Saturday, December 5, 2020

SANG PUTRI 13

SANG PUTRI 13

(Tien Kumalasari)

 

Handoko melangkah kearah suara. Mirah sedang berdiri ditengah pintu kamarnya. Lalu Handoko melihat seorang wanita didalam, berdiri menatap Mirah dengan heran.

“Saya yang harus bertanya .. kamu itu siapa?” tanya Suprih.

“Kamu yang harus bicara, kamu itu siapa? Ini rumahku. Dan ini kamarnya dia,” kata Handoko sambil menatap tajam Suprih, lalu menunjuk kearah Mirah.

“Oh, ya ampun.. ini bapak Handoko?” lalu Suprih menjadi ketakutan.

“Kamu itu siapa?”

“Saya..  saya.. pembantu baru dirumah ini..”

“Apa ? Siapa menyuruh kamu menjadi pembantu disini?”

“Ss..saya dikirim oleh.. bu Dewi... lalu.. saya.. sudah.. sudah.. ketemu bu Palupi..”

“Hm.. Palupi? Mana dia sekarang?”

“Tadi.. tadi pergi katanya.. mau arisan...”

“Ya Tuhan...”

Mirah kebingungan harus berbuat apa..

“Mirah, kamu ke kamarnya Bintang dulu,” perintah Handoko.

Mirah melangkah kekamar Bintang dengan bingung.

Kemudian Handoko tahu, ternyata yang bersih-bersih rumah dari depan sampai kedapur adalah perempuan itu. Handoko mengira Palupi yang melakukannya, dan dia siap berdamai dengan kekesalan hatinya, ingin membangun hidup tenang bersama  Palupi, walau secara pelan, karena awal yang ditunjukkannya  menunjukkan bahwa Palupi mulai bisa memperbaiki diri. Tapi sekarang semuanya buyar. Ternyata bukan Palupi yang melakukan semuanya, tapi pembantu itu.

“Siapa namamu?”

“Saya.. Suprih, bapak. Apakah bapak akan mengusir saya?” tanya Suprih memelas, karena sesungguhnya ia amat membutuhkan pekerjaan, sementara Handoko menatapnya dengan wajah kurang senang.

Handoko menatap mata penuh permohonan itu dan runtuhlah belas kasihan di hatinya. Bukan karena Palupi tapi karena Suprih yang merasa sudah mendapat pekerjaan dan kemudian nyaris dipecat. Tidak, itu bukan Handoko. Lelaki tampan itu penuh kasih sayang.

“Baiklah, apa boleh buat, tapi ini sebenarnya kamarnya Mirah.”

“Dia.. tadi ?”

“Ya, dia mau masuk kekamarnya dan terkejut melihat kamu ada didalam.”

“Kalau saya masih diijinkan bekerja, biarlah saya tidur diatas tikar, didapur saja, tidak apa-apa bapak.”

“Tidak, Mirah biar tidur dikamar Bintang, anakku. Baju-bajunya biar disini.”

“Baiklah, terimakasih bapak..”  Suprih menjatuhkan dirinya, bertumpu pada lututnya dan merangkapkan kedua tangannya.

“Sudah, jangan berlebihan. Jadi tadi yang membersihkan seisi rumah itu kamu?”

“Iya bapak, begitu saya datang bu Palupi menyuruh saya membersihkan rumah dan dapur.”

“Ya sudah, kamu boleh beristirahat.”

Handoko beranjak kekamar Mirah, melihat Mirah berbaring sambil memeluk Bintang.

“Mirah, kamu tidur saja dikamar Bintang, sementara baju-baju kamu biarlah dikamar kamu sebelumnya. Nanti ditambah satu almari lagi.”

Mirah bangkit, wajahnya kuyu. Sesungguhnya ada yang ditakutkannya.

“Mirah, aku ingin menyuruh dia pergi, tapi aku kasihan, dia tampak sangat membutuhkan pekerjaan.”

“Ya bapak, kasihan kalau disuruh pergi.”

“Aku tadinya mengira Palupi melakukannya. Bersih-bersih rumah dari depan sampai ke dapur, ternyata Suprih,” kata Handoko kesal.

“Saya akan menemui bu Suprih, sambil menata lauk yang tadi kita beli.”

“Ya Mirah, aku juga ingin beristirahat.”

***

Mirah meninggalkan kamar Bintang menghampiri Suprih yang masih terduduk di lantai.

“Bu Suprih, saya Mirah..”

“Iya nak, ma’af.. aku tidak tahu kalau ini kamarmu..”

“Tidak apa-apa bu, pakai saja, saya bisa tidur dikamar mas Bintang. Jangan sungkan.”

“Aku juga heran, mengapa bu Palupi tidak memberi tahu suaminya kalau ada pembantu baru.”

“Aku kedapur dulu bu, aku tadi beli lauk matang, supaya tidak memasak hari ini.”

Suprih mengikuti Mirah kebelakang, membantu menata makanan dimeja.

“Tadi aku menanak nasi di magic com, tapi cuma sedikit, habis bu Palupi tidak memberi tahu harus seberapa aku memasak.”

“Nanti saya masak lagi, nggak apa-apa bu.”

“Aku ingin memasak sayur, tapi tak ada sayuran di kulkas.”

“Tadi bu Suprih sudah makan?”

“Sudah, aku menggoreng telur sama kecap.”

“Kasihan bu...”

“Tidak apa-apa, habis aku tidak mengerti harus bagaimana. Bu Palupi hanya menyuruh aku bersih-bersih rumah dan dapur yang sangat kotor, lalu bu Palupi minta dipijit, habis itu bu Palupi pergi arisan.”

“Iya, nanti makan dengan lauk yang sudah siap ini saja. Bisa dipanasin kalau sa’atnya makan.”

“Biar aku menanak nasi lagi, ini sisa sedikit aku keluarkan saja dulu.”

“Ya bu, nggak apa-apa.”

Sejauh ini Mirah merasa bahwa bu Suprih sangat baik.  Ia tahu mengapa ndara putrinya mencari pembantu baru,  Sebetulnya dia merasa tak enak kalau nanti Palupi pulang, lalu memaki-maki dirinya. Ia yakin Palupi sangat membancinya karena mengira dia ada hubungan cinta dengan Handoko.

Sebesar apapun rasa cinta itu, Mirah bisa menempatkan dirinya. Ia tahu dimana dia harus duduk dan dimana dia harus berdiri. Dia juga tak ingin merusak sebuah rumah tangga yang seharusnya dibangun agar tenang dan bahagia.

***

Sore hari ketika Handoko sedang menikmati kopi susu kesukaannya diruang tengah, ia mendengar langkah-langkah kaki memasuki rumah. Palupi pulang. Begitu masuk langsung berteriak.

“Supriiih..”

Tapi sebelum Suprih mendekat ia melihat suaminya duduk sambil menonton acara televisi.

“Aku sudah dapat pembantu baru,” katanya sambil mendekati suaminya.

“Siapa yang menyuruh kamu mencari pembantu baru?”

“Aku sendiri, habis siapa yang akan mengurus rumah kalau aku tiak mencari pembantu?”

Dibalik pintu Suprih urung mendekat karena didengarnya suara yang sedang memperdebatkan dirinya.

“Bukankah aku sudah melarangnya?”

“Aku tidak sanggup mengurusi rumah sendirian.”

“Bagaimana seorang isteri bisa mengatakan hal seperti itu?”

“Lalu mana Suprih? Kamu mengusirnya?”

Tiba-tiba Bintang mendekati bapaknya.

“Bapaaak.. roda mobilnya copot...”

“Oh, iya? Mana coba rodanya, bapak coba perbaiki ya?”

Bintang lari kebelakang, kemudian datang sambil membawa roda mobil-mobilannya yang terlepas.

“Bisakah dipasang lagi? Yu Mirah tidak bisa, bapak..”

“O, begundal itu datang lagi?”

“Bintang sepertinya susah dipasang karena sudah patah. Besok kita beli lagi ya?”

“Ya bapak..” lalu Bintang berlari lagi kekamarnya.

“Kamu tadi memanggil Mirah apa? “ kata Handoko sambil menatap isterinya penuh amarah.

“Dia begundal kan? Lalu apa? Apa aku harus menyebutnya adinda karena dia calon  maduku? Begitu?”

“Tutup mulut kamu Palupi, kesabaranku sudah habis. Mirah tetap disini dan jangan sekali-sekali mengusik atau melukai perasaannya. Kalau itu sampai kamu lakukan...”

“Kalau itu aku lakukan... lalu.. apa?” Palupi menantang.

“Aku ceraikan kamu !!”

Palupi terhenyak.

“Benarkah?”

“Kamu sudah keterlaluan, kesabaranku sudah habis. Tak ada hormat-hormatnya kamu sama suami, tak ada sayangnya sama anak, tak ada pedulinya sama  rumah tangga kamu.”

Palupi membalikkan tubuhnya lalu masuk kedalam kamar, menangis sepuasnya disana.

Suprih tiba-tiba mendekati Handoko dan duduk bersimpuh didepannya.

“Bapak, apakah saya menjadi penyebab kemarahan ibu?”

Handoko menatap Suprih. Wanita setengah tua itu menatapnya dengan memelas.

“Bukan yu, bukan karena kamu. Dia memang begitu, tapi itu bukan karena kamu. Pergilah dan lakukan tugasmu, seperti Mirah melakukannya.”

“Terimakasih bapak.. saya tidak mengira, bapak sangat baik...”

“Tidak yu Suprih, saya melakukan apa yang orang lain juga melakukannya.”

Suprih berdiri dan beranjak kebelakang. 

Mirah sedang menata makan malam dimeja, tapi ia belum mau memanaskannya karena belum sa’atnya makan malam.

“Nak Mirah, ternyata bapak Handoko itu sangat baik.”

“Iya bu, memang beliau sangat baik.”

“Aku heran, bu Palupi sama suami kok berani berkata kasar begitu ya, padahal suaminya sedang sakit.”

“Iya bu, saya juga heran.”

“Tadinya aku takut. Tampaknya bu Palupi mencari pembantu tanpa sepengetahuan suaminya, jangan-jangan aku diusir. Untunglah tidak.”

“Iya bu, tak mungkin pak Handoko melakukan hal kejam seperti itu.”

“Disini sudah ada nak Mirah, mengapa ya bu Palupi mencari pembantu lagi?”

“Bu Palupi tidak suka sama saya bu.”

“Masa? Kenapa?”

“Entahlah bu, saya juga tidak mengerti. Kemarin saya sudah pergi dari sini, maksud saya agar bu Palupi senang karena yang dibencinya tidak ada. Tapi bapak menjemput saya, mengajaknya kembali, karena mas Bintang rewel mencari-cari saya.”

“Oh, rupanya nak Mirah sudah lama ikut di keluarga ini?”

“Sudah sejak mas Bintang belum lahir, pak Handoko dan bu Palupi masih pengantin baru.”

“Oh, sudah sangat lama, pantesan mas Bintang nggak mau pisah sama nak Mirah.”

“Yu MIraaaah...”

“Ya mas Bintang, sini.. yu Mirah ada didapur.”

Bintang berlari-lari kecil  menuju dapur.

“Ada apa ?”

“Kata bapak, mobilnya tidak bisa dipasangin roda lagi. Besok kita beli mobil lagi saja.”

“Oh, iya.. memang sudah rusak mas Bintang, makanya yu Mirah juga tidak bisa membetulkannya.”

“Ini siapa ?”

“Ini namanya bu Suprih.”

“Ibunya yu Mirah?”

“Bukan, ini akan membantu yu Mirah disini.”

“Sini, salaman dulu sama bu Suprih..” kata Suprih sambil mengulurkan tangannya.

Bintang mengulurkan tangannya, lalu berlari kembali kekamarnya.

“Ganteng sekali..”  gumam Suprih.

“Iya bu. Ya itulah yang menyebabkan saya sanggup kembali kerumah ini. Kalau tidak ya lebih baik pergi.”

“Apa bu Palupi itu galak?”

“Saya nggak tahu bu, tapi kalau sama saya ya agak keras, namanya orang tidak suka. Kalau sama orang lain saya nggak tahu.”

“Aku juga belum tahu banyak, baru ketemu sebentar tadi pagi itu. Setelah menyuruh aku bersih-bersih lalu dia pergi.”

“Semoga dia baik sama bu Suprih. Sekarang saya mau mandi dulu ya bu. Sudah selesai semuanya.”

“Ya nak, habis itu aku yang mandi.”

***

“Danaaang..” panggilan Palupi ketika menelpon Danang.

“Ada apa sih mbak, keras banget, kupingku sampai sakit nih.”

“Aku mau ketemu kamu.. sekarang..”

“Wah, kalau sekarang nggak bisa mbak, aku mau pulang sore karena harus mengantar ibu ke dokter.”

“Memangnya ibu sakit apa?”

“Tidak sakit apa-apa, biasa, kontrol sebulan sekali.”

“Apa tidak bisa besok kontrolnya?”

“Ya nggak bisa mbak, jadualnya hari ini.”

“Aduuh...”

“Kenapa sih, ada yang menggigit?”

“Danaaang..”

“Kok aduh itu kan berarti kesakitan?”

“Memang aku sakit Nang.. sakit sekali..”

“Ada apa lagi, cantik.”

“Mas Handoko mengancam akan menceraikan aku..”

“Waduh... gawat itu.”

“Kamu bercanda sih Nang, aku benar-benar ingin ketemu kamu.”

“Kalau urusannya dengan mas Handoko, mengapa harus ketemu aku mbak?”

“Hanya kamu yang bisa menghibur aku Nang, aku bakalan nggak bisa tidur kalau tidak ketemu kamu.”

“Memangnya aku ini obat tidur?”

“Nang, aku serius nih...”

“Iya mbak, tapi besok saja ya, aku tidak bisa sore ini, ibu sudah menunggu.”

“Apa simbok nggak ada?”

“Simbok sih ada, apa ya aku tega membiarkan ibuku ke dokter hanya sama simbok. Aneh mbak Palupi ini.”

“Kalau begitu nanti sehabis pulang mengantar ibu.”

“Aduuh, mbak Palupi sukanya maksa ya..”

“Tolong Nang.. “

“Ya sudah nanti, tapi kalau antrinya banyak bisa malam, belum nanti ngantri di apotik.”

“Pokoknya aku tunggu. Kalau sudah selesai kabari aku, tengah malam juga nggak apa-apa.”

“Masa tengah malam aku harus menculik isteri orang.”

“Jangan banyak alesan Nang, pokoknya aku tunggu. Kabari kalau sudah selesai.”

Palupi langsung menutup ponselnya, membiarkan Danang yang sudah mau angkat kaki dari kantornya kemudian termenung beberapa sa’at lamanya.

Danang suka kalau hanya diajak bersenang-senang, menikmati dinginnya malam sambil bercanda, tapi kalau harus mendengar keluh kesah.. Danang sungguh merasa keberatan. Memang Palupi tidak ingin melakukan hal yang melewati batas bersama adik iparnya, dan Danangpun juga tak mau., boleh sih kalau hanya sekedar menemani jalan.. makan..tapi ketika mendengar bahwa Palupi sedang galau karena diancam cerai oleh suaminya, Danang lebih baik angkat tangan.

Mengapa Palupi selalu ingin bersama Danang, karena hanya Danang yang tidak pernah mencelanya. Hanya Danang yang selalu memujinya. Sementara yang lain, bahkan sahabatnya sekalipun juga pasti menyalahkannya.  Sebenarnya Palupi ingin mendekati Ryan, tapi celakanya Ryan pun juga menyalahkannya. Palupi selalu merasa kehilangan pegangan. Kalau ada masalah bukan menjadikan pelajaran agar dia bersikap lebih baik, tapi justru membuatnya marah dan kesal. Lalu rasa kesal itu sekarang dilarikannya kepada Danang. Hanya dia yang dianggap bisa menghiburnya.

***

“Kok lama sih Nang, katanya mau pulang agak sorean. Ibu sudah menunggu dari tadi,” tegur bu Ismoyo yang sudah menunggu diteras.

“Ma’af bu, tadi sudah mau pulang, mbak Lupi menelpon.”

“Ada apa?”

“Biasa bu, mbak Lupi itu kalau sedang suntuk, pasti mencari Danang.”

“Memangnya kamu bisa apa kalau dia yang lagi suntuk lalu mencari kamu?”

“Danang kan bisa menghibur dia?”

“Apa maksudmu menghibur Nang? Kamu jangan main-main. Kalau ada masalah di keluarga kangmasmu, kamu jangan mencampuri urusannya.”

“Tidak bu, mbak Lupi paling hanya mengajak makan, jalan-jalan, ngobrol..”

“Itu tidak benar. Kalau ada kesempatan bertemu lalu dia berkeluh tentang suaminya, kamu justru harus memberi dia nasehat. Kok malah menghibur, nanti keterusan nggak baik jadinya.”

“Danang juga nggak mau bu, apalagi tadi katanya dia suntuk karena mas Handoko mau menceraikan dia.”

“Sampai begitu ?”

“Iya, makanya Danang menolak.”

“Bagus, jangan lagi mau kalau dia berkeluh ke kamu. Kalau dia menelpon, bilang kamu sedang sibuk atau apa, sungguh ibu tidak suka. Tapi besok ibu akan kerumah kangmasmu, ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi.”

“Ya sudah, ayo ibu berangkat sekarang atau nanti?”

“Ya sekarang Nang,  pasti sudah banyak yang ngantri ini.”

***

“Supriiih..” Palupi berteriak.

Suprih terburu-buru mendekat, padahal sedang membantu Mirah memanasi sayuran untuk makan malam. Bintang sudah merengek lapar.

“Ya bu..”

“Sini, masuklah.”

Suprih masuk kekamar.

“Tutup pintunya.”

Suprih menutup pintu kamar, ia mengira Palupi ingin dipijit lagi kakinya.

“Kamu lagi ngapain ?”

“Membantu nak Mirah memanasi sayur bu.”

“Tidak usah dibantu. Keenakan begundal itu kalau dibantu. Memangnya aku cari pembantu untuk membantu dia?”

“Tapi saya tidak enak kalau diam saja,” kata Suprih, yang sebenarnya agak miris mendengar ndara putrinya menyebut ‘begundal’.

“Sudah, jangan hiraukan dia. Aku beri tahu ya, dia itu mau merusak rumah tanggaku.”

“Merusak bagaimana bu?”

“Merusak itu ya merusak. Dia merayu suami aku.”

“Astaga...”

“Memang iya, makanya aku membenci dia.”

Suprih terdiam. Rasanya Mirah tidak seperti itu.

“Kamu mau uang?” kata Palupi sambil menunjukkan beberapa lembar ratusan ribu didepan hidung Suprih.

***

Besok lagi ya.

 

61 comments:

  1. Terima kasih mbak Tien ... SP 13 sdh hadir menghibur para penggemarnya.

    Salam hangat kami dari Yogya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Palupi garangan watiiiii,, Ibu mertua sakit,,, malah senang2 melulu,,, haduuuuuuuh,,

      Delete
  2. Selamat malam jeng tien cerbungnya
    Salam sehat

    ReplyDelete
  3. Alhamdulillah... karya b Tien sdh mengudara kembali... mksh bu...salam sehat slalu..

    ReplyDelete
  4. Seru bgt bu...
    Jd penasaran kelanjutannya seperti apa..
    Semoga Bu Tien sehat selalu..
    Salam dari Nias..

    ReplyDelete
  5. Matur nuwun... Mbak tien.. Sehat selalu

    ReplyDelete
  6. Tks mbak Tien SP 13 sdh nongol,sayang baca terasa br sebentar sdh besok lagi hehehe, gawat Suprih disuap bakalan rame nih Palupi ada teman unt bikin ribut terus....
    Salam seroja mbak Tien dari Tegal.

    ReplyDelete
  7. Hallow mas2 mbak2 bapak2 ibu2 kakek2 nenek2 :
    Wignyo, Ops, Kakek Habi, Bambang Soebekti, Anton, Hadi, Pri , Sukarno, Giarto, Gilang, Ngatno, Hartono, Yowa, Tugiman, Dudut Bmbang Waspodo, Petir Milenium (wauuw), Djuniarto, Djodhi55, Rinto P. , Yustikno, Dekmarga, Wedeye, Teguh, Dm Tauchidm, Samiadi, Pudji, asi Garet, Joko Kismantoro, Alumni83 SMPN I Purwantoro, Kang Idih, RAHF Colection, Sofyandi, Sang Yang, Haryanto Pacitan, Pipit Ponorogo, Nurhadi Sragen, Arni Solo, Yeni Klaten, Gati Temanggung, Harto Purwokerto, Eki Tegal dan Nunuk Pekalongan, Budi , Widarno Wijaya, Rewwin, Edison, Hadisyah,
    Sastra, Wo Joyo, Tata Suryo, Mashudi, B. Indriyanto, Nanang, Yoyok, Faried, Andrew Young, Ngatimin, Arif, Eko K,
    Yustinhar. Peni, Datik Sudiyati, Noor Dwi Tjahyani, Caroline Irawati, Nenek Dirga, Ema, Winarni, Retno P.R., FX.Hartanti, Danar, Widia, Nova, Jumaani, Ummazzfatiq, Mastiurni, Yuyun, Jum, Sul, Umi, Marni, Bunda Nismah, Wia Tiya, Ting Hartinahyù, Wikardiyanti, Nur Aini, Nani, Ranti, Afifah, Bu In, Damayanti, Dewi, Wida, Rita, Sapti, Dinar, Fifi, Nanik. Herlina, Michele, Wiwid, Meyrha, Ariel, Yacinta, Dewiyana, Trina, Mahmudah, Lies, Rapiningsih, Liliek, Enchi, Iyeng Sri Setyawati , Yulie, Yanthi , Dini Ekanti, Ida, Putri, Bunda Rahma, Neny, Yetty Muslih, Ida, Fitri, Hartiwi DS, Komariah P., Ari Hendra, Tienbardiman, Idayati, Maria, Uti Nani, Noer Nur Hidayati, Weny Soedibyo, Novy Kamardhiani, Erlin, Widya, Puspita Teradita, Purwani Utomo, Giyarni, Yulib, Erna, Anastasia Suryaningsih, Salamah, Roos, Noordiana, Fati Ahmad, Nuril, Bunda Belajar Nulis, Tutiyani, Bulkishani, Lia, Imah P Abidin, Guru2 SMPN 45 Bandung, Yayuk, Sriati Siregar, Guru2 SMPN I Sawahlunto, Roos, Diana Evie, Rista Silalahi, Agustina, Kusumastuti, KG, Elvi Teguh, Yayuk, Surs, Rinjani, ibu2 Nogotirto, kel. Sastroharsoyo, Uti, Sis Hakim, Tita, Farida, Mumtaz Myummy, Gayatri, Sri Handay, Utami, Yanti Damay, Idazu, Imelda, Triniel, Anie,
    Hallow Pejaten, Sidoarjo, Garut, Bandung, Batang, Kuningan, Wonosobo, Blitar, Sragen, Situbondo, Pati, Pasuruan, Cilacap, Cirebon, Bengkulu, Bekasi, Tangerang, Tangsel,Medan, Padang, Mataram, Sawahlunto, Pangkalpinang, Jambi, Nias, Semarang, Magelang, Tegal, Madiun, Kediri, Malang, Jember, Banyuwangi, Banda Aceh, Surabaya, Bali, Sleman, Wonogiri, Solo, Jogya, Sleman, Sumedang, Gombong, Purworejo, Banten, Kudus, Ungaran, Purworejo, Jombang, Boyolali. Ngawi, Sidney Australia, Boyolali, Amerika, Makasar, Klaten, JAKARTA...hai..., Mojokerto, Sijunjung Sumatra Barat, Sukabumi,
    Salam hangat dari Solo Terimakasih atas perhatian dan support yang selalu menguatkan saya. Aamiin atas semua harap dan do'a.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Selamat malam, wilujeng dalu, bu Tien.
      Matur nuwun sampun dipun paringi ngintip bloghspottienkumasari22. Tambah rame, tambah gayeng, tambah penasaran........

      Delete
    2. Terima kasih Bunda Tien, sehat terus ya Bunda,, selalu semangat & semangat Aamiin 😍😍😍

      Delete
    3. Alhamdulillah.......
      Yang ditunggu tunggu sudah hadir
      Matur nuwun sanget Ibu Tien,
      Semoga sehat selalu dan tetap semangat.
      Salam seroja (sehat rohani jasmani) dari Cilacap.

      Delete
    4. Alhamdulillah SANG PUTRI 13 sudah tayang.
      Matur nuwun mbak Tien Kumalasari, semoga mbak Tien tetap sehat, bahagia dan selalu dalam lindungan Allah SWT. Aamiin Yaa Robbal Aalamiin.
      Salam hangat dari Karang Tengah Tangerang.

      Delete
    5. Mtnuwun mbk Tien...
      Smg mbak Tien selalu sehat dan semangat

      Duuuh bu Suprih mau disuruh apa? in

      Delete
  8. Selamat malam mbak Tien..
    Trimakasih SP-13 pas ngintip pas ada...lanhsung baca..
    Waduuh..suprih ditawarin uang bkn gaji tentunya..kan br dtg..uang suap tuh..rencana jahat apa yg lg dirancang palupi...😠
    Semoga mirah aman2 sj..kasian bintang..
    Makin seruu..lanjuut mbak Tien..

    Salam sehat selalu..dari maria bandung.

    ReplyDelete
  9. Semoga Bu Suprih tidak termakan hasutan Palupi

    ReplyDelete
  10. Waduh ancaman Handoko tidak main main.. Apa yang akan terjadi?
    Ditunggu ys bu kelanjutannya. Trrima kasih bu Tien .semoga sehat selalu..aamiin

    ReplyDelete
  11. Alhamdulillah tayang lebih awal. TERIMA KASIH ya, Bunda Tien. Bahagia deeeeh... ������‍♀️��♥️��♥️��♥️.

    Uang disodorin didepan hidung, bisa-bisa kepergok dan jadi OTT (Operasi Tangkap Tangan) tuh, Bundaaaaa... 🤣

    Yang namanya setan, memang senangnya menggoda manusia untuk terjerumus menjadi murka dan berani berbuat nista didalam suci-nya rumah tangga. Palupi..., Palupiiii... The more you control the world, the more the world uncontrolable (quoted by Rinjani)

    Selamat beristirahat Bunda Tien. Semoga besok sehat dan segar kembali untuk melanjutkan peluncuran tayangan selanjutnya. Nite nite, Bunda ♥️������

    ReplyDelete
  12. Matur nuwun mbak tien-ku, sp13 sudah diterima dg baik .
    Gawat nii...Lupi mau menyuap Suprih , utk menyingkirkan Lupi . Kita tunggu saja bgmn dalang memainkan wayangnya.
    Salam sehat dari sragentina mbak Tien ,..good nite...have a good dream.

    ReplyDelete
  13. Terima kasih Mbak Tien ep 13 sudah hadir... wouw... Palupi mau menambah masalah sepertinya... semoga dia menuai apa yg di tanam... kebencian di hatinya akan berbuah kemalangannya sendiri.
    Selamat malam Mbak Tien.. slmt beristirahat. Salam seroja dari Semarang.

    ReplyDelete
  14. Pak Latief.. Palupi menyuap Suprih utk menyingkirkan Mirah... bukan Lupi

    ReplyDelete
    Replies
    1. O ya ...maaf. Sambil ngantuk.
      'Untuk menyingkirkan Mirah '
      Trm ksh mbak Irawati .

      Delete
  15. Puji Tuhan, ibu Tien tetap sehat, semangat dan produktip.
    Ndoro Putri mau nyogok Suprih untuk apa ya? Semoga semua anggota keluarga tahan uji dan Palupi segera insaf tugas sbg ibu rumah tangga.

    Yustinhar di Priok menunggu eps 14. Matur nuwun, Berkah Dalem.

    ReplyDelete
  16. Mas Arif, kalau tidak salah. Panggilannya mbak Nok. Suaminya dr obgyn namanya Sumadi. Nggak kenal ya?

    ReplyDelete
  17. Alhamdulillah sudah tayang episode 14,makin seru aja
    Terimakasih bu Tien Cerbung nya Kutunggu kelanjutannya
    Semoga bu Tien sekeluarga selalu sehat wal'afiat dan bahagia aamiin
    Salam sehat dan hangat dari Salamah Purworejo

    ReplyDelete
  18. Semoga sehat Mbak Tien, pulangkan saja 🎵palupi pada ibunya 🎼juga ayahnyaaaaaa,,,,🎶

    ReplyDelete
  19. Namanya bagus Palupi tapi kok kelakuannya... ditunggu bu Tien kelanjutannya tetap semangat ya

    ReplyDelete
  20. terima kasih bunda,,,semoga bunda selalu sehat dan ttp semangat,,
    salam seroja,,,,

    ReplyDelete
  21. Marur suwun Bu Tien,semangat dan s3hat selalu🙏🙏

    ReplyDelete
  22. Ikut author sj ah bgmn crt selanjutnya..ditunggu eps berikutnya.. slm seroja utk kita semua....

    ReplyDelete
  23. Alhamdulillah, suwun mbak Tien.
    Tetap semangat, salam sehat sejahtera sll dr Bekasi

    ReplyDelete
  24. Hadeh...Palupi mau peralat Suprih kayaknya... Makasih mba Tien. Salam hangat selalu

    ReplyDelete
  25. Hadeh...Palupi mau peralat Suprih kayaknya... Makasih mba Tien. Salam hangat selalu

    ReplyDelete
  26. Alhamdulillah Sang Puteri sudah muncul,makasih Bunda.
    Semoga Bunda selalu sehat wal'afiat tak kurang suatu apa, dan selalu bahagia bersama keluarga.
    Aamiiiiin.

    ReplyDelete
  27. Dasar Palupi buta hati.... bukannya sadar akan sikapnya yang sudah tidak peduli kepada keluarga... malahan nekad merencanakan sesuatu..... Apa ya rencananya ?..dan melibatkan Supri pembantu baru...
    Salam sehat dan terima kasih mbak Tien

    ReplyDelete
  28. Alhandulillah SP 13 sudah hadir
    Semakin seru dan bikin greget ceritanya
    Terima kasih Mbak Tien, semoga sehat dan sukses selalu
    Salam hangat dari Bekasi

    ReplyDelete
  29. Bagaimana Palupi menghadapi suami dan rumahtangganya?tambah penasaran nih
    Maturnuwun ibu Tien,salam sehat penuh semangat 🙏

    ReplyDelete
  30. Selamat pagi mbak Tien, smoga sll sehat bahagia, begitu juga seluruh pecibta pembaca cerbung ini .. waach jiyaan Sang Putri menggemaskan yaaa .. 😁😁😁

    ReplyDelete
  31. Alhamdulillah sdh baca tayangan sp 13 palupi semakin emosi krn diancam cerai sama handoko ...... permasalahan semakin ruwet ...... trimakasih bu tien kita tunggu episode berikutnya
    Semoga bu tien sehat2 selalu

    Salam dari : arif mojokerto

    ReplyDelete
    Replies
    1. Mas Arif, mbakyu Retno alamatnya saya lupa. Suaminya dr spesialis kandungan. Namanya Sumadi.

      Delete
  32. Maaf bu tien saya kok nggak kenal sama bu retno sumadi ya

    ReplyDelete
  33. Alhamdulillah..
    Mtur nuwun Bun...
    Mugi2 tansah sugeng..

    ReplyDelete
  34. Alhamdulillah ... maturnuwun mbak Tien sayang..SP 13 sudah tayang dan berhasil membuat saya guemez..
    Ugh Palupi memang jahat mekakat...
    Gak heran kalau Handoko sangat marah.
    Selamat berakhir pekan mbakyu...semoga bahagia bersama keluarga dan penuh berkah.
    Salaam

    Iyeng Sri Setiawati

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sebenernya Palupi itu ga jahat bu Iyeng,tp egois nya pol
      Sp maunya dituruti,dipuji,ga mau disalahin

      Delete
  35. Palupi nggemesin, harus dipecat jadi mantu ini...

    ReplyDelete
  36. Ihh bikinn gemeesss dehh...salutt sama bu Tien yg pinter bikin alurnya sll seruu

    ReplyDelete
  37. Ya bu tien kalau dr.sumadi dati (dr.spesialis kandungan) saya tahu ..... yg di jl bhayangkara ..... masih famili ya bu tien

    ReplyDelete
    Replies
    1. Bukan. Beliau juga suka baca cerbung saya. Saking senengnya saya sering dikirimi souvenir.. haduuh.. pekewuh

      Delete
  38. Terimakasih, Bu Tien... Salam sehat dari Yogya. 😍

    ReplyDelete
  39. Alhamndulillah...terimakasih mnak tien.
    Sehat selalu

    ReplyDelete
  40. semakin panaaassss......Buuuu..... He he he he .... Bikin penasaran sll Bu Tien Kuuhhh..... Salam SEROJA dr Sby Buuu

    ReplyDelete
  41. Makin seruuu mksh mb Tien salam sehat selalu

    ReplyDelete
  42. Slmt siaang mba Tien sayang.. Mksih SP13 nya y sangat menghibur sekali.. Salamsehat sll dri farida sukabumi y mba tetap semangat.. Muuaahh🥰🥰

    ReplyDelete
  43. Semoga pembantu baru jg baik . Bisa memberi nasihat ndoro putrinya

    ReplyDelete
  44. Masih setia menunggu, bu Tien
    Santai saja tapi tetap semangat
    Kami2 selalu menemani

    ReplyDelete

CINTAKU JAUH DI PULAU SEBERANG 25

  CINTAKU JAUH DI PULAU SEBERANG  25 (Tien Kumalasari)   Saraswati menatap abdi setianya dengan pandangan aneh. Tangannya yang masih memegan...