SANG PUTRI 04
(Tien Kumalasari)
“Apa sebenarnya maunya anak itu,” omel bu Ismoyo.
Simbok memegangi tangannya ketika bu Ismoyo mau mendekati serombongan wanita-wanita berpakaian glamour itu.
“Jangan bu, nanti ramai ditepi jalan, malu dilihat orang.”
“Aku kesal banget sama menantuku itu mbok.”
“Sabar bu, mari belanja dulu saja, biarkan mereka.”
“Nanti saja sehabis belanja kita mampir kerumah Handoko. Harus diberi tahu Handoko itu, jangan membiarkan isterinya berbuat semaunya. Seorang isteri kok tidak memperhatikan keluarga, malah sibuk bersenang-senang.”
“Bu, kita cari yang bumbu-bumbu kering dulu ya, sayuran belakangan,” kata simbok mengalihkan kekesalan bu Ismoyo.
“Ya sudah , terserah kamu saja.”
Akhirnya bu Ismoyo menuruti kata-kata simbok, melanjutkan masuk kedalam supermarket untuk belanja, walaupun kekesalannya belum hilang.
“Bagaimana menurut kamu mbok, menantuku itu. Tadinya baik-baik saja lho, kok sekarang berubah menjadi seperti itu?” bu Ismoyo masih mengomel.
“Namanya masih muda bu, mungkin belum puas bersenang-senang,” kata simbok sambil mengambil sebotol pala bubuk dan lada.
“Lha ketika dia bersiap untuk menjadi isteri, kebutuhan keluarga kan harus lebih diutamakan ta mbok?”
“Benar bu, tapi terkadang ada nyang belum puas menikmati kesenangan masa muda.”
“Ah, lha kalau begitu ya jangan buru-buru menikah.”
“Ibu butuh buah kan bu? Itu pisangnya bagus-bagus,” kata simbok sambil meraih sebotol kecap.”
“Iya, beli saja pisang, sama jeruk untuk Danang. Oh ya, belikan juga untuk Handoko, kan nanti mau kesana.”
“Baiklah,”
Bu Ismoyo terus menggerutu tentang menantunya, sementara simbok menanggapi ala kadarnya sambil menyibukkan diri memilih buah dan sayuran. Sebagai sesama orang tua ia bisa mengerti apa yang dirasakan bu Ismoyo terhadap menantunya. Kesal dan kecewa.
“Katanya ibu ingin masak bistik hari ini?”
“Oh iya, pilihkan dagingnya yang empuk. Pilih has dalam ya mbok.”
“Iya bu, seperti biasanya kan?”
“Benar, kamu kan sudah sering beli.”
***
Ketika bu Ismoyo dan simbok sampai dirumah Handoko, Handoko dan Bintang sedang makan pagi dilayani oleh Mirah.
“Lhoh, jam segini baru makan pagi?” tegur bu Ismoyo.
“Ibu... ? Kok tumben sama simbok?”
“Iya, habis belanja langsung kemari.”
“Eyang mau makan sama Bintang?” tegur Bintang.
“Eyang sudah sarapan, biar eyang temani saja disini ya ?”
“Belanja dimana bu?”
“Biasa le, di Ngapeman, tadi aku ketemu isteri kamu.”
“Oh ya ? Ayo duduk di ruang tengah saja bu. Miraah, tolong kursi rodaku.”
“Baik pak,” kata Mirah yang semula duduk didapur bersama simbok.
Mirah mendekatkan kursi roda Handoko.
“Saya bantu pak?”
“Nggak, biar aku mencobanya sendiri,” kata Handoko yang mencoba berdiri, kemudian Mirah mendekatkan kursi rodanya sehingga Handoko bisa langsung duduk dengan nyaman.
Bu Ismoyo menatap puteranya dengan iba.
“Kamu itu masih perlu dukungan isteri kamu, tapi isteri kamu seenaknya saja bersenang-senang dengan teman-temannya,” gerutu bu Ismoyo ketika sudah duduk diruang tengah.
Handoko mencoba berpindah duduk di sofa, Mirah menjaga didekatnya, agar tuan gantengnya tidak sampai terjatuh lagi. Tapi kali ini Handoko berhasil berpindah duduk dari kursi rodanya ke sofa dengan manis.
Mirah meminggirkan kursi roda dan melangkah kebelakang. Lalu membuat minuman untuk bu Ismoyo.
“Bu Palupi sering pergi ya?” tanya simbok ketika Mirah sudah membawa minuman kedepan, lalu mengangsurkan cawan yang satu kearah simbok.
“Setiap hari nggak pernah ada dirumah mbok, tadi juga, pagi-pagi sudah pergi.”
“Iya, tadi ketemu di sebelah selatan perempatan Ngapeman. Temannya banyak, cantik-cantik, bercanda heboh sekali tadi.”
“Bu Ismoyo melihatnya?”
“Ya melihatnya, kalau aku tidak mencegahnya pasti sudah didamprat disana tadi.”
“Iya ya mbok, kasihan bapak .. makan pagi juga sendiri.. hanya bersama mas Bintang, dan saya juga yang melayani.”
“Tampaknya mereka tadi seperti memasuki rumah makan rame-rame. Jadi dia pergi makan, membiarkan suaminya makan dilayani kamu ya Rah.”
“Ah, entahlah mbok, aku juga kasihan kalau melihat bapak ini. Aku heran kok ya didiamkan saja. Tapi ibu itu kalau ditegur berani menjawab lho mbok, aduuh.. kalau sudah begitu mas Bintang aku sembunyikan dikamar, supaya nggak melihat pertengkaran bapak ibunya.”
“Yu Miraaah...” tiba-tiba Bintang berteriak.
“Ya mas Bintang, ada apa,” jawab Mirah sambil mendekati Bintang.
“Mana mobilku yang merah?”
“Lho, kemarin ditaruh dimana ? Sebentar, yu MIrah cari, barangkali tertinggal didepan,” kata Mirah sambil beranjak didepan.
“Cari apa Rah?” tanya Handoko.
“Mobilnya mas Bintang yang merah, kemarin sepertinya dibuat mainan disini.”
“Itu, disebelah meja televisi,”
“Oh iya...” Mirah mengambil mobilnya dan berlalu.
“Untunglah kamu punya pembantu yang baik Han.. kalau tidak, bagaimana rumah tangga kamu tanpa dukungan isteri.”
“Iya bu, semuanya Mirah yang mengerjakan. Dia melakukannya dengan baik, melayani Bintang dengan telaten.”
“Seperti yang ibu katakan tadi, kamu harus menegur isteri kamu. Harus dihentikan kesukaannya berfoya-foya. Kalau perlu jangan diberikan kunci mobil supaya dia tidak kemana-mana.”
“Nanti saya akan mencoba bicara bu. Sebetulnya saya segan, karena kalau saya tegur pasti dia marah dan menjawab dengan keras.”
“Kamu seorang laki-laki, jangan sampai dia melakukan lagi hal yang kamu tidak suka.”
“Selamat siang..” tiba-tiba seseorang muncul, langsung mendekati bu Ismoyo dan mencium tangannya. Demikian juga terhadap Handoko.
“Widi ?”
“Iya bude..”
“Lama sekali nggak ketemu, kamu tambah cantik saja nduk..”
“Ah, bude nih, terimakasih bude..”
“Apa kabar bapakmu, aku juga lama nggak pernah kabar mengabari.”
“Bapak sehat bude. Kapan-kapan mau saya ajak kerumah bude.”
“Han, bagaimana kalau Widi ini ibu ambil menantu?”
Widi terkejut. Diambil menantu?
“Kamu saya jodohkan sama Danang, bagaimana nduk?”
Widi semakin terkejut.
“Danang? Ogah. Mata keranjang begitu, bisa sakit darah tinggi aku.” Kata batin Widi.
“Kok senyum-senyum, mau kan?” bu Ismoyo mendesak.
“Tidak bude, jangan.. Widi masih ingin kuliah..”
“Ya ditunggu lah, sampai kamu selesai kuliah..yang penting kamu mau, nanti aku bicara sama bapakmu.”
“Aduh...” wajah Widi pucat tiba-tiba.
“Ibu, jangan membuat Widi takut. Pertama, Widi dan Danang itu kan saudara sepupu. Kedua, Widi sudah punya pacar. Ya kan Wid?”
Widi menunduk dan tersipu.
“Iya Wid, kamu sudah punya pacar?”
“Bude, Widi hanya belum memikirkannya.”
“Sedih aku ini memikirkan Danang. Kapan mau punya isteri. Pacaran terus nggak ada yang dipilih.”
“Ibu tidak usah terlalu memikirkan Danang. Dia sudah dewasa, nanti kalau sa’atnya tiba pasti dia akan mendapat jodoh.”
Tiba-tiba terdengar mobil memasuki halaman. Handoko menatap kedepan.
“Isteri kamu bukan?”
“Iya bu.”
“Ibu nggak mau rame-rame disini. Ibu mau pamit saja. Tolong panggilkan ibu taksi.”
“Lho, bude kok buru-buru?”
“Bude sudah lama nduk, tolong Han, panggilkan taksi.”
“Miraaah...”
“Ya bapak,”
“Tolong ambilkan ponselku di kamar.”
Ketika Handoko memanggil taksi, Palupi masuk kedalam rumah.
“Eeh, ada Widi... ada ibu juga..” katanya sambil mencium tangan mertuanya.
Bu Ismoyo membiarkannya. Ditatapnya Palupi dengan wajah cemberut.
“Darimana kamu ?”
“Dari.. belanja bu..”
“Belanja dimana ?”
“Cuma dekat situ bu..”
“Bukannya kamu tadi bersama-sama dengan teman-teman kamu ?”
“Apa?”
“Makan di restoran dekat Ngapeman ?”
“Oh, iya bu.. kebetulan tadi ketemu teman, lalu diajak makan.”
“Ibu, taksinya sudah datang.”
“mBook.. ayo pulang,” teriak bu Ismoyo lalu simbok tergopoh kedepan.
Palupi mengantarkan mertuanya sampai naik keatas taksi, sementara Widi juga bersiap pamit pulang.
“Kok pulang sih Wid, kamu kan baru saja datang?”
“Tadi cuma mampir mas,” kata Widi yang sebenarnya merasa akan ada suasana panas dirumah itu.
“Wid, besok datanglah kemari, aku mau minta tolong.”
“Minta tolong apa mas?”
“Aku ingin memakai kruk saja .. tidak kursi roda. Rasanya aku sudah semakin kuat kok. Maukah mengantar? Sekalian aku kontrol ke dokter.”
“Tidak sama mbak Palupi?”
“Sama kamu saja, naik taksi. Aku pengin ngobrol. Jam berapa pulang kuliah?”
“Besok kebetulan libur mas. “
“Bagus, datang agak pagi ya?”
“Baiklah.”
***
“Mau kemana tadi janjian sama Widi?” tanya Palupi yang mendengar pembicaraan suaminya dengan Widi sebelum gadis itu pulang.
“Mau kontrol,”
“Kok ngajak Widi? Nggak sama aku?”
“Memangnya kamu ada waktu?”
“Mas ini lama-lama ketularan sama ibu ya.”
“Ketularan apa?”
“Menilai aku bukan sebagai isteri yang baik.”
“Jadi menurut kamu... apa kamu sudah merasa menjadi isteri yang baik?”
“Mas itu maksudnya apa sih? Dulu kan mas tidak pernah melarang kalau aku pergi kemana-mana?”
“Sekarang tidak. Aku melarang kamu. Mana kunci mobil..?”
“Apa mas?”
“Kunci mobil. Itu mobil untuk bekerja, bukan untuk jalan-jalan.”
“Mas mau mengekang saya?”
“Mengendalikan kamu.”
“Apa maksudmu mas?”
“Cobalah menjadi ibu rumah tangga yang benar-benar seorang ibu rumah tangga. Mengurus suami, mengurus anak..”
“Aku harus dirumah saja dan mengurus semuanya?”
“Ya.”
“Aku nggak mau mas, memangnya aku ini gadis pingitan?”
“Kamu itu ibu dari anakmu, isteri aku. Kamu yang seharusnya mengurus semuanya, bukan Mirah !”
“Jadi tadi ibu kesini, mengajari mas untuk mengatakan semua itu?”
“Aku bukan anak kecil yang harus diajari. Sudah lama aku menahan semuanya.”
“Aku tidak mau.”
“Baiklah, kalau itu pilihanmu. Mana kunci mobil, serahkan sekarang.”
Palupi melemparkan kunci mobil kehadapan Handoko dengan kasar, kemudian masuk kedalam kamar.
Handoko merasa lega sudah menumpahkan semuanya.
***
Sampai sore harinya Palupi masih ada didalam kamar. Ia menelpon teman-temannya dan menceriterakan ‘penderitaannya’.
“Aku kan sudah mengingatkan kamu Lupi, ketika suami sakit kamu mengurangi lah acara bersenang-senang,” kata salah seorang temannya.
“Aku tidak bisa ngendon terus didalam kamar. Dan kamu tahu nggak, kunci mobil diminta oleh suami aku.”
“Kamu berikan?”
“Iya lah.. “
“Ya sudah, kalau begitu untuk sementara jangan pergi kemana-mana, biarkan kemarahan suami kamu reda dulu. Nanti kalau dia melihat kamu menuruti kata-katanya, pasti dia akan membiarkannya lagi kamu jalan kemana kamu suka.”
“Kayaknya nggak deh. Tapi biarin saja, kalau nggak pakai mobil kan aku bisa naik taksi? Enak aja suruh dirumah saja.”
“Haa.. rupanya kamu memang pintar ya Lup.. baiklah, terserah kamu saja. Cuma pesan aku, kalau bisa menurutlah pada apa yang dikatakan suami kamu, agar rumah tanggamu baik-baik saja.”
“Ah, nggak tahulah, aku masih sebel. Kayaknya aku mau tidur saja seharian.”
“Ya sudah tidur aja dan jangan ngomel terus.”
***
“Palupi sudah makan Rah?”
“Belum pak, masih ada didalam kamar, tapi kalau disuruh membangunkan, Mirah nggak berani.”
“Ya sudah biarkan saja, yang penting Bintang sudah makan.”
“Ya bapak.”
“Aku mau istirahat dulu, setiap habis minum obat rasanya kok ngantuk.”
“Sebaiknya bapak tidur saja, banyak istirahat bapak.”
“Ya, terimakasih Mirah.”
“Perlu saya bantu bapak?”
“Tidak, aku sudah banyak latihan, nggak apa-apa, aku bisa kok.”
“Baiklah, hati-hati bapak.”
“Iya Mirah. Besok aku mau mengajak Widi untuk beli kruk saja, supaya tidak terus-terusan duduk di kursi roda, sambil melatih kakiku.”
“Bukankah besok bapak harus kontrol?”
“Iya benar Mirah, biar sama Widi saja, naik taksi, kan aku belum bisa menyetir mobil.”
Handoko menjalankan kursi rodanya kearah kamar.
“Hati-hati bapak.”
Handoko mengangguk dan tersenyum kearah Mirah sebagai ucapan terimakasih. Senangnya Mirah menatap senyum itu.
“Yu Miraah...” teriak Bintang.
“Bobuk yuk mas...”
Mirah membawa Bintang kekamar mandi untuk mencuci kaki tangannya karena habis bermain-main.
Bintang lebih dulu lari kekamar, sementara Mirah akan menutup pintu rumah dulu. Tapi tiba-tiba seseorang mendekapnya dari arah pintu. Mirah meronta.
“Mas Danaaaang, lepaskan..!” teriak Mirah.
“Kamu kalau cemberut tambah cantik lho Rah.
“Hiih.. benci saya sama mas Danang. Sukanya mengganggu orang,” kata Mirah sambil membalikkan tubuhnya setelah Danang melepaskannya. Tapi Danang tiba-tiba mengejarnya dan mendekapnya lagi dari belakang.
“Mas Danaaang !!”
Teriakan Mirah terdengar oleh Handoko.
“Jangan begitu mas ! Lepaskaaan!!” Mirah terus berteriak.
Danang membungkam mulut Mirah. Tapi tiba-tiba Handoko muncul dengan kursi rodanya.
“Danang !!” bentak Handoko keras.
Danang melepaskan dekapannya.
“Mas Handoko.. aku kira tidur.”
“Kamu jangan kurangajar. Kelakuan burukmu tidak bisa kamu bawa ke rumah ini.”
“Lho mas, Mirah kan cuma pembantu. Boleh saja kan dibuat mainan?”
“Tutup mulut kamu Danang! Mirah itu milik aku !!”
Bukan hanya Danang yang terpana, Mirah yang setengah berlari dan mau masuk kekamar Bintang menghentikan langkahnya.
***
Besok lagi ya.
Hallow mas2 mbak2 bapak2 ibu2 kakek2 nenek2 :
ReplyDeleteWignyo, Ops, Kakek Habi, Bambang Soebekti, Anton, Hadi, Pri , Sukarno, Giarto, Gilang, Ngatno, Hartono, Yowa, Tugiman, Dudut Bmbang Waspodo, Petir Milenium (wauuw), Djuniarto, Djodhi55, Rinto P. , Yustikno, Dekmarga, Wedeye, Teguh, Dm Tauchidm, Samiadi, Pudji, asi Garet, Joko Kismantoro, Alumni83 SMPN I Purwantoro, Kang Idih, RAHF Colection, Sofyandi, Sang Yang, Haryanto Pacitan, Pipit Ponorogo, Nurhadi Sragen, Arni Solo, Yeni Klaten, Gati Temanggung, Harto Purwokerto, Eki Tegal dan Nunuk Pekalongan, Budi , Widarno Wijaya, Rewwin, Edison, Hadisyah,
Sastra, Wo Joyo, Tata Suryo, Mashudi, B. Indriyanto, Nanang, Yoyok, Faried, Andrew Young, Ngatimin, Arif, Eko K,
Yustinhar. Peni, Datik Sudiyati, Noor Dwi Tjahyani, Caroline Irawati, Nenek Dirga, Ema, Winarni, Retno P.R., FX.Hartanti, Danar, Widia, Nova, Jumaani, Ummazzfatiq, Mastiurni, Yuyun, Jum, Sul, Umi, Marni, Bunda Nismah, Wia Tiya, Ting Hartinahyù, Wikardiyanti, Nur Aini, Nani, Ranti, Afifah, Bu In, Damayanti, Dewi, Wida, Rita, Sapti, Dinar, Fifi, Nanik. Herlina, Michele, Wiwid, Meyrha, Ariel, Yacinta, Dewiyana, Trina, Mahmudah, Lies, Rapiningsih, Liliek, Enchi, Iyeng Sri Setyawati , Yulie, Yanthi , Dini Ekanti, Ida, Putri, Bunda Rahma, Neny, Yetty Muslih, Ida, Fitri, Hartiwi DS, Komariah P., Ari Hendra, Tienbardiman, Idayati, Maria, Uti Nani, Noer Nur Hidayati, Weny Soedibyo, Novy Kamardhiani, Erlin, Widya, Puspita Teradita, Purwani Utomo, Giyarni, Yulib, Erna, Anastasia Suryaningsih, Salamah, Roos, Noordiana, Fati Ahmad, Nuril, Bunda Belajar Nulis, Tutiyani, Bulkishani, Lia, Imah P Abidin, Guru2 SMPN 45 Bandung, Yayuk, Sriati Siregar, Guru2 SMPN I Sawahlunto, Roos, Diana Evie, Rista Silalahi, Agustina, Kusumastuti, KG, Elvi Teguh, Yayuk, Surs, Rinjani, ibu2 Nogotirto, kel. Sastroharsoyo, Uti, Sis Hakim, Tita, Farida, Mumtaz Myummy, Gayatri, Sri Handay, Utami, Yanti Damay, Idazu, Imelda, Triniel,
Hallow Pejaten, Sidoarjo, Garut, Bandung, Batang, Kuningan, Wonosobo, Blitar, Sragen, Situbondo, Pati, Pasuruan, Cilacap, Cirebon, Bengkulu, Bekasi, Tangerang, Tangsel,Medan, Padang, Mataram, Sawahlunto, Pangkalpinang, Jambi, Nias, Semarang, Magelang, Tegal, Madiun, Kediri, Malang, Jember, Banyuwangi, Banda Aceh, Surabaya, Bali, Sleman, Wonogiri, Solo, Jogya, Sleman, Sumedang, Gombong, Purworejo, Banten, Kudus, Ungaran, Purworejo, Jombang, Boyolali. Ngawi, Sidney Australia, Boyolali, Amerika, Makasar, Klaten, JAKARTA...hai..., Mojokerto, Sijunjung Sumatra Barat, Sukabumi,
Salam hangat dari Solo Terimakasih atas perhatian dan support yang selalu menguatkan saya. Aamiin atas semua harap dan do'a.
Terimakasih bu tien..yng ditunggu2 udah hadir.salam seroja
DeleteAlhamdilillah SP 4 sudah tayang
DeleteMtnuwun mbk Tien
Smg sehat dan semangat selalu
Trimakasih Bu Tien yg sllu bikin kita penasaran trs,yg tiada lelah trs mengabsen kita semua. smoga sehat sllu n ttp semangat dlm berkarya. Salam sehat bahagia dr Madiun yg sllu setia hadir.
DeleteTerima kasih Bunda Tien,, selamat pagi, sehat terus ya Bunda dan tetap semangat pastinya ,, Aamiin 😍😍😍
DeleteAlhamdulillah.......
DeleteSang Putri 04 sudah hadir
Matur nuwun sanget Ibu Tien,
Semoga sehat selalu dan tetap semangat.
Salam seroja (sehat rohani jasmani) dari Cilacap.
Alhamdulillah, Terimakasih mba. Semoga sehat slalu, salam hangat dari Kuningan
DeleteMaturnuwun mbak Tien...SP 04 sudah hafir..
ReplyDeleteIiihh...gemes
Iyeng SS Semarang
Matursuwun Bu Tien salam dr Magelang
ReplyDeleteHallo mbak Tien...sugeng dalu..
ReplyDeleteTrimakasih SP ~04...
Mulai seru nii...
Tumben teman2 pembaca blm komen ya..
Wah danang nakal betul ya..tp sadarkah handoko bilang gt ya..😊
Semoga mbak Tien selalu sehat bersama keluarga.
Tks mba Tien SP 04 sdh muncul,tambah seru nih Mirah jadi rebutan kakak adik.
ReplyDeleteSalam Seroja mbak Tien dr Tegal.
Maturswun mbk Tien slm dari Magelang
ReplyDeletePinternya bu Tien, kalau memutus satu episode ... Bikin penasaran saja
ReplyDeleteAlhamdulillah Sang Putri 04 sampun medal, matur nuwun sanget Ibu Tien, mugi-mugi tansah pinaringan sehat
ReplyDeleteSalam saking Is Klaten.
Sugeng Dalu Bu Tien, matur nuwun. Ini lembar koreksinya.
ReplyDelete1. Tadinya baik-baik saja lho, kok sekarang berumah menjadi seperti itu?”
# berubah menjadi...#
2. "Oh ya ? Ayo duduk di ruang tengah saja bu. Miraah, tolong kurso rodaku.”
# tolong kursi rodaku."#
3. “Bapak sehat bude. Kapan-kapan mau saja ajak kerumah bude.”
# ....mau saya ajak....#
Semoga episode 05 tambah seru. Sugeng dalu, Sugeng sare.
Maksudnya Mirah yg berhak mengurusi Handoko... Atau Mirah akan dijadikan ratu RT yg baru? Krn keteledoran Palupi? Sy juga punya crt klu bekas salah ART diambil jd istri oleh majikannya... Ikut seneng sih artinya naik kelas khan... Sygnya smp skrg kayanya blm dpt momongan... Pdhal anak suaminya sdh pd menikah.. Smg itu jd pelajaran buat Palupi jgn lupa kodratnya sbg istri., Bgtu pula Danang... Bljr menghargai org lain sekalian beda status.. slm seroja mb Tien smp bsk lg ya ditunggu up nya.. trmksh
ReplyDeleteSekalipun beda status mksdnya...
ReplyDeletePuji Tuhan ibu Tien sehat dan semangat shg SP05 hadir cantik.
ReplyDeleteRupaya pak Handoko sdh mulai jatuh hati dg Mirah. Witing tresno jalaran soko kulino. Semoga pak Han cepat sembuh, bu Palupi sadar dbg ibu rumah tangga dan Danang dpt jodoh yg cocok.
Yustinhar Priok menunggu SP05.Matur nuwun, Berkah Dalem.
...shg hadir SP04 dg cantik...
ReplyDelete...shg hadir SP04 dg cantik...
ReplyDelete...shg hadir SP04 dg cantik...
ReplyDeleteGubrak. Sampai melotot baca kalimat terakhir nya. Bu Tien bisa aja... makasih ya bu
ReplyDeleteAduh Handoko kok keceplosan begitu.... Makin seru saja
ReplyDeleteTerima kasih bu Tien.. Sehat selalu kami tunggu eps. Selanjutnya
Suwun Bu Tien,salam sehat selalu
ReplyDeleteKayanya asik nih Bu,mudah2an critabya nggak mengenal kasta😃
ReplyDeleteAlhamdulillah, suwun mbak Tien
ReplyDeleteSalam sehat bahagia sll dr Bekasi
Semoga Handoko bs mendidik istrinya dan memperbaiki keadaan rumah tangganya.
ReplyDeleteAlhamdulillah eps 4 telah hadir...Salam sehat selalu utk Bu Tien dan keluarga.
ReplyDeleteTerimakasih.... Mbak tien... sehat selalu...
ReplyDeleteAlhamdulillah Sang Puteri 04 sudah tayang
ReplyDeleteSemakin seru dan bikin penasaran ceritanya.
Terima kasih Mbak Tien, semoga sehat dan sukses selalu
Salam hangat dari Bekasi
Makin seru nih. Makasih mba Tien. Salam hangat selalu.
ReplyDeleteMatur nuwun Bunda cerbungnya.
ReplyDeleteSemoga Bunda selalu sehat dan tetap semangat dalam berkarya.
Salam kami dari Solo buat Bunda.
Alhamdulillah sudah tayamg episode 4 Sang Putri
ReplyDeleteTerimakasih bu Tien Cerbung nya Kutunggu cerita kelanjutannya
Semoga bu Tien selalu sehat wal'afiat dan bahagia bersama keluarga tercinta aamiin
Salam sehat dan hangat dari Salamah Purworejo untuk ibu Tien dan semuanya
Puji Tuhan..SP sudah tayang.. terima kasih Bunda,salam sehat..
ReplyDeleteMirah jadi rebutan kakak adik...seru nih ..ditunggu lanjutannya.. Sriati Siregar setia menanti lanjutan nya..
Seruuu...
ReplyDeleteMaturnuwun ibu Tien,penasaran dg kelanjutan critanya,setia menunggu
ReplyDeleteSalam sehat
oalahhh milik aku maksudnya apaa ya? Bu Tien kok ada aja idenya
ReplyDeleteWouw.. Handoko secara spontan mengatakan bahwa Mirah miliknya. Ya bener juga sih kan Mirah pembantunya... tapi gak tau, mgkin Mirah sudah berhasil mencuri hati Handoko, shg Handoko merasa memiliki Mirah.. wah semakin seru dan semakin penasaran kelanjutannya.
ReplyDeleteTerima kasih Mbak Tien, sudah mengaduk- aduk hati kami juga pembaca setianya. Kami tunggu kelanjutannya segera. Salam seroja selalu dari Semarang.
Alhamndulillah..... Hati pak handoko sdh mulai bicara
ReplyDeleteTerimakasih mbak tien
Trmksh SP 04 sdh hadir.....smg mb Tien sehat sll...
ReplyDeleteWah seru niih.
ReplyDeleteMaksih eyang ti
Salam sehat dari Bekasi.
Smkn seru... mksh bu Tien...Smoga sehat slalu bu..salam dr Jkt
ReplyDeleteWadooow...., handoko keceplosan.....
ReplyDeleteGemesss sm lupi...., huuhhh...
Mksh bu tien....ga sabar nunggu nti mlm
Terima kasih jeng tien cerbungnya
ReplyDeleteSalam sehat
Lah kok keseplosan Handoko..
ReplyDeleteSalam sehat selalu mbak Tien
GLODAAAKKK..... Kesandung kursi sy Buuuu.... He he , Ahaayyy ada yg trsepona dg mirah....Wkwkwkwk..... Tks ibu Tien kuuhhh..... Sehat sll yaa Buuu.... Salam dr sby..... Cerbungnya sdh mulai MEMBARAAAA hi hi hi hi....
ReplyDeleteMbak Tien sayang.. Woowmakin asyiik nih.. Handoko keceplosan .. Hhhhh Danang vs Handokko .. Miraahh beruntung y.. Cm danang cunihin ah teu reseup main pelak peluk aja ke mirah.. Salamsht sll y mba Tien dari sukabumi
ReplyDeleteMakasih mbak tien-ku...04 sdh hadir.
ReplyDeletePalupi dibuang saja, Danang harus mengubah sifat, nanti calonnya Widi , Mirah jadi 'naik derajat'...(maaf mereka-reka sendiri).
Salam sehat mbak Tien, dari Sragentina.
Alhamdulillah....
ReplyDeleteMtur nuwun.....
Mugi2 tansah rahayu...
Karena intip intip tidak muncul akhirnya fitinggal tidur. Baru siang ini sepulang kantor iseng iseng buka blog..alhamdulillah Sang Putri 04 munvul...kirain libur bu Tien.
ReplyDeleteWah mulai memanas.. Mirah jadi rebutan.. Sebetulnya siapa ya bu yang dimaksud Sang Putri? Palupi? Atau....
wait end see
DeleteNanti akan terkuak dengan sendirinya.
Sabar...sabar...sabar.
Makasih Bu Tien makin seruuu
ReplyDeleteSugeng dalu mb Tien , wah seru juga nih . Palupi ati2 lho ....Mirah bisa jd saingan . Mb Tien memang top . Widi jangan2 jg seneng sama Handoko . Ini sdh mulai ngintip intip ......Yuli Smrg
ReplyDeleteTu kan banyak yg gak sabar nunggu cerita Sang Putri...
ReplyDeleteTrimakasih bu tien ...... sang gadis 04 telah tayang ..... handoko bersaing dengan danang kelihatannya ini
ReplyDeleteSemoga bu tien n kelg selalu sehat2
Salam dari : arif - mojokerto
Kok judulnya jadi SANG GADIS?
DeleteI Want to Break Free (Queen)💃🙋♂️. Lagu kesukaan Handoko di depan Palupi...😁. Maaf ya mbak Tien terbawa suasana. 🙏🙏
ReplyDeleteWaduh.... kaget juga.. soalnya Handoko ngaku si Mirah itu miliknya. Semoga maksud Handoko baik... Salam sehat selalu mbak Tien
ReplyDeleteTerima kasih Mbak Tien.
ReplyDelete