Tuesday, December 15, 2020

SANG PUTRI 23

SANG PUTRI  23

(Tien Kumalasari)

 

Bintang berjingkrak memeluk ibunya. Palupi mendekapnya erat. Sementara itu Handoko langsung membalikkan tubuhnya keluar dari rumah makan itu, setelah berpesan kepada Mirah.

“Jaga Bintang. Ini uang untuk membayar es krim atau apa yang Bintang mau,” kata Handoko sambil mengulurkan uang, lalu melanjutkan langkahnya.

Mirah mengangguk, menatap wajah tuan gantengnya yang tampak cemburu. Tuh kan, masih ada cinta, mengapa ini semua terjadi?

Mirah mengikuti Bintang, dan berdiri agak jauh dari meja Palupi.

“Bintang mau es krim ibu..”

Tapi Nanda yang duduk di kursi didekat Palupi segera merosot turun, menarik tangan Palupi dan menggoyang-goyangkannya.

“Ini ibuku...” teriaknya.

Bintang menatap anak kecil yang memegangi lengan ibunya, lalu mendekati dan menarik tangannya.

“Ini ibukuuuu..”

“Ibuukuuu...”

Lalu Palupi merengkuh keduanya.

“Dengar, jangan berantem.. Bintang.. iya benar ini ibunya Bintang, tapi ini juga ibunya Nanda.. “

Bintang menatap Nanda dengan sengit.

“Bintang, ayo salaman.. nggak boleh berantem.”

“Bukankah ibu ini ibuku?”

“Benar sayang..”

“Bukan ibunya dia kan?”

“Ibukuuu...” Nanda masih berteriak.

Priambodo yang sesa’at tak bisa bicara segera menguasai keadaan.

“Nanda..dengar kata ibu.. “ kata Pri.

“Nanda juga anak ibu.”

Mirah hanya tegak berdiri mengawasi dengan perasaan heran. Siapa gerangan laki-laki itu, dan anak kecil itu.

“Apakah ibu sudah punya calon, makanya tega meninggalkan rumah? Ah, jauh lebih ganteng bapak. Dia sih nggak jelek,  tapi biasa-biasa saja,” gumam Mirah dalam hati.

“Ibu.. aku mau es krim..” kata Bintang yang terus memegang lengan ibunya.

“Aku juga mauuu..” Nanda tak mau kalah memegang lengan Palupi yang sebelah lagi.

“Baiklah.. baiklah.. kalian duduk.. Nanda disitu, Bintang disitu, ibu pesan es krim untuk kalian.”  Kata Palupi.

Palupi memesan es krim, lalu melihat Mirah berdiri.

“Mirah, duduk disini. “

“Biar saya disini saja bu,” kata Mirah sambil duduk di bangku yang lain. Ia masih ingat ketika Palupi tak mau duduk semeja dengan dirinya.

“Sini saja, tidak apa-apa.”

Tapi Mirah tetap duduk di meja yang lain.

“Mana bapak?” tiba-tiba Bintang berteriak.

Palupi menoleh ke arah lain, tak melihat bayangan Handoko. Ia tak melihatnya ketika Handoko keluar dari rumah makan itu.

“Mana bapak?” Bintang menatap Mirah. Mirah bingung untuk menjawabnya.

Bintang merosot turun, mencari bapaknya.

“Mas Bintang mau kemana?”

“Mana bapak?”

Mirah berdiri, mengikuti Bintang, lalu mengajaknya keluar karena tadi Handoko keluar.

“Mana bapak?”

Rupanya Handoko duduk di dalam taksi yang tadi mereka tumpangi. Ia terkejut melihat Bintang keluar.

“Bintang.”

“Kok bapak duduk disitu, di sana ada ibu, ayo makan es krim,” rengek Bintang.

Tapi Handoko enggan turun. Ia melihat seorang laki-laki dan seorang anak duduk semeja dengan Palupi, dan tiba-tiba ia ingin marah.

“Bapak.. ayo.”

“Tidak Bintang, Bintang saja sama yu Mirah makan es krim, bapak tiba-tiba sakit perut.”

“Bapak sakit perut?”

“Iya, jadi biar bapak menunggu disini saja. Ya?”

Bintang tampak kecewa, tapi ia membalikkan tubuhnya. Mirah mengikutinya, setelah sebelumnya menatap wajah majikan gantengnya yang tampak muram.

“Kasihan bapak,” gumamnya perlahan lalu masuk mengikuti langkah Bintang.

“Ibu punya obat?” tanya Bintang setelah kembali.

“Obat untuk apa?”

“Bapak sakit perut, kasihan.”

“Oh.. “ Palupi menatap Mirah, tapi Mirah menatap kearah lain.

“Punya obatnya?”

“Oh ya, nanti biar yu Mirah membelikan obat sakit perut buat bapak ya.”

Palupi merasa Handoko memang menghindarinya. Menurutnya  memang Handoko tak ingin bertemu dengannya.

Ketika Nanda selesai meminum es krimnya, Pri beranjak ke kasir untuk membayar semuanya. Lalu mengajak Nanda pulang. Ia melihat laki-laki ganteng yang tadi datang bersama Bintang, tapi langsung membalikkan tubuhnya dan keluar begitu melihat kearah meja dimana mereka duduk. Pri merasa tidak enak, karena dia tahu bahwa itu adalah suaminya Palupi.

“Nanda, sebaiknya kita pulang dulu yuk.. “

“Pulang?” Nanda tampak kecewa.

“Iya sayang,  Besok atau kapan-kapan bisa bertemu ibu lagi.”

“Benar?”

“Iya benar. mBak Lupi, kami pulang dulu, karena dirumah masih banyak urusan.”

Palupi tak bisa menolak, bahkan dia lupa untuk menanyakan tentang tukang pijat yang barangkali Pri mengetahuinya.

Pri menggandeng Nanda setelah disuruhnya memberi salam kepada Palupi dan Bintang.

Ketika sampai diluar, Pri melihat laki-laki ganteng yang tadi datang bersama Bintang. Dengan niat baik dia mengangguk , dan Handoko yang memang sedang mengamatinya juga mengangguk sambil melebarkan kaca mobilnya.

Melihat Handoko menyambut, Pri mendekat, lalu Handoko membuka pintunya.

“Ma’af, saya Priyambodo,” katanya sambil mengulurkan tangannya.

Handoko menyambutnya dan tersenyum membalas uluran tangannya.

“Handoko.”

“Bapaak.. ayo...” Nanda merengek.

“Terimakasih pak Handoko, saya hanya berteman dengan bu Palupi, baru beberapa hari ini.”

“Ooh..” hanya itu yang diucapkan Handoko.

Lalu Pri pergi karena Nanda menarik-narik tangannya.

Handoko menatap punggung laki-laki itu dengan perasaan tak menentu.

“Baru berteman beberapa hari? Tampaknya sangat akrab,” gumamnya sambil menyandarkan tubuhnya.

Sementara itu Bintang masih sibuk menyendok es krimnya.

“Mirah, duduklah disini,” panggil Palupi.

“Saya disini saja bu.”

“Disini, ayolah Mirah, nanti Bintang mencari kamu. Cepat Mirah, aku pesankan makan untuk kamu. Mau minum apa, makan apa?”

“Sudah bu, saya sudah makan, jawab Mirah sambil duduk didepan Palupi, takut-takut.

“Yu Mirah belum makan, ibu.”

“Tuh, belum kan?”

“Nanti saya makan dirumah saja bu, kasihan bu Suprih sudah susah-susah memasak.”

“Suprih yang masak?”

“Karena mas Bintang rewel sejak kemarin bu.”

“Rewel?”

“Sangat rewel, dan marah-marah terus, mencari ibu.”

“Oh, benarkah Bintang?”

“Ibu jangan pergi.”

“Mengapa kalau ibu pergi? Kan ada yu Mirah?”

“Bintang mau yu Mirah sama ibu sama bapak..” kata Bintang sambil menyuapkan es krim terakhirnya.

Mirah menatap Palupi yang sedang memesankan minum untuk MIrah. Palupi juga memesan segelas coklat susu panas.

“Ibu pulang ya?”

“Tidak bisa Mirah, bapak sudah memutuskan untuk menceraikan aku.”

“Tidak bu, bapak masih mencintai ibu.”

Palupi tertawa.

“Itu benar, saya yakin bu.”

Ketika pelayan meletakkan teh panas dan susu coklat ke hadapan mereka, Palupi mengangsurkan coklat susu panas itu kepada Mirah.

“Rah, serahkan ini untuk bapak, katanya perutnya sakit,” kata Palupi.

“Bukan sakit perut bu, sakit hati.”

Palupi lagi-lagi tertawa.

“Sudah, bawa kesana, eh.. pinjam baki dari pelayan itu," kata Palupi sambil meminta baki yang tadi dibawa pelayan.

“Pinjam sebentar ya mas.”

Mirah membawa coklat panas itu keluar, meminta Handoko membuka pintu mobilnya. Dalam hati ia merasa bahwa ndara putri sebenarnya punya perhatian sama suaminya. Ia juga masih ingat kesukaan suaminya, coklat susu. Aduhai.

“Bapak.. ini buat bapak.”

“Mengapa kamu memesankan ini untuk aku?”

“Bukan saya yang pesan, bapak.. tapi ibu.”

Handoko menatap tak percaya.

“Silahkan bapak, ini sungguh dari ibu. Bapak harus yakin bahwa ibu masih sangat perhatian pada bapak.”

Handoko terpaksa menerima segelas susu soklat yang disodorkan Mirah.

“Perhatian apa..” gumam Handoko setelah Mirah kembali masuk kedalam. Tapi ia meminumnya juga karena ia memang benar-benar haus.

“Sudah ?”

“Sudah bu.”

“Mau dia?”

“Mau.. dikiranya saya yang pesan, tapi setelah saya bilang ibu yang pesan, bapak mau.”

Palupi tersenyum. Tapi manakala diingatnya kata-kata Handoko beberapa hari lalu, dadanya masih terasa sakit.

“Ibu.. nanti Bintang mau tidur sama ibu, boleh?”

“Bintang, ibu belum mau pulang, sayang.”

“Ibuuu...” Bintang merengek.

“Dengar, ibu masih ada urusan. Kalau Bintang mau ketemu ibu, Bintang boleh menelpon. Ibu kasih nomornya sama yu Mirah ya.”

Bintang diam.

“Bintang tidak boleh rewel. Ibu akan selalu ada buat Bintang. Ya?”

“Ibu, mengapa tidak pulang saja sekarang?”

“Tidak Rah, biarkan aku menenangkan hati dulu. Aku titip Bintang ya.”

Bintang memang diam, tapi ada rasa kecewa yang dipendamnya.

Palupi mengelus kepalanya lembut.

“Rah, habiskan tehnya, lalu pulanglah. Oh ya, catat no kontak aku, kalau Bintang ingin bertemu aku.

Mirah memasukkan nomor kontak Palupi kedalam ponselnya.

“Sesungguhnya ibu lebih baik pulang..”

“Hanya Tuhan yang tahu..”

Mirah tertegun, Palupi sudah mengenal Tuhan, ia kemudian bersyukur dalam hati.

Palupi kemudian memeluk Bintang erat.

“Apakah ibu tidak menangis?” tanya Bintang. Rupanya tangis itu yang selalu tertanam dalam hati Bintang.

“Tidak Bintang, ibu senang kalau Bintang tidak nakal. Ibu tak akan menangis."

“Ibu sekarang dimana?”

“Disuatu tempat. Aku akan belajar hidup, Mirah.”

***

“Bapak.. sakit perutnya sudah sembuh?” tanya Bintang dalam perjalanan pulang.

“Sudah Bintang. Enak es krimnya?”

“Enak. “

“Bapak, ini uang yang tadi bapak berikan. Sudah dibayar sama bapak yang satu itu tadi,” kata Mirah sambil mengembalikan uang yang tadi diberikan Handoko.”

Handoko menerimanya, wajahnya muram. Katanya baru ketemu beberapa hari tapi sudah begitu akrab.

“Bapak, anak kecil itu memanggil ibu sama ibuku.”

Handoko diam. Entah perasaan apa yang mengaduk aduk hatinya. Tapi Mirah menangkap sesuatu yang lain. Tuan gantengnya dilanda cemburu. Mirah hanya geleng-geleng kepala. Dua hati yang seharusnya bisa menyatu, mengapa begitu sulit?

***

Palupi belanja banyak sore itu, semua adalah keperluannya dalam mengayuh kehidupan barunya. Ia juga membeli telur, mentega, oh ya.. mie instan. Barangkali memasak sesuatu yang instan lebih mudah, Itupun Palupi belum mencobanya.

Tapi sesampai dirumah ia merasa badannya sakit semua.

“Aduuh, ternyata berat mengerjakan semua itu,”

Ia hanya meletakkan barang belanjaannya, lalu kembali terkapar diatas kasur yang belum juga sempat diberi alas.

Ada rasa sedih bergayut ketika Bintang mengharapkannya kembali.

“Huuh, kembali? Bapaknya saja enggan ketemu aku. Bapaknya tak lagi mengharapkan aku, nyatanya sudah siap menceraikan aku.”

Ia masih ingat ketika Handoko menatapnya. Palupi merasa betapa ganteng suaminya. Tapi tidak, Palupi tak ingin mempedulikan rasa yang tiba-tiba mengoyak batinnya.

“Ini perasaan  apa? Biarpun aku masih cinta sama dia, tapi kan dia tidak peduli sama aku, mana sudi aku datang berbaik-baik sama dia lalu mengemis cintanya. Ogaaah.”

Lalu kesalah pahaman itu semakin meruncing ketika keduanya merasa telah saling dikhianati.

***

Hari terus berjalan, dan Palupi tak juga menerima surat cerai yang dijanjikan Handoko. Palupi benar-benar menjalani kehidupannya yang baru. Membersihkan rumah, memasak mie instan rebus atau goreng dengan telur dan taburan bawang goreng. Lalu ia membaca-baca disebuah buku masakan. Mencoba semua masakan setelah menyiapkan bahan-bahannya.

“Hm, lumayan enak masakanku..” katanya ketika selesai memasak sup ayam. Ia memilih yang sederhana dulu.

Lalu ketika duduk sendirian, kesepian mulai merayapi diri.

Ia rindu Bintang, tapi ada lagi sebuah rindu yang dia tak ingin mengakuinya. Selalu ditepiskannya bayangan sang ganteng yang bertahun mendampingi hidupnya.

“Dia telah membuang aku. Memangnya aku sampah? Huhh. Tidak.. tidak.. tidak..” gumamnya sambil bersandar di kursi lalu memejamkan matanya. Sekuat tenaga ia berusaha mengusir bayangan suami ganteng yang telah menyia-nyiakannya.

***

Handoko tak bisa menenangkan pikiran.  Di belakang meja kerjanya ia duduk sambil berpangku tangan. Surat-surat yang bertebaran di meja belum dijamahnya. Bayangan laki-laki yang menyapanya dan memperkenalkan namanya itu selalu mengganggunya. Priyambodo, alangkah bagus namanya. Rasanya tak mungkin hanya berteman. Pasti lebih dari itu. Buktinya Palupi bisa dengan enteng meninggalkan rumah, dengan enteng dia menanggapi pernyataannya ketika sudah mempersiapkan surat cerai.

“Pasti karena laki-laki itu. Hm, nggak ganteng-ganteng amat sih, gantengan aku dong,” bisiknya sok yakin.

“Mungkin laki-laki itu pandai merayu. Palupi tertarik karena apa? Kayaknya bukan orang yang sangat kaya,  tapi anaknya lucu. Palupi sudah sangat dekat dengan anaknya. Apakah dia duda? Aduh.. harus kepada siapa aku bertanya?”

“Mas, kok belum diapa-apain sih ? Sudah mas baca belum?” tiba-tiba Danang muncul begitu saja.

“Oh ya, sebentar.”

“Mas masih memikirkan mbak Palupi? Kalau memang mas masih cinta ya susullah dia, ajak pulang, begitu saja kok repot.”

“Enak saja kamu ngomong.”

“Apa aku salah?”

“Entahlah, aku bingung.”

“Sebenarnya mas masih cinta kan?”

“Nggak tahu aku.”

“Sudah mas urus perceraian itu?”

“Belum.”

“Berarti mas masih berat memutuskan itu. Sudahlah mas, ajak mbak Palupi kembali, lalu mas bicara baik-baik. Siapa tahu setelah berpisah dalam beberapa hari ini dia sudah berubah karena rindu sama mas.”

“Rindu ?”

“Iya mas, coba saja telpon dia.”

“Ah.. kamu.”

“Kalau mas malu.. biar aku yang menemui dia dan bicara. Aku juga akan bertanya apa maunya dia, apa ingin memperbaiki rumah tangganya atau tidak. Dengan begitu akan jelas bagaimana isi hati masing-masing.”

“Apa kamu bisa, ngomongnya?”

“Ya bisa lah..ngomong saja kok nggak bisa.”

Tiba-tiba mereka dikejutkan dengan munculnya Widi.

“Wah, lagi kumpul nih.”

“Ngapain kamu kemari? Kangen sama aku? Kamu sendiri atau sama Tanti?”

“Iih.. pertanyaannya nggak mutu.”

“Ada apa Wid, jangan dengarkan omongan Danang.”

“Aku cuma mampir.”

“Mas Handoko lagi bicara tentang isterinya, dia kangen, tahu?”

“Wah, benarkah? Aku mau cerita nih, sebelum aku bicara tentang perlunya aku kemari.”

“Cerita apa?”

“Beberapa hari yang lalu aku melihat mbak Lupi.”

“Ya.? Ngomong apa dia?”

“Nggak ngomong apa-apa, aku cuma melihat, dia sedang bersama seorang laki-laki dan seorang anak kecil sebesar Bintang.”

Handoko terpaku. Baru saja dia memikirkannya. Lalu rasa kesal dan amarah mulai lagi membakar hatinya.

***

Besok lagi ya

 

77 comments:

  1. Replies
    1. Cinta Rindu cinta rindu cinta rindu,,, cintaaaaaaa eh, rinduuuuuu 😂😂😂😂😂 gitu aja malu,, ahaay,,,

      Delete
  2. Naik...turun...naik...turun... emosi pembaca di aduk aduk terus...

    ReplyDelete
  3. Hallow mas2 mbak2 bapak2 ibu2 kakek2 nenek2 :
    Wignyo, Ops, Kakek Habi, Bambang Soebekti, Anton, Hadi, Pri , Sukarno, Giarto, Gilang, Ngatno, Hartono, Yowa, Tugiman, Dudut Bmbang Waspodo, Petir Milenium (wauuw), Djuniarto, Djodhi55, Rinto P. , Yustikno, Dekmarga, Wedeye, Teguh, Dm Tauchidm, Samiadi, Pudji, asi Garet, Joko Kismantoro, Alumni83 SMPN I Purwantoro, Kang Idih, RAHF Colection, Sofyandi, Sang Yang, Haryanto Pacitan, Pipit Ponorogo, Nurhadi Sragen, Arni Solo, Yeni Klaten, Gati Temanggung, Harto Purwokerto, Eki Tegal dan Nunuk Pekalongan, Budi , Widarno Wijaya, Rewwin, Edison, Hadisyah,
    Sastra, Wo Joyo, Tata Suryo, Mashudi, B. Indriyanto, Nanang, Yoyok, Faried, Andrew Young, Ngatimin, Arif, Eko K, Edi Mulyadi,
    Yustinhar. Peni, Datik Sudiyati, Noor Dwi Tjahyani, Caroline Irawati, Nenek Dirga, Ema, Winarni, Retno P.R., FX.Hartanti, Danar, Widia, Nova, Jumaani, Ummazzfatiq, Mastiurni, Yuyun, Jum, Sul, Umi, Marni, Bunda Nismah, Wia Tiya, Ting Hartinah, Wikardiyanti, Nur Aini, Nani, Ranti, Afifah, Bu In, Damayanti, Dewi, Wida, Rita, Sapti, Dinar, Fifi, Nanik. Herlina, Michele, Wiwid, Meyrha, Ariel, Yacinta, Dewiyana, Trina, Mahmudah, Lies, Rapiningsih, Liliek, Enchi, Iyeng Sri Setyawati , Yulie, Yanthi , Dini Ekanti, Ida, Putri, Bunda Rahma, Neny, Yetty Muslih, Ida, Fitri, Hartiwi DS, Komariah P., Ari Hendra, Tienbardiman, Idayati, Maria, Uti Nani, Noer Nur Hidayati, Weny Soedibyo, Novy Kamardhiani, Erlin, Widya, Puspita Teradita, Purwani Utomo, Giyarni, Yulib, Erna, Anastasia Suryaningsih, Salamah, Roos, Noordiana, Fati Ahmad, Nuril, Bunda Belajar Nulis, Tutiyani, Bulkishani, Lia, Imah P Abidin, Guru2 SMPN 45 Bandung, Yayuk, Sriati Siregar, Guru2 SMPN I Sawahlunto, Roos, Diana Evie, Rista Silalahi, Agustina, Kusumastuti, KG, Elvi Teguh, Yayuk, Surs, Rinjani, ibu2 Nogotirto, kel. Sastroharsoyo, Uti, Sis Hakim, Tita, Farida, Mumtaz Myummy, Gayatri, Sri Handay, Utami, Yanti Damay, Idazu, Imelda, Triniel, Anie, Padma Sari, Prim,
    Hallow Pejaten, Sidoarjo, Garut, Bandung, Batang, Kuningan, Wonosobo, Blitar, Sragen, Situbondo, Pati, Pasuruan, Cilacap, Cirebon, Bengkulu, Bekasi, Tangerang, Tangsel,Medan, Padang, Mataram, Sawahlunto, Pangkalpinang, Jambi, Nias, Semarang, Magelang, Tegal, Madiun, Kediri, Malang, Jember, Banyuwangi, Banda Aceh, Surabaya, Bali, Sleman, Wonogiri, Solo, Jogya, Sleman, Sumedang, Gombong, Purworejo, Banten, Kudus, Ungaran, Purworejo, Jombang, Boyolali. Ngawi, Sidney Australia, Boyolali, Amerika, Makasar, Klaten, JAKARTA...hai..., Mojokerto, Sijunjung Sumatra Barat, Sukabumi,
    Salam hangat dari Solo Terimakasih atas perhatian dan support yang selalu menguatkan saya. Aamiin atas semua harap dan do'a.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terima kasih Bunda Tien, semoga Bunda sehat selalu Aamiin 😍😍😍

      Delete
    2. Alhamdulillah.......

      Yang ditunggu tunggu sudah hadir
      Matur nuwun sanget Ibu Tien,
      Semoga sehat selalu dan tetap semangat.
      Salam seroja (sehat rohani jasmani) dari Cilacap.

      .

      Delete
    3. Alhamdulillah SANG PUTRI 23 sudah tayang.
      Matur nuwun mbak Tien Kumalasari, semoga mbak Tien tetap sehat, bahagia dan selalu dalam lindungan Allah SWT. Aamiin Yaa Robbal Aalamiin.
      Salam hangat dari Karang Tengah Tangerang.

      Delete
    4. Trimakasih Bu Tien, Rindu yg tertukar hehehe. .. Sehat trs utk Bu Tien serta penggemar, salam sehat bahagia dr Madiun yg sllu setia hadir.

      Delete
  4. Selamat malam Bu Tien, terima kasih lanjutannya sdh muncul....
    Semoga Bu Tien selalu sehat dan tetap semangat...🙏🙏

    ReplyDelete
  5. Alhamdulillah, sampun saget maos kisah Palupi.
    Matur nuwun Bu Tien.
    Saking JEMBER tansah setya ngantu-antu sakderengipun istirahat.
    Mugi2 Bu Tien kaparingan bagas waras lir ing sambekala. Aamiin Yaa Rabbal Alamiin.

    ReplyDelete
  6. Matur suwun bu Tien saya nunggu skrg sdh muncul dan lanjut mau bubuk
    Salam hormat dari kota getuk Trio

    ReplyDelete
  7. Sama2 galau... Hanya mb Tien yg bs membuat galau keduanya lebur menjd utuh lg atau hancur lebur tgt pemilik skenario ...slm seroja utk mb Tien dan kita semua...

    ReplyDelete
  8. Alhamdulillah Sang Putri~23 sudah hadir, maturnuwun bu Tien..🙏

    ReplyDelete
  9. Terima kasih bu Tien..alhamdulillah ada cemburu di hati Handoko..mudah mudahan tdk jadi cerai..aamiin

    ReplyDelete
  10. Yaaaaaa koq udh besok lg😅😅😅. Trimaksh bu tien syang...salam syang slama hangat dari lampung...😊🙏🙏

    ReplyDelete
  11. Matur nuwun... Mbak tien....Sng sehat selalu.

    ReplyDelete
  12. Halo mbak Tien..
    Trimakasih SP23..wah wah..makin rumit..
    Aeniga ada titik terang..baguslah klo palupi sadar n bs memnerbaiki diri..kasian bintang..
    Lanjuut mbak Tien...👍👍

    Salam sehat selalu dr bandung.

    ReplyDelete
  13. Yaaaaaa koq udh besok lg😅😅😅. Trimaksh bu tien syang...salam syang slama hangat dari lampung...😊🙏🙏

    ReplyDelete
  14. Yah terkadang ketika kita sedang dlm keadaan bimbang dan ragu thd seseorang, kmd mendengar laporan yg kurang dpt dipertanggungjawabkan kebenarannya, yg hanya berdasarkan melihat saja...hal tsb lgs dpt memicu kemarahan, kebencian, cemburu dan macam2, padahal blm tentu apa yg dikatakan/dilaporkan tsb benar adanya...spt yg dialami handoko...
    Bu tien matur nuwun sdh memberikan pelajaran hidup bagi kita melalui handoko dan palupi...
    Semoga kita bisa mencernanya dan belajar berhati-hati dlm berbicara...yg sering tanpa kita sadari apa yg kita sampaikan (yg mungkin menurut kita hal yg biasa)ternyata bisa menhancurkan kepercayaan seseorang yg sedang bimbang...
    Saya salut dg panjenengan yg menjiwai dlm menulis ceritera kehidupan, shg ceriteranya sungguh2 hidup.
    Semoga panjenengan selalu sehat dan mampu terus berkarya, amin!

    ReplyDelete
  15. Maturnuwun ibu Tien....
    Penasaran dgn kelanjutan critanya
    Salam hangat utk ibu dan klrg ,jg utk penggemar cerbung semua 🙏

    ReplyDelete
  16. Puji Tuhan ibu Tien tetap sehat semangat.

    "Bapak... ayo... " Danang merengek.
    "Bapak... ayo... " Bintang merengek.

    Tetap seru...

    Yustinhar nunggu lanjutnya... Matur nuwun, Berkah Dalem..

    ReplyDelete
  17. Makin seru ceriranya. Mksh ibu dan slmt istirahat

    ReplyDelete
  18. Puji Tuhan ibu Tien tetap sehat semangat.

    "Bapak... ayo... " Danang merengek.
    "Bapak... ayo... " Bintang merengek.

    Tetap seru...

    Yustinhar nunggu lanjutnya... Matur nuwun, Berkah Dalem..

    ReplyDelete
  19. Baru baca bentar tiba² udah "besok lagi ya..."
    Makasih Bu Tien, salam dari Pamulang

    ReplyDelete
  20. Makasih Bu Tien salam sehat selalu

    ReplyDelete
  21. Alhamdulillah Sang Putri 23 sudah hadir
    Duuh Palupi... Handoko.. hilangkan ego kalian demi Bintang..
    Semakin seru dan bikin penasaran ceritanya
    Terima kasih Mbak Tien, semoga sehat dan sukses selalu
    Salam hangat dari Bekasi

    ReplyDelete
  22. Matur nuwun bu Tien..

    Salam taklim dari kota Malang..🙏

    ReplyDelete
  23. Alhamdul8llah, suwun mbak Tienya cerbungnya
    Salam sehat sll dr Bekasi

    ReplyDelete
  24. Alhamdulillah sudah tayang episode 23 Sang Putri
    Terimakasih bu Tien Cerbung nya Semoga ibu Tien selalu sehat wal'afiat dan bahagia bersama keluarga tercinta aamiin Kutunggu kelanjutannya ya bu Tien
    Salam sehat dan hangat dari Salamah Purworejo untuk ibu Tien dan pembaca semuanya

    ReplyDelete
  25. Cemburu..cemburu..cemburu..sakit hati

    Ha..ha..
    Terima kasih Bunda...kutunggu lanjutan..
    Salam sehat..

    ReplyDelete
  26. Matur suwun Bu Tien semangat sehat selalu tetap berkarya🙏💐

    ReplyDelete
  27. Trmksh mb Tien ....sabar menunggu kelanjutannya......salam sehat sll dr blora

    ReplyDelete
  28. Bikin penasaran nih mba Tien. Terima kasih .Sehat selalu mba

    ReplyDelete
  29. Semoga semuanya bisa menahan egonya masing2 jangan mau menangnya sendiri demi keutuhan keluarga...Salam sehat selalu buat Bu Tien dan Keluarga

    ReplyDelete
  30. Keduanya punya ego d kekerasan hati
    ,..gak mau mengalah...
    Tunggu episode berikutnya..
    Mtrswn MB Tien d salam sehat selalu
    Dr YulieslemanSendowo

    ReplyDelete
  31. Terima kasih bu Tien..
    Sehat selalu tuk ibuu..

    Selalu ditunggu kelanjutannya.

    ReplyDelete
  32. Slmt pagiii mba Tien sayang.. Mksihy cerbung SP 23..msh adakah cinta antara palupi dan handoko.. Smgpalupi cpt sadar dan balik lgi bersatu dgn handoko .. Jgnkrn egonya korban anaknya .. Siaapdtgu sll SP selanjutnya.. Slmseroja dri farida sukabumi y mba tien.. Muuaacvhh🥰🥰

    ReplyDelete
  33. Nnnnaaaah... kalo komunikasi antara Handoko - Palupi selama perkawinan ada gap-nya, maka jadilah kesalahpahaman yg menghasilkan ego alias gengsi. Mereka itu lucu, kaya anak SMA ajaaaah... Hehehehe...

    TERIMA KASIH, Bunda Tien. Selamat beraktifitas dihari ini dan sehat, sejahtera serta bahagia selalu ya, Bundaaa... ♥️������

    ReplyDelete
  34. Alhamdulillah sp 23 sdh mengudara, trimakasih bu tien yg selalu memberikan hiburan dgn cerbungnya, semoga bu tien n kelg sehat2 dan selalu dalam lindungan Allah SWT ..... Aamiin yra

    Salam sehat dari : Arif - mojokerto

    ReplyDelete
  35. Alhamdulillah....
    Mtur nuwun Bun....
    Rahayu sami pinanggih

    ReplyDelete
  36. Alhamndulillah....terimakasih mbak tien
    Sehat selalu

    ReplyDelete
  37. Uhuuuiiiii... Ada yg cenat cenut hatinya he he he salam SEROJA ibu Tien kuuuhhh ,salam cenat cenut dr sby hi hi hi

    ReplyDelete
  38. Bagus mbak, palupi belajarnya dibuat bertahap, gak langsung drastis begitu tahu ttg istri priyambodo....sip! Cuma kapan belajar ngurusi cucian ,ha ha...lalu nantinya mengurus suami...lucu kayaknya

    ReplyDelete
  39. Tambah cemburu Handoko nih...
    Salam sehat selalu mbak Tien

    ReplyDelete
  40. Alhamdulilah cerita SP UDAH HADIR
    Makasih bu tien semoga selalu sehat

    ReplyDelete
  41. makasih bunda...
    ttep semangat nulisny ya bund.

    slm sehat dri sukoharjo

    ReplyDelete
  42. Mau comment ada gangguan nih... di publish keluar stegosaurus.

    ReplyDelete
  43. Ho ho ho ...seru .... Perasaan ...masih adakah dari Palupi maupun Handoko.
    Salam sehat dan terima kasih mbak Tien

    ReplyDelete
  44. Mereka mestinya melepaskan ego masing-masing, dan lebih memikirkan perasaan/kejiwaan Bintang. Bahagianya anak pasti jadi bahagianya orang tua.. Semoga demikian..
    Ngintip kok belum muncul ya SANG PUTRI

    ReplyDelete
  45. Apa gak muncul ya malam ini, Uda intip" dr tadi koq blm muncul juga...

    Apa sang putri nya sdh ketiduran yaaaa

    Salam SEROJA dr Boyolali

    ReplyDelete
  46. Wadoh jam 00.06 kok blom muncul ya...nginceng nginceng msh kosong...
    Apakah libur mb Tien
    Tetap menunggu dg setia... YulieslemanSendowo

    ReplyDelete
  47. Ya sptnya mlm ini SP libur aliastdk tayang... Smp bsk lagi ya...sabar pembc....

    ReplyDelete
  48. Untuk pecinta SANG PUTERI,sabar ya sampai saat ini jam 02.00 belum tayang, mungkin sang puteri kecapekan sehabis benah2 rumah dan ngepel........
    Kita tunggu ya sobat semua

    ReplyDelete
  49. Berarti hari Rabu Sang Putri libur....semoga mbak Tien selalu diberi kesehatan

    ReplyDelete
  50. Bu Tien libur njih ? Kami menunggu njih Bu

    ReplyDelete
  51. Bibar subuhan ningali SP kok dereng tayang, nggih mugi - mugi Ibu Tiien sehat - sehat kemawon..

    ReplyDelete
  52. Iya ya SP smp subuh ga muncul....bener jg sang putri capek habis bebenah rumah....

    Smg mb Tien sehat sll....🙏

    ReplyDelete
  53. Bismillah, smg mbak Tien dan jg semuanya sehat sll

    ReplyDelete
  54. Nginceng pagi2 habis Subuhan....Masih kosong tdk apa yg penting Bu Tien tetap sehat...Aamiin

    ReplyDelete
  55. Biasanya mbak yg semarang yg bisa kasih tau kenapanya.

    ReplyDelete
  56. Sy tunggu episode berikutnya Mbak.
    (Rahmat-Cianjur)

    ReplyDelete
  57. Teteplah sehat ibu Tien,doaku selalu utkmu

    ReplyDelete
  58. Alhamdulilah SP 23 sudah bisa mengikuti Palupi yg sdh mau berubah tapi gengsi nya gedhe..... Ku tunggu lanjutannya. Matur nuwun Tien sehat dan bahagia selalu.

    ReplyDelete
  59. Pagiiii, sehat selalu tuk semuanya..

    Khususnya tuk bu Tien, smoga sehat wqlafiat.
    Rupanya hari ini off ya bu.

    ReplyDelete
  60. Sehat selalu bu tien....

    Msh setia menunggu sp 24

    ReplyDelete
  61. Karena sore2 saya dah tidur, saya sering baca Sang Putri kalo pagi hari.
    Terima kasih Mbak Tien selalu menghibur kami dengan cerbung2nya yg memikat hati. Semoga Mbak Tien selalu diberi kesehatan dan kebahagiaan bersama keluarga. Salam seroja dari Semarang.

    ReplyDelete
  62. Mbak iyeng kenapa ya bunda tien semoga sehat" sll.

    ReplyDelete
  63. Blm tayang ya bund...... Menunggu mu nih 💖💖💖

    ReplyDelete
  64. Met pg mbak Tien,tumben SP 24 tdk muncul ? Kami smua sabar menanti,Salam sehat2 selalu buat mbak Tien dr Tegal.

    ReplyDelete
  65. kunanti sampai siang ini ....semoga ibu sehat selalu

    ReplyDelete

CINTAKU JAUH DI PULAU SEBERANG 37

  CINTAKU JAUH DI PULAU SEBERANG  37 (Tien Kumalasari)   Laki-laki yang baru saja membuka pintu itu adalah Sulistyo. Matanya menatap gadis y...