ROTI CINTA 27
(Tien Kumalasari)
Entah mengapa, seperti ada pisau tajam menghunjam di ulu hatinya. Pedih perih. Witri yang semula ingin menyapa kemudian membalikkan tubuhnya dan keluar dari halaman secepatnya.
Agak jauh dia mencegat angkot yang biasanya ditumpanginya, agar tak ada yang melihat dari toko itu.
“Ada apa aku ini? Apakah sepantasnya kalau aku merasa kesal melihat adegan itu? Bukankah itu nonik belanda yang datang bersama mbak Arini kemarin? Ada hubungan apa gadis cantik itu dengan mas Dian? Aduh, konyol banget aku ini, mengapa hal itu aku pikirkan? Mengapa melihatnya lalu aku merasa tersakiti? Witri, siapa kamu ini, sadar Witri, dia bukan apa-apa kamu. Tapi kenapa ketika ibu bilang bahwa mas Dian pernah bilang suka sama aku lalu tiba_tiba membuatku merasa senang?”
Sebuah klakson angkot mengejutkannya. Witri baru sadar kalau dia sedang mencegat angkot yang akan membawanya pulang. Bergegas ia mengejar angkot yang berdiri agak jauh didepannya.
***
“Tolong lepaskan Nita, gerah aku,” tegur Dian ketika Nita masih saja menggayutinya ketika hampir masuk ke rumah.
“Oh, maaf,” kata Nita dengan kemayu.
Begitu masuk kerumah Dian segera memasuki kamar ibunya.
“Eh.. kalian sudah datang rupanya,” sapa Yanti yang segera menyambutnya.
“Tunggu bu,” kata Dian memegang lengan ibunya, memintanya agar jangan keluar dulu.
“Ada apa?”
“Dian kesal sama Arin,” katanya bersungut-sungut.
“Ada apa?”
“Dian tidak suka sama temannya.”
“Sudah ibu duga. Apa yang membuat kamu tidak suka?”
“Bagaimana ibu membiarkan dia berpakaian seronok seperti itu? Bagaimana Arin tidak mengingatkannya sementara dia pastinya tahu kalau Dian tidak suka wanita seperti itu.”
“Oh, anak jaman sekarang tidak akan mengerti kalau tidak diingatkan. Nanti ibu akan bilang sama Arin, supaya dia mengingatkan temannya. Memang dia terbiasa hidup di lingkungan yang bebas, jadi mungkin hal itu dianggapnya biasa saja.”
“Dan baru saja bertemu dia langsung mencium pipi Dian.”
“Suka dong, dicium gadis cantik,” goda Yanti.
“Enggak ah bu, dia itu terlalu berani.”
“Ya sudah, nanti ibu akan bicara sama Arin.”
“Dian akan kekamar, dan tolong ibu bilang bahwa Dian capek.”
“Baiklah, sekarang biarkan ibu keluar untuk menemui mereka,” kata Yanti yang kemudian keluar, diikuti Dian tapi kemudian dia masuk kekamarnya sendiri.
“Cuma sehari di Solo nak? Tidak ingin jalan-jalan lebih lama?”
“Arin mengajak pulang hari ini bu,” jawab Nita.
“Mas Dian yang minta pulang hari ini, sehingga begitu datang Arin langsung memesan ticket untuk besoknya,” sambung Arin.
“Senang di Solo?”
“Suka banget sebenarnya. Makanannya enak..”
“Lain kali di liburan mendatang kita akan ke sana lebih lama,” kata Arin.
“Baik, aku suka.”
“Ya sudah, kalian istirahat saja dulu.”
“Iya bu, nanti malam kami akan mengajak mas Dian jalan-jalan.”
“Sekarang masmu lagi istirahat dikamarnya. Tunggu Arin, ibu mau bicara.”
Arin berhenti melangkah, dan Nita mendahului masuk kekamar.
“Ya bu?”
“Dengar, masmu mengeluh soal teman kamu.”
“Kenapa?”
“Tampaknya dia tidak suka sikap Nita yang terlalu lepas, dan juga tidak suka cara dia berpakaian.”
“Oh, iya, Arin lupa mengingatkan, nanti Arin akan bilang sama dia.”
“Ya sudah sana, istirahatlah dulu.”
***
“Aku sudah menduga, Dian akan tidak suka,” kata Baskoro kepada isterinya.
“Ada-ada Arin itu, nanti gadis itu akan kecewa karena Dian tidak suka.”
“Biarkan saja apa maunya. Arin itu masih seperti anak kecil. Seenaknya saja mengenalkan seseorang kemudian menjodoh-jodohkannya.”
“Ukuran dia hanya cantik,” kata Yanti.
“Iya benar, dikiranya yang menarik itu yang lebih cantik.”
“Aku sudah bilang, semoga Arin mau mengingatkan temannya. Kalau masih begitu, Dian tak akan mau diajaknya jalan-jalan.”
***
“Arin, lihat.. apa aku pantas memakai baju kamu seperti ini?” kata Nita ketika Arin memintanya untuk memakai pakaiannya, karena Nita tidak punya pakaian tertutup seperti yang dikenakan Arin.
“Kamu cantik, lihat wajahmu, penampilan kamu dikaca itu.”
“Aduh, ini ribet bukan?”
“Tidak, aku mengenakannya biasa saja. Cobalah jalan-jalan disekitar kamar ini saja, lama-lama kamu akan terbiasa.”
“Baiklah, jalan-jalan ya, kesana kemari?”
“Ya, cobalah… heii.. bajunya jangan diangkat begitu..” teriak Arin ketika Nita berjalan sambil mengangkat bajunya yang hampir menyentuh lantai.
“Dibiarkan begini ya?”
“Lihat kalau aku berjalan, apakau aku juga harus mengangkat bajuku? Tidak kan ?”
“Baiklah, baiklah.. diulang ya.. satu.. dua.. tiga.. empat… aduuh.. keinjek nih..kalau tidak diangkat.”
“Nanti kan kamu harus pakai sepatu, jadi baju itu tidak akan menyentuh lantai. Baiklah, ini, pakai sepatu kamu ini.”
“Uhh.. mengapa susah sekali pakai baju seperti ini?”
“Tidak, itu karena kamu belum terbiasa. Nah, sudah, tidak menyentuh lantai kan? Berjalanlah seperti biasa.”
“Okey… satu.. dua.. tiga.. empat.. hahaaa… aku seperti peragawati bukan?”
“Kalau kamu tidak mau berpakaian seperti ini, mas Dian nggak akan mau.”
“Apa besok kalau aku menjadi isterinya juga harus berpakaian seperti ini?” kata Nita sok yakin bahwa Dian pasti akan menjadi suaminya.
“Iya dong, kamu lihat ibu aku.. dia anggun dengan pakaiannya. Tidak canggung, dan tetap kelihatan cantik.”
“Iya cantik ibu Baskoro.”
“Udah berhenti jalan-jalannya?”
“Udah, aku bisa, nanti aku pakai yang ini ?”
“Pilih saja sendiri, mau yang mana? Tuh di almari ada banyak.”
“Wow, tapi semuanya panjang-panjang ya?”
“Iya, panjang dan tertutup, masih pakai kerudung juga. Ibu akan marah kalau aku berpakaian sembarangan.”
“Aha.. ini, aku mau yang hijau muda, kembang-kembang kuning.. cantik nggak?”
“Kamu itu kulitnya bersih, mau pakai apa saja juga pasti cantik. Ya sudah, mandi sana, aku mau nyamperin mas Dian di kamarnya. Kelamaan molor dia nanti.”
***
“Apa? Nggak.. aku nggak usah ikut, jalan-jalannya sama kamu saja,” kata Dian sambil membelakangi Arin dan memeluk gulingnya kembali.
“Mas Dian jangan begitu, namanya tidak menghormati tamu.”
“Itu kan tamunya kamu?”
“Iih, dia datang untuk mas Dian, tahu.”
“Iya, kan aku sudah berkenalan, sudah bareng naik pesawat, sudah bareng naik mobil, kurang apa coba?”
“Mas, padahal dia sudah dandan cantik banget lho.”
“Aduh, cantik yang bagaimana? Aku nggak suka cara dia berpakaian, bersikap. Nggak cocok sama aku.”
“Dia kan bisa belajar mas. Ini dia sudah mau memakai pakaian aku dan berkerudung.”
“Oh ya?”
“Iya, mas Dian nanti pasti akan terpesona kalau melihatnya.”
“Kamu itu enak saja bicara. Dengar Arin, jangan memberikan harapan kosong pada teman kamu itu, nanti dia akan sakit hati.”
“Memangnya mas nggak suka? Apa dia kurang cantik ?”
“Bukan kurang cantik, tapi aku tidak suka.”
“Mas Dian belum mencobanya lebih dekat, kalau sudah, pasti mas akan suka. Ayo mandi maaaas… apa perlu Arin mandiin, tapi diguyur disini langsung?”
“Coba saja kalau berani. Hiih.. punya adik satu saja bawelnya setengah mati, udah gitu berbuat semaunya seperti lagi bermain-main saja.”
“Sudah, yang bawel itu mas Dian. Cepet mandi dong mas, tolong hormati tamu.”
“Ih, yang punya tamu kamu, aku disuruh ikutan menghormati,” kata Dian sambil bangkit, tapi ketika berdiri dia menjewer kuping adiknya keras sekali, sehingga Arin menjerit-jerit.
“Auuw… ibuuuu…. “
Dian lari kekamar mandi, membiarkan Arin mengelus elus kupingnya karena terasa panas.”
“Mas Dian jahatttt!” teriak Arin sambil keluar dari kamar.
“Ada apa sih, teriak-teriak begitu?” tegur Yanti yang mendengar teriakan Arin.
“Mas Dian tuh, kuping Arin dijewer sampai panas nih bu..”
“Oh, ya ampun.. anak ibu, sampai merah begitu, pasti kamu mengganggu mas Dian, ya kan?”
“Arin suruh mandi, nggak segera mandi.”
“Tetap pada mau jalan-jalan nih?”
“Iya, lihat dikamar bu, Nita mengenakan baju Arin, cantik nggak bu, ayo lihat, dia pasti sudah mandi dan dandan,” kata Arin sambil menarik tangan ibunya.
Yanti mengikuti Arin masuk ke kamarnya, dan melihat Nita sedang berputar-putar didepan kaca dengan mengenakan baju yang tadi dipilihnya.
“Wauw.. cantik Nita,” puji Yanti.
“Ah, ibu.. Nita malu, pantaskah Nita pakai ini?”
“Ini jauh lebih pantas dari pakaian yang biasa kamu pakai.”
“Benar?”
“Benar, sudah.. lanjutin dandannya, ibu mau ke depan dulu.”
***
Witri duduk di kursi yang tersisa dan belum sempat diangkut ke rumah sewa barunya. Ibunya masih berbaring karena Witri melarangnya ikut mengurus barang-barang. Witri sudah menyuruh orang untuk membantunya pindahan. Tak banyak memang, hanya dua almari, dua tempat tidur dan sepasang kursi tamu dan meja makan dengan dua buah kursi yang sudah usang. Sebagian sudah diangkut siang tadi. Besok semuanya akan selesai.
Witri merasa letih, ia menyelonjorkan kakinya di kursi panjang. Tapi bukan rasa letih itu yang mengganggunya. Bayangan gadis cantik yang menggelayut di lengan Dian selalu terbayang di kepalanya. Witri benci dengan perasaannya sendiri.
“Aku ini kenapa, tadinya tidak punya perasaan apa-apa, tapi setelah ibu bilang bahwa dia suka sama aku, kok perasaan ini jadi lain. Apa aku sebenarnya juga mencintai dia, hanya tak kesampaian karena aku harus tahu diri? Tapi nyatanya mas Dian sudah dekat dengan gadis lain. Gadis Indo yang berpenampilan sangat modis dan cantik, bukan seperti aku, gadis sederhana, dari kalangan rendahan pula,” batin Witri.
“Witri..” buyar lamunan Witri mendengar panggilan dari ibunya di kamar.
“Ya bu.. “
“Kamu sedang apa, kok nggak ada suaranya.”
“Tidak sedang apa-apa bu, sedang mikirin barang-barang yang besok kita bawa. Nggak banyak lagi, sebagian sudah tadi kan?”
“Iya, ibu ingin membantu membenahi pakaian-pakaian ibu saja.”
“Tidak usah bu, semuanya sudah Witri bungkus dengan taplak meja. Baju ibu, baju Witri. Besok tinggal diangkut saja.”
“Kamu pasti capek.”
“Capek sih iya, tapi nggak usah dipikirkan. Besok kan Witri sudah membayar orang untuk membantu. Seperti yang tadi.”
“Kamu mengeluarkan banyak uang untuk itu kan?”
“Nggak apa-apa, kan Witri sudah gajian, dan bu Yanti sama sekali tidak memotong gaji Witri lho bu.”
“Benarkah? Jadi nggak enak ya Wit, biaya rumah sakit itu kan nggak sedikit.”
“Witri sudah bilang agar bu Yanti memotongnya, tapi katanya beliau tidak meminjamkan. Gratis untuk ibu.”
“Ya Allah, begitu baiknya keluarga itu. Seandainya waktu itu nak Dian tidak mendapat jawaban seperti yang ibu katakan….”
“Sudahlah bu, jangan diingat-ingat lagi. Mas Dian memang bukan jodohnya Witri.”
Dan biarpun Witri meminta agar ibunya tidak usah mengingat-ingat lagi, nyatanya Witri justru tak bisa melupakannya.
***
“Bu, apa hari ini Witri tidak masuk ?”
“Ya, dia minta ijin karena hari ini pindah rumah.”
“Pindah?”
“Iya, karena yang punya rumah tidak mengijinkan rumahnya disewa lagi, katanya.”
“Kemana pindahnya?”
“Katanya nggak jauh dari yang lama. Kasihan ibunya belum sehat benar harus pindahan.”
“Biar Dian aja yang nggantiin jadi kasir hari ini ya bu.”
“Bukannya Arin mau mengajak kamu belanja bersama Nita?”
“Nggak usah, masa laki-laki ikut belanja.”
“Ya nggak apa-apa. Kata Arin mau beli baju-baju gamis seperti punya Arin.”
“Dia? Mau beli gamis?”
“Katanya biar kamu suka,” kata Yanti sambil tertawa.
“Ah.. enggak bu, bukan hanya cara dia berpakaian yang Dian nggak suka. Sikapnya, perilakunya.. entah apanya lagi, Dian nggak suka.”
“Iya, ibu tahu, kamu kan sukanya cuma sama Witri, ya kan?”
“Bu, Dian harus melupakan Witri.”
“Kenapa le? Begitu gampang cinta itu datang dan pergi ?”
“Ada keharusan untuk itu bu.”
“Apa maksudmu ?”
“Witri sudah punya calon suami.”
“Ah, masa?”
“Iya bu, bu Narti sendiri yang bilang sama Dian. Itu sebabnya Dian pergi ke Solo tiba-tiba. Maksud Dian supaya bisa melupakan Witri dengan bersenang-senang disana.”
“Tapi tidak, ibu pernah bertanya pada Witri, apa dia sudah punya pacar? Katanya belum tuh.”
“Nyatanya ibunya berkata begitu.”
***
Dua hari itu Dian menolak jalan bersama Arin dan Nita, dengan alasan membantu kasir yang tidak masuk. Tapi sebenarnya hanya sehari Witri tidak masuk kerja.
Hari itu selepas kerja, Dian memaksa Witri untuk mengantarnya pulang. Witri tentu saja sangat terkejut.
“Mengapa mas, biar saja saya naik angkot seperti biasanya.”
“Kan kamu pindah rumah, aku ingin tahu dimana rumah kamu.”
“Tapi…”
“Apa kamu takut dimarahi calon suami kamu? Aku kan hanya mengantar pulang.”
Witri ingin menjawab tentang calon itu, tapi diurungkannya. Ia menurut saja ketika Dian mengantarnya pulang.
Berdebar hati Witri ketika tiba-tiba harus satu mobil bersama Dian. Kemana gadis Indo cantik yang kemarin bersamanya?
“Mas tidak pergi sama mbak Arin tadi ?”
“Oh, mereka belanja dari kemarin, lebih baik aku membantu di toko atau di resto.”
“Oh..”
“Witri, kapan kamu menikah ?”
“Menikah?” Witri terkejut.
“Kata ibu kamu, sudah ada yang melamar kamu.”
***
Besok lagi ya.
Yayyy
ReplyDeleteJuara 1 Jeng dokter
DeleteMtnuwun mbk Tien
Selamat bu dokter juara 1
DeleteWow Bu dokter juara 1
Delete👍T O P bu dr...
DeleteAlhamdulillah Roti Cinta hangat sdh hadir, nyamikan seblm tidur, manusan bu Tien , slm sehat tetap semangat slm aduhai bravo
DeleteKakek biasanya yg nongkrong duluan trnyt kalah ma bu dokter
DeleteWkwkwk kakek msh bobuk
Ya...ya.. ya.. selamat dok, malam ini giliran heng Dewi juaranya.
DeleteMas Ngatno sdh malas komen pertama ya, dulu sebelum ada WAG PCTK mas Ngatno paling rajin komen diurutan teratas...kok sekarang kacrit terus, sih?
Alhamdulillah kiriman ROCIN_27 sudah sampai di rumah Antapani Bandung.
DeleteMatur nuwun bu Tien, sugeng dalu, salam ADUHAI.
Alhamdulillah Rocin 27 sdh tayang
ReplyDeleteTrimakasih bu Tien...
Alhamdulillah
ReplyDeleteMatur nuwun mbak Tienku, Roti-nya sudah sampai di alamat.
ReplyDeleteAlhamdulillah, matur nuwun. Sudah terbit ...
ReplyDelete(trie/sby)
Terima kasih mbak Tien cerbungnya, semoga Sehat² selalu.
ReplyDeleteTerima kasih Mbak Tien
ReplyDeleteSalam sehat dari Purwodadi Grobogan
Alhamdulillah dah tayang Makasih Bunda
ReplyDeleteAlhamdulilah, roti cinta 27 telah datang terima kasih bu tien met malam ... semoga bu tien ..sehat wal afiat...salam aduhai dari pondok gede
ReplyDeleteAbsennya belum keluar ya.....
ReplyDeleteAlhamdulillah..... terimakasih..... semoga bunda tien sehat selalu
ReplyDeleteMaturnuwun bu Tien..sg dalu, sg istirahat buu
ReplyDeleteSalam ADUHAI
Alhamdulillah.... matur nuwun mbak Tien, sambil baca senyum2 sendiri.
ReplyDeleteSalam sejahtera dari Pangkalpinang.
Alhamdulillah.. Tayang gasiik..
ReplyDeleteTerima kasih ibuuu..
Sehat selalu yaa..
I love yu bu tien.
Salam aduhai..
Love you too Jeng Putri
DeleteMakasih ya Bu Tien, masih sempat menulis padahal bapak sedang sakit. Syafakallah untuk pak Widayat...
ReplyDeleteAamiin
DeleteTerimakasih jeng dokter
Alhamdulillah ....
ReplyDeleteYang ditunggu tunggu telah hadir.....
Matur nuwun bu Tien..
Mugi Bu Tien tansah pinaringan sehat selalu.
Aamiin..... .
Salam ADUHAI... dari bumi NUSAKAMBANGAN
Alhamdulillah Roti Cinta~27 sudah hadir.. maturnuwun bu Tien..🙏
ReplyDeleteAlhamdulilah kiriman Roti Cinta 27 sampun nyampe, matur nuwun sanget Bu Tien, mugi tansah pinaringan sehat, ugi kagem Bp Tom Widayat mugi" enggal dangan, salam aduhai saking Pasuruan
ReplyDeleteLega rasanya, Dian semobil dengan Witri, tidak ada lagi dugaan 'dia sudah ada yang punya'. Cepat aja Dian, lamar-nikah.
ReplyDeleteCuma si calon pengusaha mana ya, belum ada kabarnya.
Salam sehat, semangat, mantap mbak Tien, selalu ADUHAI.
Alhamdulillah Rocin 27 telah tayang...salam aduhai mb Tien
ReplyDeleteTrmksh mb Tien Rocin 27 sdh hadir
ReplyDeleteSalam sehat ADUHAI SELALU
Alhamdulillah... terima kasih.
ReplyDeleteShat sllu mbu tien.
Rocin nya makin asyiiik trs
Senangnya updatenya masih sore jadi sebelum tidur dah baca
ReplyDeleteMakasih bunda tien sehat selalu
Terima kasih bu tien cerbungnya
ReplyDeleteSalam sehat
Alhamdulillah,senantiasa sehat Bu Tien ,Aamiin
ReplyDeleteHallow mas2 mbak2 bapak2 ibu2 kakek2 nenek2 ..
ReplyDeleteWignyo, Opa, Kakek Habi, Bambang Soebekti, Anton, Hadi, Pri , Sukarno, Giarto, Gilang, Ngatno, Hartono, Yowa, Tugiman, Dudut Bambang Waspodo, Petir Milenium (wauuw), Djuniarto, Djodhi55, Rinto P. , Yustikno, Dekmarga, Wedeye, Teguh, Dm Tauchidm, Pudji, Garet, Joko Kismantoro, Alumni83 SMPN I Purwantoro, Kang Idih, RAHF Colection, Sofyandi, Sang Yang, Haryanto Pacitan, Pipit Ponorogo, Nurhadi Sragen, Arni Solo, Yeni Klaten, Gati Temanggung, Harto Purwokerto, Eki Tegal dan Nunuk Pekalongan, Budi , Widarno Wijaya, Rewwin, Edison, Hadisyah,
Sastra, Wo Joyo, Tata Suryo, Mashudi, B. Indriyanto, Nanang, Yoyok, Faried, Andrew Young, Ngatimin, Arif, Eko K, Edi Mulyadi, Rahmat, MbaheKhalel, Aam M, Ipung Kurnia, Yayak, Trex Nenjap, Sujoko, Gunarto, Latif, Samiadi, Alif, Merianto Satyanagara, Rusman, Agoes Eswe, Muhadjir Hadi, Robby, Gundt, Nanung, Roch Hidayat, Yakub Firman, Bambang Pramono, Gondo Prayitno , Zimi Zaenal M. , Alfes, Djoko Bukitinggi, Arinto Cahya Krisna , HerryPur, Djoni August. Gembong. Papa Wisnu, Djoni, Entong Hendrik
Presensi...
DeleteAlhamdulillah, terima kasih mbak Tien..🙏🙏
Semoga sehat selalu, aamiin...
Hallow Pejaten, Tuban, Sidoarjo, Garut, Bandung, Batang, Kuningan, Wonosobo, Blitar, Sragen, Situbondo, Pati, Pasuruan, Cilacap, Cirebon, Bengkulu, Bekasi, Tangerang, Tangsel,Medan, Padang, Mataram, Sawahlunto, Pangkalpinang, Jambi, Nias, Semarang, Magelang, Tegal, Madiun, Kediri, Malang, Jember, Banyuwangi, Banda Aceh, Surabaya, Bali, Sleman, Wonogiri, Solo, Jogya, Sleman, Sumedang, Gombong, Purworejo, Banten, Kudus, Ungaran, Pamulang, Nusakambangan, Purworejo, Jombang, Boyolali. Ngawi, Sidney Australia, Boyolali, Amerika, Makasar, Klaten, Klipang, JAKARTA...hai..., Mojokerto, Sijunjung Sumatra Barat, Sukabumi, Lamongan, Bukittinggi, Hongkong, El Segudo, California, Terimakasih atas perhatian dan support yang selalu menguatkan saya. Aamiin atas semua harap dan do'a.
ReplyDeleteADUHAI.....
Alhamdulillah lebih cepat datang roti cintanya. Terima kasih Bu Tien semoga sehat selalu.
ReplyDeleteAlhamdulillah ROCIN 27 sdh hadir.. maturnuwun Bu Tien 🙏,semoga sehat,salam ADUHAI
ReplyDeletealhamdulillah sd sampai meja roti cinta ke 27...
ReplyDeletesuwun mba Tien...semoga mba Tien dan keluarga besar selalu sehat dan bahagia...Aamiin
Alhamdulillah Roti Cinta Episode 26 sudah hadir, terimakasih banyak mBak Tien Kumalasari.
ReplyDeleteSalam sehat dan salam hangat dari Karang Tengah Tangerang.
Slmt mlm mbak Tien.. Alhamdullilahsdh tayang rocin 27...semoga mbak Tien sht sll dan suami mbak Tien cpt sht kembali.. Aamiin.. Slmseroja dan aduhaai dri skbmi😍😍🥰🥰
ReplyDeleteAlhamdulillah ROCIN 27 sdh datang, suwun mbak Tien
ReplyDeletesalam hangat dan sehat selalu dr Bekasi Timur
Trimakasiih mbak Tien RC27NYAA..
ReplyDeleteAyon Diaaan...kejar Witri ajaaa...kalian sama2 ada hati..❤😊
Seruuu...deg2an..hehehe..
Tiba2 besok lagii..
Salam sehat selalu dan aduhaiii mbak Tiem..🙏🥰⚘
Mbak Tien....(maaf salah nunul?🙏🙏
ReplyDeleteAlhamdulilah Rocin 27 telah hadir. Witri begitu terkejut akan pertanyaan Dian tentang kapan menikah. Mdh2an Witri mampu bercerita tentang janjiibunya pada Nurdin. Dian segera mendapatkan cinta sejatinya.....
ReplyDeleteMatur nuwun Bunda Tien semoga selalu sehat wal'afiat dan dapat terus berkarya dan berkarya ...
Alhamdulillah .. begini rasanya baca cerbung rapel ... 😁😁🙏 terimakasih Mbak Tien yg baik hati, ramah, bijak, kreatif, sdh menghibur saat penat kerja .. salan Aduhai , swhat penuh berkah ..
ReplyDeleteAlhamdulillah, terima kasih Bu Tien roti cintanya, salam sehat selalu....🙏
ReplyDeleteSenangnya....dapat Rocin 27.... msh anget....
ReplyDeleteterimakasih mbak Tien
sehat2 selalu...
salam aduhaiii
Makasih bu tien udah tayang...tambah semangat bacanya
ReplyDeleteTerima kasih mbak Tien
ReplyDeleteAlhamdulillah RC.27 telah tayang, terima kasih bu Tien, sehat n bahagia selalu.
ReplyDeleteUR. T411653L
Wauw bingung ya..
ReplyDeleteDian memaksakan diri mengantar Witri pulang, alasan kepingin tahu alamat rumah Witri yang baru, nah buka²an nya kapan, biar tidak binun. mudah²an segera tahu duduk persoalanya yang terjadi pada Sawitri, sekalian menghindar dari Nita yang ngomongnya masih kagok kadang nggak jelas.
ADUHAI..
Terimakasih Bu Tien roti cinta yang ke dua puluh tujuh sudah tayang.
Sehat sehat selalu doaku, sedjahtera bahagia bersama keluarga tercinta.
Amin.
Makasih mba Tien. Sehat selalu mba. Salam aduhai
ReplyDeleteAlhamdulillah. Suwu ibu
ReplyDeleteTrmksh cerbung rcnya mb Tien.. smg seroja sll🤲🙏
ReplyDeleteTerima kasih mbka Tien RC 27 sudah hadir, slam Aduhai dan sehat selalu
ReplyDeletedari pulau garam.
Matur bunda Tien RC27 telah hadir..
ReplyDeleteSalam sehat selalu,dan semakin ADUHAI tentunya njih bun..
Matur nuwun Bu Tien, selamat sehat selalu kagem Ibu dan semuanya..
ReplyDeleteWaduh makin seru ini alur ceritanya ROCIN memang sesuai judulnya. Semoga saja Dian bisa segera menentukan keputusannya..Matur suwun bu Tien salam sehat selalu.
ReplyDeleteMakin asyik, makasih bu Tien, semoga bu Tien sehat selalu.
ReplyDeleteAlhamdulillaah... Roti Cinta 27 sudah hadir,
ReplyDeleteMakin seru ceritanya..
Trima kasih ibu Tien,
Semoga ibu Tien tetap sehat, pak Widayat juga segera sehat kembali pulih spt sediakala
Aamiin yaa Robbal’alamiin...
Salam SeRoJa... ADUHAI..
Alhamdulillah ... Terimakasih Bu Tien ... Semoga Bu Tien selalu sehat ... Salam seroja tuk semuanya 🙏🙏🙏
ReplyDeleteAamiin,
DeleteTerimakasih ibu Sri
Yaaah semakin penasaran. Bu Tien selaluuu bikin penasaran ... Itu yg buat pembaca menyukainya. Suwun bu Tien. Selalu ditunggu lanjutannya.
ReplyDeleteSalam sehat selalu..
Salam ADUHAI dan penasaran ibu Handayaningsih
DeleteAssalamualaikum wr wb. Bu Tien senantiasa membuat penasaran, tapi enak untuk mengikuti alur ceritanya. Kesalahan pahaman antara Dian dan Witri, krn mereka tdk memperoleh info yg benar baik dari ibunya Witri maupun dari Bu Yanti. Maturnuwun Bu Tien, semoga senantiasa dikaruniai kesehatan lahir dan batin dan rasa penasaran segera terjawab dlm episode berikutnya. Aamiin. Salam sehat dari Pondok Gede...
ReplyDeleteWa'alaikum salam wr wb
DeleteAAMIIN ALLAHUMMA AAMIIN
Salam penasaran dan ADUHAI, PAK Mashudi
Pg, mb Tien. Maturnuwun.
ReplyDeletePenasaran nih.
Salam sehat nan aduhai
Yuli Semarang
Pagi unknown...
ReplyDeleteADUHAI ibu Yuli.
Kok jadi unknown sih
Maturnuwun ibu Tien, salam sehat nanti aduhai selalu ❤
ReplyDeleteAssalamu'alaikum
ReplyDeletewarahmatullahi wabarakatuh
Alhamdulillah ROTI CINTA nya sdh habis disantap,, Matur nuwun bu Tien 🤗🙏
Bikin Dian penasaran ,,,
Syafaahullah Laa basa thahuuran in syaa Allah untuk bapak Tom Widayat dan Bu Tien sll Sehat wal'afiat ya
Salam ADUHAAII 🙏🙏🙏
Wa'alaikum slam warahmatullahi wabarakatuh,
DeleteTerimakasih Mbh put, aamiin
Yeaaaaa....
ReplyDeleteSemoga mereka Dian dan Witri berjodoh...njuk bahagiaaa
Melu baper...hahahaa
Salam sehat mbak Tien dan klga
Salam hangat dari saya
Salam Aduhaiii... selalu
Salam hangat dan ADUHAI ibu Yulie
DeleteAlhamdulillah... Witri mau diantar pulang oleh Dian.
ReplyDeleteDeg"an pastinya.
Nah dari sinilah nantinya Dian tahu bahwa Witri blm ada yg punya dan Witri menolak lamaran Nurdin.
Ayolah gerak cepat Dian....
Kejar cinta sejatimu
Jangan terpengaruh dg penampilan Nita
Walau dia saat ini berpenampilan tertutup,itu modus saja karena ada maunya
Cantik itu tdk hanya diluar, tapi yg penting itu di dlm hati.
Moga berhasil usahamu Dian...
Trimakasih bunda,moga bunda Tien sekeluarga sll dlm lindunganNya
Salam sehat dan aduhai dari Bojonegoro.
AAMIIN
DeleteSalam sehat dan ADUHAI ibu Wiwik
Niwun bu Tien..baru sempat komen sepulang kantor.maklum.sudah mulai perkuliahan. Untung Dian kurang sreg dengan Anita..apalagi Witri ternyata juga ada rasa dengan Dian. Semoga nanti Witri mau berterus terang kalau menolak lamaran Nurfin shg pindah kontrakan.
ReplyDeleteWah Dian bisa maju terus pantang mundur. Semoga deh
Semoga ADUHAI ibu Noor
ReplyDeleteNungguin... ya..... 😉
ReplyDeleteSaya sdh mulai longok2 nih mbak Tien ,sdh pengin tahu bgm jwb an Witri atas pertanyaan Dian yg bikin penasaran krn blm jwb sdh besok lagi hehehe.
ReplyDeleteSalam aduhai mbak Tien.
SAMI
DeleteYang nunggu Roti sabar ya, semua dapat bagian kok🤣🤣🤣
ReplyDeletetitip pak Bambang...Rotiku ojo di dahar yo...nganti kesel olehku niliki
ReplyDelete@papa wisnu : tenang pak Wisnu nanti tak kasih bagianmu separo
ReplyDeleteROCINYA skr msh d oven yaa.... bru setengah Mateng ... Salam sehat ya Bu Tien
ReplyDeleteAlhamdulillah....
ReplyDeleteMtur nuwun bun....
Mugi2 tansah pinaringan rahayu wilujeng sedoyonipun....
Terima kasih Bu Tien Roti Cinta 27 datang lebih awal, semoga Ibu selalu sehat...... Tugiman Bandung, ga diabsen?
ReplyDelete