca tidak tegang.
ReplyDeleteTerima kasih mbak Tien.
𝑾𝒂𝒉 𝒎𝒂𝒌𝒊𝒏 𝒂𝒔𝒚𝒊𝒌 𝒄𝒆𝒓𝒊𝒕𝒂𝒏𝒚𝒂 𝒂𝒌𝒉𝒊𝒓𝒏𝒚𝒂 𝑩𝒖 𝑪𝒐𝒌𝒓𝒐 𝒎𝒂𝒖 𝒎𝒆𝒍𝒂𝒎𝒂𝒓 𝑴𝒆𝒍𝒂𝒏𝒊...👏👏👏
ReplyDelete𝑻𝒊𝒅𝒂𝒌 𝒍𝒂𝒈𝒊 𝒎𝒆𝒎𝒂𝒏𝒅𝒂𝒏𝒈 𝒔𝒕𝒂𝒕𝒖𝒔 𝒔𝒊𝒂𝒑𝒂 𝒔𝒆𝒃𝒆𝒕𝒖𝒍𝒏𝒚𝒂 𝑴𝒆𝒍𝒂𝒏𝒊..
𝑺𝒆𝒎𝒐𝒈𝒂 𝒔𝒂𝒋𝒂 𝑨𝒏𝒊𝒏𝒅𝒊𝒕𝒂 𝒔𝒆𝒈𝒆𝒓𝒂 𝒃𝒆𝒓𝒕𝒆𝒎𝒖 𝒅𝒆𝒏𝒈𝒂𝒏 𝑴𝒆𝒍𝒂𝒏𝒊 𝒌𝒂𝒏 𝒏𝒂𝒏𝒕𝒊 𝒌𝒂𝒍𝒂𝒖 𝑨𝒃𝒊 𝒌𝒆𝒕𝒆𝒎𝒖 𝑶𝒎 𝑨𝒏𝒈𝒈𝒐𝒓𝒐 𝒃𝒊𝒔𝒂 𝒄𝒆𝒓𝒊𝒕𝒂 𝒕𝒆𝒏𝒕𝒂𝒏𝒈 𝒑𝒆𝒓𝒕𝒆𝒎𝒖𝒂𝒏𝒏𝒚𝒂 𝒅𝒆𝒏𝒈𝒂𝒏 𝒘𝒂𝒏𝒊𝒕𝒂 𝒔𝒂𝒂𝒕 𝒅𝒊𝒂 𝒅𝒊𝒓𝒖𝒎𝒂𝒉 𝒔𝒂𝒌𝒊𝒕.
𝑲𝒊𝒕𝒂 𝒕𝒖𝒏𝒈𝒈𝒖 𝒔𝒂𝒋𝒂 𝒌𝒆𝒍𝒂𝒏𝒋𝒖𝒕𝒂𝒏𝒏𝒚𝒂 𝑩𝒖 𝑻𝒊𝒆𝒏 𝒔𝒂𝒍𝒂𝒎 𝒔𝒆𝒉𝒂𝒕 𝒔𝒆𝒍𝒂𝒍𝒖 𝒖𝒏𝒕𝒖𝒌 𝑩𝒖 𝑻𝒊𝒆𝒏 𝒅𝒂𝒏 𝑲𝒆𝒍𝒖𝒂𝒓𝒈𝒂..𝑨𝒂𝒎𝒊𝒊𝒏 𝒀𝑹𝑨.🙏🙏🙏
Alhamdulillah MK 27 sdh hadir
ReplyDeleteTerima kasih Bu Tien, semoga Ibu sehat selalu
Salam ADUHAI dari Bekasi
Malam Bunda
ReplyDeleteSemoga selalu sehat dan bahagia bersama keluarga tercinta.
Makasih untuk Melani nya
Alhamdulilah. Untuk menemukan zibunya Melani sudah semakin dekat ini dan restu dari Bu Cokro untuk Abi sudah ada lampu hijau.
ReplyDeleteIni masih bikin tanda tanya Santi yg sudah digelandang sama Polisi dan juga Bpk nya Melani..... Selalu sabar menunggu jelanjutan yg bikin penisirin.
Matur nuwun Bu Tien sehat wal'afiat selalu dan salam ADUHAIII
Mungkin Abi bisa mencari rumah kedua orang itu karena tahu daerah mana. Yg melegakan, Bu Cokro mau menerima Melani apa adanya.
ReplyDeleteSalam sehat mbak Tien yang selalu ADUHAI.
“Tidak Ndra, ibuku tahunya simbok itu ibunya Melani. Biarkan saja. Ini justru keinginan aku. Ibuku bisa menerima bukan karena Melani anak seorang pengusaha kaya.”
DeleteMantab Abi..... harapannya agar ibunya mau menerima Melani apa adanya, bukan karena Melani anak seorang Pengusaha sukses.....
Matur nuwun bu Tien kutunggu dan..... kutunggu lanjutannya.
Sudah mulai adem.... tdklagi menegangkan seperti dua episode sebelumnya...... kalo gak bikin "pinisirin".... bukan Tien Kumalasari penulisnya.... Maaf ya bu Tien......
Rasanya ikut seneng...akhirnya Bu Cokro mau melamar Melani utk Abi
ReplyDeleteKasihan dg wanita cantik yg sakit jiwanya terguncang...mungkinkah itu Anindita....
Semoga segera dpt dipertemukan ibu dan anak yg terpisah puluhan tahun
Kemungkinan anindita, ya. Ada kalimat ... Tiba-tiba Abi merasa, seperti pernah melihat wajah yang mirip wanita itu.
DeleteTuh, koment diatas dr Kakek habi jg, ... tp jika Andra pasti tahu persis...... (lha wong bulik-e)
jadi tunggu besok lg ya
Matur tEngkiu Mbak Tien ..salam ADUHAI
ReplyDeletePuji Tuhan MK27 hadir tetap bikin penasaran.
ReplyDeleteSemoga Melani bersama bpk ibunya cepat berkumpul kembali.
Semoga Melani memaafkan kata2 ibu Cokro yg menyakitkan.
Monggo ibu, dilanjut aja, penasaran. Matur nuwun Berkah Dalem.
Terima kasih banyak mbak Tien cerbung nya.
ReplyDeleteSalam sehat selalu. Dan Salam sejahtera utk keluarga.
Mohon maaf, kok saya gak pernah bisa baca komen bpk B Indriyanto yg ditulis pkl 9.37 ya...
ReplyDeleteSama. Sy pikir cuma sy. Pake font spesial kayaknya.
DeleteAlhamdulillah MK 27 tayang, maturnuwun Bu Tien 🙏, semoga sehat beserta keluarga, ADUHAI selalu Bu Tien..
ReplyDeleteAlhamdulillah MK sdh tayang...
ReplyDeleteTerima kasih Bu Tien...🙏
Salam sehat selalu
Alhamdulillah
ReplyDeleteTerima kasih bu tien
Alhamdulillah... MK 27 sdh hadir terima kasih Bu Tien.
ReplyDeleteAlhamdulillah terimakasih bu Tien...
ReplyDeleteAlhamdulillah terima kasih bunda tien
ReplyDeleteTrimakasih mbak Tien MK27nyaa..
ReplyDeleteSeruu..
Sedih pasti yg sakit itu Anindita..😰
Aduhaii bu Cokro mau melamar Melani..
Salam sehat dan aduhaii mbak Tien..🙏😘🌹
Udh kemaleman bacanya..tp syg klo terlewat...
Sugeng sare nggih mbak Tien..👍🥰😴
Sami2 ibu Maria..
DeleteAssalamualsikum wrwb..
ReplyDeleteYa kan , pasti yang merebut bayi itu Anindita.. semoga selangkah lagi Melani bertemu dengan ibunya,,terima kasih mbak Tien .. Salam sehat Aduhai buat Mama Syafa yang menggawangi Cerbung Cah C,, dan juga anggota Cerbung Cah C ,,,, 🥰🥰
Wa'alaikum salam warahmatullahi wabarakatuh.
DeleteMatur nuwun ibu Susi. Salam hangat untk rekan2 anggauta grup cerbung cah C
Apa ya artinya?
Kami teman2 SMP N 1 bojonegoro jatim angkatan ‘85 kelas C mempunyai guop pecinta Karya Mbak Tien yang diberi nama Cerbung Cah C yang dipandegani Oleh Ngesti Rahayu ( mama Syafa) .. dia selalu memgirim karya 2 Mbak Tien yang Adulhai ..👍
DeleteSemakin asik nih.
ReplyDeleteMakasih mba Tien.
Salam sehat selalu mba. Aduhai
Sudah adem, makan cincau yaa.. pake gula merah, kasih sedikit gurih santan, es sedikit asal dingin.
ReplyDeleteDingin dingin empuk, bikin adem dua A A duduk di teras cerita ngobrol sana sini sampai ke apa yang di temui di rumah sakit
cerita AA bêngêb ketemu ibu sama putrinya kaya sakit guncangan jiwa karena kehilangan anaknya ..
Tertarik dongèng AA bêngêb; serius Andra tertarik cerita tadi..
Mulailah hunting rupanya send feeling Andra menambah pusing AA bêngêb, iya ya kok tadi nggak nanya tapi tadi taksi on-line ada sedikit ingat waktu pesan ke arah desa mana tadi..
Lha ini juga ilang ingatan baru kemaren mêsthi di ingat ingat lagi..
Mudah mudahan cepat ketemu, tapi susahnya menyadarkan kalau anaknya sudah besar, sama besarnya dengan dirinya; masih saja maunya masih bayi dalam pelukan..
Lha wong kalau ada ibu ibu nggendhong bayi; direbut bayinya..
Kekejaman penghilangan identitas sungguh sadis pake banget .. mengheningkan cipta mulai .. selesai.
Kaya upacara aja ..
Udah nunggu aja lagi..
Sekarang sih gampang 'test dna' selesai tapi menyadarkan itu yang pakai pelan pelan ..
Kan ada jalan..
Ya jalan pelan pelan maaf mengganggu perjalanan anda ..
Terimakasih Bu Tien,
Melani Kekasihku yang ke dua puluh tujuh sudah muncul.
Sehat sehat selalu doaku, sedjahtera dan bahagia bersama keluarga tercinta 🙏
Nanaaaang.. ok deh
Deletenurutlah..
Deletendak diarani wangkal,
nerak anggêr²
hé hé hé hé hé
Maturnuwun mbak Tien sayang..
ReplyDeleteKasihan sekali Anindita. Gadis ceria yang naif, terlibat urusan rumit dengan orang sakit jiwa yang kebetulan adalah dokter.
Dokter Santi yang abnormal sukses menghancurkan hidup Dita, hampir seumur hidup Melani.
Hancur dan hilang cahaya kehidupan Dita, selama 20 tahun lebih...(eh, berapa tahun sih umur Melani). Sungguh tak terperi penderitaannya. Difitnah dengan sangat kejam, dicampakkan suami yang termakan fitnahan itu, kehilangan anak semata wayang yang direnggut dengan paksa, serta keterbatasan ekonomi yang menderanya.
Sempurnalah penderitaan Dita. Karma apakah kiranya yang terjadi, hingga seseorang mengalami penderitaan demikian dahsyat selama 2 dekade?
Jika bukan karena karma/ngunduh wohing pekerti, tentu derajat teramat tinggilah yang akan diraih Dita.
Yang tidak kalah sontoloyonya, adalah Anggoro, yang tega membuang begitu saja isteri dan anaknya gara-gara fitnah tersebut. Di mana akal sehatnya?
Mengapa dia tidak menyelikidi, dengan siapa dan di mana isterinya berselingkuh?
Jika sebulan dua bulan dia masih emosi, wajar. Ini kok sampai bertahun-tahun, sepuluh, belasan bahkan 2 dekade, akal sehatnya hilang. Padahal dia pengusaha kaya yang bisa saja menyewa tenaga profesional untuk menyelikidi foto tersebut.
Dan Anggoro ngawur banget tidak menghubungi Maruti dan Panji, kakak kandung Dita, mengadukan "perselingkuhan Dita". Memangnya Dita itu tidak punya asal-usul, meskipun yatim piatu, toh masih ada kakak kandungnya?
Wah...sontoloyo bener si Anggoro ini, kok seperti orang yang diguna2 sampai lupa segalanya.
Hmm...sebagai pembaca setia, aku hanya berharap agar kisah hidup Dita - Anggoro - Melani ini disulam, dirajut lebih rapat lagi oleh mbakyu kesayanganku, agar tidak ada benang logika yang terputus atau terlewatkan.
Aduhai...jujur, atiku kemropok dengan sikap Anggoro.
Kalau Santi, namanya juga orang sakit. Boni, orang yang tamak, mikirnya hanya duit.
Tapi Anggoro? Kok bisa-bisanya kelakuan Santi yang edan tidak tercium selama puluhan tahun, sampai2 dia nggak tahu kalau isterinya itu pernah dipenjara...
Lha dulu prosesnya menikah bagaimana, kok latar belakang Santi tidak dia ketahui sama sekali.
Jaaan...kebangeten Anggoro ini..
Maaf mbak Tien, aku emosi gedruk-gedruk..gara-gara Snggoro sama sekali tidak peka, Dita jadi menderita berkepanjangan...ugh
Pokoknya cerbung mb Tien selalu bikun baper...alias emosi teraduk-aduk..
DeleteJeng Iyeng memang ADUHAI.
DeleteMATUR NUWUN perhatiannya.
Alhamdulillah sdh sadar ibu Cokro
ReplyDeletesmg sisa wkt kedepan menjdkan anggoro laki2 yg peka terhdp keluarga dan kekerabatannya.. smg happy end wlu hampir 2 dekade anggoro terbelenggu oleh manisnya madu yg semu dr dokter santi.. slm seroja utk mb tien dan para pctk🤲🙏
ReplyDeleteSalam seroja ibu Sapti
DeleteAlhamdulilah udah hadir...semoga Anindita segera ketemu keluarganya pasti langsung sembuh sakit jiwanya ...trims Bu Tien sehat selalu
ReplyDeleteADUHAI ibu Suparmia
DeleteAlhamdulillah... Terima kasih Bu Tien... Semoga Bu Tien selalu sehat dan semangat tuk berkarya... Kami tunggu kelanjutannya ... Salam... 👍👍🙏🙏🙏
ReplyDeleteSami2 ibu Sri
ReplyDeleteAssalamualaikum wr wb. Alhamdulillah Bu Cokro dpt hidayah, shg memandang orang lain bukan dari kekayaannya, semoga Abi berjodoh dengan Melani. Maturnuwun Bu Tien, semoga senantiasa dikaruniai kesehatan lahir dan batin, sehat wal afiat. Aamiin Yaa Robbal'alamiin... Salam sehat dan aduhai dari Pondok Gede...
ReplyDeleteWa'alaikum salam warahmatullahi wabarakatuh.
ReplyDeleteMaturnuwun pak Mashudi.
Aamiin Allahumma Aamiin
“Ibumu mau memarahi simbok lagi?”
ReplyDelete“Tidak, ibuku mau melamar Melani sama simbok.”
“Lhoh, bukannya Melani sudah ada bapaknya? Bilang saja sama om Anggoro.”
“Tidak Ndra, ibuku tahunya simbok itu ibunya Melani. Biarkan saja. Ini justru keinginan aku. Ibuku bisa menerima bukan karena Melani anak seorang pengusaha kaya.”
Alhamdulillah Bu Cokro sudah sadar tidak mau ngotot lagi agar anaknya dapat jodoh yang setara dengan keluarganya..
Lalu bagaimana sikap simbok kalau ketemu Bu Cokro apakah akan menolak lamarannya atau menerima lamaran Bu Cokro..?? Mestinya karena sekarang Melani sudah ada bapaknya tentunya harus melamarnya ke Anggoro...
Untuk itu kita tunggu saja kelanjutannya biar Bu Tien yang mengolah pasti lebih ADUHAI...
Salam Sehat selalu buat bu Tien dan keluarga.... Aamiin YRA.
Salam sehat pak Andrianto
ReplyDeleteBaru sempat komen. Alhamdulillah ikut senang akhirnya bu Cokro mau melamar Melani. Saya salut sama Abi yang punya prinsip. Siap siap ikut resepsi di Solo..kebetulan dari rumah mertua tidak jauh bu Tien. Tapi kalau diundang lho
ReplyDelete