Monday, December 21, 2020

SANG PUTRI 28

 

SANG PUTRI  28

(Tien Kumalasari)

 

Sejenak Pri tegak ditempatnya. Ucapan Mirah sangat mengganggu perasaannya.

“Silahkan pak Pri, silahkan masuk..” sapa Mirah ramah.

Pri masuk, tapi hanya duduk di teras. Galau hatinya, kacau pikirannya. Banyak tanda tanya memenuhi benaknya. Hubungan yang bagaimana sebenarnya diantara Palupi dan suaminya? Berpisah, tapi masih dikunjungi. Sebenarnya Pri ingin betanya, entah dengan cara apa, tapi kalau nanti tiba-tiba Handoko datang bagaimana ? Aduuh, kapan ya kesempatan itu ada?

“Minumnya bapak..” tiba-tiba Mirah keluar sambil membawa baki dengan 1 gelas teh panas di dalamnya.

“Hati-hati ya, jangan memandikan saya dengan teh panas lagi,” seloroh Pri.

Mirah tersenyum malu. Dia tentu saja tidak perlu menumpahkan teh panasnya lagi, karena ia yakin ucapannya barusan pasti sudah didengar dan dirasakan oleh Pri.

“Ma’af bapak..” katanya sambil meletakkan gelas dengan hati-hati.

“Tapi sesungguhnya saya tidak akan lama disini.”

“Alhamdulillah,” kata Mirah tapi hanya dalam hati. Kalau sampai keluar dari mulutnya Mirah takut Pri akan menyiramkan teh panas itu ketubuhnya.

“Lho.. kok buru-buru bapak? Nanti sebentar lagi pasti pak Handoko akan datang,” itulah yang kemudian keluar dari mulutnya, masih dengan api yang disemburkan disela ucapannya.

“Iya, saya titip Nanda saja. Ini saya minum sekarang, lalu saya mau pamitan,” kata Pri yang benar-benar merasa seperti tersulut api.

Ia menghirup tehnya perlahan karena masih panas, lalu berdiri dan beranjak kebelakang.

“mBak Lupi, saya mau pamit,” teriaknya dari ruang tamu.

Palupi keluar dengan membawa serbet untuk mengelap tangannya karena dia sedang di dapur.

“Kok buru-buru mas?”

“Iya, ada urusan mbak, saya titip Nanda, ma’af merepotkan.”

“Ya, tidak apa-apa.. biar dia puas bermain sama Bintang.”

Tapi ternyata Bintang tidak suka bermain sama Nanda. Ia selalu menjauh dan tak pernah mau didekati.

“Bintang, nggak boleh begitu, Nanda kan teman Bintang juga,” kata Palupi.

“Tapi Bintang nggak suka sama dia.”

“Mengapa Bintang, Nanda nggak nakal kok. Ya kan Nanda?”

Nanda mengangguk pelan, barangkali sedih karena merasa tidak disukai.

“Tapi Bintang nggak suka dia memanggil ibu. Ibu kan ibuku..” sungut Bintang.

“Bintang, Nanda sudah tidak punya ibu lagi. Dia ingin punya ibu, jadi biarkan dia memanggil ibu sama ibu ya.”

Bintang masih merengut. Mobil-mobilan yang tadi dipegang Nanda direbutnya.

“Bintang, anak baik harus menyayangi semua temannya.”

“Jangan panggil ibu..!”

“Mengapa kalau panggil ibu? Kan cuma memanggil, tapi dia tidak mengambil ibu. Ibu tetap ibunya Bintang. Biarkan saja kalau hanya memanggil. Ya sayang? Anak baik, anak pintar. Nanda tidak akan mengambil ibu kok.”

“Kalau begitu ayo ibu pulang, supaya Nanda tidak datang-datang lagi.”

Mirah yang mendengar dari jauh bertepuk tangan pelan sambil tersnyum senang.

“Bintang.. sayang, anak baik anak pintar.. dengar kata ibu. Bintang harus sayang sama Nanda. Kasihan bukan, Nanda sudah tidak punya ibu.”

Tibatiba terdengar isak, Nanda menangis perlahan, air mata mengalir disepanjang pipinya.  Ia mendengar semua perkataan Palupi, lalu teringat bahwa memang dia tidak lagi punya ibu. Palupi mendekati Nanda.

“Nanda, mengapa menangis..? Tidak apa-apa.. ayo Bintang.. peluk Nanda..”

“Ibuu.. mana ibu...” tangisnya.

“Nanda, bukankah ibu ada di sorga? Ibu sedang ada bersama kamu, tapi kamu tidak melihatnya. Ibu tidak suka melihat Nanda menangis.”

Nanda mengusap air matanya dengan tangan. Mirah pun merasa iba. Ia mengambilkan tissue lalu diusapnya air mata Nanda.

“Sudah ya mas Nanda, nggak boleh nangis. Mas Bintang, sini.. peluk dia,” kata Mirah.

Rupanya melihat Nanda menangis Bintang juga merasa kasihan. Ia mendekati Nanda dan kemudian memeluknya.

“Nanda, kamu boleh kok panggil ibu .. “ kata Bintang.

“Tuh, Nanda.. ini juga ibunya Nanda kok.”

Nanda diam, tapi matanya masih basah oleh sisa air mata.

“Ayo.. main bersama ya. Bintang, berikan mobilnya .. lalu main bersama. “

Palupi geleng-geleng kepala, lalu pergi ke belakang. Melanjutkan memasak bersama Mirah.

“Sudah Rah tinggalkan saja, biar aku. Kapan aku pintar memasaknya kalau semua-semua kamu kerjakan.”

“Baiklah ibu, saya menjaga anak-anak itu saja, takutnya bertengkar lagi.”

“Iya Rah, aku kasihan sama Nanda, dia sangat merindukan ibunya yang sudah meninggal. Tapi Bintang kan masih kecil, dia belum mengerti. Tahunya kok ada orang lain mengakui aku sebagai ibunya.”

“Miris mendengarnya bu. Tapi sebenarnya Mirah khawatir..”

“Khawatir tentang apa Rah?”

"Pak Pri, kelihatannya suka sama ibu,”

Palupi tertawa keras.

“Kamu itu ada-ada saja Rah. Dia kesini kan karena anaknya, bukan karena dia suka sama aku.”

“Ah, hati orang siapa tahu. Ibu itu cantik, sendirian di rumah ini, pasti dia mengira kalau ibu itu janda. Alangkah mudah laki-laki jatuh cinta kepada seorang wanita cantik seperti ibu.”

“Tidak Rah, dia tidak pernah ngomong apa-apa. Buktinya ini tadi juga cuma mengantar Nanda lalu pulang. Kalau dia suka sama aku pasti ingin berlama-lama disini.”

“Hmh.. ibu tidak tahu, kan aku yang mengusirnya,” kata batin Mirah yang tak berani mengungkapkannya.

“Ya sudah, temani anak-anak sana.”

Tapi dalam hati Palupi juga berfikir. Terkadang tatap mata Pri agak aneh, tidak seperti ketika awal-awal bertemu.

 "Ya ampuun, mana mungkin aku bisa menerimanya? Hidup begini lebih enak.”

Tapi terbayang kemudian sesosok laki-laki ganteng yang kemarin berdiri didepan pintu dapur, lalu memandangnya tak berkedip, memujinya dengan kata-kata ‘luar biasa’.

“Ah, apa bener dia memuji dengan tulus? Apakah dia telah melihat bahwa aku telah berubah, lalu dia kembali jatuh cinta sama aku? Tidak.. dia hanya mengejek aku, bukankah dia ingin menceraikan aku? Tapi mana surat cerai itu? Sudah berbulan belum juga muncul. Apa dia ragu-ragu, karena masih mencintai aku? Tidaaak..Tak mungkin. Gila kalau aku memikirkan itu.

“Ibuuu... bau gosong...!” tiba-tiba Mirah berteriak.

Palupi terkejut, tangannya masih memegang susuk, dan diatas wajan, empat buah tempe telah berwarna kehitaman.

“Aduuh..bagaimana ini?”

Palupi buru-buru mengentasnya, lalu membuangnya ke keranjang sampah.

“Ibu.. bukankah ibu berdiri di depan kompor? Kok bisa hangus?”

“Iya tuh..” Palupi menggeleng-gelengkan kepalanya.

“Ibu pasti sedang melamun. Awas ya bu, jangan sampai ngelamunin pak Pri.”

“Hush !! Kamu tuh !!” kata Palupi sambil mengganti minyak diatas wajaan yang kehitaman dengan minyak yang baru.

“Dengar ya Mirah, kamu nggodain aku sama mas Pri, aku do’akan agar tiba-tiba kamu jatuh cinta sama dia.”

“Iih.. ibu.. Enggak lah..”

“Siapa tahu.. ,” kata Palupi enteng sambil memasukkan lagi tempe yang baru kedalam wajan.

***

Siang itu Handoko pulang kerumah, maksudnya mau makan siang dirumah. Tapi yang ada hanya Suprih.

“Iya, bapak, tadi mas Bintang rewel mau kerumah ibu, terpaksa nak Mirah mengantarkannya.”

“Kok nggak bilang?”

“Makan siang sudah saya siapkan bapak.”

“Iya yu, sebentar.”

Handoko sudah mengangkat ponselnya untuk menelpon Mirah, tapi diurungkannya. Bintang ingin ketemu ibunya, mengapa dia marah? Sebenarnya dia kesal karena kemarin Nanda sudah menelpon dan akan datang kesana. Pasti dengan bapaknya. Lalu Handoko pergi keruang makan, duduk sendiri dilayani Suprih. Ia bayangkan Palupi sedang melayani tamu istimewanya..

Berbagai perasaan mengaduk-aduk hatinya.

“Tidak, jangan biarkan orang lain merebutnya.”

Tapi Handoko teringat ketika dia mengejeknya bahwa Pri adalah tamu istimewa dan Palupi tidak menolaknya. Apakah Palupi benar-benar menyukai laki-laki itu?

“Bukankah aku lebih ganteng?” gumamnya pelan, dan kali itu Suprih mendengarnya samar, ia mengira Handoko mengajaknya bicara.

“Ya bapak.””

“Tidak, bukan apa-apa.”

Tapi Suprih merasa bahwa tuan ganteng itu sedang gelisah. Namun ia tak seberani Mirah untuk mengatakan sesuatu.

Ia juga tak bertanya apapun ketika sang tuan kemudian pergi begitu saja meninggalkan rumah, tampak ada rasa prihatin yang menghimpitnya. Prihatin melihat keluarga yang seharusnya  bisa hidup damai dan habagia itu seperti  saling menyakiti.

“Kasihan mas Bintang,” gumam Suprih sambil mengunci pintu depan.

***

“Bapaaak.. apakah bapak nanti menjemput ke rumah ibu?” tanya Bintang ketika Handoko dalam perjalanan kembali ke kantor.

“Tidak.”

“Bapak tidak mau jemput?”

“Kan Bintang nggak bilang kalau mau pergi?”

“Tadi hapenya yu Mirah nggak ada pulsa, katanya.”

“Pulang sendiri saja, naik taksi.”

Ponsel begitu saja ditutup.

“Bagaimana mas?” tanya Mirah.

“Bapak menyuruh kita naik taksi.”

“Oh.. ya sudah. Mas Bintang mau pulang sekarang?”

“Ya.. pulang saja, lama-lama Nanda nakal,” kata Bintang cemberut.

“Nakal bagaimana? Nggak tuh.”

“Mobilku dibawa, nggak boleh diminta ..”

“Ya sudah biarkan saja, nanti mas Bintang beli lagi yang lebih bagus.”

“Ayo pulang saja sekarang.”

Namanya anak kecil, berdamai sebentar kemudian berantem lagi. Tapi Mirah tak ingin meninggalkan rumah sebelum Nanda dijemput.

“Nanti kalau saya pulang akan banyak kesempatan pak Pri bicara sama ibu.” Gumamnya lalu beranjak kebelakang.

“Ibu, tampaknya mas Nanda capek, sebaiknya ibu menelpon pak Pri supaya menjemput.”

“Oh, iya.. sebentar.”

Tapi rupanya ponsel pak Pri sedang tidak aktif.

“Nggak nyambung tuh Rah.”

“Begini saja bu, mas Bintang kan minta pulang, saya naik taksi saja, tapi sekalian mengantarkan mas Nanda pulang. Ibu kasih tahu tukang taksi  ke mana harus mengantar mas Nanda.

“Bintang juga mau pulang?”

Bintang mengangguk.

“Baiklah, tidak apa-apa, ibu juga mau pergi belanja. Sekalian saja ya.”

“Oh, ibu mau pergi juga?”

“Iya, membeli keperluan dapur. Setelah kamu mengajari aku, aku jadi harus lebih banyak menyetok sayur di kulkas.  Aku sedang bersemangat memasak nih.”

“Pasti bapak akan senang kalau ibu rajin memasak.”

“Apa?”

“Iya, bapak pasti senang kalau ibu rajin memasak.”

“Omong kosong apa kamu itu Rah. Sudah, jangan ngaco, aku ganti baju sebentar sambil memanggil taksi.”

“Oh, baiklah kalau begitu.”

Mirah tersenyum dalam hati. Palupi benar-benar berubah, dan tuan gantengnya akan dipaksa untuk merayunya agar mau kembali.

“Yu Mirah...”  tiba-tiba Bintang berteriak.

“Kita akan pulang, sambil mengantar mas Nanda, terus sekalian bareng ibu berlanja. Ya?”

Mirah senang, dengan mengantar Nanda berarti pak Pri tidak akan datang untuk menemui Palupi. Paling nanti hanya ketemu sekilas ketika menurunkan Nanda, setelah itu Pri boleh gigit jari karena Palupi langsung pergi.

***

Palupi sudah menurunkan Nanda di rumahnya, lalu dia minta diantar ke supermarket tempat dia harus belanja, barulah taksi mengantarkan Bintang dan Mirah pulang.

Palupi sedang memilih-milih barang yang harus dibelinya ketika tiba-tiba dilihatnya bu Ismoyo sedang belanja bersama simbok. Palupi ingin menegurnya, tapi takut bu Ismoyo masih marah padanya. Sayangnya simbok melihatnya, dan memberitahu bu Ismoyo sambil menunjuk kearah Palupi.

Dengan berdebar Palupi melangkah mendekati. Ia meraih tangan ibu mertuanya, lalu menciumnya lama. Sikap itu membuat bu Ismoyo heran, karena selama ini Palupi tak pernah menciumnya begitu lama. Ketika Palupi mengangkat kepalanya, bu Ismoyo melihat mata Palupi tampak memerah.

“Ibu...” gemetar suara Palupi.

“Saya minta ma’af..” lanjutnya.

Bu Ismoyo sesa’at tak bisa bicara. Sibuk meraba-raba, apa yang membuat Palupi bisa mengungucapkan kata ma’af  sambil mencium tangannya.

“Ibu..,” Palupi masih menggenggam erat tangan mertuanya.

“Kamu Palupi kan?”

“Iya ibu.. “

Kabarnya kamu pergi dari rumah?”

“Mas Handoko mau menceraikan saya.”

“Kamu tinggal dimana?”

“Saya menyewa sebuah rumah sederhana, yang murah.”

“Mengapa tidak pulang kerumah orang tua kamu?”

“Masih dikontrak orang bu, masih dua tahun lagi.”

“Apakah kamu benar-benar tak bisa merubah sikap kamu selama ini?”

“Saya sedang belajar bu. “

“Belajar?”

“Mas Handoko pernah pergi ke rumah kontrakan saya, untuk menjemput Bintang.”

“Bintang mau sama kamu? Biasanya Mirah..”

“Dia sama Mirah.”

“O...”

“Ibu, saya minta ma’af..” kata Palupi sambil kembali mencium tangan ibu mertuanya, kemudian menepuk pundak simbok dan berlalu.

Bu Ismoyo menatap punggung Palupi sampai Palupi menghilang di tikungan supermarket itu.

“Bu Palupi seperti aneh ya?”

“Setan apa yang merasukinya sehingga dia mencium tanganku berkali-kali sambil meminta ma’af.”

“Itu bukan setan bu, malaikat barangkali,” tukas simbok.

“Iya, benar. Dis bersikap aneh, atau memang dia sudah berubah?”

“Syukurlah kalau berubah menjadi baik.”

“Aku tidak tahu, apakah Handoko sudah mengurus perceraian itu, atau belum. Nanti kita mampir kerumahnya ya mbok?”

“Bukankah mas Handoko sudah masuk kerja dalam beberapa minggu ini?”

“Oh, iya.. aku lupa. Nanti aku menelpon dia saja mbok.”

“Saya mau membeli terong ungu dulu bu, katanya ibu ingin masak terong bumbu pedas.”

“Iya mbok, ayo lanjutkan belanjanya.”

***

Palupi melanjutkan belanja sambil menghindari bertemu dengan mertuanya lagi. Palupi heran, mengapa tiba-tiba dia mendatangi mertuanya, mencium tangannya dan meminta ma’af.

“Apa yang aku lakukan? Tapi aku memang ingin melakukannya. Aku merasa pernah berbuat salah pada ibu. Anehkah? Bukankah aku harus melakukannya? Aku juga senang ibu menerimaku dengan baik, tidak bersikap kasar seperti dulu,” kata batin Palupi sambil keluar dari supermarket, lalu memanggil taksi untuk pulang.

Palupi tidak merasa, bahwa dia telah berubah dengan sendirinya. Hari-hari yang dilaluinya membuat dia merasa mana yang baik dilakukan, dan mana yang tidak.

Palupi juga ingin berbaik-baik dengan Handoko, tapi Handoko selalu menganggapnya buruk. Ia merasa Handoko mengejeknya, dan itu membuatnya sakit hati.

“Kalau ketemu nanti, aku akan mempertanyakan tentang surat cerai itu. Sudah berbulan-bulan aku belum menerima surat dari pengadilan agama manapun.” Palupi terus berfikir dalam perjalanan pulang itu.

Tapi membayangkan surat cerai itu, tiba-tiba ada rasa pilu yang mengiris jantungnya. Barangkali ada darah menetes dari sana, dari luka yang menganga.

“Aku benci perasaan ini, apakah aku masih mencintai suamiku? Seandainya dia datang dan berkata dengan manis, aku janji.. akan mengatakan bahwa aku masih mencintainya. Haaa? Apa ? Aku masih mencintainya?”

Batin Palupi berperang dengan sengit. Antara masih cinta, atau membencinya.

Ia masih berfikir tentang perasaan hatinya sampai tiba di depan rumah kontrakannya. Ia membayar taksi dan turun sambil menenteng belanjaannya.

Bayangan Handoko seperti mengikutinya. Palupi mengibaskannya tanpa berhasil, sampai dia memasuki teras, lalu melihat seseorang sudah duduk disana, seperti menunggu kedatangannya.

***

Besok lagi ya.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

62 comments:

  1. Terimaksih butien..udah ditunggu terus lanjutan nya.salam seroja bu

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terima kasih Bunda Tien,semoga Bunda sehat selalu Aamiin ๐Ÿ˜๐Ÿ˜๐Ÿ˜

      Delete
  2. Alhamdulillah akhirnya datang juga yg ditunggu...matur nuwun mbak Tien syng....salam sehat dr Situbondo

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kala cinta menggoda,cinta cinta cinta,, eh bukan bukan bukan,, aduh cinta cinta cintaaaaaaa ๐Ÿ˜‚๐Ÿ˜‚๐Ÿ˜‚๐Ÿ˜‚๐Ÿ˜‚๐Ÿ˜‚๐Ÿ˜‚

      Delete
    2. Sekarang yg terjadi kisah cinta yg rumit antara Handoko dam Palupi...mudah2an beneran terjadi sumpah Palupi ke Mirah sehingga Mirah benar2 jadian dm Pri dan Sang Putri kembali bersatu dengan Tuan Ganteng....๐Ÿ‘๐Ÿ‘๐Ÿ‘

      Delete
  3. Hallow mas2 mbak2 bapak2 ibu2 kakek2 nenek2 :
    Wignyo, Ops, Kakek Habi, Bambang Soebekti, Anton, Hadi, Pri , Sukarno, Giarto, Gilang, Ngatno, Hartono, Yowa, Tugiman, Dudut Bmbang Waspodo, Petir Milenium (wauuw), Djuniarto, Djodhi55, Rinto P. , Yustikno, Dekmarga, Wedeye, Teguh, Dm Tauchidm, Samiadi, Pudji, asi Garet, Joko Kismantoro, Alumni83 SMPN I Purwantoro, Kang Idih, RAHF Colection, Sofyandi, Sang Yang, Haryanto Pacitan, Pipit Ponorogo, Nurhadi Sragen, Arni Solo, Yeni Klaten, Gati Temanggung, Harto Purwokerto, Eki Tegal dan Nunuk Pekalongan, Budi , Widarno Wijaya, Rewwin, Edison, Hadisyah,
    Sastra, Wo Joyo, Tata Suryo, Mashudi, B. Indriyanto, Nanang, Yoyok, Faried, Andrew Young, Ngatimin, Arif, Eko K, Edi Mulyadi, Rahmat,
    Yustinhar. Peni, Datik Sudiyati, Noor Dwi Tjahyani, Caroline Irawati, Nenek Dirga, Ema, Winarni, Retno P.R., FX.Hartanti, Danar, Widia, Nova, Jumaani, Ummazzfatiq, Mastiurni, Yuyun, Jum, Sul, Umi, Marni, Bunda Nismah, Wia Tiya, Ting Hartinah, Wikardiyanti, Nur Aini, Nani, Ranti, Afifah, Bu In, Damayanti, Dewi, Wida, Rita, Sapti, Dinar, Fifi, Nanik. Herlina, Michele, Wiwid, Meyrha, Ariel, Yacinta, Dewiyana, Trina, Mahmudah, Lies, Rapiningsih, Liliek, Enchi, Iyeng Sri Setyawati , Yulie, Yanthi , Dini Ekanti, Ida, Putri, Bunda Rahma, Neny, Yetty Muslih, Ida, Fitri, Hartiwi DS, Komariah P., Ari Hendra, Tienbardiman, Idayati, Maria, Uti Nani, Noer Nur Hidayati, Weny Soedibyo, Novy Kamardhiani, Erlin, Widya, Puspita Teradita, Purwani Utomo, Giyarni, Yulib, Erna, Anastasia Suryaningsih, Salamah, Roos, Noordiana, Fati Ahmad, Nuril, Bunda Belajar Nulis, Tutiyani, Bulkishani, Lia, Imah P Abidin, Guru2 SMPN 45 Bandung, Yayuk, Sriati Siregar, Guru2 SMPN I Sawahlunto, Roos, Diana Evie, Rista Silalahi, Agustina, Kusumastuti, KG, Elvi Teguh, Yayuk, Surs, Rinjani, ibu2 Nogotirto, kel. Sastroharsoyo, Uti, Sis Hakim, Tita, Farida, Mumtaz Myummy, Gayatri, Sri Handay, Utami, Yanti Damay, Idazu, Imelda, Triniel, Anie, Tri, Padma Sari, Prim, Dwi Astuti, Febriani,
    Hallow Pejaten, Sidoarjo, Garut, Bandung, Batang, Kuningan, Wonosobo, Blitar, Sragen, Situbondo, Pati, Pasuruan, Cilacap, Cirebon, Bengkulu, Bekasi, Tangerang, Tangsel,Medan, Padang, Mataram, Sawahlunto, Pangkalpinang, Jambi, Nias, Semarang, Magelang, Tegal, Madiun, Kediri, Malang, Jember, Banyuwangi, Banda Aceh, Surabaya, Bali, Sleman, Wonogiri, Solo, Jogya, Sleman, Sumedang, Gombong, Purworejo, Banten, Kudus, Ungaran, Purworejo, Jombang, Boyolali. Ngawi, Sidney Australia, Boyolali, Amerika, Makasar, Klaten, JAKARTA...hai..., Mojokerto, Sijunjung Sumatra Barat, Sukabumi,
    Salam hangat dari Solo Terimakasih atas perhatian dan support yang selalu menguatkan saya. Aamiin atas semua harap dan do'a.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Alhamdulillah SANG PUTRI 28 sudah tayang.
      Matur nuwun mbak Tien Kumalasari, semoga mbak Tien tetap sehat, bahagia dan selalu dalam lindungan Allah SWT. Aamiin Yaa Robbal Aalamiin.
      Salam hangat dari Karang Tengah Tangerang.

      Semoga Handoko yang sudah menunggu duduk di teras..
      www.ngarep.com

      Delete
    2. Alhamdulillah SP8 sdh tayang
      Mtnuwun mbk Tien
      Smg mbk Tien dan semangaaat....Aamiin

      Delete
    3. Alhamdulilah, trimakasih Bu Tien.. Semoga ketemu jodohnya lg nggih Bu Tien, Handoko Palupi, Mirah Pri, Danang Tanti, Ryan Widy hehehe harapan nya begitu tp smua ada di Bu Tien tercintah ... Salam sehat bahagia dr Madiun yg sllu setia hadir.

      Delete
    4. Alhamdulillah.......

      Matur nuwun sanget Ibu Tien,
      Semoga sehat selalu dan tetap semangat.
      Lanjutannya selalu ditunggu
      Salam seroja (sehat rohani jasmani) dari Cilacap

      Delete
  4. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terima kasih mbak Tien ... SP 28 sdh hadir.

      Salam hangat kami dari Yogya.

      Delete
  5. Matur nuwun... Mbak tien... Smg sehat selalu

    ReplyDelete
  6. Matur nuwun mbak tien-ku...sp sudah hadir lagi.
    Ya...ditunggu Handoko (barangkali)..
    Baik-baik ya, mengurus keluarga, biar pri untuk Mirah (???)he he he ...
    Salam sehat dari sragentina.

    ReplyDelete
  7. Alhamdulillah Palupi dan Mas Ganteng sdh hadir.. Sepertinya Mirah yg akhirnya berjodoh dgn Mas Priambodo yaa Bu.. Atau dituker aja? Hihihi

    Sehat2 yaa Bu..
    Semangaaatt..

    Salam sayang selalu
    Dari Cirebon

    ReplyDelete
  8. Malam Bunda, makasih ya SP nya dah tayang.
    Sehat selalu dan tetap semangat dalam berkarya, sukses selalu buat Bunda

    ReplyDelete
  9. Baru nyadar Nanda ternyata bocah Lanang ya. Saya kira anak perempuan. He he ...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hehehe....kecele juga, saya kira anak wedok juga, makanya kok rebutan...

      Delete
  10. Terima kasih bu Tien SP 28 ..
    siapa yg menunggu di rumah Palupi ya... Handoko ato pri ya?

    ReplyDelete
  11. Alhamdulillah sudah tayang episode 28
    Terimakasih bu Tien Cerbung nya Semoga ibu Tien selalu sehat wal'afiat dan bahagia bersama keluarga tercinta aamiin Kutunggu kelanjutannya
    Salam sehat dan hangat dari Salamah Purworejo


    Semoga Handoko yang datang

    ReplyDelete
  12. Mudah2an handoko.. mirah sm mas Pri aja☺

    ReplyDelete
  13. Jgn2 handoko yg menunggu kedatangan palupi
    Salam sehat jeng tien

    ReplyDelete
  14. Danar yg nongol eh danang. Ambyar perkiraan pembaca he.. he.. trims bu tien, berkat tulisan bu tien bisa jalin silaturahim antr pembaca terutama pasukan intip.

    ReplyDelete
  15. Hallo jg mbak Tien..semoga sehat selalu..
    Trimakasih SP-28...makin seru dgn akalnya mirah..hehe..

    B ismoyo aja ga percaya palupi bs lakukan itu..semoga semua hati jd lumer dan bersatu dgn bahagia..
    Monggo dipun lajengaken mbaak Tien..

    Salam sehat dari bandung.

    ReplyDelete
  16. Duuuhh.... mb Tien pinter bikin penasaran. Siapa yg lg nunggu itu. Jd kepo nih.
    Mksh mb Tien.

    ReplyDelete
  17. Alhamdulillah.
    Sugeng dalu Bu Tien Kumalasari, Mugi pinaringan rahayu wilujeng.

    ReplyDelete
  18. Handoko kah ? Makasih mba Tien. Salam sehat selalu

    ReplyDelete
  19. Terima kasih bu Tien..semoga Handoko datang dengan niat baik.aamiin

    ReplyDelete
  20. Alhamdulillah .... salam sehat bu Tien
    Semiga ymenunggu Handoko ...

    ReplyDelete
  21. Smg Handoko yg dtg...Siapa tahu ingin bicara berdua memperbaiki keadaan? Atau Handoko sdh ditelpon bu Ismoyo? Mengabarkan klu ketemu Palupi dan meminta maaf? Smg ada kmkns yg baik antara Handoko dan Palupi.. benang kusut mulai terurai... Semoga.. slm seroja mb Tien...

    ReplyDelete
  22. Alhamdulillah SP~28 sudah hadir, maturnuwun Bu Tien.. ๐Ÿ™

    ReplyDelete
  23. Alhamdulillah. Terimakasih bu Tien. Salam seroja dari Magelang.

    ReplyDelete
  24. Alhamdulillah Sang Putri 28 sdh hadir
    Siapakah yg datang Handoko atau Pri ya?
    Duuh semakin penasaran ceritanya
    Terima kasih Mbak Tien, semoga sehat dan sukses sekalu
    Salam hangat daru Bekasi

    ReplyDelete
  25. Assalamualaikum wrwb.. Slmt pgii mba Tien sayang.. Mksihsp 28 nya sdh hadir.. Wah.. Wah.. Mirah teruskan perjuanganmu unk mempersatukan palupi dan handoko.. Palupiturunkan egomu.. Pdhalpalupi sendiri msih mencintai handoko dan sebaliknya jg gitu.. MbaTien ditgu episode selanjutnya y.. Slamsehat dan semangat sll dri farida sukabumi.. Muuaacchh๐Ÿฅฐ๐Ÿฅฐ

    ReplyDelete
  26. Alhamdulillah...
    Suwun mbak Yien, salam sehat sll๐Ÿ˜

    ReplyDelete
  27. Alhamdulillah moga2 semua bisa sadar dan bisa menahan egonya masing2 dengan demikian Handoko dan Palupi bisa bersatu kembali dan semoga Mirah juga bisa berjodoh dengan Pri...Salam sehat buat bu Tien dan Keluarga.

    ReplyDelete
  28. Alhamdulillah sdh hadir SP 28 nya.....smg mb Tien sehat sll dan bs menghibur para penggemarnya...


    Salam hangat dr blora....๐Ÿ™

    ReplyDelete
  29. Pg , mb Tien .....SP selalu ditunggu . Mdh2an smua berakhir damai ....mb Tien selalu pandai membuat kita penasaran

    ReplyDelete
  30. Semoga yg duduk itu Handoko....
    Salam sehat selalu mbak Tien

    ReplyDelete
  31. Saya pikir nanda wanita ga tau nya lelaki.. Hehehe

    Sehat selalu tuk bu Tien n klg...

    ReplyDelete
  32. Maturnuwun ibu Tien....
    Palupi yg egoisnya pol,mulai menata ,melembutkan ,berkompromi dg hatinya.....,jadi tambah penasaran nih,salam sehat utk ibu Tien dan semua penggemar cerbung,ga lupa tks to Mirah

    ReplyDelete
  33. Semoga mas Handoko yg menunggu Palupi...๐Ÿค—

    ReplyDelete
  34. Terima kasih Bunda Tien...

    Salam taklim dari Malang..๐Ÿ™

    ReplyDelete
  35. Semoga Palupi makin menjadi lebih baik dari sebelimnya dan Handoko juga merubah sikap gampang tersinggung nya. Salam srhat dan terima kasih mbak Tien

    ReplyDelete
  36. Ayo Palupi pertama minta maaflah pada suamimu, itu wajib atas dosa yg kau laukakan! dijamin Handoko akan luluh dan akan bersama2 mengarungi biduk rmh tangga yg sempat kandas. Handoko mencintaimu Palupi.

    ReplyDelete
  37. Semoga ucapan-nya Palupi untuk Mirah, supaya berjodoh dengan Pri, terkabul.

    Handoko, ayo pancarkan semangat ksatria-mu - jangan jadi laki-laki mem-ble, bawa Palupi kembali kedalam pelukanmu. Hehehe...

    Nandaaa... kasihan nasibmu... Semoga Mirah mampu menjadi pengganti Ibu-mu ya, Naaak..

    TERIMA KASIH ya, Bunda Tien. Semakin seru aja nih CerBer-nya. Semoga Bunda Tien diparingi ALLAH SWT dengan kesehatan dan kebahagiaan selalu yaaaa.. ♥️������

    ReplyDelete
  38. Alhamdulillah ..... pagi ini sarapannya baca sang putri 28 ...... trimakasih bu tien, palupi sdh ditunggu lelaki di teras rumah , siapakah dia ?
    Handoko kah, atau pri, atau bahkan danang ..... hanya bu tien yg tahu .... mari kita tunggu episode berikutnya
    Semoga bu tien sehat2 selalu

    Saallaamm

    ReplyDelete
  39. Alhamdulillah...ceritanya smkn menarik. Mudah-2an Handoko yg duduk di teras nunggu Palupi dan mereka berbaikan kembali utk membangun kembali rumah tangganya yg hampir ambruk. Bu Tien maturnuwun, semoga sehat selalu. Aamiin..

    ReplyDelete
  40. Ohooiiiii ada yg Deg deg plas he he... Tks Bu Tien kuuhh... Salam SEROJA dr sby ...lup u

    ReplyDelete
  41. Haaaaa... siapa lagi nih yg datang? Handokokah... semoga.
    Terima kasih Mbak Tien, setiap hari sudah menghibur kami... smoga Mbak Tien selalu sehat sejahtera. Salam seroja dari Semarang.

    ReplyDelete
  42. Suara mas Rinto dan jeng In indah sekali..
    Sa'at kau jauh dari jangkauan.. do'a mu kau sertakan... aduhai.
    Matur nuwuun..

    ReplyDelete
  43. Halow mbak Tien smg sehat selalu..ayo palupi teruslah berubah menjadi baik..salam sehat dari Pejaten,Pasar Minggu

    ReplyDelete
  44. Puji Tuhan, ibu Tien tetap sehat, semangat dan produktip.
    Semoga yg sdh menunggu pak Handoko, dan saatnya bisa komunikasi dg baik, puas dan menyembuhkan runyam2...

    Dg sabar menunggu eps 29 dg segala kemajuan kearah kebaikan bagi semuanya...

    Matur nuwun Berkah Dalem...

    ReplyDelete
  45. Terlepas dari cerita Sang Putri... Saya pingin ngucapin Selamat hari Ibu..special buat mbak Tien..juga sahabat para ibu" penggemar cerita ini.. "Selamat hari Ibu"...tetap semangat n bahagia selalu.. semoga tambah disayang Suami serta Anak" ... Kado Es crem ๐ŸŽ‰. ๐Ÿ™๐Ÿคญ.

    ReplyDelete
  46. Alhamndulillah.... Terimakasih mbak tien
    Sehat dan bahagia selalu

    ReplyDelete
  47. Berharap yg duduk d teras Handoko... trus berdiri menyambut Palupi mengambil tas belanjaan.. Eiit.. Saling pandang.
    He..he..tks..mbk. tien.. Salam dari bdg.

    ReplyDelete
    Replies
    1. ๐Ÿ˜Š๐Ÿ˜„sy jg membayangkan demikian...tas belanjaan nya di bw in...

      Delete
  48. Kayanya yg datang tuan ganteng deh. Tapi keduanya salah tingkah jd apa yg mau di bicarakan lupa semua. Enar kaya ABG yg baru jatuh cinta.

    ReplyDelete
  49. Alhamdulillah...
    Mtur nuwun Bun...
    Mugi2 tansah rahayu....

    ReplyDelete

CINTAKU JAUH DI PULAU SEBERANG 49

  CINTAKU JAUH DI PULAU SEBERANG  49 (Tien Kumalasari)   Ketika menemui Sinah di rumah sakit, mbok Manis tidak pernah sendiri. Dewi yang tid...