Saturday, September 11, 2021

ROTI CINTA 25

 

ROTI CINTA  25

(Tien Kumalasari)

 

Sejenak Witri terdiam, terkejut dengan permintaan Nurdin, tapi dia menguatkan hatinya, apapun caranya dia tak akan mau menjadi isteri Nurdin, apalagi yang tidak diketahui siapa dan bagaimananya dia.

“Bagaimana Witri ? Bukankah tawaranku menarik? Kamu tinggal pilih, menjadi isteri aku, atau hengkang dari rumah aku.”

“Baiklah, saya menolak menjadi isteri mas Nurdin,” katanya tegas, sementara hatinya bergolak, bagaimana cari rumah sewa yang murah dan terjangkau. Waktu yang diberikan tidak banyak.

“Oh, ya baik, beberapa hari lagi akan ada yang menagih uang sewa yang tertunggak, dan bersiaplah pergi dari rumahku.”

Witri menutup ponselnya dengan perasaan tak menentu. Untunglah dia tadi menelpon Nurdin tidak dekat dengan ibunya, sehingga ibunya tidak mendengar pembicaraannya tadi. Witri tak ingin melihat ibunya sedih, apalagi dengan kondisi yang belum sehat benar.

“Bagaimana? Sudah bicara?” tanya ibunya ketika dia masuk ke kamar ibunya.

“Sudah bu..”

“Apa dia marah ?”

“Tidak, dia akan segera menagih uang sewa yang tertunggak, tapi uangnya sudah Witri siapkan setiap bulan. Jadi sewaktu-waktu ada orang yang menagih, uang itu sudah ada.”

“Syukurlah Witri, ibu sudah khawatir dia marah, karena ibu mengingkari janji.”

“Tidak apa-apa bu, kan ibu belum bilang sama Witri.”

“Sekarang ibu merasa lega, karena ketika tadi kamu menolak, ibu sudah khawatir dia akan marah dan mengusir kita dari rumahnya.”

Witri berdebar, ibunya tidak tahu bahwa mereka memang diusir.

“Soalnya mencari rumah seperti ini yang sewanya murah kan susah,” sambung ibunya.

Witri gelisah. Rumah sewa baru harus didapatkan. Kemana dia harus mencarinya? Pasti tidak mudah.

Witri keluar dan menelpon temannya.

“Apa? Sewa bulanan maksud kamu?” tanya salah seorang teman yang di telponnya.

“Iya, adakah disekitar tempat kamu? Maksud aku supaya rumah itu tidak terlalu jauh dari tempat aku bekerja.”

“Waduh, sebelahku sih ada, tapi dia maunya bukan sewa bulanan. Dia mau dikontrak tahunan, itupun dia minta minimal kontrak dua tahun.”

“Begitu ya. Ya sudahlah, nggak usah saja, aku nggak punya uang untuk kontrak tahunan, jangankan dua tahun, setahun saja aku tidak punya.”

Witri menutup telponnya dan berusaha menelpon ke teman yang lain, tapi jawabannya hampir sama. Bahkan ada yang minta dikontrak lima tahun sekaligus, walaupun harganya tidak terlalu tinggi.

Witri duduk didepan rumah. Pikirannya terus berputar. Dua minggu.. dua minggu.. dua minggu…

“Ya Allah, tolonglah aku.”

Witri gadis yang tegar. Ia tak takut hidup kekurangan asal bisa membuat ibunya merasa nyaman. Tapi sekarang bebannya sangat berat. Ia harus mendapatkan rumah itu sebelum berterus terang kepada ibunya. Tapi bagaimana ? Tak terasa air mata Witri meleleh. Menjaga perasaan ibunya, membuat ibunya bahagia, ternyata tidak semudah membalikkan telapak tangan, karena yang dibutuhkan bukan hanya sesuatu nasi dan selembar pakaian, tapi juga tempat bernaung yang nyaman. Paling tidak bisa melindungi mereka dari hujan dan panas.

“Besok aku harus bekerja, dan pulang cepat karena harus melihat keadaan ibu yang aku tinggalkan cukup lama. Lalu aku harus pergi lagi untuk melihat-lihat. Ya Allah, tolonglah aku..” bisiknya berkali-kali sambil mengusap tetes air matanya.

Ibunya tak boleh melihat kesedihan atau kegelisahannya. Ia menjaga ibunya seperti menjaga permata nan tak terbilang harganya.

***

“Jadi mas Dian ke Solo karena patah hati?” tanya Dina sambil menatap wajah Dian yang memang tampak sedang memendam kesedihan.

“Ya ampun Dian, iya benar memang dia cantik, tapi kamu harus percaya kalau jodoh itu nanti akan datang tanpa kamu harus mencarinya,” kata Bian mencoba menghibur.

Dita hanya diam, dia mengaduk-aduk es kopyor yang dipesannya sambil mendengarkan pembicaraan mereka. Ia tak pandai berbicara seperti kakaknya yang ceriwis.

“Omong memang gampang. Yang namanya cinta itu bisa datang tiba-tiba, tapi diusirnya sangat susah,” kata Dian.

“Susah memang, tapi kan bukan berarti tak bisa.”

“Sakit aku..”

“Harusnya kamu merebutnya supaya bisa mendapatkannya,” kata Dina enteng.

“Enak saja kamu bicara,” tegur Dian tak suka. Ia ingat ketika Dina mengeluh telah mencintai seseorang yang sudah punya pacar.

“Daripada kamu menderita,” tukas Dina lagi sambil menyendok makanannya.

Dian menatap Dina tajam. Tampaknya ini saat yang baik untuk membuat Dina mengerti bahwa yang dilakukannya tidak benar.

“Kamu jangan ngomong seenak kamu Dina. Cinta itu sesuatu yang suci, perasaan yang murni, tidak didasari nafsu untuk memiliki. Kamu boleh cinta seribu kali tapi jangan merusak sesuatu yang sudah dibangun orang lain. Seperti aku, mencintai Witri, tapi karena Witri sudah punya calon, aku mundur. Lebih baik hatiku terluka daripada melukai orang lain. Kamu mengerti kan ?”

Dina terdiam, ada sesuatu yang menusuk perasaannya, atau menyindirnya. Cinta tidak harus didasari nafsu untuk memiliki. Lalu bagaimana dengan dirinya? Dina menundukkan kepala, menyendok nasi pesanannya dan menyuapnya pelan.

“Ini kata-kata orang yang sedang patah hati. Bagus sekali Dian, memang cinta tak harus memiliki bukan?”

“Aku berharap Dina bisa segera menemukan seseorang yang mencintai, karena seorang wanita itu lebih baik dicintai daripada mencintai. Dan semoga itu segera terjadi, jangan sampai Dita menikah lebih dulu dan kamu belum menemukan siapapun untuk pendamping kamu Dina.”

Dina tersenyum. Pahit senyum itu, karena pria yang dicintainya sedang duduk dihadapannya, tampak begitu mesra duduk berdampingan dengan adiknya. Haruskah ia mengalah dan mengibaskan perasaan itu? Perasaan ingin memiliki dan dimiliki?. Impian yang terasa manis dibayangkan, tapi kecut dirasakan karena ternyata bertepuk sebelah tangan.

Dita tetap diam, sambil menyuap makanannya.

“Dita kenapa diam saja.?” kata Dian.

Dita mengangkat wajahnya, lalu tersenyum manis sekali.

“Aku harus ngomong apa? Itu ilmu tingkat tinggi, tanganku belum nyampai, jadi lebih baik aku jadi pendengar saja. ” jawabnya lalu kembali menikmati makanannya.

Semuanya tertawa karena Dita menyebutnya ilmu tingkat tinggi.

“Setinggi apa?” tanya Dian sambil mengacak rambut Dita.

“Pokoknya aku nggak nyampe.

“Ngomong-ngomong kamu disini akan lama kan Dian?” tanya Abian.

“Mungkin beberapa hari lah, lama sekali juga enggak, kan aku juga punya tugas disana,” kata Dian.

“Iya sih, bos resto pastinya sibuk, sibuk menghitung uang,” canda Bian.

“Aku mau bantuin dong mas,” kata Dina.

“Kamu itu suka ngomong sembarangan. Punya cita-cita itu harus dipegang erat, berusaha dan harus tercapai. Bukan ingin kerja ini.. kerja itu.”

“Ya ampuun, aku cuma bercanda, mas Dian marahnya beneran deh.”

“Mending aku tidak menjewer kuping kamu.”

Dina hanya nyengir. Tiba-tiba terbersit olehnya suatu keinginan. Berhenti mengejar bayang-bayang.

***

“Witri, hari ini kamu tampak tak bersemangat, kamu sakit?” tanya bu Yanti.

“Tidak bu, saya baik-baik saja.”

“Atau lelah karena merawat ibu.”

“Tidak juga bu. Sudah biasa saya melakukannya.”

“Baiklah, tapi wajahmu kelihatan kalau tidak sedang senang. Ibu baik-baik saja kan?”

“Iya, ibu baik-baik saja. Hanya saja dokter belum mengijinkan terlalu banyak bergerak. Tapi saya sudah menyiapkan semua keperluan ibu, makan , minum, obat, ada disamping ibu. Hanya kalau ke kamar mandi ibu boleh berjalan.”

“Itu betul, dan jangan tergesa makan yang kasar-kasar.”

“Iya bu.”

“Untuk sementara kamu jaga pagi terus saja ya Wit, supaya bisa pulang sore untuk merawat ibu.”

“Terimakasih bu.”

“Kalau ada apa-apa, bilang sama pak Baskoro atau aku.”

“Iya bu, terimakasih banyak.”

“Dian sedang ada di Solo, itu sebabnya tidak bisa membantu kamu seperti biasanya.”

“Tidak apa-apa bu, biasanya juga saya sama seorang teman lagi. Mas Dian itu kan hanya iseng, daripada diam.”

Yanti tersenyum. Tak ada tanda-tanda Witri kecewa ketika mendengar Dian sedang pergi, apakah Witri tidak tertarik kepada anaknya? Yanti ingin mengatakan tentang Dian yang suka pada Witri, tapi diurungkannya. Takutnya Dian justru kurang suka kalau ibunya ikut  campur. Akan berapa lama ya Dian pergi?

Saat pulang Witri bergegas meninggalkan tempat kerjanya. Ia harus melayani ibunya mandi, dan menyiapkan makan untuk malam nanti, kemudian berpamit akan pergi sebentar.

“Mau kemana nduk, belum lama pulang kok sudah pergi lagi,” tanya ibunya.

“Ada perlu sebentar bu, ibu ingin dibelikan apa?”

“Tidak nduk, semua sudah ada, ibu tidak ingin yang lainnya.”

“Ya sudah, ibu saya tinggal sebentar ya.”

“Ya.. pergilah, hati-hati nak.”

***

Witri pergi ke salah seorang temannya. Mencari rumah sewa yang murah pasti harus masuk kampung atau gang-gang kecil. Tapi hari itu dia belum mendapatkan apa yang dicarinya.

Witri pulang dengan perasaan kecewa. Dua minggu yang dijanjikan sudah berkurang sehari, lalu dua hari, tiga hari, seminggu. Witri semakin gelisah.

***

Ketika ia memasuki rumah di sore itu ,  dilihatnya seseorang berdiri didepan teras, tampaknya baru saja datang. Witri kemudian mengenalinya sebagai kerabat Nurdin, seorang laki-laki paruh baya yang biasanya menagih uang sewa rumah.

“Sudah lama menunggu pak,” tanya Witri.

Orang itu menoleh dan urung mengucapkan kata ‘permisi’.

“Oh, mbak Witri ternyata baru pulang,” kata orang itu.

“Silahkan duduk pak, uangnya sudah saya siapkan.”

Laki-laki itu duduk, dan Witri masuk kedalam untuk mengambil uang yang sudah disiapkan.

“Siapa Wit?”

“Itu, bapaknya yang biasa mengambil uang sewa.”

“Oh, syukurlah segera diambil, kamu jadi nggak kepikiran,” kata ibunya tanpa sadar bahwa beberapa hari lagi mereka tak harus tinggal lagi dirumah itu.

Witri keluar dan menyerahkan uangnya.

“Ini pak, mengapa tiga bulan ini baru diambil?”

“Nurdin melarang saya mengambilnya nak, saya bingung sama menantu saya itu.”

Witri terkejut. Menantu ? Ia menatap laki-laki itu tak percaya.

“O, jadi bapak ini mertuanya mas Nurdin?”

“Iya nak, saya dan ibunya diberi uang belanja dari uang sewa rumah ini,  tapi tiga bulan terakhir dia melarang mengambilnya, katanya akan dikirimi uang pengganti, nyatanya uang yang dijanjikan tidak kunjung dikirim. Baru tadi malam dia bilang suruh menagih, tapi apa benar ini yang terakhir nak?”

“Iya pak, pak Nurdin menyuruh kami pergi dari rumah ini sampai akhir bulan.”

“Apa maunya anak itu? Bingung saya memikirkannya. Katanya dia mau cari isteri lagi karena anak saya mandul.”

“Ya ampun. Begitukah ?”

“Iya nak, masalah mandul itu kan bukan kesalahan anak saya, karena Allah yang membuatnya demikian, tapi anak saya sudah disia-siakan. Kemungkinan besar kalau dia sudah mendapatkan isteri lagi, ya anak saya diceraikan,” kata laki-laki itu sendu.

Witri geleng-geleng kepala. Jadi Nurdin sudah punya isteri. Lalu ia menghela napas lega. Kalau dia bersedia menjadi isteri Nurdin, berarti dia akan membuat anaknya bapak itu menjadi janda. Sungguh keterlaluan Nurdin.

Witri merasa kasihan kepada bapak tua itu, yang sama sekali tak tahu bahwa Witri lah yang dimaksud Nurdin akan dijadikan isteri. Tampaknya dia juga bukan orang berada, hidupnya tergantung dari pemberian uang dari Nurdin yang diambilkan dari uang sewa darinya. Lalu kalau dia sudah pergi, bapak itu mengharapkan uang dari mana lagi?

“Terimakasih banyak ya nak, tapi mengapa nak Witri mau mengakhiri sewa rumah ini?”

“Bukan saya pak, kan tadi saya sudah bilang,  bahwa saya hanya boleh menyewa sampai bulan ini saja.”

“Ada apa ya? Kalau begitu saya bakal tak akan dapat lagi uang belanja dari menantu saya. Itu yang dijanjikan ketika mau mengambil anak saya.”

“Entahlah pak, ini kan rumahnya, jadi kalau mau diambil ya mau bagaimana lagi. Ini saya juga sedang mencari sewa rumah lain.”

“Nak Witri sudah dapat rumahnya?”

“Belum pak, sampai hari ini tadi mencari-cari tapi belum dapat juga. Saya juga bingung.”

“Nak, bagaimana kalau nak Witri menyewa rumah saya saja?”

Witri terkejut.

“Kalau rumah bapak saya sewa, bapak mau tinggal dimana?”

“Rumah saya kan agak besar, artinya kalau untuk tempat tinggal nak Witri sama ibunya, lalu yang separo saya tinggali bersama isteri, kan masih lebih dari cukup.”

“Aduh, bagaimana ya, merepotkan tidak ?”

“Tidak nak, besok nak Witri boleh melihat rumah saya, tidak jauh dari sini, hanya tiga gang ke selatan. Rumahnya caat putih, pagarnya hanya kawat. Nanti kalau nak Witri sudah masuk di gang itu, tanya saja ke setiap orang yang nak Witri temui, mana rumahnya pak Kusno, begitu.”

“Tapi saya kerja pagi pak, bagaimana kalau sorenya saya baru melihat rumah itu?”

“Tidak apa-apa nak, nanti kalau nak Witri setuju, saya akan mengambil dua kamar yang sebelah timur, dua kamar lagi sebelah barat untuk nak Witri. Nanti saya bisa memasang batas dengan kayu dan triplek. Saya juga akan membuatkan kamar mandi sendiri untuk nak Witri.”

“Kelihatannya menyenangkan, lalu berapa saya harus bayar sewanya seandainya saya setuju?”

“Sama dengan sewa rumah ini saja nak, saya malah senang, ada tetangga dekat, soalnya saya juga tidak bisa lagi mengharapkan uang belanja dari Nurdin.”

“Itu rumah bapak sendiri?”

“Iya, rumah saya sendiri nak, bukan dikasih Nurdin. Saya kan hanya mengandalkan uang pemberian Nurdin untuk makan sehari-hari, dan itu juga sudah dicukup-cukupkan. Selama tiga bulan ini isteri saya sudah menjual perhiasan yang tersisa untuk makan.”

Witri merasa iba kepada pak Kusno ini, sekaligus ia berharap banyak akan mendapatkan rumah sewa baru yang diharapkan akan cocok baginya dan ibunya. Ketika pak Kusno pergi, Witri memasuki rumah dengan dada terasa lebih lapang.

“Semoga cocok, besok sore aku akan melihatnya,” gumam Witri.

***

Hari itu Dian ikut ke kantor Dina, karena undangan Abian. Dian suka, melihat-lihat kantor baru Bian yang meskipun baru sebulan lebih sudah kelihatan hidup.

“Kamu benar-benar seorang pengusaha yang hebat Bian.”

“Ah, baru mulai sudah dibilang hebat,” jawab Bian merendah.

“Sudah kelihatan kok.”

“Terimakasih. Aku nggak mau dong kalah sama pengusaha roti dan resto di Jakarta.”

“Itu kan bapak, aku hanya membantu.”

“Sama dong, ini juga bapak, aku juga hanya membantu.”

“Kembali soal Dina,” kata Dian yang waktu itu ada diruangan pak Iskandar bersama Abian.

“Entahlah, tampaknya dia sudah benar-benar bosan dengan pekerjaannya.”

“Aku berharap dia segera berhenti dari pekerjaannya. Dia melangkah di jalan yang salah.”

“Apapun yang terbaik Dian, aku hanya membantu.”

“Kamu memang sahabat yang baik, sekaligus calon ipar aku yang luar biasa.”

“Doakan ya mas..” canda Bian yang memanggil Dian dengan sebutan ‘mas’.

“Pasti dik,” balas Dian, lalu keduanya tertawa terbahak-bahak.

Tiba-tiba ponsel Dian berbunyi.

“Dari Arin,” kata Dian sambil membuka ponselnya.

“Ya, Arin,”

“Mas, aku mau balik ke Jakarta,” kata Arin.

“Balik? Bukannya baru beberapa hari kamu kembali?”

“Liburanku masih beberapa hari, dan akan aku habiskan di Jakarta, aku sudah minta ijin ibu Risma dan diijinkan.”

“Ngapain kamu bolak balik ke Jakarta? Buang-buang uang saja.”

“Aku mengajak teman aku, Nita, yang aku bilang dulu itu.”

“Apa?”

“Dia gadis indo yang sangat cantik, aku sudah bilang akan aku kenalkan sama mas.”

“Apa maksudmu ?”

“Dia akan menjadi pasangan serasi untuk masku tercinta ini.”

***

Besok lagi ya.

118 comments:

  1. Alhamdulillah ROCIN_25 sdh tayang.
    Matur nuwun bu Tien, sugeng ndalu.
    Lanjoooottt, istirahat lagi.....

    ReplyDelete
    Replies
    1. Alhamdulillah ROCIN 25 sdh tayang.
      Matur nuwun mbk Tien
      Sangat menghibur....

      Selamat Kakek Juara 1

      Delete
    2. Alhamdulillah Roti Cinta hangat sdh tayang, untuk nyamikan malem minggu, manusang bu Tien , slm sehat tetap semangat. Aduhai bravo

      Delete
    3. Alhamdulillah Rocin 25 tayang gasik.
      Selamat kakek Habi juara 1

      Delete
    4. Wah...pakde Juara 1
      Maturnuwun mbak Tien, rotinya enaak..

      Delete
    5. Waah ambyarrr ini kok Arin mau balik Jakarta bawa temannya Nita yang bule...Bagaimana Dian??apa setuju tidak..kita tunggu Bu Tien saja yang paling enak. Salam sehat dan Aduhai utk semuanya.🙏🙏🙏

      Delete
  2. Makasih Bunda mumpung masih anget tak santap dulu njih

    ReplyDelete
  3. Mksh bunda Tien Rocin 25 udah tayang

    Salam sehat selalu doaku dan ttp ADUHAI

    ReplyDelete
  4. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  5. Hallow mas2 mbak2 bapak2 ibu2 kakek2 nenek2 ..
    Wignyo, Opa, Kakek Habi, Bambang Soebekti, Anton, Hadi, Pri , Sukarno, Giarto, Gilang, Ngatno, Hartono, Yowa, Tugiman, Dudut Bambang Waspodo, Petir Milenium (wauuw), Djuniarto, Djodhi55, Rinto P. , Yustikno, Dekmarga, Wedeye, Teguh, Dm Tauchidm, Pudji, Garet, Joko Kismantoro, Alumni83 SMPN I Purwantoro, Kang Idih, RAHF Colection, Sofyandi, Sang Yang, Haryanto Pacitan, Pipit Ponorogo, Nurhadi Sragen, Arni Solo, Yeni Klaten, Gati Temanggung, Harto Purwokerto, Eki Tegal dan Nunuk Pekalongan, Budi , Widarno Wijaya, Rewwin, Edison, Hadisyah,
    Sastra, Wo Joyo, Tata Suryo, Mashudi, B. Indriyanto, Nanang, Yoyok, Faried, Andrew Young, Ngatimin, Arif, Eko K, Edi Mulyadi, Rahmat, MbaheKhalel, Aam M, Ipung Kurnia, Yayak, Trex Nenjap, Sujoko, Gunarto, Latif, Samiadi, Alif, Merianto Satyanagara, Rusman, Agoes Eswe, Muhadjir Hadi, Robby, Gundt, Nanung, Roch Hidayat, Yakub Firman, Bambang Pramono, Gondo Prayitno , Zimi Zaenal M. , Alfes, Djoko Bukitinggi, Arinto Cahya Krisna , HerryPur, Djoni August. Gembong. Papa Wisnu, Djoni, Entong Hendrik

    ReplyDelete
    Replies
    1. Alhamdulillsh
      Sudah hadir gasik
      Matur nuwun bu Tien
      Sehat selalu, tetap semangat

      Delete
    2. Presensi...
      Terima kasih Mbak Tien...🙏🙏
      Semoga sehat selalu dan bahagia bersama keluarga..😊

      Delete
  6. Hallow..
    Yustinhar. Peni, Datik Sudiyati, Noor Dwi Tjahyani, Caroline Irawati, Nenek Dirga, Ema, Winarni, Retno P.R., FX.Hartanti, Danar, Widia, Nova, Jumaani, Ummazzfatiq, Mastiurni, Yuyun, Jum, Sul, Umi, Marni, Bunda Nismah, Wia Tiya, Ting Hartinah, Wikardiyanti, Nur Aini, Nani, Ranti, Afifah, Bu In, Damayanti, Dewi, Wida, Rita, Sapti, Dinar, Fifi, Nanik. Herlina, Michele, Wiwid, Meyrha, Ariel, Yacinta, Dewiyana, Trina, Mahmudah, Lies, Rapiningsih, Liliek, Enchi, Iyeng Sri Setyawati , Yulie, Yanthi , Dini Ekanti, Ida, Putri, Bunda Rahma, Neny, Yetty Muslih, Ida, Fitri, Hartiwi DS, Komariah P., Ari Hendra, Tienbardiman, Idayati, Maria, Uti Nani, Noer Nur Hidayati, Weny Soedibyo, Novy Kamardhiani, Erlin, Widya, Puspita Teradita, Purwani Utomo, Giyarni, Yulib, Erna, Anastasia Suryaningsih, Salamah, Roos, Noordiana, Fati Ahmad, Nuril, Bunda Belajar Nulis, Tutiyani, Bulkishani, Lia, Imah P Abidin, Guru2 SMPN 45 Bandung, Yayuk, Sriati Siregar, Guru2 SMPN I Sawahlunto, Roos, Diana Evie, Rista Silalahi, Agustina, Kusumastuti, KG, Elvi Teguh, Yayuk, Surs, Rinjani, ibu2 Nogotirto, kel. Sastroharsoyo, Uti, Sis Hakim, Tita, Farida, Mumtaz Myummy, Gayatri, Sri Handay, Utami, Yanti Damay, Idazu, Imcelda, Triniel, Anie, Tri, Padma Sari, Prim, Dwi Astuti, Febriani, Dyah Tateki, kel. SMP N I Gombong, Lina Tikni, Engkas Kurniasih, Anroost, Wiwiek Suharti, Erlin Yuni Indriyati, Sri Tulasmi, Laksmie, Toko Bunga Kelapa Dua, Utie ZiDan Ara, Prim, Niquee Fauzia, Indriyatidjaelani,
    Bunda Wiwien, Agustina339, Yanti, Rantining Lestari, Ismu, Susana Itsuko, Aisya Priansyah, Hestri, Julitta Happy, I'in Maimun, Isti Priyono, Moedjiati Pramono, Novita Dwi S, Werdi Kaboel, Rinta Anastya, r Hastuti, Taty Siti Latifah, Mastini M.Pd. , Jessica Esti, Lina Soemirat, Yuli, Titik, Sridalminingsih, Kharisma, Atiek, Sariyenti, Julitta Happy Tjitarasmi, Ika Widiati, Eko Mulyani, Utami, Sumarni Sigit, Tutus, Neni, Wiwik Wisnu, Suparmia, Yuni Kun, Omang Komari, Hermina, Enny, Lina-Jogya, mbah Put Ika, Eyang Rini ,Handayaningsih, ny. Alian Taptriyani, Dwi Wulansari, Arie Kusumawati, Arie Sumadiyono, Sulasminah , Wahyu Istikhomah, Ferrita Dudiana, SusiHerawati, Lily , Farida Inkiriwang, Wening, Yuka, Sri, Mbah Wi, Si Garet, ibu Wahyu Widyawati, Rini Dwi, Pudya , Indahwdhany, Butut, Oma Michelle, Linurhay, Noeng Nurmadiah, Dwi Wulansari, Winar, Hnur, Umi Iswardono , Yustina Maria Nunuk Sulastri Rahayu Hernadi , Sri Maryani, Bunda Hayu Hanin, Nunuk, Reni, Pudya, Nien, Swissti Buana, Sudarwatisri, Mundjiati Habib, Savero, Ida Yusrida, Nuraida, Nanung, Arin Javania. Ninik Arsini, Neni , Komariyah, Aisya Priansyah, Jainah Jan. Civiyo, Mahmudah, Yati Sri Budiarti, Nur Rochmah. Uchu Rideen
    . Ninik Arsini, Endah.

    ReplyDelete
  7. Mana jeng Wiwik, jeng Triniel, mbah Wi, kok keponthal kabeh???
    Kalah karo aki-aki.....
    Nganggo sepatu roda....sih.
    Hahaha

    ReplyDelete
  8. Hallow Pejaten, Tuban, Sidoarjo, Garut, Bandung, Batang, Kuningan, Wonosobo, Blitar, Sragen, Situbondo, Pati, Pasuruan, Cilacap, Cirebon, Bengkulu, Bekasi, Tangerang, Tangsel,Medan, Padang, Mataram, Sawahlunto, Pangkalpinang, Jambi, Nias, Semarang, Magelang, Tegal, Madiun, Kediri, Malang, Jember, Banyuwangi, Banda Aceh, Surabaya, Bali, Sleman, Wonogiri, Solo, Jogya, Sleman, Sumedang, Gombong, Purworejo, Banten, Kudus, Ungaran, Pamulang, Nusakambangan, Purworejo, Jombang, Boyolali. Ngawi, Sidney Australia, Boyolali, Amerika, Makasar, Klaten, Klipang, JAKARTA...hai..., Mojokerto, Sijunjung Sumatra Barat, Sukabumi, Lamongan, Bukittinggi, Hongkong, El Segudo, California, Terimakasih atas perhatian dan support yang selalu menguatkan saya. Aamiin atas semua harap dan do'a.
    ADUHAI.....

    ReplyDelete
  9. Terima kasih bu tien..
    Sehat selalu dan semoga selalu dlm linfungan Allah SWT ..salam aduhai dari pondok gede

    ReplyDelete
  10. Wih, masih sore sudah matang cerbungnya .... (Trie/ sby)

    ReplyDelete
  11. Alhamdulillah bunda tien
    Salam sehat penuh semangat 🙏🙏🙏

    ReplyDelete
  12. Alhamdulillah, malam Minggu roti cinta gasik.....
    Terima kasih Bu Tien, salam sehat selalu....🙏😊

    ReplyDelete
  13. Alhamdulillah Rocin sudah tayang ... Terima kasih Bu Tien...
    Semoga Dina segera menyadari kesalahannya dan Alhamdulillahb Witri sdh dapat solusinya ....
    Dian cepat pulang ke Jakarta... Witri butuh kamu...

    ReplyDelete
  14. Trmksh mb Tien Rocin 25 sdh tersaji

    Smg Sll diberi kesehatan dan ttp bs berkarya ..

    Salam ADUHAI BUANGET

    ReplyDelete
  15. Matur nuwun... Mbak Tien. Sudah bisa jalan tanpa kursi roda ya Mbak?Semoga sehat selalu

    ReplyDelete
  16. Kok komenku hilang ya ..maturnuwun bu tien rc 25 sdh tayang ..smg bu tien sehat ...salam aduhai dari pondok gede

    ReplyDelete
  17. Terima kadih bu tien ..salam aduhai dari pondok gede

    ReplyDelete
  18. Bener banget Dina bayang" itu ibarat fatamorgana gak bakalan bisa kamu gapai ....
    Met malam mbak Tien cantik ...
    Udah lama gak komen ...
    Selalu sehat ya mbak ....
    Salam Aduhai dari malang

    ReplyDelete
  19. Matur nuwun bu Tien
    👍❤
    Mugi tansah pinaringan sehat🙏

    ReplyDelete
  20. Terimakasih Bu Tien
    senangnya Witri sdh dapat kontrakan...
    ada ceweq bule saingan Witri
    semoga Dian jadian ama Witri
    Sehat2 selalu bu Tien...salam aduhaiii

    ReplyDelete
  21. Matur nuwun mbak Tienku, Roti-nya sudah muncul di depan rumah. Langsung disikat saja.
    Dian ada yang mau kasih sesuatu... Adiknya yang baik hati membawa dari Amerika. Terus bagaimana dengan Witri, belum" sudah akan pindah haluan.
    Tolong mbak Tien, kasih tau Dian, bahwa Witri menolak calon dari ibunya.
    Salam sehat selalu semangat mbak Tien, tetap ADUHAI.

    ReplyDelete
  22. Alhamdulillah telah datang Roti Cinta 25...
    Suwun mba Tien...semoga mba Tien dan keluarga besar sehat dan bahagia selalu...
    Aamiin

    ReplyDelete
  23. Terima kasih ibu Tien tuk Rocin nya..

    Semoga ibu dan keluarga selalu diberikan kesehatan.

    Salam aduhai.

    ReplyDelete
  24. Alhamdulillah,sudah menikmati roti cinta..terima kasih Bu Tien,senantiasa sehat ..,Aamiin

    ReplyDelete
  25. Alhamdulillaah... Roti Cinta sudah tayang.., makin asyiik...,
    Matur nuwun ibu Tien,
    Semoga Ibu Tien dan keluarga sehat selalu,
    Salam SeRoJa... ADUHAI...

    ReplyDelete
  26. Alhamdulillah ... Matur nuwun Roti Cintanya masih anget2 Bu Tien, semoga Ibu Tien beserta keluarga selalu sehat dan dalam lindungan Allah SWT ..
    Salam sehat untuk Ibu Tien dengan karya2nya yang memberikan inspiratif kepada para penggemar setianya ...
    Wassalam,
    Enchi Koesdi (Cimahi)😍

    ReplyDelete
  27. Wow..jodoh menjodohkan dimasa sekarang memang masih ada dan itu juga indah tidak kuno..Bu cantik serba bisa mengemas semuanya menjadi Aduhai..makasih Bu cantik salam sehat selalu ya Amin YRA 🙏 Mr.Wien

    ReplyDelete
  28. Matur nuwun bunda Tien RC25 telah hadir..teman malam minggu yg lagi rintik2 hujan..ADUHAI menambah syahdu..😍

    ReplyDelete
  29. Alhamdulillah
    Terima kasih bu tien untuk tayangan rotcin 25
    Semoga bu tien sehat2 selalu

    ReplyDelete
  30. Malam minggon bersama roti cinta anget 25..
    Mtr nuwun buuu
    Salam ADUHAI

    ReplyDelete
  31. Up Rocin 25 sdh hadir ..selamat malam.semua sby alhamdulillah br hujan ..lumayan adem...sehat selalu u bu Tien

    ReplyDelete
  32. Alhamdulillah ROCIN 25 sdh hadir..
    Maturnuwun bu Tien..🙏
    Sangat menghibur....

    ReplyDelete
  33. Assalamualaikum bu Tien dan para pecinta roti cinta.
    Semoga srmuanya sehat jadi cerita bisa dinikmati lagi.

    ReplyDelete
  34. Trimakasih bunda, Rocin 25 sdh tayang gasik.
    Tapi apa yg saya khawatirkan bakalan terjadi ini, Arin rupanya bener" mau mengenalkan kakaknya dg gadis indo itu.
    Dian jangan tergesa menerima ya...
    Kalau bener"cinta sama Witri ndak mungkinlah menerima pengganti secepat itu,meski itu gadis Indo yg cantiknya sundul langit sekalipun.
    Kamu kan blm tahu apa yg menimpa Witri saat ini.
    Untung Witri ndak menerima tawaran Nurdin, yg ternyata sdh beristri.
    Mungkin itu firasat bahwa Witri adalah jodohnya Dian.
    Semangat Dian....
    Cinta harus diperjuangkan....

    Salam sehat dan aduhai dari Bojonegoro.

    ReplyDelete
  35. Trima kasih Bu Tien, kiriman Roti cinta 25 udh sampai di tempat kami,salam sehat n tetap semangat, juga salam Aduhai dr Pasuruan.

    ReplyDelete
  36. Alhamdulilah...rocin 25 dah hadir
    Matur nuwun bunda Tien

    ReplyDelete
  37. Matur nuwun bu Tien Rocin 25 sudah hadir..
    Mugi Ibu tansah sehat
    Cerita makin aduhai...

    ReplyDelete
  38. Matur nuwun bu Tien...mugi Ibu tansah sehat

    ReplyDelete
  39. Alhamdulilah. Rocin 25 sdh hadir.
    Matur nuwun Bunda Tien semoga sehat selalu dan salam ADUHAI

    ReplyDelete
  40. Alhamdulillah Roti Cinta Episode 25 sudah tayang, matur nuwun mBak Tien Kumalasari. Semoga mbak Tien tetap sehat, bahagia sejahtera bersama keluarga, dan selalu dalam lindungan Allah SWT. Aamiin Yaa Robbal Aalamiin.
    Salam sehat dan salam hangat dari Karang Tengah Tangerang.

    ReplyDelete
  41. Alhamdulillah......
    Mtur nuwun bun.....
    Mugi2 tansah pinaringan rahayu wilujeng sedoyonipun....

    ReplyDelete
  42. Wouw perjalanan cinta Dian yg penuh liku2 ...
    Teringat masa muda mengalami cinta yg berliku liku juga...

    Penasaran bgmn lanjutnya...
    Monggo dilanjut aja. Matur nuwun Berkah Dalem.

    ReplyDelete
  43. Waouw aduhai... sungguh semakin menarik dan sangat penasaran cerita RoCin ini...
    Salam Sehat Selalu Bu Tien...
    Berkah Dalem Gusti 🙏

    ReplyDelete
  44. Alhamdulillah ROTI CINTA msh hangat sudah tayang,Terimakasih Bunda Tien,semoga Bunda sehat selalu Aamiin YRA

    ReplyDelete
  45. Matur nuwun Bunda Tien ROCIN 25 .
    Mboten sabar nenggo kelajenganipun.
    Mugi Bunda tansah sehat,
    Salam ADUHAI.... Daking Klaten.

    ReplyDelete
  46. Asiiik....witri punya saingan bule cantik...
    Bingung aja nih si dian..😀

    ReplyDelete
  47. Alhamdulillah Rocin 25 tayang
    Terimakasih bunda Tien
    Semoha bunda Tien sekeluarga selalu sehat walafiat aamiin
    Dalam sehat dan aduhai

    ReplyDelete
  48. Alhamdulillah ROCIN 25 hadir maturnuwun Bu Tien, semoga sudah segar setelah istirahat dari bepergian, salam sehat semangat dan ADUHAI 🙏.

    ReplyDelete
  49. Alhamdulillah rotcint 25 sdh up, trmksh bu tien.. Sehat dn bahagia selalu..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terimakasih unknown.
      Tulis namanya donk, jangan unknown

      Delete
  50. Alhamdulillah RC 25 sdh tayang, semoga Dian berjodoh dgn Sawitri, salam sehat dan Aduhai mbak Tien

    ReplyDelete
  51. Matur nuwun Mbak Tien Rocin 25 sudah hadir. Semoga Witri mendapat jalan terbaik dalam hidupnya dan semoga Dina cepat sadar bahwa apa yg dilakukan selama ini tidak bisa dibenarkan.
    Dian semoga bisa menemukan cinta sejatinya, yaitu Witri.

    Semoga Mbak Tien selalu sehat. Salam Aduhai selalu.

    ReplyDelete
  52. Makasih mba Tien. Rocin nya semakin asik. Salam sehat dan selalu aduhai

    ReplyDelete
  53. Trimakasih mbak Tien..RoCin25nya..

    Wadoooh...benar kaaan..Arin bw tmnnya yg akan dikenalkan Dian..
    Semogaaa hati Dian tdk tergetar..🤲

    Dina segera mengundurkan diri..lbh baik..🤔

    Witri segera cocok dgn rmh pak Kusno...biar Nurdin kecelik..ketauan belangnya...😏

    Semua bagaimana mbak Tien..monggo..

    Salam sehat selaludan aduhaii mbak Tien..🙏🥰⚘

    ReplyDelete
  54. Alhamdulillah, salam sehat selalu mbak Tien

    ReplyDelete
  55. Terima kasih, rocin nya, makiiin.. asyiiik.. aduhai... perjuangan cinta yg luar biasa.... seht² trs bu tien....

    ReplyDelete
  56. Smg sj ibunya Witri bercrt pd Witri klu sbnrnya Dian sdh melamar Witri di stlh menget renc mrk pindah krn syarat yg diajukan Nurdin.. jgn smp Dian pindah ke lain hati krn mis komunikasi... Kasihan Witri... Trmksh mb Tien rc 25 nya... Slm seroja sll utk mb Tien dan pctk... Senin smg ada kbr baik utk Dian witri atau nita yg akan jd makmum masa depan...slm🤗

    ReplyDelete
  57. Makasih mba Tien. Rocin nya semakin asyik dan bikin penasaran saja. Salam sehat dan aduhai selalu.

    ReplyDelete
  58. Alhamdullilah Rocin 25 sdh hadir dan dibc.. Makinseru aja mba Tien.. SmgDina bs sadar dan ditgu terus cerita selanjutnya.. Slmseroja dan makin aduhai dri skbmi unk mbak Tien sekeluarga🥰🥰

    ReplyDelete
  59. Assalamualaikum wr wb. Bener bener serius Arin mencarikan jodoh buat Dian. Trs bagaimana Dian, jika tahu bhw Witri menolak jodoh yg dipilihkan ibunya....Tunggu saja lanjutan ceritanya dari Bu Tien. Maturnuwun Bu Tien, RC semakin seru dan ingin segera tahu kelanjutannya. Semoga Bu Tien tansah pinaringan karahayon, sehat walafiat. Aamiin... Salam sehat dari Pondok Gede...

    ReplyDelete
  60. Wa'alaikum salam wr wb
    Aamiin Allahumma Aamiin
    ADUHAI pak Mashudi
    Matur nuwun

    ReplyDelete
  61. Alhamdulillah
    RoCin 25 telah tayang...
    Seruuu dan banyak untaian kalimat yg bijak didalamnya ..kita yg membaca bisa mengambil sarinya
    Saling menolong dan kasih
    Salam sehat untuk mbak Tien d klga
    Salam Aduhaiii

    ReplyDelete
  62. Alhamdulillah sudah muncul Rocin 25. Ayo Dian pilih yang mana ..asli Indonesia atau blasteran. Semoga cinta Dian ke Witri tdk tergoyahkan..jangan mudah berpaling pada wanita lain.

    ReplyDelete
  63. Sehat selalu ya bu Tien..supaya setia menyapa kami dengan cerita yang bermakna dan bikin baper.aamiim

    ReplyDelete
  64. Alhamdulillah RC 25 telah tayang, terima kasih bu Tien. sehat bahagia selalu.
    UR.T411653L

    ReplyDelete
  65. Semoga rc 26 bisa tayang hari ini ya bunda tien..

    ReplyDelete
  66. Seperti biasa minggu malam bu Tien libur, capek sepulang dari Sragen blm pulih, apalagi hari ini kedatangan tamu istimewa dari WAG PCTK, jeng Werdi Kaboel sekalian, bu Irawati dan bu Ranis baru saja meninggalkan Babar Layar 30 Solo.
    InsyaaAllah.....
    Malam ini di WAG PCTK, skan ditayangkan cerbung pengganti dgn judul *Memilih_Bidadari* karya Wikan Rusdi, 11 episode TAMAT.

    Mohon maaf bagi yang belum bergabubg di WAG PCTK (Gudangnya Cerbung)
    Yang mau bergabung WAG PCTK, hubungi ibu Nani 0821 1667 7789
    🙏🙏 Mohon maaf 🙏🙏

    ReplyDelete
  67. Monggo siap² pagi nanti final US Open 2021 single putra yg hoby tenis pastinya nonton. Sehat selalu kagem Bu Tien dan keluarga.

    ReplyDelete
  68. Makasih infonya kakek Habi.. Symau gabung ke grub PCTK.. Nantisy hubungi bu Nani.. Haturnuhun

    ReplyDelete
  69. Siip.. ibu Farida, agar persaudaraan kita lebih erat lagi
    ADUHAI

    ReplyDelete
  70. Ga sabar nunggu sambungannya Rocin 26...🤭

    ReplyDelete
  71. Untung Witri nggak mau, jadi istri Nurdin
    untung Witri nggak tahu kalau Dian sudah bilang mau memperistri Witri, cuma Dian masih belum siap mendengar penuturan ibunya Witri mungkin bahkan tidak tahu Witri menolak(setengah mateng, bahkan menolak mentah mentah) rencana ibunya, aduh... aku sukaknya mengolak setengah mateng; jadi seragam sama kolang kaling lho ada kenyil-kenyilnya..
    Repot ya.. apa² langsung bilang sama yang punya; kaya nggak pede gituh, mbok ya ke target dulu yakin mau baru.. bilang penguasa.
    Nah gitu ini pak Kusno yang bareng² vaksin ya, reruntungan berdua ketok rukun kaya ora tahu jambak-jambakan barang.
    Masih seperti yang dulu, menua bersama. Malah rambutnya sudah pirang²
    Mandor Dian berusaha memberi saran pada Dina, secara terbuka karena pada ngumpul bareng, mudah-mudahan dilaksanakan namanya juga cintanya lagi menderu-deru. Semoga..
    Aduhai pada rukun ..

    Terimakasih Bu Tien roti cinta yang keselawe njendil dihari Sabtu
    Selalu sehat doaku, sedjahtera bahagia bersama keluarga tercinta.
    Amin

    ReplyDelete
  72. Nanang kemana, kok libur beberapa hari

    ReplyDelete
    Replies
    1. Lagi kumat Bu Tien..
      mbelere..
      ndilalah bras bres pindah² numpuk² ndadak mbaleni; ngurangi ambon².. alasane werna² lah
      Sehat sehat saja yang penting Bu.. Tien
      kebetulan deket bakul jamu...
      Sungkem saking tukang crigis.. Bu..
      Maturnuwun..

      Delete
  73. Rocin yg fresh ditunggu kehadirannya..

    ReplyDelete
  74. Wah pak Nanang jebule ono ning bloge bunda Tien.. di wag kok gak nongol toh what happened? Salam Aduhaaaai buat bunda Tien dan semua teman2 pecinta bunda Tien..❤️🙏

    ReplyDelete
  75. Innalillahi wainnailaihi roji'uun. Atas nama pribadi dan admin WAG PCTK, turut berduka cita sedalam-dalamnya atas berpulangnya Almarhum Bpk. TRIYONO (suami ibu Iin) teriring doa:
    Allohummaghfirlahu warhamhu wa'afihi wa'fu'anhu wa akrim nuzulahu wawasi' madkhalahu. Al Fatihah. Aamiin ya Mujibas Saailiin.

    Semoga jeng Iin dan keluarga diberikan ketabahan, kesabaran dan ikhlas melepas kepergiannya. Ini yang terbaik buat almarhum, kita nanti pada saatnya juga akan menyusu⁸lnya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Innalillahi wainna ilaihi roji'un... turut berduka bu Iin atas meninggalnya suami Bp TRIYONO
      Allohummaghfirlahu warhamhu wa'afihi wa'fu'anhu wa akrim nuzulahu wawasi' madzkholahu. Aamiin

      Delete
    2. Ikut berdukacita atas wafatnya (suami Bu Iin) Bpk Triyono semoga diterima di surga Nya
      Amin

      Delete
  76. Innalillahi wa'innailahi rojiun.... turutbetduka bu Iin atas betpulangnya suami tetcinta bpk TRIYONO, smg diampuni segala kesalahan dan diterima semua amalannya dan ditempatkan disisiNya, aamiin.. Kelg yng ditinggalkan diberi kesabaran...

    ReplyDelete
  77. Duh... Terlambat baca...... Terima kasih Bu Tien.

    ReplyDelete

CINTAKU JAUH DI PULAU SEBERANG 43

  CINTAKU JAUH DI PULAU SEBERANG  43 (Tien Kumalasari)   Arum terdiam. Ia tidak lupa pada waktu yang dijanjikan Listyo, tapi sungguh dia bel...