Saturday, October 10, 2020

BAGAI REMBULAN 36

 

BAGAI REMBULAN  36

(Tien Kumalasari)

 

Tomy panik melihat keadaan Lusi.

“Suster.. suster...!” teriaknya.

Perawat segera memanggil dokter.

Tomy keluar, tak tahan melihat keadaan Lusi yang tampak parah. Ia duduk termangu di kursi tunggu, memegangi kepalanya yang tiba-tiba terasa pusing.

“Ia sangat menderita, apakah itu ganjaran untuk kelakuannya selama ini?” bisiknya.

“Ya Tuhan, selama ini aku selalu membantunya. Ampun Tuhan, Hamba bertobat, sungguh hamba akan melakukan hal-hal baik,” lanjutnya sambil masih memegangi kepalanya.

“Bahwa sebuah kesadaran kemudian muncul, haruslah kita bersyukur, karena kesadaran itu akan menuntun kita ke jalan yang benar.”

Sebuah bisikan seperti menggelitik telinganya, datang entah darimana, lalu Tomy merayapi hari-hari yang dilaluinya, penuh dosa, menyakiti orang demi uang, melakukan hal terkutuk demi uang. Lalu menitiklah air matanya. Hanya karena melihat penderitaan bu Lusi, ia bisa merayapi hari-harinya yang hitam. Lalu sebuah janji dibisikkannya : “Akan aku tinggalkan masa laluku dengan melakukan hal-hal baik.”

Tomy mendongakkan kepalanya ketika ruang dimana Lusi dirawat itu terbuka. Ia berdiri dan memburu perawat yang keluar dari sana.

“Bagaimana keadaannya?”

“Sudah lebih baik. BIarkan dia istirahat,” kata perawat itu dan berlalu.

Tomy memasuki kamar itu perlahan, menatap tubuh kecil kurus tergolek tanpa daya. Wajah yang cantik dan sudah tercoreng oleh luka, seperti  seseorang yang tidak berperilaku baik dan mencoreng kehidupannya dengan hal-hal buruk. Ya dirinya ini salah satunya. Tomy menghela nafas, hal sekilas yang membuat dia menyadari hari-hari buruk yang dilaluinya, terus menghantuinya sampai ia merebahkan tubuhnya ketika sampai dirumah.

Ketika ia hampir memejamkan matanya, didengarnya ponselnya berdering. Nomor rumah? Siapa lagi?

“Hallo..”

“Tomy, ini kamu?” suara dari seberang.

“Anjas ?”

“Iya ini aku.”

“Ada apa?”

“Tolong temui aku, ada yang ingin aku bicarakan.”

“Ma’af Anjas, aku tidak bisa.”

“Apa maksudmu Tomy?”

“Mulai sekarang jangan lagi menghubungi aku.”

“Apa?”

Tomy menutup ponselnya.

“Ma’af Anjas, aku tiba-tiba merasa lelah berurusan denganmu, aku ingin hidup bersih, dan meninggalkan dunia lamaku yang kotor dan penuh dosa,” gumamnya lalu memejamkan matanya, mengendapkan rasa yang membuatnya bergolak, sejak dia bertemu dengan mbah Darmo, tanpa malu mengatakan ingin meminjam uang, lalu ternyata ditolak. Itu memalukan dan sekaligus menyakitkan. Walau bukan untuk dirinya uang itu, tapi dia yang mengucapkannya, dia yang merasakan sakit dan kecewanya. Aduhai, mengapa dia bisa melakukannya? Banyak hal yang tidak dimengertinya tentang keluarga Lusi. Ia hanya ditaburi uang lalu rela bersusah payah, menghajar orang, melakukan hal-hal keji lainnya, lalu begitu menyenangkan sa’at bermabuk-mabukan. Tidak, Tomy menemukan sesuatu yang tiba-tiba membuatnya sadar, bahwa Lusi telah membawanya kejurang yang gelap dan kotor. Bahkan ia tidak tahu, Susan bukan anak kandungnya? Dan orang dimana ia ingin meminjam uang ternyata kakeknya Susan?

Tomy menelungkupkan tubuhnya, berharap bayang-bayang yang mengganggunya segera sirna.

***

Hari sudah malam ketika Susan dan  Naya keluar dari Boyolali. Ada rasa bahagia bisa bertemu keluarga ibunya. Ada rasa bahagia mengetahui bahwa bapaknya adalah orang baik yang suka berbagi. Alangkah mulia.

“Bapakku orang baik, aku ingin menirunya.”

“Tentang apa?”

“Tentang berbagi, dan suka menolong orang, alangkah bahagianya kalau bisa melakukan itu.”

“Aku senang, banyak yang kita dapat dalam perjalanan ini. Menemukan keluarga ibumu, mendapatkan cerita baik yang bagus untuk diteladani.”

“Aku bangga menjadi anak Kuncoro dan Sumini. Bukan anak Lusi..”

Tiba-tiba Susan teringat bahwa Lusi ada dirumah sakit kembali karena sakitnya parah. Ada rasa nyeri ketika menyadari bahwa ada ikatan diantara mereka. Lusi dan dirinya. Bertahun tahu satu rumah, dan tulus atau tidak tulus bagi Lusi, ikatan itu ada, dan sangat membekas dihati Susan.

“Aku ingin menjual rumah itu.”

“Rumah kamu?”

“Rumah peninggalan bapak.”

“Kok tiba-tiba?”

Aku ingin mempergunakan uang itu untuk membayar utang mama Lusi.”

Naya tercengang, didalam kebencian dihati Susan, masih ada rasa sayang.

“Gadis ini luar biasa, dan membuat aku semakin cinta,” gumam Naya lirih.

“Apa Nay?”

“Tidak, lupakan saja.”

“Iih.. jelek deh..”

“Biarin jelek, ada yang suka..”

“Emang siapa yang suka?”

“Kamu... Hayo ngaku...”

Susan mencubit lengan Naya.

“Aku akan segera melamar kamu,” kata Naya tiba-tiba.

“Kamu serius, setelah tahu aku ini siapa?”

“Ya tahulah, kamu Susanti, anaknya pak Kuncoro dan Sumini, cucunya mbak Darmo, keponakannya pakde Sentot..”

“Hm.. aku bahagia mendengarnya. Benar-benar kebahagiaan aku lengkap hari ini. Ketemu sanak saudara, ketemu makam bapak ibuku, trussss... ada yang mau ngelamar pula. Tapi Nay, aku lebih tua dari kamu lho.”

“Biarin, karena kamu lebih tua, aku bisa sering-sering bermanja sama kamu.”

“Iiih.. maunya...”

Dan bahagia itu terus mewarnai sepanjang perjalanan mereka,  sampai mereka tiba dirumah masing-masing.

***

“Susan..” kata Indra ketika Susan menyerahkan lembaran surat yang selesai dibuatnya.

“Ya pak.”

“Aku dengar kamu mau menjual rumah kamu?”

Susan terkejut, rupanya Naya sudah mengatakan semuanya kepada bapaknya.

“Benarkah ?” Indra mengulang pertanyaannya.

“Itu pak.. maksud saya.. untuk membayar utangnya mama. Saya sedih memikirkannya. Dan saya merasa tak tega membiarkannya.”

“Kamu anak baik. Aku suka.”

“Terimakasih pak Indra.”

“Berapa kamu mau menjualnya?”

“Ya seharga hutang mama saja pak, itu yang penting.”

“Kalau rumah kamu jual, kamu mau tinggal dimana ?”

“Saya hanya selembar nyawa, bisa tinggal dimana saja. Ada banyak tempat kost yang bisa saya tumpangi.”

“Susan, rumah kamu biar aku yang beli.”

“Bapak ?”

“Iya, katakan nominalnya, besok akan aku  bayar.”

“Tapi.. aduh, apakah saya merepotkan ?”

“Tidak, siapa bilang. Naya mau menikah, rumah itu akan aku hadiahkan kepada Naya untuk hadiah pernikahan.”

Susan kembali menitikkan air mata.

“Ada niyat baik, dan ada yang mendukung, ini adalah jalan dari Allah agar aku bisa melakukan kebaikan, seperti bapakku meneladani aku agar selalu bisa berbagi,” kata batin Susan.

“Susan, aku serius. Kalau kalian menikah, kalian bisa menempati rumah itu.”

“Terimakasih pak Indra, terlalu banyak yang bapak lakukan untuk saya. Apa yang harus saya lakukan untuk membalasnya?”

“Teruslah melakukan kebaikan, itu sebuah langkah yang mulia.”

Susan menghampiri pak Indra dan berlutut didepannya.

“Terimakasih pak Indra,” bisiknya terisak.

“Apa yang kamu lakukan Susan, berdirilah.”

“Terimakasih pak.”

Dan air mata itu masih terus berderai.

***

Susan memasuki ruang rawat mama Lusi. Perempuan itu tergolek lemah, dengan banyak selang terhubung ke tubuhnya. Susan merasa ada nyeri menggigit di ulu hatinya.

“Mama...” bisiknya pelan.

Lusi membuka matanya. Mata itu seperti tak bersinar. Seperti lentera kehabisan minyak, menatap Susan tak berkedip.

“Kamu..” bisiknya perlahan, yang terdengar seperti sebuah desis yang keluar dari bibirnya yang mengering. Alangkah jauh bedanya dengan beberapa waktu lalu, ketika harta masih bergelimang dalam kehidupan mamanya. Ketika dari tangannya terlalu gampang uang terhambur. Sekarang dia tergolek tak berdaya, disebuah ruangan sederhana, dengan beberapa deret pasian dikiri kanannya. Diluar malah ada polisi berjaga-jaga. Maklumlah, Lusi adalah pesakitan yang benar-benar sakit.

“Mama...”

“Kamu.. memanggilku mama? Bukankah.. aku.. bukan mamamu? Kamu... datang.. ingin.. mengumpat aku.. atas semua kebohongan...dan...”

“Tidak mama, mama tetaplah mama. Aku prihatin melihat keadaan mama.”

“Aku tahu kamu mengejek aku.. tapi aku memang salah.”

“Tidak mama, pertama.. aku tulus ingin ketemu mama. Dan yang kedua, aku ingin mengatakan kepada mama, bahwa aku sudah membayar semua hutang mama kepada tante Triani.”

Mata yang lemah dan hampir terkatub itu tiba-tiba seperti mendapatkan sinar terang, menatap Susan tak percaya.

“Itu benar. Aku menjual rumah itu, lalu aku bayarkan utang mama pada tante Triani.”

“Lalu.. kamu..”

“Jangan memikirkan aku.. sekarang mama harus tenang dan cepat sembuh ya.”

“Susan..”

Tangan yang tinggal kulit dan tulang itu bergerak lemah, ingin menyentuh Susan. Susan menangkap tangan itu. Lalu tangan itu menyentuh wajah Susan perlahan. Ada air mata berderai disana.

“Susan, ma’afkan mama..”

“Lupakanlah mama, Susan sudah mema’afkannya.”

“Kalau kamu butuh rumah, ada rumah kecil mama di Surabaya yang...”

“Tidak mama, biar rumah itu untuk mama dan Anjas, mama jangan memikirkan Susan lagi.”

“Hidup mama.. tak akan lama..”

“Jangan begitu ma, mama harus semangat, Susan akan menikah tak lama lagi.”

“Kamu anak baik, mama do’akan, kalau Tuhan masih mau mendengar do’aku, agar kamu bahagia.”

Lalu mata itu meredup, dan terpejam, sedangkan tangan kering itu terkulai.

“Mama....” Susan terisak.

Ada peluit panjang terdengar dari monitor denyut jantung.. pertanda tak ada lagi kehidupan didalam raga yang tergolek kaku.Peluit itu terasa bagai mengiris jantung Susan. Ia tak perlu bertanya kepada dokter atau perawat. Sebuah pertanda bahwa kehidupan telah berakhir telah ditangkapnya. Air matanya berderai, bagaimanapun ada ikatan yang membuat Susan merasa benar-benar kehilangan.

“Selamat jalan mama, semoga Tuhan mengampuni dosa-dosa mama,” isak Susan.

***

Duka cita itu masih menyelimuti perasaan Susan. Bagai mimpi dia merasakan bahwa mama Lusinya telah tak ada. Memasuki rumah yang ditinggalkannya, tiba-tiba Susan merasa rindu suara keras mamanya. Rumah yang tiba-tiba terasa sepi, oleh rasa kehilangan. Tapi sekarang Susan sudah mema’afkannya, dan Susan membiarkan mama Lusi tenang disana.

 

Tapi sudahlah, semua harus berakhir, ada kehidupan baru yang menantinya, ketika hari itu keluarga Indra telah melamarnya ke desa asal ibunya.

***

Pernikahan digelar dengan sangat meriah. Kedua mempelai yang dandan ala pangeran dan putri raja, duduk dipelaminan dengan rona bahagia.

Liando yang menyalami Naya berbisik pelan.

“Gila, kenapa kamu mendahului aku sih, sudah nggak tahan ya?”

“Kelamaan nungguin kamu bro, keburu lumutan,” balas Naya dan keduanya tertawa keras. Indra dan Seruni memelototi Naya yang tertawa seenaknya.

Bahagia itu sederhana? Benar, ketika bahagia itu tiba. Tapi liku-liku jalan yang harus dilalui tidak sesederhana itu. Membiarkan hanyut dalam hari-hari yang menggilas, terkadang tersandung bebatuan, terkadang jatuh dan menorehkan luka dan terkadang darah harus menetes,  sampai kemudian berlabuh disuatu muara yang bernama bahagia..

***

Naya dan Susan tinggal dirumah barunya, hadiah dari Indra. Susan bersyukur, ia berhasil mengentaskan mama Lusi dari jeratan hutang, tapi mendapatkan lagi rumah itu, berikut suami yang dicintai dan mencintainya.

Malam ketika sebelum tidur, Naya mengajak isterinya membuka hadiah-hadiah yang diberikan untuk mereka. Terkadang mereka tertawa geli karena ada yang menghadiahkan barang-barang aneh dan lucu.

“Gila, masa hadiah kondom? Nggak mau ah, aku ingin segera punya anak,” teriak Naya sambil terkekeh.

Tapi ketika membuka sebuah kotak, Susan terkejut. Kotak berbalut beludru merah itu, mirip kotak yang ditemukannya bersama Naya dialmari tua milik neneknya. Hanya balutan beludru itu tidak kusam karena masih baru dan tampak berkilat. Susan membukanya perlahan, sedangkan Naya menunggui disampingnya.

“Apa ya isinya, dan dari siapa ini?” kata Susan sambil berusaha membukanya.

“Ya Tuhan.. Sesembahanku...” pekik Susan.

“Ini satu setel perhiasan dengan permata cantik, persis yang dipakai ibu Sumini,” Susan mendekapnya dengan berlinang air mata.

“Naya, ini dari kamu kan?”             

“Untuk isteriku, Susanti binti Kuncoro”

Itu tulisan yang ada didalam kotak, setelah perhiasan-perhiasan itu diambilnya satu persatu.

“Nayaka, aku cinta kamu,” bisik Susan sambil merangkul suaminya. Ia belum sempat membuat perhiasan tiruan itu, tapi diam-diam Naya membuatkannya, Ini kejutan yang kesekian kali setelah Indra menghadiahkan rumah untuk mereka.

Lalu dikenakannya perhiasan itu oleh Naya kepada isterinya. Naya mundur beberapa langkah dan menatap Susan. Aku melihat ibu Sumini..” bisiknya sambil tersenyum mesra.

***

Ketika Yayi dan Dayu diwisuda, Naya menghadiri bersama Susan yang perutnya sudah gendut karena mengandung sudah sembilan bulan.

Ketika Dayu dan Yayi menikah, Susan sudah menggendong bayi berumur dua bulan. Oh ya, atas permintaan bu Diana, dua pengantin  dinikahkan dalam satu hari. Indra dan Tikno setuju, karena kalau tidak mereka bisa punya hajatan beberapa kali dalam sebulan.

Liando dan Dayu, serta Adit dan Yayi.

“Mereka adalah sahabat-sahabat aku, dan sudah sa’atnya kami menikahkan anak-anak kami, sehingga aku ingin membuat pesta meriah atas dua mempelai itu,” kata bu Diana kepada kerabatnya yang ikut meramaikan hajatan itu.

 

“Aku terima nikahnya Yayi Dewi binti Indra Pramana, dengan mas kawin seperangkat alat sholat, dibayar tunai,” lantang dan begitu bersemangat ketika Aditya mengucapkan akad nikah.

Lalu teriakan SAH.. menggema.

“Aku terima nikahnya Anandayu binti Sutikno, dengan mas kawin seperangkat alat sholat, dibayar tunai. “ gempita hati Liando terucap dalam nada tinggi yang tak kalah semangat, memenuhi ruangan yang semarak oleh suka cita. 

“Sah !!”

Dan beberapa sa’at kemudian, Seruni, Surti dan bu Diana menitikkan air mata bahagia.

 

Sebuah perjalanan sudah sampai diujungnya. Dan sebuah ujung adalah harapan yang semoga akan membawa bahagia bagi semuanya.

Jangan menyesali masa lalu sepahit apapun, karena buah manis akan datang sa’at musim yang ditunggu telah tiba.

Kurengkuh segenap cinta
dari kelopak bunga-bunga
Kudekap segenap do’a
Yang terucap tanpa aksara
Bukankah diujung malam selalu hadir kejora?
Aduhai, alangkah indah hidup ini.

***

Seorang anak kecil berlari-lari dihalaman.

“Ibu.. ibu...”

“Ada apa sayang..” tanya ibunya.

“Minta uang ibu...”

“Uang? Aduuh.. mana bisa anak kecil minta uang.. untuk apa nak?”

“Ada bapak pengemis disana..”

“Oh, anakku, bagus nak.. kamu harus selalu punya kasih sayang kepada sesama. Ayuk, kita beri uang pengemis itu.”

Langkah-langkah kecil itu setengah berlari mengikuti langkah ibunya menuju kearah pagar. Seorang lelaki dengan pakaian lusuh berdiri disana, badannya agak terbungkuk, kerena ada cedera dipunggungnya.

“Mana uangnya ibu..”

Si kecil mengulurkan uang, tapi sang ibu terkejut menatap laki-laki itu.

“Anjas !!”

“Susan, aku hanya ingin melihat rumahmu, aku bukan pengemis.”

“Ya Tuhan, Anjas.. mengapa kamu bisa seperti ini? “

“Aku telah menebus semuanya San, ma’afkan aku dan mama ya.”

“Masuklah Njas, masuklah, ada baju-baju kamu didalam yang masih aku simpan. Mandi dan berganti pakaian agar kamu tidak dikira pengemis.”

“Ma’af Susan, aku telah berbuat banyak salah sama kamu.”

“Tidak Njas, semua sudah  berlalu, ayo masuklah.”

“Tidak, aku mau pulang ke Surabaya.”

“Sekarang?”

“Ya.”

“Masuklah dulu, mandi lalu bawalah pakaian-pakaian kamu.”

“Siapa dia?” tanya si kecil yang bernama Bulan.

“Itu, om Anjas, saudaranya ibu.”

“Itu anak kamu?”

“Iya Njas, Ayo, beri salam kepada om Anjas.”

“Nggak mau, tangannya kotor.”

“Bulan, beri salam, anak baik harus nurut sama ibu.”

Bulan, mengulurkan tangannya.

“Namaku Bulan,” bisiknya lalu berlari kedalam.

“Ayo masuklah, kamu butuh mandi, setelah itu kamu boleh pergi.”

Tak urung Anjas menurut. Ketika pergi Susan membawakan kopor berisi baju-baju Anjas dan membekalinya sejumlah uang.

“Pergunakan uang ini untuk modal supaya hidup kamu berlanjut. Kabari kalau masih kurang.”

Anjas menitikkan air mata. Ketika derita disandangnya, baru terasa betapa besar dosanya.

“Melangkahlah dengan baik, agar hidup kamu tenteram.”

“Ma’afkan aku, dan terimakasih semua perilaku buruk aku, kamu balas dengan kebaikan yang tiada taranya.”

Susan memeluk Anjas erat sekali, dan tak urung air mata itu kembali menetes. Tapi Susan berharap yang pahit segera berlalu, yang gelap menjadi terang, seterang rembulan kala malam.

 

********************** T A M A T ******************

 

 

Seorang laki-laki dengan lantang berteriak

“Hargamu seratus juta!”

Dan seorang perempuan dengan selembar selimut penutup tubuhnya, bersimpuh dilantai.

Seru nggak ya.. yuk tungguin .. ada kisah baru tentang cinta dan penghianatan, kerakusan tentang harta yang membuat lupa segala galanya.

ADA YANG MASIH TERSISA.

Coming soon...

 

 

 

 

 

82 comments:

  1. Alhamdulillah..MTR Nwn mbak Tien...salam sehat bahagia selalu 🙏🙏🙏

    ReplyDelete
  2. Hallow mas2 mbak2 bapak2 ibu2 kakek2 nenek2 :
    Wignyo, Ops, Kakek Habi, Bambang Soebekti, Anton, Hadi, Pri , Sukarno, Giarto, Gilang, Ngatno, Hartono, Yowa, Tugiman, Dudut Bmbang Waspodo, Petir Milenium (wauuw), Djuniarto, Djodhi55, Rinto P. , Yustikno, Dekmarga, Wedeye, Teguh, Dm Tauchidm, Samiadi, Pudji, asi Garet, Joko Kismantoro, Alumni83 SMPN I Purwantoro, Kang Idih, RAHF Colection, Sofyandi, Sang Yang, Haryanto Pacitan, Pipit Ponorogo, Nurhadi Sragen, Arni Solo, Yeni Klaten, Gati Temanggung, Harto Purwokerto, Eki Tegal dan Nunuk Pekalongan, Budi , Widarno Wijaya, Rewwin, Edison, Hadisyah,
    Sastra, Wo Joyo, Tata Suryo, Mashudi, B. Indriyanto,
    Yustinhar. Peni, Datik Sudiyati, Caroline Irawati, Nenek Dirga, Ema, Winarni, Retno P.R., FX.Hartanti, Danar, Widia, Nova, Jumaani, Ummazzfatiq, Mastiurni, Yuyun, Jum, Sul, Umi, Marni, Bunda Nismah, Wia Tiya, Ting Hartinah, Wikardiyanti, Nur Aini, Nani, Ranti, Afifah, Bu In, Damayanti, Dewi, Wida, Rita, Sapti, Dinar, Fifi, Nanik. Herlina, Michele, Wiwid, Meyrha, Ariel, Yacinta, Dewiyana, Trina, Mahmudah, Lies, Rapiningsih, Liliek, Enchi, Iyeng Sri Setyawati , Yulie, Yanthi , Dini Ekanti, Ida, Putri, Bunda Rahma, Neny, Yetty Muslih, Ida, Fitri, Hartiwi DS, Komariah P., Ari Hendra, Tienbardiman, Idayati, Maria, Uti Nani, Noer Nur Hidayati, Weny Soedibyo, Novy Kamardhiani, Erlin, Widya, Puspita Teradita, Purwani Utomo, Giyarni, Yulib, Erna, Anastasia Suryaningsih, Salamah, Roos, Noordiana, Fati Ahmad,
    Hallow Pejaten, Sidoarjo, Garut, Bandung, Batang, Kuningan, Wonosobo, Blitar, Sragen, Situbondo, Pati, Pasuruan, Cilacap, Cirebon, Bengkulu, Bekasi, Tangerang, Tangsel,Medan, Padang, Mataram, Sawahlunto, Pangkalpinang, Jambi, Nias, Semarang, Magelang, Tegal, Madiun, Kediri, Malang, Jember, Banyuwangi, Banda Aceh, Surabaya, Bali, Sleman, Wonogiri, Solo, Jogya, Sleman, Sumedang, Gombong, Purworejo, Banten, Kudus, Ungaran, Purworejo, Jombang, Boyolali.
    Salam hangat dari Solo Terimakasih atas perhatian dan support yang selalu menguatkan saya. Aamiin atas semua harap dan do'a.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Alhamdulillah.... BR 36 sdh tayang. matur nuwum Mbak Tien, yg selalu mengaduk emosi pembaca dan tambah penasaran....
      Salam dari Pangkalpinang semoga Mbak Tien dan pembaca yg budiman selalu sehat dan sukses.

      Delete
    2. Walaupun sdh tamat tp tetap penasaran utk tahu cerita berikutnya.
      Semangat Mbak Tien....

      Delete
    3. Alhamdulillah trimakasih Bu Tien, ditunggu karya2 yg indah selanjutnya, ttp semangat n semoga sllu sehat utk Bu Tien tercinta, salam sehat bahagia dr Madiun yg sllu setia hadir.

      Delete
    4. Alhamdulillah happy ending...... kerèn!!
      Matur nuwun selalu disapa mbak.... matur nuwun cerbung yg benar2 menghibur dan selalu bikin penasaran👍👍
      Semoga episode baru nantinya lebih seru..dramatis....nano2 penuh warna dan pastinya akan berhasil membuat hati ini porak poranda penuh harap 🙄🙄
      Bravo mbak Tien!!
      Doaku senantiasa menyertai utk kesehatan dan kebahagiaan mbak Tien sekeluarga.....salam sayang dr Surabaya🤗😗😍

      Delete
    5. This comment has been removed by the author.

      Delete
    6. [10/10 22:53] Kakek Habi: 1. “Akan aku tinggalkan _mas laluku_ dengan melakukan hal-hal baik.”
      # ... *_masa laluku_*

      2. “Sudah lebih baik. _BIarkan dia_ istirahat,” kata perawat itu dan berlalu.
      #..... *_Biarkan dia_*

      3. ..... terus menghantuinya sampai ia merebahkan tubuhnya ketika _samai dirumah._
      # ..... *_sampai dirumah_*

      4. Hari sudah malam ketika _Susan dan Tomy_ keluar dari Boyolali. 
      # .... *_Susan dan Naya_*

      5. .....cucunya _mbak Darmo,_ keponakannya pakde Sentot..”
      # *_mbah Darmo,_*

      6. ...... dengan beberapa deret _pasian dikiri kanannya._ 
      # ... *_pasien dikiri kanannya._*

      7. Ini kejutan yang kesekian _kali sebelum Indra menghadiahkan rumah untuk mereka._
      # Ini kejutan yang kesekian *_kali, sebelumnya Indra juga menghadiahkan rumah untuk mereka._*

      8. Ketika _Yayi dan Susan_ diwisuda, Naya menghadiri bersama .......
      # Ketika *_Yayi dan Dayu_* diwisuda, Naya menghadiri bersama......

      9. Susan _memeluk Anjar erat sekali,_ dan tak urung air mata itu kembali menetes. 
      # Susan memeluk *_Anjas erat sekali,_* dan tak urung air mata itu kembali menetes. 

      Matur nuwun bu Tien sudah memberi kesempayan membaca dan diperkenankan ikut memperbaiki kesalahan ketik nama, ejaan, redaksi, sehingga cerita sambung yang bagus, didukung pula penulisan yang benar.
      Sugeng dalu sugeng aso salira.

      Delete
    7. Alhamdulillah BAGAI REMBULAN 36 sudah TAMAT.
      Matur nuwun sanget mbak Tien Kumalasari, semoga mBak Tien tetap sehat, bahagia, dan selalu dalam lindungan Allah SWT.
      Aamiin Aamiin Yaa Robbal Aalamiin.
      Salam hangat dan salam SEROJA dari Karang Tengah Tangerang, juga

      Delete
    8. Alhamdulillah.....
      Yang ditunggu tunggu sudah hadir
      Matur nuwun Ibu Tien,
      Semoga sehat selalu dan tetap semangat.
      Salam seroja (sehat rohani jasmani) dari Cilacap.

      Delete
    9. Alhamdulillah,bahagia akan datang pada Waktunya. Terima kasih mbak, selalu ditunggu karya-karyanya, semoga sehat selalu juga semua sahabat, rekan pembaca, Aamiin

      Delete
    10. Mbak Tien, maaf kalau boleh saya memohon kiranya dilanjutkan ceritanta Bagas dan Kristin yang lalu. Matur nuwun

      Delete
  3. Ditunggu cerita slanjutnya. Trims bu tien.

    ReplyDelete
  4. Alhamndulillah ...terimakasih mbak Tien, semangat berkarya

    ReplyDelete
  5. Ikut merasakan kebahagiaan mrk..
    .
    Matur nuwunbu tien..
    .
    Salam hangat dari malang..

    Di tunggu karya berikutnya..

    ReplyDelete
  6. Alhamdulillah, suwun mbak Tien... salam sehat dr Bekasi

    ReplyDelete
  7. Mbak Tien...luar biasa. Air mata saya menitik..terimakasih telah mengakhiri kisah ini dengan indah. Demikian indahnya kasih Tuhan, ketika hati telah terbuka untuk menerima cahayaNYA, Nur illahi.
    Terimakasih mbakyu...teruslah berkarya dan menggugah kalbu penggemarmu..
    Ditunggu karya selanjutnya

    Iyeng Sri Setiawati - Semarang

    ReplyDelete
  8. Alhamdulillah... Terima kasih. Teman malem minggu kuh

    ReplyDelete
  9. Terima kasih banyak mba Tien, cerbung BR sdh tuntas dengan happy ending, pasti saya setia menubggu cerbung berikutnya semiga wanita yg luoa daratan dimabuk hsrta itu bukan Susan ya....
    Salam sehat
    Terus semangat
    Tuhan memberkati 👍👍🙏

    ReplyDelete
  10. Asyikk...happy ending..🙏. Salam kebaikan bagi semuanya 🤝♥️. Trm ksh mbak Tien..cerita sangat menarik.👍

    ReplyDelete
  11. Alhamdulillah BR happy ending...kami tunggu cerita baru yang pasti juga seru...salam sehat dr situbondo mbak Tien

    ReplyDelete
  12. Hari sudah malam ketika Susan dan Tomy keluar dari Boyolali. Ada rasa bahagia bisa bertemu keluarga ibunya.

    Maksudnya Susan dan Naya, bukan?

    Ketika Yayi dan Susan diwisuda, Naya menghadiri bersama Susan yang perutnya sudah gendut karena mengandung sudah 9 bulan.

    Maksudnya Ketika Yayi dan Dayu diwisuda...

    Maaf sedikit koreksi mbakyu

    ReplyDelete
  13. Terima kasih mba Tien.
    Sehat dan bahagia selalu ya
    Selamat berkarya...😍😍

    ReplyDelete
  14. wah tamat dan happy ending. Spesialisasi bu Tien, bikin pembaca legaa

    ReplyDelete
  15. wah tamat dan happy ending. Spesialisasi bu Tien, bikin pembaca legaa

    ReplyDelete
  16. Selamat malambak Tien...
    Trimakasih BR36...Happy Ending yg dikemas begitu apik..

    Selalu menunggu karya2 batu mbak Tien..

    Salam sehat dari bandung.

    ReplyDelete
  17. Puji Tuhan, happy anding..
    Yustinhar dkk Priok sdh kecanduan karya ibu Tien. Tetap menunggu ADA YG MASIH TERSISA.
    Monggo lanjut...

    ReplyDelete
  18. Finally... happy ending. Terima kasih Bu Tien... sudah mengacak-acak hati saya dengan kisah yang mengharubiru.
    Ditunggu kisah selanjutnya ya Bu.
    Salam sehat selalu buat Bu Tien.
    Semoga semakin semangat dalam berkarya nggih Bu... Gusti tansah paring berkah. Amin 🙏

    ReplyDelete
  19. Nuhun pisan Mba Tien. Karya karyanya sangat menghibur dan bermanfaat, penuh makna. Sehat selalu Mba...

    ReplyDelete
  20. Alhamdulillah Bagai Rembulan telah tamat
    Terimakasih bu Tien Cerbung nya Kutunggu cerita yang lain
    Semoga bu Tien selalu sehat wal'afiat dan bahagia bersama keluarga tercinta aamiin
    Salam sehat dan hangat dari Salamah Purworejo untuk ibu Tien dan semuanya Semoga Allah SWT selalu menuntun langkah kita aamiin

    ReplyDelete
  21. Terima kasih Bu Tien...ceritanya happy ending, ditggu cerbung selanjutnya ya. Salam dari kita di Bengkulu

    ReplyDelete
  22. Makasih mbak Tien,... Sy tunggu karya berikutnya ...

    ReplyDelete
  23. Alhamdulillah tamat semoga ada nilai-nilai yang bisa dijadikan teladan..masih ditunggu cerita-cerita lainnya salam sehat dari Ambarawa

    ReplyDelete
  24. Alhamdulillah Bagai Rembulan 36 sdh tayang dan happy ending
    Cerita yg sangat bagus sekali.
    Terima kasih Mbak Tien, semoga sehat dan sukses selalu
    Salam hangat dari Bekasi

    ReplyDelete
  25. Puji Tuhan semua happy ending.. sekalipun Lusi meninggal, tapi dia bisa menghadap Tuhan dengan tenang dan damai. Terima kasih sekali Mbak Tien atas cerbung2nya yg sangat memukau. Ditunggu segera yg baru... hehehe... gak sabaran saya. Smoga Mbak Tien selalu diberikan kesehatan oleh Tuhan sehingga karya2nya bisa selalu dinikmati dan menghibur para penggemarnya termasuk saya. Salam seroja selalu dari Semarang.

    ReplyDelete
  26. Terima kas8h jeng tien ending cerbubgnya sangat bagus dan menyentuh hati
    Berbuatlah baik selalu setiap saat

    ReplyDelete
  27. Terima kasih Bunda Tien,, sehat terus ya Bunda,, selamat malam 😍😍😍

    ReplyDelete
  28. Alhamdulillah BR 36 sdh hadir dan happy ending .Sy tunggu cerbung barunya salam sehat selalu buat mb Tien.

    ReplyDelete
  29. Maturnuwun bu Tien,sukses selalu,salam sehat penuh semangat 🙏

    ReplyDelete
  30. Makasih Bunda akhir nya CERBUNG berakhir dengan sangat manis.
    Sukses buat Bunda dan ditunggu kisah2 berikutnya

    ReplyDelete
  31. Trima kasih banyak mbak Tien BR sdh tamat happy ending.
    Ada yg masih tersisa....
    Lanjutkan.....
    Salam sehat2 dari Tegal.

    ReplyDelete
  32. Alhamdulillah BR~36 sudah hadir dan TAMAT.
    Matur nuwun Bu Tien, semoga panjenengan tetap sehat, bahagia, dan senantiasa dalam lindungan Allah SWT.
    Aamiin YRA...

    ReplyDelete
  33. Makasih mba Tien. Senangnya...
    Ditunggu yg baru mba. Salam sehat selalu

    ReplyDelete
  34. Matur nuwun...mbak tien BR sdh tamat...hanya ada yg menggelitik bukan Adhitama tapi Aditya, Adhitama tokoh Di Bening Matamu panggilan jg Adit.
    Terimakasih sll diabsen semoga mbak tien sehat jasmani rohani ekonomi terus berimajnasi merangkai kata2 yg mengaduk emosi

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kami semua bu Tien yang "matur nuwun" sudah diberi ijin kesempatan melongok dapur penulis cerbung handal di tienkumalasari22.blogspot.com GRATIS....TIS....TIS.....
      Semoga bu Tien selalu diberikan kesehatan yang prima, sehingga tetap bisa berkarya diusia "seniornya" memberikan pencerahan dalam bentuk lain, bukan ceramah, bukan khutbah, bukan kuliah, bukan menggurui, tapi....... dalam bentuk cerita bersambung yang isinya penuh makna. Prlajaran dalam BAGAI REMBULAN:
      1. Type orang jelek kelakuannya, orang baik, digambarkan dengan rangkaian kata-2 indah yang senantiasa membuat kangen pemerhati dan sefia menunggu dengan penuh kesabaran.

      2. Tiada orang menjadi melarat/miskin jika kita ber-SEDEKAH, melainkan balasan Allah bisa datang dari mana saja,dari atas, dari depan atau belakang, dari samping kanan atau kiri, rezeki tidak akan salah alamat.
      Bisa semasa kita hidup didunia, bisa juga menjadi tabungan akhirat kita.

      Terus berkarya bu Tien, kami menunggu apa yang telah dipersiapkan.......

      ADA_YANG_MASIH_TERSISA

      Seru nggak ya.. yuk tungguin .. ada kisah baru tentang cinta dan penghianatan, kerakusan tentang harta yang membuat lupa segala galanya.

      Coming soon...

      Delete
  35. Alhamdulillah BR 36 terbit sekaligus tamat dan kita tunggu cerbung2 berikut nya ... Moga² ada hubungannya tapi beda isinya... Salam sehat buat Bu Tien dan tetap semangat.... Aamiin 🙏

    ReplyDelete
  36. Alhamdulillah. Terimakasih bu Tien. Salam seroja dari Magelang.

    ReplyDelete
  37. Mksh mbak Tien
    Salam sshat dari Batang

    ReplyDelete
  38. Alhamdulillah sudah happy ending.

    Terima kasih juga,.. akhirnya semua menyadari kekeliruannya.

    Yayi Dewi , Indra Permana....kurang lengkap mbak Tien....ditambahin ya Yayi Dewi Permatasari .(YDP)...Indra Permana Baskara ...( IPB )....

    Salam sehat buat mbak Tien dan semua penggemar beliau .....

    ReplyDelete
  39. Alhamdulillah cerbungnya dah tamat happy endingnya ba Hagia smw,buat Bu tien salam sehat2 sll ditunggu cerbung berikutnya.hartiwi DS jkrt .

    ReplyDelete
  40. Alhamdulillah BR berakhir dgn happy ending bahagia ..km tetap mengharapkn karya2 selanjutnya yg lebih seru lagi trm ksh mbk tien yg telah menghasilkn karya2 cemerlang ...sehat selalu mbk tien

    ReplyDelete
  41. Alhamdulillah BR telah berakhir dgn happy ending bahagia trm ksh yg telah menghasilkn karya2 yg cemerlang.ditunggu karya2nya yg lebih bagus lg .smg mbk tien selalu sehat salam dr banda aceh

    ReplyDelete
  42. Legaaa...
    Mbak Tien membuat melayang layang bagai kupu kupu ...
    Salam sehat selalu mbak Tien

    ReplyDelete
  43. Halow mbak Tien smg sehat selalu.. terimakasih unt karyanya bahasa yg sederhana dan gampang dipahami krn Ada pendidikan moral disana. Smg selalu muncul ide2 baru.. Salam sehat dari Pejaten, Pasar Minggu

    ReplyDelete
  44. Tamaat n keren bu ending nya.
    Makasih ya bu..
    Salam sehat tuk ibu dan kluarga

    Ditunggu kelanjutannya.

    ReplyDelete
  45. Terima kasih Bu Tien ...senantiasa sehat,Aamiin.salam dari Kediri.

    ReplyDelete
  46. Bagus banget bu Tien...terima kasih banyak selalu menghibur...

    ReplyDelete
  47. Trmksh mb Tien ending yg mengharukan crt berakhir bahagia di tgl cantik 10-10-2020.. krn teler br terbc pg ini... Smg akan ada crt crt baru yg hadir dr mb Tien yg luar biasa... Slm seroja utk mb Tien senantiasa sehat dan tetap produktif..Hr inikah dimulai Masih ada yg tersisa? Slm sehat...

    ReplyDelete
  48. Alhamdulillah...smua berakhir baik...mksh b Tien...d tunggu slalu kisah berikutnya..slalu sehat ya bu...salam seroja...susy jkt

    ReplyDelete
  49. Matur nuwun Bunda Tien ,ceritany sngt menginsiprasi,,,terimakasih banyaak semoga Bunda sehat selalu Aamiin yaa Rabbal Alaamiin

    ReplyDelete
  50. Happy ending.
    Matur nuwun sanget, mbak Tien.

    ReplyDelete
  51. Maturnuwun Bu Tien, untuk cerita BR yg happy ending. Hikmah yg dipetik bahwa kebahagiaan diperoleh dari hati yg bersih, ikhlas berbagi bersama untuk orang lain. Bahwa di dalam kesulitan selalu ada kemudahan, ketika dilandasi dgn kesabaran dan bersyukur atas nikmat Allah Swt. Bahwa kebenaran senantiasa mengalahkan kezaliman..
    Sambil menunggu cerita yg selanjutnya, saya berdo'a : Semoga Ibu Tien senantiasa dikaruniai kesehatan dan kebahagiaan bersama keluarga tercinta. Aamiin Yaa Robbal'alamiin...

    ReplyDelete
  52. Alhamdulillah....
    Mtnuwun mbk Tien
    Salam sehat,menunggu ADA YANG MASIH TERSISA

    ReplyDelete
  53. Selamat pagi Bu Tien smga sekel sllu sehat2 , matur nuwun kisah dalam Bagai Rembulan hingga akhir cerita ( BR 36 ) , isi cerita dlm BR sangat memilukan , mengharukan n Alhamdulillah ber akhir dengan penuh kebahagian ntuk semuanya , saya hikmahnya mnjadi tauladan dlm sisa hidup saya.
    Saya setia menanti kisah2 yg lain dari hasil karya Bu Tien. semoga Allah SWT snntiasa mmberi kpda Bu Tien kesehatan n kekuatan. Wassalam dari Jaten.

    ReplyDelete
  54. Mtrswn mb Tien...cerbung yg bagus byk pelajaran yg bisa dipetik...
    Sgt bermanfaat
    Sehat terus mb Tien...
    Lanjutt cerita yg baru...

    ReplyDelete
  55. Terima kasih mbak Tien. Semua akan menerima atas balasan perbuatannya.

    ReplyDelete
  56. Wow sdh tamat ya..episode ini. Seperti rapelan... Bbera tahun dirangkai jd satu..
    Trm kasih bu Tien... Siap menunggu cerita selanjutnya...
    M

    ReplyDelete
  57. alhamdulilah terima kasih bunda,ditunggu karya"berikutnya..semoga bunda selalu sehat,Amiin

    ReplyDelete
  58. Terimakasih.. Ibu Tien.. Alhamdulillah Happy ending.. ditunggu karya2 selanjutnya.. Selalu sehat.. Bu..

    ReplyDelete
  59. Mtrnwn bu Tien.... Semoga Sehat Semangat terusss..... Aamiin.. Nuwun... Sinta Tata Suryo Semarang

    ReplyDelete
  60. Akhir yg bahagia...Semoga yg baru lebih seeu lg.
    Mks bu Tien semoga sll sehat🤗🤗🤗

    ReplyDelete
  61. ADA YANG MASIH TERSISA belum hadir ya...???

    ReplyDelete
  62. Terimakasih Bu Tien 🙏
    Cerita bersambung nya menjadi pengobat kebosanan akibat pandemi.
    Semoga sehat selalu

    ReplyDelete
  63. Alhamdulillah mtur swun...bu Tien
    Mugi2 tansah sehat wilujeng

    ReplyDelete
  64. Menunggu "Ada yang masih tersisa"

    ReplyDelete
  65. ADA YANG MASIH TERSISA.... Mbak Tien..salam sehat bahagia selalu..🙏.

    ReplyDelete
  66. Mbak Tien, ADA YANG MASIH TERSISA, kapan tayangnya ya?

    ReplyDelete
  67. Makasih mbak tien, sll sehat dan bahagia ... Spt akhir cerita yg mbak buat.

    ReplyDelete
  68. Bu Tien...matursuwun sanget.sangat mengharukan
    Semoga senantiasa dlm limpahan selamat, sehat hingga karya mengalir terus....aamiiiin
    Salam sayang dr yogya selatan

    ReplyDelete

CINTAKU JAUH DI PULAU SEBERANG 49

  CINTAKU JAUH DI PULAU SEBERANG  49 (Tien Kumalasari)   Ketika menemui Sinah di rumah sakit, mbok Manis tidak pernah sendiri. Dewi yang tid...