Wednesday, November 10, 2021

MELANI KEKASIHKU 22

 

MELANI KEKASIHKU  22

(Tien Kumalasari)

 

Boni segera memanggil taksi online, ke arah yang di kehendakinya. Agak lama dia menunggu Melani diluar, karena sebelum pamitan ia harus membereskan semua pekerjaan yang baru selesai dikerjakan.

Ia berjalan keluar dengan hati berbunga-bunga. Benarkah dia akan bertemu ayahnya?

“Ya Tuhan, sakit apa ayahku? Semoga setelah bertemu aku, penyakit ayah segera sembuh, demikian juga ibuku,” bisik batin Melani sambil mendekati Boni.

“Kita menunggu taksi sebentar,” kata Boni yang tak sabar.

“Ya om.”

“Menyesal tadi tidak aku pesan supaya menunggu saja, sehingga kita tidak usah mencarinya lagi.”

“Seperti apakah ayahku? Ketika muda dia ganteng sekali,” gumam Melani.

“Iya, dia masih se ganteng dulu,” jawab Boni yang seakan sangat mengenal baik Anggoro.

“Dan ibuku cantik bukan? Benarkah mirip dengan wajahku?” tanya Melani polos.

Boni menatap sejenak ke arah wajah Melani, dan tersenyum menyeringai. Sungguh sebenarnya Melani tak suka melihat wajah laki-laki yang menjemputnya, tampak seram dan membuatnya bergidik ketika ia melirik ke arah lengannya yang bertato, apalagi melihat seringai di bibirnya. Karenanya ia kemudian memalingkan mukanya. Hanya karena laki-laki itu mau membawanya kepada ayahnya saja maka dia mau mengikutinya.

“Ya.. ya, aku baru memperhatikan wajah kamu, benar, kamu sangat mirip dengan ibu kamu, seperti pinang dibelah dua.”

“Benarkah?” Melani tersenyum dengan rona yang sangat cerah.

“Apakah sakit ibuku parah?”

“Hmm... tidak.. hanya belum bisa bangun.. “ Boni menjawab sekenanya.

“Dan ayahku sakit apa?”

“Sebenarnya orang tua kamu sakit karena selalu memikirkan kamu. Mereka sakit-sakitan dan sangat menderita.”

“Ya Tuhan, segera sembuhkanlah mereka,” bisik Melani pilu.

“Tapi sakit ayahmu tidak parah. Dia bisa berjalan-jalan, hanya sedikit lemah, cepat capek. Itu sebabnya aku disuruhnya menemui kamu dulu, baru menjemput dia. Kalau sudah ketemu kamu kan tidak harus putar-putar mencari lagi.”

Melani mengangguk mengerti.

Ia segera naik kedalam taksi yang tadi dipesan Boni, begitu taksi itu datang.

***

Sebuah ponsel berdering di toko tempat Melani bekerja. Seorang karyawan mendekat. Ponsel itu terletak di meja kerja Melani.

“Ya ampuun, ponsel Melani ketinggalan,” pekik temannya.

“Angkat saja, barangkali penting. Dan bilang kalau ponsel Melani ketinggalan,” kata yang lain.

“Hallo..” teman Melani menjawab.

“Hallo, ini bukan Melani ?”

“Bukan pak, saya temannya. Dari siapa ya?”

“Saya Andra, kakak sepupunya. Mana Melani?”

“Pak Andra, ponsel Melani ketinggalan di meja kerjanya.”

“Memangnya Melani kemana?”

“Dia ijin pulang awal, karena tadi dijemput seseorang.”

“Siapa menjemputnya ?” tanya Andra khawatir.

“Seorang laki-laki, tinggi besar. Katanya kerabat orang tuanya.”

“Ya Tuhan... Mm.. sudah lama?”

“Kira-kira setengah jam yang lalu.”

Andra langsung menutup ponselnya.

***

Andra berdiri dari tempat duduknya. Wajahnya tampak panik.

“Ada apa mas?” tanya Sasa

“Melani dijemput seseorang.”

“Siapa?”

“Dia mengaku kerabatnya. Pasti yang menelpon tadi pagi.”

“Barangkali menemui tante Maruti, kan kamu bilang tadi sudah berpesan begitu?”

“Iya sih, sudah setengah jam yang lalu. Mudah-mudahan benar, mereka kerumah. Aku menelpon ibu dulu. Tapi tidak, aku telpon dia dulu. Ya ampuun sampai sekarang aku nggak tahu namanya.”

“Sabar mas, jangan panik dulu.”

“Entah kenapa, perasaanku tak enak. Kalau terjadi apa-apa atas diri Melani, akulah yang bersalah. Aku tak akan bisa memaafkan diriku.”

“Sabar dan tenang dulu mas,” Sasa terus berusaha menenangkan Andra.

Lalu Andra mencoba menelpon laki-laki yang menelponnya pagi tadi, tapi tetap tak ada jawaban. Ponselnya tidak aktif sejak pagi tadi,” Andra mendengus kesal.

“Ya sudah, telpon tante Maruti dulu, siapa tahu sudah ada dirumah,” hibur Sasa.

“Ya, Andra,” jawab ibunya ketika Andra menelpon.

“Melani sudah sampai disitu ?”

“Melani? Belum tuh, memangnya dia bilang mau kerumah sekarang?”

“Laki-laki itu sudah menjemputnya, lebih setengah jam yang lalu. Kok belum sampai dirumah ya bu ?”

“Lebih setengah jam lalu? Harusnya sudah sampai dong. Tapi bisa jadi karena jalanan macet. Mengapa kamu tidak menghubunginya?”

“Ponselnya ketinggalan di toko. Tadi Andra menelponnya, yang menerima temannya.”

“Waduh. Kamu sudah menelpon orang itu lagi?”

“Sudah, tetap tidak aktif, perasaan Andra tak enak. Menyesal memberikan alamat tempat kerja Melani tadi.”

“Ya sudah, coba kita tunggu sebentar lagi, mungkin jalanan benar-benar macet.”

“Nanti kalau Melani datang, ibu langsung menelpon Andra ya,” pesan Andra sebelum menutup ponselnya.

“Ya, pasti ibu akan mengabari kamu, supaya ada teman ibu berbicara sama dia.”

Tapi Andra tetap merasa tidak tenang. Ia berdiri, lalu duduk lagi, dan berdiri lagi, kemudian mondar-mandir diruangan dengan wajah kusut.

“Bagaimana kalau dia membawa pergi Melani?” keluhnya berkali-kali.

“Oh ya mas, coba telpon simbok, siapa tahu Melani mengajaknya menemui simbok terlebih dulu.”

“Mungkinkah? Tapi aku akan mencobanya. Nah, untunglah aku pernah mencatat nomor kontaknya simbok.”

“Ya, ini siapa ya?” jawab simbok dari seberang.

“Ini Andra mbok.”

“Oh, mas Andra, ada apa menelpon simbok? Simbok lagi bikin sambal terasi nih, pesenan Melani tadi pagi.”

“Wah.. enak dong mbok....”

“Ada apa mas Andra menelpon? Kalau mau ketemu Melani ya nanti, agak sore. Tapi tadi Melani bilang akan tidur dirumahnya mas Andra bersama simbok.”

Andra semakin cemas. Dia urung menanyakan Melani karena sudah jelas Melani tidak pulang ke rumah simboknya. Kalau dia bertanya tentang Melani, pasti simbok akan panik.

“Ada apa mas?” simbok mengulang pertanyaannya, karena Andra tidak segera menjawab.

“Ini mbok... Andra cuma mau mengingatkan, mm... nanti malam simbok dan Melani tidur dirumah saya kan?”

“Iya mas, simbok sudah tahu. Tidak apa-apa, nanti  setelah Melani pulang, akan simbok ajak ke rumah mas Andra.”

“Iya mbok, baiklah kalau begitu.”

Andra menutup pembicaraan itu dengan lemas.

“Tidak ada?”

Andra hanya bisa menggeleng dengan lemas. Seperempat jam sudah berlalu, dan ibunya belum juga menelpon. Andra berdiri dan beranjak keluar. Ia teringat cerita ibunya semalam, tentang seseorang yang pernah berbuat jahat kepada tantenya.

“Apa iki ulah dia lagi? Nyatanya dia mengerti nama Anindita, dan suaminya yang bernama Anggoro. Pasti dia sudah mengenal keluarga tante dengan baik,” kata batin Andra.

“Kemana mas?”

“Ke bandara. Kalau dia membawa lari Melani, pastinya lewat bandara.”

“Aku ikut, biar aku yang menyetir mobilnya. Kamu kelihatan panik begitu, bagaimana kalau kenapa-kenapa?” kata Sasa sambil berdiri dan mengikuti Andra keluar.

Diluar pintu mereka beremu Panji.

“Mau kemana ? Tadi sudah makan kan?” tanya Panji.

“Mencari Melani,” jawab Andra singkat.

“Mencari bagaimana maksudmu?”

“Laki-laki itu sudah menjemput Melani. Tapi sudah sejam yang lalu belum juga sampai dirumah. Andra curiga ada sesuatu.”

“Aduh... bagaimana ini. Lalu kamu mau mencari kemana?”

“Ke bandara. Kalau dia membawa Melani, satu-satunya jalan pasti melalui bandara.”

“Belum tentu dia naik pesawat.”

“Pastinya naik pesawat, karena ia begitu cepat sampai disini,” kata Andra sambil berlalu.

“Maaf, Om coba telpon tante Maruti deh, kalau Melani sudah sampai, segera menghubungi mas Andra ya,” pesan Sasa kepada Panji, lalu setengah berlari mengejar Andra yang sudah berjalan jauh.

Panji segera menelpon isterinya, dan jawabannya tentu saja membuat Panji ikutan panik, karena Melani belum sampai dirumahnya.

***

Melani membuka tas tangan yang dibawanya, dan mencari-cari sesuatu. Dia dan Boni sudah ada didalam taksi.

“Ya ampun.. ponselku ketinggalan,” keluhnya kesal.

“Tidak apa-apa. Kamu mau menelpon siapa?”

“Mengabari bude atau mas Andra kalau aku mau menjemput ayah terlebih dulu,” jawab Melani.

“Tidak usah mengabari, nanti kalau kita mau ke rumahnya, aku yang akan menelpon saudara sepupu kamu.”

“Mengapa tidak sekarang saja?”

“Ponselku mati. Tadi lupa nge cas,” jawab Boni yang tentu saja berbohong.

Melani terdiam. Tapi ia merasa perjalanan ini sudah lama. Sungguh terasa tak sabar.

“Masih jauhkah?”

“Tidak lama lagi akan sampai, tenanglah. Aku tadi sudah menelpon ayahmu, dan memintanya agar sabar menunggu.”

“Kapan om menelponnya?” tanya Melani karena sejak tadi ia tak melihat laki-laki didepannya menelpon siapapun.

“Sudah tadi, ketika menunggu kamu di toko. Maksudku biar dia senang, karena aku sudah bertemu kamu.”

Melani lagi-lagi hanya diam. Tiba-tiba ia merasa pusing. Tadi karena terburu-buru, dia belum sempat makan, dan laki-laki ini tidak mengajaknya makan. Ia merogoh lagi tas tangannya, barangkali ada minyak gosok yang bisa meredakan pusingnya. Biasanya dia selalu membawa di dalam tasnya. Tapi minyak itu tidak ditemukannya.

“Lupa, aku taruh dimana ya?” gumamnya pelan, tapi Boni mendengarnya.

“Apa?”

“Nggak apa-apa, hanya mencari minyak gosok saja.”

“Kamu butuh minyak gosok ?”

“Kalau ada sih, sedikit pusing,” kata Melani agak sungkan.

“Pak, kalau ada mini market atau warung apa didepan, berhenti dulu ya,” pesannya kepada pengemudi taksi.

“Baik.”

Melani agak merasa lega, nanti kalau taksi ini berhenti, dia akan turun untuk membeli roti atau makanan apapun. Perutnya terasa melilit. Karena lapar, dia merasa seperti mabuk. Ia menyandarkan tubuhnya dan memejamkan matanya.

“Masih jauhkah?” tanyanya tanpa membuka matanya.

“Tidak, sebentar lagi kita sampai, tapi kita akan mencari warung dulu untuk membeli minyak gosok.”

Melani menahan rasa melilit di perutnya. Ia ingin bilang bahwa dirinya lapar, tapi sungkan mengatakannya. Lalu ia bersyukur ketika taksi itu berhenti didepan sebuah mini market.

“Tunggu, aku belikan minyak gosoknya dulu,” kata Boni yang kemudian turun dari mobil.

Melani ikut turun, untuk membeli roti. Ia tak mau bilang karena sungkan.

Ketika ia berjalan dibelakang Boni itu, sebuah mobil melintas, yang kemudian memperlambat jalannya, bahkan kemudian undur kebelakang, persis dibelakang taksi yang dinaiki Melani dan Boni.

“Benarkah itu Melani? Siapa laki-laki tinggi besar itu? Mau kemana mereka? Sebentar pak, berhenti dulu,” katanya kepada pengemudi taksi yang ditumpanginya. Dia adalah Abi, yang akan berangkat ke bandara. Ketika melintas, dia melihat seorang gadis turun dari dalam mobil, mengikuti laki-laki tinggi besar yang sudah turun lebih dulu Ia tahu bahwa itu Melani karena mengenali baju kerja yang dipakainya. Lalu ia memerintahkan pengemudi taksi agar mundur, dan berhenti tepat dibelakang taksinya Boni.

“Melani pernah mengatakan bahwa ia sudah punya calon. Laki-laki itukah calonnya? Sepertinya nggak cocok deh, laki-laki itu seperti sudah tidak muda lagi,” kata Abi dalam hati.

“Kok kamu turun?” Boni menoleh ketika melihat bayangan Melani dari kaca  mini  market itu.

“Saya mau.. beli sesuatu,” jawab Melani.

“Beli apa? Di mobil saja, aku yang belikan.”

“Tidak, biar saya beli sendiri,” jawab Melani yang tetap melangkah memasuki mini market itu.

Abi terus mengawasi mereka.

“Tampaknya Melani tidak bersikap manis kepada laki-laki itu. Kalau dia pacarnya atau calon suaminya, pasti sikapnya lain.Tidak tampak akrab juga. Siapa sih dia, dan mau kemana?” Abi semakin ingin tahu.

“Pak, kita tunggu mereka, kemudian mengikuti kemana dia pergi ya,” perintah Abi kepada pengemudi taksi itu.

“Baik pak.”

Tak lama kemudian Melani keluar, kali ini laki-laki itu yang mengikuti di belakangnya. Abi terus mengawasinya.

“Laki-laki itu kelihatan seperti bukan orang baik-baik. Wajahnya kehitaman, dan ada  tato ular di lengan kanannya. Apakah Melani dalam bahaya? Mengapa Melani tidak menolak pergi bersamanya?”

Mobil yang ditumpangi Abi mengikuti taksi Boni. Jaraknya agak jauh, agar tak mencurigakan.

“Melani tanpa sungkan memakan roti yang tadi dibelinya, setelah menggosokkan minyak gosok di pelipis serta tengkuknya.

“Kamu lapar ya?”

Melani tak menjawab Sedikit kesal. Iya lah lapar, tadi dijemput sebelum makan, dan ini sudah hampir sore. Melani melihat ke arah jam tangan yang dipakainya, hampir jam tiga. Sudah dua jam perjalanan, dan belum sampai juga. Memang sih, jalanan agak macet.

“Nanti kita makan setelah di hotel,” kata Boni.

“Masih jauh?”

“Nggak, sudah dekat. Tuh didepan,  sudah kelihatan.”

“Ayahku menunggu disitu ?”

“Ya, tentu saja.”

Dan Abi heran ketika mobil yang ditumpangi Melani memasuki sebuah halaman hotel.

“Kita ikut masuk?” tanya sang sopir.

“Iya, masuk saja.”

“Dimana ayahku?”

“Kamu duduk disini dulu, ayahmu ada di kamarnya,” kata Boni sambil menyuruh Melani menunggu di lobi.

Melani berdebar. Ia akan bertemu ayahnya? Ayahnya yang ganteng seperti pernah dilihat di fotonya. Rasa pusingnya sudah banyak berkurang, setelah ia menghabiskan dua potong roti yang dibelinya, dan menggosok tengkuk serta  pelipisnya dengan minyak gosok.

Abi memasuki lobi, dengan mengenakan topi yang tadi dipakai sang sopir taksi. Ia berharap Melani tak mengenalinya, tapi ia bisa melihat apa yang dilakukan  Melani dan laki-laki itu.

Abi pura-pura berbicara dengan petugas hotel dengan menanyakan tarif dan apa saja. Pokoknya bisa sambil mengawasi Melani yang sedang duduk. Tampaknya ia sedang menunggu sesuatu.

Tiba-tiba ia melihat laki-laki itu mendekati Melani sambil membawa sebotol minuman.

“Mana ayahku?”

“Sedang ganti pakaian. Minumlah dulu ini,” katanya sambil menyerahkan botol yang dibawanya.

Melani meneguknya karena memang dia merasa haus. Ketika membeli roti dia lupa membeli minuman juga.

Laki-laki itu duduk didepannya sambil membuka ponselnya.

“Katanya lupa di cas,” tegur Melani.

“Tadi aku mengecasnya di taksi. Sudah bisa digunakan sekarang.”

“Kalau begitu tolong telpon mas Andra, dia harus tahu aku pergi kemana.”

“Iya, sebentar, aku baru mengirim pesan WA ke Jakarta.”

Tiba-tiba Melani merasa kepalanya terasa berat. Ia merebahkan tubuhnya di sofa yang didudukinya. Matanya terpejam. Abi melihatnya dan merasa cemas.

Dan tiba-tiba pula Boni berdiri mendekati Melani. Tapi Melani diam tak bergerak.

Abi terkejut. Ia melihat laki-laki itu akan menggendongnya. Ia yakin akan terjadi hal buruk atas diri Melani.

***

Besok lagi ya.

 

 

 

107 comments:

  1. Replies
    1. Msu bacanya takut bun.. talut Melanie kenapa2 ya Allah.. lindungi Melani..

      Delete
    2. Asiikkk... dah tayang. Makasih Mbak Tien

      Delete
    3. Juara 1 Ngayogjakarta Hadiningrat, sekamat jeng aiib Maimun.
      Matur nuwun bu Tien tayang gasik, isa ndang istirahat.
      Salam SEROJA, tetap semangat

      Delete
    4. *LEMBAR KOREKSI:*

      1. _Tadi Andra meneponnya,_ yang menerima temannya.”
      # *_Tadi Andra menelponnya,_* yang menerima temannya.” #

      2. Iya lah lapar, _tadi dijemputm sebelum makan,_ dan ini sudah hampir sore.
      # Iya lah lapar, *_tadi dijemput sebelum makan,_* dan ini sudah hampir sore. #

      3. Abi pura-pura _berbicara sengan petugas hotel_ dengan menanyakan tarif.....
      # Abi pura-pura *_berbicara dengan petugas hotel_* dengan menanyakan tarif ....#

      Waduhhh.......

      Dan tiba-tiba pula Boni berdiri mendekati Melani. Tapi Melani diam tak bergerak.

      Abi terkejut. Ia melihat laki-laki itu akan menggendongnya. Ia yakin akan terjadi hal buruk atas diri Melani.

      Waduhhh.......
      Ayo Abi... Jangan bengong. Segera selamatkan Melani dari tangan "kecoak" itu......

      Delete
  2. Alhamdulillah ... Syukron Mbak Tien yang selalu *ADUHAI* 😊🌹🌹🌹

    ReplyDelete
  3. Terima kasih bunda, penasaran banget nie...

    ReplyDelete
  4. Terima kasih Bu Tien , salam aduhai dr Pasuruan

    ReplyDelete
  5. Horeee sdh tayang ..tls bu tien..salam aduhai dari pondok gede

    ReplyDelete
  6. Alhamdulillah pas sampai Blora Melani Kekasihku tayang.
    Trima kasih bunda Tien.

    ReplyDelete
  7. Hallow mas2 mbak2 bapak2 ibu2 kakek2 nenek2 ..
    Wignyo, Opa, Kakek Habi, Bambang Soebekti, Anton, Hadi, Pri , Sukarno, Giarto, Gilang, Ngatno, Hartono, Yowa, Tugiman, Dudut Bambang Waspodo, Petir Milenium (wauuw), Djuniarto, Djodhi55, Rinto P. , Yustikno, Dekmarga, Wedeye, Teguh, Dm Tauchidm, Pudji, Garet, Joko Kismantoro, Alumni83 SMPN I Purwantoro, Kang Idih, RAHF Colection, Sofyandi, Sang Yang, Haryanto Pacitan, Pipit Ponorogo, Nurhadi Sragen, Arni Solo, Yeni Klaten, Gati Temanggung, Harto Purwokerto, Eki Tegal dan Nunuk Pekalongan, Budi , Widarno Wijaya, Rewwin, Edison, Hadisyah,
    Sastra, Wo Joyo, Tata Suryo, Mashudi, B. Indriyanto, Nanang, Yoyok, Faried, Andrew Young, Ngatimin, Arif, Eko K, Edi Mulyadi, Rahmat, MbaheKhalel, Aam M, Ipung Kurnia, Yayak, Trex Nenjap, Sujoko, Gunarto, Latif, Samiadi, Alif, Merianto Satyanagara, Rusman, Agoes Eswe, Muhadjir Hadi, Robby, Gundt, Nanung, Roch Hidayat, Yakub Firman, Bambang Pramono, Gondo Prayitno , Zimi Zaenal M. , Alfes, Djoko Bukitinggi, Arinto Cahya Krisna , HerryPur, Djoni August. Gembong. Papa Wisnu, Djoni, Entong Hendrik, Dadung Sulaiman,

    ReplyDelete
  8. Horeeeee sy ikut2an MK 22 sdh tayang

    Trmksh mb Tien smg sehat sll

    Salam ADUHAI

    ReplyDelete
  9. Matur nuwun mbak Tien-ku, Melani sudah berkunjung.

    ReplyDelete
  10. Hallow..
    Yustinhar. Peni, Datik Sudiyati, Noor Dwi Tjahyani, Caroline Irawati, Nenek Dirga, Ema, Winarni, Retno P.R., FX.Hartanti, Danar, Widia, Nova, Jumaani, Ummazzfatiq, Mastiurni, Yuyun, Jum, Sul, Umi, Marni, Bunda Nismah, Wia Tiya, Ting Hartinah, Wikardiyanti, Nur Aini, Nani, Ranti, Afifah, Bu In, Damayanti, Dewi, Wida, Rita, Sapti, Dinar, Fifi, Nanik. Herlina, Michele, Wiwid, Meyrha, Ariel, Yacinta, Dewiyana, Trina, Mahmudah, Lies, Rapiningsih, Liliek, Enchi, Iyeng Sri Setyawati , Yulie, Yanthi , Dini Ekanti, Ida, Putri, Bunda Rahma, Neny, Yetty Muslih, Ida, Fitri, Hartiwi DS, Komariah P., Ari Hendra, Tienbardiman, Idayati, Maria, Uti Nani, Noer Nur Hidayati, Weny Soedibyo, Novy Kamardhiani, Erlin, Widya, Puspita Teradita, Purwani Utomo, Giyarni, Yulib, Erna, Anastasia Suryaningsih, Salamah, Roos, Noordiana, Fati Ahmad, Nuril, Bunda Belajar Nulis, Tutiyani, Bulkishani, Lia, Imah P Abidin, Guru2 SMPN 45 Bandung, Yayuk, Sriati Siregar, Guru2 SMPN I Sawahlunto, Roos, Diana Evie, Rista Silalahi, Agustina, Kusumastuti, KG, Elvi Teguh, Yayuk, Surs, Rinjani, ibu2 Nogotirto, kel. Sastroharsoyo, Uti, Sis Hakim, Tita, Farida, Mumtaz Myummy, Gayatri, Sri Handay, Utami, Yanti Damay, Idazu, Imcelda, Triniel, Anie, Tri, Padma Sari, Prim, Dwi Astuti, Febriani, Dyah Tateki, kel. SMP N I Gombong, Lina Tikni, Engkas Kurniasih, Anroost, Wiwiek Suharti, Erlin Yuni Indriyati, Sri Tulasmi, Laksmie, Toko Bunga Kelapa Dua, Utie ZiDan Ara, Prim, Niquee Fauzia, Indriyatidjaelani,
    Bunda Wiwien, Agustina339, Yanti, Rantining Lestari, Ismu, Susana Itsuko, Aisya Priansyah, Hestri, Julitta Happy, I'in Maimun, Isti Priyono, Moedjiati Pramono, Novita Dwi S, Werdi Kaboel, Rinta Anastya, r Hastuti, Taty Siti Latifah, Mastini M.Pd. , Jessica Esti, Lina Soemirat, Yuli, Titik, Sridalminingsih, Kharisma, Atiek, Sariyenti, Julitta Happy Tjitarasmi, Ika Widiati, Eko Mulyani, Utami, Sumarni Sigit, Tutus, Neni, Wiwik Wisnu, Suparmia, Yuni Kun, Omang Komari, Hermina, Enny, Lina-Jogya, mbah Put Ika, Eyang Rini ,Handayaningsih, ny. Alian Taptriyani, Dwi Wulansari, Arie Kusumawati, Arie Sumadiyono, Sulasminah , Wahyu Istikhomah, Ferrita Dudiana, SusiHerawati, Lily , Farida Inkiriwang, Wening, Yuka, Sri, Mbah Wi, Si Garet, ibu Wahyu Widyawati, Rini Dwi, Pudya , Indahwdhany, Butut, Oma Michelle, Linurhay, Noeng Nurmadiah, Dwi Wulansari, Winar, Hnur, Umi Iswardono , Yustina Maria Nunuk Sulastri Rahayu Hernadi , Sri Maryani, Bunda Hayu Hanin, Nunuk, Reni, Pudya, Nien, Swissti Buana, Sudarwatisri, Mundjiati Habib, Savero, Ida Yusrida, Nuraida, Nanung, Arin Javania. Ninik Arsini, Neni , Komariyah, Aisya Priansyah, Jainah Jan. Civiyo, Mahmudah, Yati Sri Budiarti, Nur Rochmah. Uchu Rideen
    . Ninik Arsini, Endah. Nana Yang, Sari P Palgunadi, Echi Wardani, Nur Widyastuti, Gagiga family, Trie Tjahjo Wibowo, Lestari Mardi,

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terima kasih Mbak Tien, Melani kekasihku yang semakin seri, Gombong selalu menanti.

      Delete
  11. Hallow Pejaten, Tuban, Sidoarjo, Garut, Bandung, Batang, Kuningan, Wonosobo, Blitar, Sragen, Situbondo, Pati, Pasuruan, Cilacap, Cirebon, Bengkulu, Bekasi, Tangerang, Tangsel,Medan, Padang, Mataram, Sawahlunto, Pangkalpinang, Jambi, Nias, Semarang, Magelang, Tegal, Madiun, Kediri, Malang, Jember, Banyuwangi, Banda Aceh, Surabaya, Bali, Sleman, Wonogiri, Solo, Jogya, Sleman, Sumedang, Gombong, Purworejo, Banten, Kudus, Ungaran, Pamulang, Nusakambangan, Purworejo, Jombang, Boyolali. Ngawi, Sidney Australia, Boyolali, Amerika, Makasar, Klaten, Klipang, JAKARTA...hai..., Mojokerto, Sijunjung Sumatra Barat, Sukabumi, Lamongan, Bukittinggi, Hongkong, El Segudo, California, Bogor, Terimakasih atas perhatian dan support yang selalu menguatkan saya. Aamiin atas semua harap dan do'a.
    ADUHAI.....

    ReplyDelete
  12. Alhamdulillah terima kasih bu Tien
    Sehat selalu
    Semoga Abi bisa menolong melani ….🤲

    ReplyDelete
  13. Alhamdulillah... terima kasih... amanlah sllu ada abi disamping nya... pinisirin lagi... sehat² Mbu Tien... ditunggu part berikutna..

    ReplyDelete
  14. Alhamdulillah lancar terus tulisan ibu Tien

    ReplyDelete
  15. Sugeng dalu, mb Tien.
    Sampun gasik, bikin deg2an. Semoga Melani ditolong Abi.Boni memang jahat....
    Maturnuwun mb Tien
    Salam sehat nan aduhai
    Yuli Semarang.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Nah... benar Melan diculik, untung ada Abi. Harusnya segera bertindak krn jelas akan terjadi kejahatan.
      Nunggu kisah selanjutnya...
      Salam sehat mbak Tien yang selalu ADUHAI.

      Delete
  16. Tambah semKin deg2an membacanya. Aduhhh... semoga Melani baik2 saja. Dan Santi semoga membusuk di penjara krn kejahatannya.

    ReplyDelete
  17. Terimaa kasih hu Tien utk MK 22 nya sehat slalu utk ibu dan kel...
    Sepwetinya Abi jadi penyelamat melani... .

    ReplyDelete
  18. Abi menyelamatkan Melani...
    Jangan bikin Melani menderita lagi Yaa...
    Makasih mba Tien. Salam sehat selalu aduhai

    ReplyDelete
  19. Duuh semakin seru ceritanya..
    Semoga Abi dpt menyelamatkan Melani dari cengkraman Boni.
    Terima kasih Bu Tien MK 22 sdh hadir, semoga Ibu sehat selalu.
    Salam ADUHAI dari Bekasi

    ReplyDelete
  20. Alhamdulillah....Melani orang baik .pasti juga akan ditolong orang baik ..bikin deg2 an baca tulisan bu Tien malam ini ....
    Salam sehat selalu bu Tien

    ReplyDelete
  21. Maturnuwun Bu Tien 🙏 MK 22 , ADUHAI bikin deg"an terus,semoga sehat selalu beserta keluarga

    ReplyDelete
  22. Alhamdulillah MK 22 hadir,, seperti nya Makin rame nih
    Matur nuwun bu Tien 🤗
    Salam sehat wal'afiat n Salam ADUHAAII

    ReplyDelete
  23. Alhamdulillah tgl 10 nopember.ABI jadi pahlawam .salam Hormat kagem Mbak Tien yg terADUHAI .

    ReplyDelete
  24. Alhamdulilah.. Melani kekasihku 22 tayang.. Tks bu Tien.. salsm sehat dan bahagia selalu yg teraduhai bu.. 🤩🙏👍

    ReplyDelete
  25. Alhamdulillah,matur nuwun lan Sugeng Dalu Bu Tien..Mugi tansah pinaringan sehat,Aamiin.

    ReplyDelete
  26. Alhamdulillah
    Terimakasih bunda Tien 🙏🙏🙏

    ReplyDelete
  27. Alhamdulillah MK22 telah tayang, terima kasih bu Tien, sehat n bahagia selalu. Aamiin.
    UR.T411653L.

    ReplyDelete
  28. Alhamdulilah MK sudah hadir. Dan borok dr Santi segera terkuak dari Boni yang telah menculik Melani. Dan Abilah sebagai penyelamat Melani.
    Dan Andra akan menyesal telah memberikan alamat dimana Melani bekerja....
    Matur nuwun Bu Tien jadi penasaran akan MK selanjutnya.
    Semoga sehat selalu Bu Tien sklrg

    ReplyDelete
  29. Alhamdulillah
    Sudah tayang MK nya.
    Terimakasih bu Tien, semoga bu Tien sekeluarga sehat selalu. Aamiin

    ReplyDelete
  30. Ya Allah selamatkan Melani melalui pertolongan Abi. Lindungilah orang baik seperti Melani..aamiin. Koq ya Melani seperti Andra to..berpikir bahwa semua orang baik..Kejadian ini semoga bisa menjadi pelajaran yang berharga untuk lebih berhati hati kepada siapapun. Tolong deh bu Tien.
    supaya niat jahat Santi lewat Boni dapat digagalkan. Aamiin. Salam sehat selalu

    ReplyDelete
  31. Mbak Tien memang hebat bisa membuat pembaca tegang ...
    Terima kasih mbak Tien

    ReplyDelete
  32. Alhamdulillah
    Terimakasih bunda Tien cerbungnya
    Semoga bunda Tien selalu sehat aamiin
    Salam sehat dan aduhai

    ReplyDelete
  33. Puji Tuhan, Abi dewa penyelamat sdh datang. Semoga Melani tertolong...

    Monggo ibu Tien dilanjut aja, penasaran banget. Matur nuwun, Berkah Dalem.

    ReplyDelete
  34. Selamatkan Melani ya Alloh...semoga Abi bergerak lebih cepat menyelamatkan melani sebelum terjadi yg TDK d inginkan....trims Bu Tien MK22 udah hadir..
    Sehat selalu Bu tien

    ReplyDelete
  35. Terima kasih Bu Tien utk MK-22nya. Tegang banget baca episode ini. Sehat selalu Bu. Ditunggu episode selanjutnya.

    ReplyDelete
  36. Salam tegang nan ADUHAI ibu Yacinta

    ReplyDelete
  37. Makasih Bun untuk Melani 22 nya.
    Semoga Bunda selalu sehat dan terus berkarya.
    Sukses selalu buat Bunda

    ReplyDelete
  38. Dalam Aduhai mbak Tien,untung ada mas Abi yang bisa menyelamatkan Melani dari penjahat Boni..

    ReplyDelete
  39. Alhamdulillah. Gak sabar nunggu lanjutannya

    ReplyDelete
  40. Alhamdulillah MK Eps 21 sudah tayang.
    Terimakasih mbak Tien Kumalasari.
    Salam sehat dan salam hangat.

    ReplyDelete
  41. 𝐀𝐡𝐤𝐢𝐫𝐧𝐲𝐚 𝐀𝐛𝐢 𝐲𝐠 𝐛𝐢𝐬𝐚 𝐦𝐞𝐧𝐲𝐞𝐥𝐚𝐦𝐚𝐭𝐤𝐚𝐧 𝐌𝐞𝐥𝐚𝐧𝐢..

    𝐀𝐩𝐚𝐤𝐚𝐡 𝐀𝐛𝐢 𝐚𝐤𝐚𝐧 𝐦𝐞𝐧𝐠𝐡𝐮𝐛𝐮𝐧𝐠𝐢 𝐀𝐧𝐝𝐫𝐚 𝐤𝐢𝐭𝐚 𝐭𝐮𝐧𝐠𝐠𝐮 𝐬𝐚𝐣𝐚 𝐤𝐞𝐥𝐚𝐧𝐣𝐮𝐭𝐚𝐧𝐧𝐲𝐚 𝐩𝐚𝐬𝐭𝐢 𝐀𝐃𝐔𝐇𝐀𝐈.

    𝐒𝐚𝐥𝐚𝐦 𝐬𝐞𝐡𝐚𝐭 𝐬𝐞𝐥𝐚𝐥𝐮 𝐮𝐧𝐭𝐮𝐤 𝐁𝐮 𝐓𝐢𝐞𝐧 𝐝𝐚𝐧 𝐤𝐞𝐥𝐮𝐚𝐫𝐠𝐚...𝐀𝐚𝐦𝐢𝐢𝐧 𝐘𝐑𝐀.🙏🙏🙏

    ReplyDelete
  42. Terima kasih mbak Tien cerbung nya. Semoga mbak Tien sehat² selalu.

    ReplyDelete
  43. Mbak Tien tega nih mendiskripsikan melani gadis kurang cerdas, kok mudah percaya kepada orang asing bertato. He5x. Mohon maaf mvak Tien

    ReplyDelete
    Replies
    1. Di iming2 ketemu orang tuanya.. jadi agak lemot mikirnya. Hehee..gpp pak Andrew..

      Delete
  44. Waduh ribut beneran nich, Abi negur preman pasar yang mau membawa masuk kekamar yang dia pesan, agar sebaiknya dibawa ke dokter, iya kan habis kamu kasih minum trus tèlèr jangan² kamu bius, malah diajak berantem tuh si Abi sama lelaki asing itu, ngasih tahu temennya; nDra aku lihat adikmu di hotel sama lelaki asing.
    "Sa.. putar balik ke hotel, dia disana cepetan Sa..."
    Saking nggak teganya lihat dua bujang itu pada bonyok, apalagi satunya kandidat nya.
    "Om orang asing itu di hotel om, cepetan. Lagi berkelahi om."
    preman pasarkan mau cari keuntungan tersendiri sudah dapat purbåwaséså dari yang ngasih kerja, namanya takut gagal kira² dua tiga jam dibuat lupa ingatan kan sambil kasih info sama juragan Santi atas keberhasilan proyek mereka. Biasa.. minta transfer .. dilunasi jangan sampai belum lunas diakhir bulan ini.. biasa di iming²i hadiah.. ha êmbuh.. ha Diah sing anaké Sastro, åpå anaké Atmo, undang²ané pådå jéw..., biar nanti segera juragan njemput targèt sekalian kalau mau.. itu plamboyan..
    Rombongan Satpol-PP datang dèh bawa panji eh bukan samir lho ini betulan
    Panji bawa temen polisinya, sekalian siapa tahu biar lebih cepat selesai..
    Halah jêbulnya "pelanginya" diberi kesempatan ber manja² ditungguin kekasih hati cihui...
    Yakan habis ada mendung gelap turun hujan tangis, katanya datang "pelangi..."

    ADUHAI...

    Nunut ndleming kok yå crigis rauwis uwis.. dah besok lagi .

    Terimakasih Bu Tien,
    Melani Kekasihku yang ke dua puluh dua sudah tayang..
    Sehat sehat selalu doaku Bu Tien, sedjahtera dan bahagia bersama keluarga tercinta 🙏

    ReplyDelete
  45. Sugeng Dalu jeng Tien aku wis nglilir langsung maca,,,waduh jiaaannn menegangkan,,aku sampai dheg dhegkan,,semoga selamat yaa kamu Melani cantiq,,,mbuh teruse piye

    ReplyDelete
  46. Aduhai ... ayoo mbak Tien, dibuat .lebih seru lagi ceritanya ya mbak tien

    ReplyDelete
  47. Alhamdulillah.....
    Mtur buwun Bun....
    Mugi2 tansah pinaringan rahayu wilujeng sedoyonipun....

    ReplyDelete
  48. Duh....tambah penasaran cerita melani, deg..deg..an

    ReplyDelete
  49. Mlm mb Tien mk 22 sdh tayang
    smg abi bs menyelamatkan melani kekasih hati
    jgn lupa telp andra spy bs bantu menggagalkan renc busuk dr. santi dan boni.. ditunggu bsk mlm bgmn crt selanjutnya... makin penasaran lho mb Tien slm seroja selalu

    ReplyDelete
  50. Trimakasihnmbak Tien MK22nya...

    Duuuh...dheg²an sepanjang baca..
    Kenapa to ya Abi ga cpt2 nelp Andra..malah mbuntuti thok..🤦‍♀️🤦‍♀️

    Moga bonbon ga jd gendong Melani krn Abi segra bertindak..tolooongin Melani dooong..jelas dibius itu..😠😠

    Duuuh..udh besok lagiiii...

    Salam sehat dan super aduhaii mbak Tien..🙏😘🌹

    ReplyDelete
  51. Alhamdulillah MELANI sdh dateng...smg Alloh sll melindungi Melani
    Salam sehat mbak Tien

    ReplyDelete
  52. Waduuuh .....mbak Tien membuat pembaca menjadi tegaaaang......!

    Melani dengan polosnya percaya dengan orang yang baru dikenal ......
    ( Karena rasa ingin tahunya misteri yang menyelimuti hidupnya ) .....untungnya ......sekali lagi untungnya ....Abisatya lewat karena mau ke bandara menuju Jakarta.

    Apakah benar ungkapan ......UNTUNGNYA ? apalagi nDILALLAH ...???

    Allah yang mengatur .....eh inspirasi mbak Tien yang mengatur .....!!

    Huwaduuuh ......bagaimana kelanjutannya ? Harus sabar menunggu sore lagi ..........🫀🫀

    Salam aduhai .......

    ReplyDelete
  53. Episode yg mendebarkan. ..matur nuwun mbak Tien. ...semoga sehat selalu

    ReplyDelete
  54. Alhamdulillah... Terima kasih Bu Tien... Semoga Bu Tien sehat selalu dan semangat dalam berkarya 🙏🙏🙏

    ReplyDelete
  55. Pdhal lg bag.degdegan..tapi semalam blum sempat baca
    #tepar kena imbas macet maklum sopir pocokan...
    Mtr nuwun bu Tien
    Salam ADUHAI

    ReplyDelete
  56. Assalamualaikum wr wb. Wah, ikut deg degan saya, akan keselamatan Melani..Semoga Abi sgr curiga thdp laki laki itu dan trs bisa menolong menyelamatkan Melani. Maturnuwun Bu Tien, semoga senantiasa dikaruniai kesehatan lahir dan batin dan tetap semangat dlm berkarya. Aamiin Yaa Robbal'alamiin.... Salam sehat dari Pondok Gede...

    ReplyDelete
  57. Ayooo abiiiiii, hajar aja si boniiiii!
    Biar tahu rasa dia!
    Aduhai! Penasaran aku.
    Ditunggu selalu kelanjutannya ya bun.

    ReplyDelete
  58. Slmt pgiii mba Tien.. Terimaksih MK 22 nya.. Slmseroja, drisukabumi🙏🙏

    ReplyDelete
  59. Alhamdulillah....MK 22
    Dag Dig dug...Melu cemas
    Awas kamu Bonii


    Yaa...besok lagii

    ReplyDelete
  60. Jadi berdebar ..MK makin tegang ..wah minumannya di kasih obat tidur ..Boni waduhh

    ReplyDelete

CINTAKU JAUH DI PULAU SEBERANG 43

  CINTAKU JAUH DI PULAU SEBERANG  43 (Tien Kumalasari)   Arum terdiam. Ia tidak lupa pada waktu yang dijanjikan Listyo, tapi sungguh dia bel...