MELANI KEKASIHKU 19
(Tien Kumalasari)
“Ah ya, maaf pak Anggoro, saya ngomongnya kok seperti tidak ada basa basi begitu ya, pasti ini mengejutkan dan membingungkan ya?”
“Tidak, tidak.. sesungguhnya memang saat ini saya sedang dalam suasana hati gelisah, tidak tenang, bahkan kalut.”
“Kenapa pak ?”
“Saya ingin tahu dengan jelas tentang seorang ibu, yang kata bapak pembantu rumah tangga ini sebelumnya. Pastinya itu bik Asih pembantu saya.”
“Ya, mungkin namanya Asih. Waktu itu masih ada isteri saya yang menerima kedatangannya. Tunggu, saya akan mengatakannya agak berurutan ya. Jadi setelah saya membeli rumah ini, kami segera pindah kemari, karena saya melihat kondisi rumah ini masih bagus dan sangat layak untuk ditempati. Ketika kami baru saja tiba dan belum selesai mengatur barang-barang kami, datang seorang ibu, yang mengatakan bahwa ada barang-barang majikannya yang tertinggal didalam kamarnya. Kami malah belum sepenuhnya melihat isi setiap kamar yang tersisa.”
Anggoro tampak mengangguk-anguk tak sabar, tapi sungkan memutus pembicaraan pak Sumanto yang ingin bercerita secara berurutan.
“Lalu ibu itu kami antarkan memasuki sebuah kamar, dan ternyata masih ada sebuah bungkusan yang pastinya berisi baju-baju,” lanjut pak Sumanto.
“Apakah dia datang sendiri ?” akhirnya Anggoro tak sabar.
“Iya. Ia meninggalkan majikannya disebuah rumah yang mereka sewa.”
“Apakah dia tidak mengatakan sesuatu selain mengambil barang yang tertinggal ?”
“Ia bilang merasa kasihan pada majikannya. Maksudnya majikan perempuan yang bersamanya. Saya tidak tahu apa yang terjadi, dan ketika dia bilang kasihan, isteri saya bertanya, kenapa, lalu dia bilang majikannya itu difitnah orang sehingga rumah tangganya hancur. Eh, nanti dulu, apakah itu ada hubungannya dengan pak Anggoro? Bukankah ini rumah pak Anggoro sebelum saya beli?”
Anggoro merasa dadanya bagai dipukul dengan ribuan palu. Apa katanya? Majikan perempuannya difitnah ? Itu kan Anindita, isterinya.
“Difitnah bagaimana ya pak Manto?”
“Suaminya menuduh dia berselingkuh sehingga dia dan anaknya yang masih bayi diusir dari rumah ini. Sekali lagi maaf, apakah pak Anggoro mengenal suami ibu itu?” tanya pak Sumanto yang mengira Anggoro hanya pemilik rumah, sedangkan wanita yang dimaksud adalah penyewa atau orang lain yang tidak ada hubungannya dengan Anggoro.
“Padahal kata ibu itu, majikannya adalah seorang wanita yang baik dan bahkan tidak pernah pergi kemana-mana tanpa suami atau dirinya,” lanjut pak Sumanto.
“Apakah pak Sumanto tahu dimana mereka tinggal?” tanya Anggoro tanpa menjawab pertanyaan Sumanto tentang hubungannya dengan wanita yang dia ceritakan.
“Dulu, dia tinggal tidak jauh dari rumah ini, masuk ke gang kecil itu. Kira-kira tiga gang dari sini. Entah sekarang masih disitu atau tidak.”
“Oh,
“Oh ya, beberapa hari setelah ibu pembantu itu datang, datang lagi seorang wanita cantik, naik mobil. Dia juga menanyakan dimana ibu pembantu dan majikannya itu tinggal.”
Anggoro berdebar, siapa wanita cantik naik mobil?
“Dia mengaku saudara dari ibu majikan yang.. aduh.. namanya kok saya lupa semua ya.. Pokoknya ngaku saudara dan menanyakan dimana rumah mereka. Isteri saya juga memberi tahu tapi tidak tahu persisnya, karena ibu pembantu itu juga hanya mengatakan ancar-ancarnya. Setelah itu kami tidak pernah bertemu lagi dengan mereka, dan melupakannya karena kesibukan kami masing-masing pastinya.”
Anggoro terdiam, dan mencoba berpikir tentang rentetan kejadian itu. Hatinya merasa tidak tenang. Ketika berpamit dari rumah Sumanto, Anggoro lalu mencoba mencari rumah yang terletak didalam gang, tiga gang dari rumah pak Sumanto.
***
Anggoro memarkir mobilnya dijalan besar, lalu mmasuki gang dengan dada berdegup kencang. Apakah bik Asih tinggal disini bersama isterinya? Berarti Melani ada disini juga? Anggoro menatap kiri kanan jalan, ada rumah-rumah berderet, yang berbeda bentuknya, tapi semuanya tampak bagus dan rapi.
Anindita seorang yang menyukai keindahan, tentu saja dia juga merawat rumah dengan baik. Pikir Anggoro. Begitu mudahkah dia bertemu mereka dan seperti apa Melani kecil yang waktu itu masih belajar berjalan ?
“Aku akan bertanya, benarkah dia difitnah dan sebenarnya tidak bersalah?” gumamnya perlahan.
“Ya Tuhan, kalau itu benar, aku adalah orang yang berdosa,” gumamnya lagi sambil terus melangkah.
Tapi sampai diujung gang, Anggoro tidak menemukan tanda-tanda bahwa bik Asih dan isteri serta anaknya tinggal disini. Ia berharap melihat bik Asih sedang didepan rumah, atau apa.
“Rupanya aku harus bertanya kepada seseorang, tidak bisa menemukan sesuatu tanpa keterangan yang jelas. Dimana persisnya rumahnya, kiri jalan atau kanan jalan, rumah nomor berapa dari jalan besar...”
Anggoro membalikkan tubuhnya, dan melangkah kembali ke arah dari mana tadi dia berjalan.
Tiba-tiba dilihatnya seorang ibu berjalan di gang itu, dengan membawa belanjaan.
“Ibu.. maaf, bolehkah saya bertanya?” tanya Anggoro yang membuat ibu itu berhenti.
“Ya pak, ada yang bisa saya bantu?”
“Ibu tahu tidak, dimana rumahnya bik Asih ? Atau Anindita ?”
Ibu itu menatap Anggoro dengan heran.
“Bik Asih? Yang datang ke kampung ini dengan majikannya dan bayi kecil cantik itu?”
“Ya.. ya, benar bu,” jawab Anggoro dengan mata berbinar, karena tampaknya si ibu tahu tentang bik Asih dan majikannya.
“Ya ampun pak, sudah lama sekali mereka pergi dari sini.”
“Pergi ?” hati Anggoro mencelos seketika.
“Aduh pak, mereka itu kasihan sekali. Tunggu, apakah bapak saudaranya?”
“Iy..iya bu..” kata Anggoro gemetar.
“Mengapa baru sekarang bapak mencarinya? Beberapa tahun yang lalu, ada kejadian yang menyedihkan di kampung ini. Bik Asih sedang menggendong Melani, bayi itu, lalu seorang wanita cantik datang. Ia pura-pura mengenal bu Anin, lalu meminta untuk menggendongnya sebelum masuk rumah. Dia bilang saudaranya. Tapi kemudian wanita cantik itu membawanya pergi, ketika bik Asih masuk kedalam untuk memanggil bu Anin.
“Ya Tuhan..”
“Bik Asih berteriak-teriak, dan bu Anin kemudian tak sadarkan diri.”
“Ya Tuhan...tidak dilaporkan ke polisi ?”
“Hari itu langsung dilaporkan, tapi berbulan-bulan kemudian penculik itu tidak ketemu. Dan yang membuat miris, sejak saat itu bu Anin seperti orang hilang ingatan.”
“Ya Tuhan...” Anggoro merasa lemas.
“Bertahun-tahun bik Asih merawatnya, dan bu Anin tidak juga membaik.”
“Kemana mereka sekarang?”
“Mereka pergi. Bik Asih bilang ke tetangga, mau membawa majikannya ke desanya saja.”
Anggoro melangkah pergi, tubuhnya gemetar, serasa akan tumbang. Begitu naik ke mobilnya, Anggoro menelungkupkan kepalanya di atas kemudi, dan menangis mengguguk disana.
“Anin, maafkan aku.. apa yang telah aku lakukan?” tangis itu mengguguk dan selama beberapa saat tak juga berhenti.
Puluhan tahun Anggoro membuatnya menderita. Dan sesal itu terasa bagai ribuan sembilu menyayat-nyayat jantungnya.
“Siapa melakukannya Anin.. siapa melakukan semua ini sehingga kamu menderita? Lalu dimana anak kita, dan apa yang terjadi pada bidadari kecilku?”
Lalu rentetan peristiwa itu kembali melintas di kepalanya.
Sepulang kerja, didapatinya sebuah amplop, berisi foto-foto isterinya dan seorang lelaki. Mereka tampak berpelukan, bermesraan dan membuat kemarahannya memuncak.
“Perempuan murahan ! Bagaimana kamu bisa melakukan semua ini ?” hardiknya kasar.
“Apa mas, ya Tuhan, ini apa? Ini bukan aku mas, aku tak pernah melakukannya,” tangis Anindita yang menyayat tak bisa meluluhkan kemarahan yang sudah membakar semua darah ditubuhnya.
“Demi Tuhan mas, aku bersumpah.. aku tidak melakukannya.”
“Jangan membawa-bawa nama Tuhan. Pergi kamu dari sini!!”
“Tidaaak mas, jangan usir aku..”
“Ikut bersama selingkuhanmu itu. Laki-laki bobrok yang membuat kamu terlena.”
“Maaas, itu bukan aku..” tangis itu tetap membuat Anggoro bergeming,
“Pergi kamu dari hadapan aku. Jijik aku melihatmu !”
Tangis Anggoro semakin keras, tubuhnya tampak berguncang-guncang. Penyesalan yang teramat sangat membuatnya sangat terpukul.
“Kemana aku harus mencari kamu Anindita? Kemana perempuan cantik itu membawa anak kita? Bidadari kecil kita yang mungil dan lucu?”
Tiba-tiba Anggoro terhenyak. Perempuan cantik? Siapa perempuan itu dan mengapa melakukan kekejaman itu pada anak dan isterinya? Jangan-jangan dia pula yang memfitnah Anindita sehingga membuat rumah tangganya berantakan. Wanita cantik.. wanita cantik.. apakah itu Santi ? Benarkah Santi tega melakukannya?
“Dia datang ke rumah pak Sumanto, dan menanyakan dimana rumah bik Asih, lalu menculik Melani? Apakah dia Santi? Bukankah Santi sebelumnya bersikap sangat baik kepada Anindita? Lalu berubah membencinya ketika mengetahui dia berselingkuh. Dia selalu mengatakan kasihan terhadapku, lalu selalu memberi perhatian dan menghiburku, sehingga aku jatuh kedalam pelukannya dan mengambilnya sebagai isteri. Tak mungkin dia melakukannya. Mereka bersahabat sebelumnya kan?” beribu pemikiran berkecamuk dalam benaknya.
Anggoro sama sekali tak pernah tahu bahwa Santi pernah melakukan hal jahat kepada Anindita, karena Anin tak pernah menceritakannya. Anin yang baik hati tak ingin membeberkan keburukan Santi, apalagi Santi kemudian selalu bersikap baik kepadanya. Aduhai, segala carut marut kejadian telah menjadikan sebuah kebahagiaan tercabik-cabik.
“Siapa dia.. siapa dia.. siapa diaaaa?” kali ini Anggoro berteriak.
Seseorang mengetuk kaca mobilnya yang sedikit terbuka. Anggoro terkejut, diluar ada pak Sumanto berdiri menatapnya iba.
Anggoro membuka kaca jendelanya lebih lebar. Sumanto mengulurkan tangannya, menepuk bahu Anggoro. Ia melihat mata Anggoro memerah, dan ada sisa air mata membasahi pipinya.
“Apa yang terjadi pak Anggoro ?”
“Mengapa pak Manto kemari?”
“Icha sedang membeli rujak di warung itu, dan melihat pak Anggoro menelungkupkan kepala disitu. Dia khawatir pak Anggoro sakit, lalu mengatakannya pada saya,” terang pak Sumanto.
“Maaf pak.. maaf. Tidak apa-apa.. saya permisi dulu,” kata Anggoro yang kemudian menstarter mobilnya.
“Kalau hati tidak tenang, lebih baik beristirahat saja dulu pak Anggoro, ayo ke rumah saya,” pak Sumanto berusaha mencegah.
“Tidak apa-apa.. saya mau pulang saja dulu. Terimakasih perhatiannya pak,” kata Anggoro yang kemudian menjalankan mobilnya. Pak Sumanto merasa iba, menatap Anggoro yang pergi masih dengan air mata membasahi pipinya.
Pak Sumanto kembali menuju ke rumah, dihalaman dilihatnya Icha menunggu dan menatapnya penuh tanda tanya.
“Ada apa pak Anggoro tadi?”
“Entahlah. Sangat kacau. Aku mengajaknya ke rumah dulu untuk menenangkan pikiran, tapi dia menolaknya. Pasti karena sungkan.”
“Kemarin itu, dia tiba-tiba masuk ke halaman sini, mendekati Icha, ketika Icha sedang duduk di ayunan. Masa dia memanggil Icha dengan Melani? Dia tampaknya sedang mencari anaknya yang bernama Melani, dan tampak seperti orang kebingungan.”
“Apa ya yang terjadi? Bapak juga kasihan melihatnya, ingin membantu, tapi dia tak mengatakan apa yang terjadi. Jangan-jangan dia ada hubungannya dengan ibu pembantu dan majikannya itu. Atau bahkan ibu majikannya itu isterinya?”
“Bisa jadi pak,” kata Icha yang tadi mendengarkan pembicaraan ayahnya dengan Anggoro.
“Dia berhenti di mulut gang itu. Gang yang bapak tunjukkan ketika dia menanyakan rumah ibu pembantu itu.
Pertanyaan mereka tak terjawab, karena tidak tahu permasalahan yang sebenarnya.
***
“Iya Bon, suami aku curiga karena melihat kita di rumah makan itu,” kata Santi ketika Boni menelpon.
“Kamu juga, mengapa tidak menelpon aku?”
“Aduh, maaf, nomor telpon kamu aku hapus, karena dia ingin menghubungi kamu.”
“Untuk apa?”
“Dia tahu bahwa foto buatan kamu yang sedang bersama Anindita itu adalah kamu yang dilihatnya di rumah makan itu. Dia ingin bertanya dimana Anindita berada.”
“Aku belum mendapat informasi mengenai Anindita, tapi barangkali aku bisa menemukan Melani, dari iklan yang aku baca itu.”
“Singkirkan dia dan jangan sampai suamiku bertemu dengannya.”
“Baik. Tapi aku sedang butuh uang, tolong transfer lagi beberapa, supaya pencarian ini lancar.”
“Duuuh, uang terus kamu tuh.”
“Butuh lancar tidak?”
“Ya, sebentar lagi aku transfer kamu. Tapi jangan sampai gagal, karena saat ini suami aku sedang mencari-cari anak dan isterinya.”
“Beres. Transfer sekarang uangnya.”
Santi menutup ponselnya, kemudian mentransfer sejumlah uang ke rekening Boni yang sudah dicatatnya.
***
Hari sudah sore, tapi Anggoro belum pulang juga. Santi penasaran karena tampaknya Anggoro sedang mencari-cari anak isterinya. Hatinya semakin panas. Lalu Santi menelponnya.
“Mas..” katanya ketika telpon tersambung.
Tapi kemudian tak ada jawaban, dan Anggoro malah mematikan ponselnya.
Kemarahan Santi memuncak. Ia membanting ponselnya dan mengobrak abrik segala yang bisa dilempar dan dihancurkannya saat itu juga, seperti biasa kalau dia sedang marah.
Pembantu baru yang mau beranjak keluar untuk pulang, gemetar ketakutan.
Ketika itulah Anggoro datang dan masuk kerumah dengan terkejut. Sebuah gelas hampir mengenai kepalanya, dan hancur berkeping ketika terbang kearah pintu.
***
Besok lagi ya
👍💪💪💪
ReplyDeleteAlhamdulillah
ReplyDeleteAlhamdulillah MK sembilanbelas tayang
DeleteMksh bunda Tien sehat selalu doaku
Kok rasanya kesel bngt kl lht tingkah Santi yg sok tak berdosa
Kshn Anggoro yg selalu di bodohin Santi
Dari pada penasaran yuuk kita baca aj deh
ADUHAI...ADUHAI...ADUHAI
Horeeee
ReplyDeleteAsyik MK 19 sfh tayang suwun mb Tien
DeleteSalam ADUHAI
Alhamdulillah
ReplyDeleteAlhirnya yg ditunggu datang.. Terimakasih nunda.. Aduhaaaai 😘❤️
ReplyDeleteAlhamdulillah
ReplyDeleteSyukron Mbak Tien 😊🌹🌹🌹
Bunda Ting juara 1
ReplyDeleteHoreeee
Mbk Ting juara 1
ReplyDeleteThis comment has been removed by the author.
ReplyDeleteAlhamdulillah
ReplyDeleteTerimakasih bunda Tien Melani ya
Semoga bunda senantiasa sehat dan berkarya
Sakam sehat dan aduhai
Alhamdulillah
ReplyDeleteAlhamdulillah....
ReplyDeleteSuwun ibu....
Semiga selalu sehat dan terus menghibur.🙏
Alhamdulillah MK~19 telah hadir, maturnuwun bu Tien..🙏
ReplyDeleteAlhamdulillah
ReplyDeleteTerima kasih bunda
🙏🙏🙏🙏
Selamat bu Tingting juara 1 dinalam ke 19 eMKs tayang.
ReplyDeleteMatur nuwun bu Tien......
Saya gak jadi ikutan malming internetnya lemot.....
Saya serahkan mbah Wi...eee hak berhasil juga.....
Hallow mas2 mbak2 bapak2 ibu2 kakek2 nenek2 ..
ReplyDeleteWignyo, Opa, Kakek Habi, Bambang Soebekti, Anton, Hadi, Pri , Sukarno, Giarto, Gilang, Ngatno, Hartono, Yowa, Tugiman, Dudut Bambang Waspodo, Petir Milenium (wauuw), Djuniarto, Djodhi55, Rinto P. , Yustikno, Dekmarga, Wedeye, Teguh, Dm Tauchidm, Pudji, Garet, Joko Kismantoro, Alumni83 SMPN I Purwantoro, Kang Idih, RAHF Colection, Sofyandi, Sang Yang, Haryanto Pacitan, Pipit Ponorogo, Nurhadi Sragen, Arni Solo, Yeni Klaten, Gati Temanggung, Harto Purwokerto, Eki Tegal dan Nunuk Pekalongan, Budi , Widarno Wijaya, Rewwin, Edison, Hadisyah,
Sastra, Wo Joyo, Tata Suryo, Mashudi, B. Indriyanto, Nanang, Yoyok, Faried, Andrew Young, Ngatimin, Arif, Eko K, Edi Mulyadi, Rahmat, MbaheKhalel, Aam M, Ipung Kurnia, Yayak, Trex Nenjap, Sujoko, Gunarto, Latif, Samiadi, Alif, Merianto Satyanagara, Rusman, Agoes Eswe, Muhadjir Hadi, Robby, Gundt, Nanung, Roch Hidayat, Yakub Firman, Bambang Pramono, Gondo Prayitno , Zimi Zaenal M. , Alfes, Djoko Bukitinggi, Arinto Cahya Krisna , HerryPur, Djoni August. Gembong. Papa Wisnu, Djoni, Entong Hendrik, Dadung Sulaiman,
Alhamdulillah ....
DeleteNggak di nyana Melani 19 telah hadir.....
Matur nuwun bu Tien ....
Mugi Bu Tien tansah pinaringan sehat selalu.
Aamiin..... .
Salam ADUHAI... dari bumi NUSAKAMBANGAN.
Haalooo matur nuwun sdh diabsen .. Mbak Tien emang ADUHAI
DeleteHallow..
ReplyDeleteYustinhar. Peni, Datik Sudiyati, Noor Dwi Tjahyani, Caroline Irawati, Nenek Dirga, Ema, Winarni, Retno P.R., FX.Hartanti, Danar, Widia, Nova, Jumaani, Ummazzfatiq, Mastiurni, Yuyun, Jum, Sul, Umi, Marni, Bunda Nismah, Wia Tiya, Ting Hartinah, Wikardiyanti, Nur Aini, Nani, Ranti, Afifah, Bu In, Damayanti, Dewi, Wida, Rita, Sapti, Dinar, Fifi, Nanik. Herlina, Michele, Wiwid, Meyrha, Ariel, Yacinta, Dewiyana, Trina, Mahmudah, Lies, Rapiningsih, Liliek, Enchi, Iyeng Sri Setyawati , Yulie, Yanthi , Dini Ekanti, Ida, Putri, Bunda Rahma, Neny, Yetty Muslih, Ida, Fitri, Hartiwi DS, Komariah P., Ari Hendra, Tienbardiman, Idayati, Maria, Uti Nani, Noer Nur Hidayati, Weny Soedibyo, Novy Kamardhiani, Erlin, Widya, Puspita Teradita, Purwani Utomo, Giyarni, Yulib, Erna, Anastasia Suryaningsih, Salamah, Roos, Noordiana, Fati Ahmad, Nuril, Bunda Belajar Nulis, Tutiyani, Bulkishani, Lia, Imah P Abidin, Guru2 SMPN 45 Bandung, Yayuk, Sriati Siregar, Guru2 SMPN I Sawahlunto, Roos, Diana Evie, Rista Silalahi, Agustina, Kusumastuti, KG, Elvi Teguh, Yayuk, Surs, Rinjani, ibu2 Nogotirto, kel. Sastroharsoyo, Uti, Sis Hakim, Tita, Farida, Mumtaz Myummy, Gayatri, Sri Handay, Utami, Yanti Damay, Idazu, Imcelda, Triniel, Anie, Tri, Padma Sari, Prim, Dwi Astuti, Febriani, Dyah Tateki, kel. SMP N I Gombong, Lina Tikni, Engkas Kurniasih, Anroost, Wiwiek Suharti, Erlin Yuni Indriyati, Sri Tulasmi, Laksmie, Toko Bunga Kelapa Dua, Utie ZiDan Ara, Prim, Niquee Fauzia, Indriyatidjaelani,
Bunda Wiwien, Agustina339, Yanti, Rantining Lestari, Ismu, Susana Itsuko, Aisya Priansyah, Hestri, Julitta Happy, I'in Maimun, Isti Priyono, Moedjiati Pramono, Novita Dwi S, Werdi Kaboel, Rinta Anastya, r Hastuti, Taty Siti Latifah, Mastini M.Pd. , Jessica Esti, Lina Soemirat, Yuli, Titik, Sridalminingsih, Kharisma, Atiek, Sariyenti, Julitta Happy Tjitarasmi, Ika Widiati, Eko Mulyani, Utami, Sumarni Sigit, Tutus, Neni, Wiwik Wisnu, Suparmia, Yuni Kun, Omang Komari, Hermina, Enny, Lina-Jogya, mbah Put Ika, Eyang Rini ,Handayaningsih, ny. Alian Taptriyani, Dwi Wulansari, Arie Kusumawati, Arie Sumadiyono, Sulasminah , Wahyu Istikhomah, Ferrita Dudiana, SusiHerawati, Lily , Farida Inkiriwang, Wening, Yuka, Sri, Mbah Wi, Si Garet, ibu Wahyu Widyawati, Rini Dwi, Pudya , Indahwdhany, Butut, Oma Michelle, Linurhay, Noeng Nurmadiah, Dwi Wulansari, Winar, Hnur, Umi Iswardono , Yustina Maria Nunuk Sulastri Rahayu Hernadi , Sri Maryani, Bunda Hayu Hanin, Nunuk, Reni, Pudya, Nien, Swissti Buana, Sudarwatisri, Mundjiati Habib, Savero, Ida Yusrida, Nuraida, Nanung, Arin Javania. Ninik Arsini, Neni , Komariyah, Aisya Priansyah, Jainah Jan. Civiyo, Mahmudah, Yati Sri Budiarti, Nur Rochmah. Uchu Rideen
. Ninik Arsini, Endah. Nana Yang, Sari P Palgunadi, Echi Wardani, Nur Widyastuti, Gagiga family, Trie Tjahjo Wibowo
Hallow Pejaten, Tuban, Sidoarjo, Garut, Bandung, Batang, Kuningan, Wonosobo, Blitar, Sragen, Situbondo, Pati, Pasuruan, Cilacap, Cirebon, Bengkulu, Bekasi, Tangerang, Tangsel,Medan, Padang, Mataram, Sawahlunto, Pangkalpinang, Jambi, Nias, Semarang, Magelang, Tegal, Madiun, Kediri, Malang, Jember, Banyuwangi, Banda Aceh, Surabaya, Bali, Sleman, Wonogiri, Solo, Jogya, Sleman, Sumedang, Gombong, Purworejo, Banten, Kudus, Ungaran, Pamulang, Nusakambangan, Purworejo, Jombang, Boyolali. Ngawi, Sidney Australia, Boyolali, Amerika, Makasar, Klaten, Klipang, JAKARTA...hai..., Mojokerto, Sijunjung Sumatra Barat, Sukabumi, Lamongan, Bukittinggi, Hongkong, El Segudo, California, Bogor, Terimakasih atas perhatian dan support yang selalu menguatkan saya. Aamiin atas semua harap dan do'a.
ReplyDeleteADUHAI.....
Maturnuwun bu Tien..
ReplyDeleteSg malming nggih.
Salam ADUHAI
Terima kasih Bu Tien utk MK-19nya. Sehat selalu nggih Bu.. Amin. 🙏😊
ReplyDeleteAlhamdulillah MK.19 telah tayang, tks bu Tien,sehat dan bahagia selalu.
ReplyDeleteUR. T411653L
Alhamdulillah, makasih bu Tien
ReplyDeleteSemoga bu Tien sekeluarga sehat selalu. Aamiin.
Alhamdulillah Terima kasih Bu Tien,MK 19 sdh hadir
ReplyDeleteSemakin seru dan bikin penasaran cerita lanjutnannya
Semoga Ibu Tien sehat dan sukses selalu
Aamiin
Salam ADUHAI dari Bekasi
Alhamdulillah.. mksh bu Tien, salam sehat selalu dan semakin Aduhai MK 19.
ReplyDeleteKoq , jahat bener kamu santi, bikin orang sengsara , mau tahu kelanjutannya, ikuti terus Melani Kekasih ku, trima kasih bu Tien, salam Aduhai srlalu dari Pasuruan
ReplyDeleteAlhamdulillahsudah ada titik terang tentang Anindita kalau sebenarnya hanya difitnah..sayangnya Anggoro tidak tahu kalau yang memfitnah dan menculik anaknya adalah Santi, dokter yang tidak waras. Untungnya kelakuan Santi mulai terkuak saat Anggoro pulang melihat rumah berantakan. Apakah santi bisa mengelak? Tungu lanjutannya
ReplyDeleteMatur nuwun bu Tien, saya setia menunggu kelanjutan semoga ada titik terang..aamiin
manusang bu Tien, Melaniku hadir menemani malming, salam sehat tetap semangat
ReplyDeleteMatur nuwun bunda Tien M K 19 tayang,
ReplyDeleteCerita semakin seru, ingin segera tahu kelanjutanya.
Salam aduhai dari Klaten .
Alhamdulillah....baca dua seri sekaligus dan semuanya bikin hati ikut merasakan ada di cerita...bangkai kalau dismpan lama2 tercium juga baunya..smg sifat aslinya segera terlihat...salam aduhai bunda Tien...
ReplyDeleteMatur nuwun Ibu Tien sampung tayang, mugi Ibu tansah sehat.
ReplyDeleteSemakin aduhai..
semoga Anin dapat tertelusur dan Santi kembali ke hotel prodeo
Asyik sudah tayang,,kutunggu sejak sore
ReplyDeleteTapi sudah ketinggalan banyak ,,baca dulu.ahhh salam sehat jeng Tien
Salam sehat mbak Yanik
DeleteTerima kasih Bu Tien
ReplyDeleteSami2 ibu Rina
DeleteAlhamdulillah ... Terima kasih Bu Tien ... Semoga Bu Tien sehat selalu 🙏🙏🙏
ReplyDeleteAlhamdulillah, sudah terbit terima kasih mbak Tien Semoga mbak Tien sehat selalu dan selalu dlm lindungan Alloh SWT Aamiin YRA
ReplyDeleteSalam ADUHAI...
Santi gila tuh...
Santi Santi seorang ibu yg telah membuang putrinya Shasa dan memfitnah Anindya jg menculik melani. Aduh2 itu sudah bukan manusia waras jebloskan ke RSJ saja....
ReplyDeleteAlhamdulilah. Matur nuwun
Sami2 ibu Rochmah
DeleteWah mantap iki sing ditunggu tunggu wis tayang.
ReplyDeleteMatur nuwun Bunda
Sami2 mas Bambang
DeleteAlhamdulillah,terima kasih Bu Tien..
ReplyDeleteSehat selalu,Aamiin.
Aamiin ibu Rini
DeleteMantaap...bisa baca malam ini
ReplyDeletePenasaran banget...bgmn kelanjutan nya...
Terima kasih mbak Tien ...bikin pembacanya penasaran 😄
Sehat selalu dan salam Aduhaii
Salam sehat dan Aduhai Ibu Yulie
DeleteAlhamdulillah maturnuwun Bu Tien 🙏, semoga Bu Tien Sehat selalu beserta keluarga,tetap ADUHAI
ReplyDeleteAamiin
DeleteMatur nuwun Yangti
Ayo lacak ke rumah bik Asih , harusnya tau krn dulu pembantunya.
ReplyDeleteSanti sinting mungkin mengalami gangguan kejiwaan , teganya.. teganya.
Salam sehat mbak Tien yang selalu ADUHAI.
Alhamdulillah salam sehat.
ReplyDeleteTetap semangat semoga berlanjut besok pagi …
Terima kasih bu Tien cerita semakin aduhai…
ADUHAI selalu pak Latief
DeleteADUHAI ibu NW KG
ReplyDeleteSalam ADUHAI ibu Nanung
ReplyDelete
ReplyDeleteWaduh ..duh .. Santi...oh Santi...
Kelakuanmu sungguh biadab ...
Semua orang mengutukmu.....
Wanita apa kamu ini? Punya anak disia-siakan. Suami orang direbut dengan cara yang tidak terpuji... Santi oh Santi..... Sebentar lagi kamu akan "ngunduh wohing pakarti".....
Tunggu ya .... Anggoro sdh punya senjata...untuk menghancurkanmu....
Membaca kisah2 orang teraniaya rasanya tdk tahan...
ReplyDeleteSemoga krn kepiawaian sang pengarang ibu Tien Kumalasari, nasib pak Anggoro, Melani dan mamanya segera dipertemukan dan berubah menjadi bahagia.
Semoga Santi yg dokter dan gangguan jiwa menjadi sehat, sadar bertobat dan baik juga.
Monggo ibu dilanjut aja. Sangat penasaran. Matur nuwun, Berkah Dalem.
Ceritanya tetap seru...
ReplyDeleteTerimakasih mbak Tien
Besok minggu tayang ya mbak Tien, ngak sabar menunggu senin....
ReplyDeleteHeheee...
DeleteADUHAI KP LOVER
Trimakasih mbak Tien MK19nya..
ReplyDeleteBener2 aduhaiii sekali..
Mbaca sampe getem2 sm Santi..kasian Anggoro..Anindita..klo Melani udh ketemu budenya..tp dlm ancaman dokter gendheng..
Naah..Anggoro memergok i Santi ngamuk..mau alasan apa lagi..bw aja ke RSJ..
Melani..simbok..Abi..Andra...apakabar..semoga baik2 semua..😊😊
Salam sehat dan aduhaiii mbak Tien..🙏😘🌹
Salam ADUHAI Ibu Maria
DeleteAlhamdulillah..
ReplyDeleteMaturnuwun bu Tien😊🙏
Alhamdulillah, makasih Bu Tien....🙏
ReplyDeleteSalam sehat selalu
Matur nuwun B Tien...ceritane jian ADUHAI tenan...👍
ReplyDeleteSelamat malam para pemirsa sekalian
Salam sehat penuh semangat dari Rewwin,,,🌿
Jiaan ADUHAI tenan cak
DeleteAlhamdulillah.. matur nuwun sanget mbak Tien Kumalasari, MK Eps 19 sudah tayang.
ReplyDeleteSemoga mbak Tien tetap sehat, bahagia bersama keluarga dan selalu dalam lindungan Allah SWT. Aamiin YRA.
Salam sehat dan salam hangat dari Tangerang.
ADUHAI dahsyat sekali nasib Anindita ... ceritanya semakin mendebarkan , berasa 1 seri ini pendek .. ayoo Mbak Tien, bikin pembaca lebih penasaran lagi dgn intrik ADUHAI memggemaskan, geregetan tapi tdk mengagetkan .. heheehhe salam dan doa dr Kota Magelang semoga mbak Tien dan kluarga selalu semangat mensyukuri sehat wal afiat ...
ReplyDeleteAamiin ya robbal alamiin.
DeleteMatur nuwun pak Pri
Mohon maaf, saya BU, mbaj Tien .. hehee , salan ADUHAI .. ni sambil nengok barangkali saja seri 20 sdh tayang ... pasti heboh antara Anggoro, Santi dan Boni .. sementara Hu Cokro dan Abi masih perang emosi .. heheehee
DeleteMantap ceritanya Bu Tien ...trims Bu Tien sehat selalu dan trims sudah menghibur kita semua
ReplyDeleteMatur nuwun bunda Tien, MK 19 telah tayang..semakin penasaran ini bun..😊
ReplyDeleteSalam selalu njih bun...dan semakin ADUHAI..🤗🤗
Terima kasih bu tien, smg sll sehat aduuuh kmb anindita ya ..smg cepat terbongkar kejahatan santi... salam aduhai dari pondok gede
ReplyDeleteMemang blegitu manusia kan cenderung berkomunitas; biar kelihatan setara, diri ini setengah gila ngajaklah temen biar sama sama gila..
ReplyDeleteBaru tahu dia kalau Santi emosinya meluap tak terkendali..
Paling Anggoro bisanya mengusir.. apalagi ..
Apa mau menyeret ke kantor polisi untuk pengakuan bahwa Santi pelaku penculikan .. syukurlah kalau ada pemikiran gitu; bikin ringan petugas ..
Tapi nggak tahulah, janji Maruti sudah diceritakan ke Andra belum.
Yah.. nantikan bikin sedih Sasa, jaga jarak dèh, kaya masa pandemi, ah kaya anak kecil aja..
Bik Asih tuh punya perhatian lho sama Anin kadang diajak jalan-jalan belanja gitu, buat melarutkan kesedihan yang menggunung .. siapa tahu masuk ke toko tempat Melani kêrja heboh dèh, dimana temennya memandang heran kemiripannya.. ah ilusi ..
ADUHAI
Asyiknya Andra sama Abi nge- gim barêng; biasa buat kebugaran tubuh mereka, juga mungkin olah beladiri biar pede menghadapi masalah kekerasan yang tidak jarang datang tiba-tiba... kadang kan ngadepin preman..
Siapa tahu Andra mengajak Melani latihan beladiri, kan Andra kepingin Abi jadi adiknya..
Kan udah punya adik Melani..
Eh iya kan Andra nggak tahu kalau Abi nggak pulang kerumah sampai bapaknya puasa mendadak ...
Uh.. sederet cita.. cita..
ceria...
Terimakasih Bu Tien,
Melani Kekasihku yang ke sembilan belas sudah tayang, edisi mbêsêngut sluntrut.
Sehat sehat selalu doaku, sedjahtera dan bahagia bersama keluarga tercinta 🙏
Nanaaaang.. ngarang deh
DeleteHé hé hé hé
DeleteKena radiasi hi hi..
Terima kasih bu Tien. Lama ga menyapa tetapi tetap setia membaca. Semoga bu Tien selalu Allah berikan kesehatan dan kebahagiaan. Aamiin YRA.
ReplyDeleteAamiin YRA
DeleteMatur nuwun ibu
Salam sehat hu Tien, matur suwun ceritanya semakin bikin gemeeez, sungguh aduhai bu Tien bikin alur ceritanya membwt pembaca semakin ingin tau kelanjutannya... hehehe klo minggu jng off doong @mengharap
ReplyDeleteHehee.. saya juga mau sih..
DeleteADUHAI deh
Tambah seru MK 19 terima kasih Bu Tien, semoga sehat selalu.
ReplyDeleteAlhamdulillah, matursuwun. Salam sehat selalu mbak Tien dan seluruh anggota WAG PCTK
ReplyDeleteAduhai banget pokoknya. Salam sehat bu tien
ReplyDeleteSalam pokoknya ADUHAI pak Merianto
DeleteMudah2an Anggoro segera menyadari siapa Santi sebenarnya.
ReplyDeleteMakasih mba Tien.
Salam sehat dan selalu aduhai
Salam selalu ADUHAI ibu Sul
DeleteAssalamu'alaikum
ReplyDeletewarrahmatullahi
wabarakatuh
Alhamdulillah MK19 sdh dibaca.
Matur nuwun bu Tien,,Makin seru n penasaran,, Aduhaaii banget nih.
Anggoro mungkin menceraikan Santi yg kelakuannya seperti itu,,( sok tahu🤭)
Salam sehat wal'afiat semua ya bu Tien n Salam hormat 🙏🙏🙏
Salam ADUHAI Mbh put
ReplyDeleteAlhamdulillah....
ReplyDeleteMtur nuwun Bun....
Mugi2 tansah pinaringan rahayu wilujeng sedoyonipun.....
Assalamualaikum wr wb. Nah, mudah mudahan Anggoro segera tahu sikap dan perilaku asli Santi. Akhirnya bisa terkuak kejahatan Santi yg kerjasama dgn Boni thdp Anindita dan Anggoro. Maturnuwun Bu Tien, semoga senantiasa dikaruniai kesehatan lahir dan batin, sehat wal afiat. Aamiin Yaa Robbal'alamiin... Salam sehat dari Pondok Gede...
ReplyDeleteWa'alaikum salam warahmatullahi wabarakatuh.
DeleteAamiin Allahumma aamiin
Matur nuwun pak Mashudi
Makasih bu Tien, berdebar2 membacanya😁
ReplyDeleteSalam ADUHAI ibu Hestri
DeleteSatu pelajaran dari mbak Tien, JANGAN
ReplyDeleteBERBOHONG". Krn pola berbohong itu makin lama makin berat.
Contoh : Santi mula² bohong, kemudian belajar menculik anak sendiri. Keluar penjara, menculik anak orang lain. Sekarang mau membunuh melani.
Ampun ampyin deh.
Terima kasih mbak Tien. Sehat selalu.
Untuk menutupi kebohongan sebelumnya , seseorang harus melakukan kebohongan atau tindakan yg lebih besar.
DeleteSami2..
ReplyDeleteSalam sehat pak Andrew..
Sehat selalu
ReplyDeleteAamiin.
ReplyDeleteTerimakasih..
liburkan mk mlm ini? 🙏
ReplyDeleteSlmt mlm mba Tien..
ReplyDelete