Wednesday, October 21, 2020

ADA YANG MASIH TERSISA 10

 

ADA YANG MASIH TERSISA  10

(Tien Kumalasari)

 

Pram ingin mencubit lengannya sendiri, untuk meyakinkan apakah dirinya sedang  bermimpi. Dilihatnya pak Kusumo tersenyum menatap wajahnya yang pasti tampak dungu karena bingung.

“Bagaimana Pram? Keberatan ? Daripada jadi OB di kantor ini, kebetulan aku kok punya ide begitu setelah tahu bahwa kamu bisa nyopir. Punya SIM kan?”

“Aad..ada pak.”

“Bagus. Mulailah minggu depan, nanti aku ajak kamu ke dealer mobil dimana aku pesan mobilnya. Semoga Miranti suka. Menantuku itu tidak gampang menerima pemberian. Anak baik, kami menyayangi dia.”

Pramadi mulai bisa menguasai dirinya, lalu betapa ingin dia melonjak kegirangan. Menjadi sopir Miranti? Aduhai, apa ini anugerah? Setiap hari bisa menatap bidadarinya, alangkah membahagiakan.

“Bagaimana, okey?”

“Siap pak.”

“Aku tunggu Minggu depan disini. Kita akan sama-sama mengambil mobilnya, karena katanya akan siap minggu depan.”

“Terimakasih bapak.”

Melangkah keluar dari ruangan pak Kusumo menuju keluar halaman kantor, Pramadi merasa langkahnya seperti mengikuti sebuah dendang yang berirama lincah. Bukan karena mendapat pekerjaan sa'at butuh pekerjaan tapi karena mendapat pekerjaan yang membuat hatinya berbunga-bunga.

“Apa kabar bidadari?” sapa manis itu keluar begitu ia menaiki mobilnya yang diparkir ratusan meter dari letak kantor pak Kusumo.

“Pram, aku lagi masak timlo..”

“Wauww.. kelihatannya enak, tapi tunggu... timlo itu yang bagaimana sih?”

“Timlo itu sayur berkuah, isinya kentang goreng tipis, wortel, soun, irisan ayam atau ati ampela, trus ada jamur diiris kecil-kecil, eh ada lagi, telur pindang.. oh.. masih ada.. irisan sosis...dan kapri..”

“Aah.. ya, aku tahu.. masak begitu banyak? Nggak ribet? Boleh aku bantuin ?”

“Nggak, tinggal mengupas telur.. “

“Enak nih.. kayak lagi punya kerja saja..”

“Mertuaku mau makan siang dirumah, kalau kamu mau.. datang aja..”

“Benar? Kan ada mertua kamu dan juga suami kamu?”

“Ya, pura-pura aja jadi pengamen, nanti aku suguhin makan.”

“Oh.. no.. no.. no, sekarang aku bukan pengamen,”

“Oh ya? Jadi nggak akan datang lagi kemari dong..”

“Oh, pasti datang.. setiap hari..”

“Iih.. jangan ah.. nanti dikira aku selingkuh sama kamu.”

“Eeh.. belum tahu dia.”

“Apa sih...?”

Lalu Pram menutup ponselnya sambil  bersenandung.. membiarkan Miranti bertanya-tanya, lalu menjalankan mobilnya kearah kantornya sendiri. Ia harus mengaturnya begitu rupa sehingga dia tidak harus selalu berada dikantor. Sudah ada staf-staf yang dipercaya karena dia sedang mengemban tugas ‘mulia’. Mulia? Lalu Pramadi tertawa sendiri. Ia merasa bahwa dirinya benar-benar gila telah menjalani kehidupan yang tidak pernah dibayangkannya. Mengamen demi bisa ketemu wanita yang dicintainya, lalu bersorak gembira ketika harus menjadi sopir yang akan dijalaninya penuh semangat karena hal itu akan membuatnya menjadi setiap hari bertemu sang bidadari. Aduhai..

***

Miranti sudah menata makan siang dimeja makan. Bapak dan ibu mertuanya belum datang. Miranti mandi dan menunggunya didepan. Tiba-tiba ia berharap Pramadi akan membuat kejutan dengan kembali mengamen didepan rumah. Belum-belum Miranti tersenyum sendiri membayangkan laki-laki yang dikaguminya itu mengalungkan gitarnya lalu memetiknya dengan manis.

Lalu dentang ponselnya berdering, dan ketika diangkat, tampak wajah pengamen itu dilayar, tersenyum manis dan begitu tampannya.

“Hallo bidadari..”

“Pram, kamu kemari kan?”

“Lhoh.. mengapa? Kan ada mertua kamu, belum datang ya mereka?”

“Belum, kamu mau kemari kan?”

“Gimana sih, mertua mau datang malah mengundang selingkuhan..” goda Pram.

“Eh, enak saja, aku nggak berselingkuh, tahu. Kamu kan sahabat aku?”

“Tapi nggak enak kan kalau aku tiba-tiba datang?”

“Kamu bisa pura-pura mengamen .”

“Ogah, aku sudah berhenti jadi pengamen.”

“Pram...”

“Selamat makan siang bersama keluarga besarmu.”

“Pram...”

Lagi-lagi Pram menutup ponselnya.

Miranti merengut.  Tapi dia berharap Pram hanya menggodanya, siapa tahu  tiba-tiba dia datang. Tapi mobil mertuanya sudah memasuki halaman.  Miranti menyambutnya.

“Sudah selesai masaknya?”

“Sudah ibu.”

“Tejo belum datang ?”

“Belum bapak..”

“Keterlaluan anak itu, sudah ibu masuk sana, aku telpon Tejo dulu,” kata pak Kusumo kesal.

Bu Kusumo masuk kedalam,  langsung keruang makan..

“Hm, harumnya, masak apa menantuku hari ini?”

Bu Kusumo membuka tutup saji, dan wajahnya berseri..

“Haa.. ini timlo kesukaanku.. ayo panaskan kuahnya, kalau dingin kurang nikmat kan?”

Miranti menyalakan pemanas yang sudah disiapkan.

“Telurnya tidak cuma direbus ya? Dimasak lagi?”

“Iya ibu, supaya lebih gurih, Miranti tambahin bumbu dan kecap.”

“Menantuku memang luar biasa. Bapaaak, sini pak..” teriak bu Kusumo memanggil suaminya.

“Tejo sedang dalam perjalanan pulang,” kata pak Kusumo sambil menuju keruang makan.

“Lihat pak.. enak-enakan..”

“Waah, masak apa menantuku hari ini?”

“Itu timlo bapak, supaya segar.”

“Wah,  tatain bu, dimakan dulu saja. Taruh sayur dan kelengkapannya.. eh ini apa..?”

“Kapri pak, biar ibu tata dulu, nanti tinggal dikasih kuahnya. Ini soun, wortel, kapri, sosis, daging ayam, nggak usah pakai ampela ati ya pak, nanti kolesterolnya naik lagi,” kata bu Kusumo sambil menata untuk suaminya.

“Iya, ayam aja nggak apa-apa, yang hitam itu jamur ya? Bapak suka, telurnya separo saja, wah.. sudah kenyang nanti makan sepiring saja.”

“Sudah, ibu tuangkan kuahnya ya, silahkan pak..” kata bu Kusumo melayani suaminya.

Miranti menata lagi sayur isian timlo, diletakkan didepan kursi bu Kusumo, lalu satu lagi ditempat dimana Tejo biasanya duduk.

“Wah.. segar bu.. benar-benar nikmat.”

“Menantu kita memang luar biasa. Mana Tejo..?”

“Katanya sudah dijalan, biarkan saja, nanti kan menyusul.”

Ketika mereka sudah makan separonya, Tejo baru datang dan langsung duduk dikursi yang disediakan. Miranti menuangkan kuah timlonya yang masih panas, tanpa mengucapkan apa-apa.

“Wah, masih panas begini,” gerutu Tejo.

“Memang enaknya dimakan panas-panas, nikmati saja dan jangan banyak protes,” kata pak Kusumo.

“Mengapa baru datang?” tanya ibunya.

“Macet bu,” katanya sambil mengipas-ngipas makanannya dengan tangannya.

“Miranti, bapak mau bilang, bahwa bapak sudah memesan mobil untuk kamu, besok sudah akan dikirim kemari.”

“Bapak, mengapa bapak susah-susah membeli mobil untuk Miranti, kan Miranti sudah bilang kalau jarang kemana-mana, jadi bisa dengan taksi.”

“Tidak apa-apa. Itu sebagai hadiah untuk kamu yang akan menjadi ibu bagi cucu bapak.”

“Tapi kan Miranti tidak punya SIM, menyetir juga asal-asalan, mana berani mengendarai mobil sendiri.”

“Jangan khawatir, bapak juga sudah menyediakan sopir untuk kamu. Bapak yang akan membayar gajinya.”

“Aduh, bapak itu ..”

“Jangan menolak Miranti, nanti bapak kecewa,” kata bu Kusumo sambil tersenyum.

“Terimakasih bapak,  biarpun hadiah itu sangat berlebihan buat saya.”

“Bapak sudah tahu kalau kamu pasti menolak kalau bapak tawarin, itu sebabnya bapak lebih dulu memesan sebelum bilang sama kamu.”

“Oh ya, nanti kalau sudah ada mobil, kamu bisa mengunjungi orang tua kamu di Sukoharjo Mir,” kata bu Kusumo.

Miranti tersenyum haru.

“Bapak dan ibu sudah memberi sangat banyak untuk Miranti. Terimakasih banyak bapak..” kata Miranti sambil berlinang air mata.

“Bapak hanya ingin, hidup kalian berbahagia, rukun, saling mengasihi.”

Tejo tiba-tiba terbatuk-batuk.

“Kenapa kamu?”

“Tersedak bu..” katanya sambil meraih gelas minumnya. Tersedak oleh anjuran bapaknya yang sudah jelas dia tidak bisa memenuhinya. 

Miranti melirik sekilas pada suaminya, sambil menghabiskan sisa makanan dipiringnya.

***

“Gila, bapak kamu memberi hadiah mobil untuk Miranti?” kata Anisa ketika Tejo menelponnya. Akhir-akhir ini hubungan mereka lebih sering lewat telpon, dan hanya kalau ada kesempatan saja Tejo menemui Anisa, itupun bertemu ditempat yang tak mungkin bisa ditemui orang tuanya, karena dia tahu bahwa bapaknya memasang mata-mata yang selalu mengawasinya.

“Iya, kemarin-kemarin baru omong-omong, tapi sekarang sudah siap, tunggu dikirim.”

“Kalau begitu aku juga mau mobil,” rengek Anisa.

“Sabar Nisa, nanti aku akan berusaha untuk kamu juga.”

“Bener ya? Lalu kapan kamu mau melaksanakan rencana kita?”

“Tunggu dulu, nanti kita bicara kalau ketemu saja, sudah banyak orang keluar masuk keruangan aku,” kata Tejo lalu menutup ponselnya.

“Selamat siang,” tiba-tiba Pram muncul didepan pintu.

“Siang, ada apa?” jawab Tejo dingin.

“Saya kira pak Kusumo ada disini.”

“Bapak belum datang, tunggu saja diluar sana.”

“Baik,” Pram mengangguk dan berlalu. Kesal sekali melihat wajah masam yang tak pernah ramah terhadapnya. Kalau boleh ia ingin menonjok wajahnya sekali lagi.

Tejo melanjutkan pekerjaannya dengan bersungut-sungut.

“Hihh.. sok ganteng, cuma sopir saja dandanannya keren seperti itu, dan herannya bapak tiba-tiba suka sama dia.”

Sebetulnya Pram hanya mengenakan hem batik murahan yang dibelinya baru saja. Ia memang sengaja tak menunjukkan siapa dirinya sebenarnya. Kan hanya tukang ngamen yang tiba-tiba mendapat ‘anugerah’ pekerjaan ? Tapi kalau Tejo menganggapnya sok ganteng, memang orang ganteng sih, pakai baju yang bagaimanapun tetap juga ganteng. Tejo saja yang memang nggak suka karena pada dasarnya memang membenci tukang ngamen itu.

***

“Ibu sudah dengar belum, Miranti akan diberi hadiah mobil oleh mertuanya.” Kata pak Winardi kepada isterinya.

“Pak Kusumo dan bu Kusumo itu sangat baik ya pak, dia juga sangat menyayangi Miranti.”

“Aku senang mendengar semuanya bu, artinya kalau anak kita bahagia kan kita juga harus merasa bahagia.”

“Benar pak. Lha kapan bapak mau kesana, Miranti bilang sudah kangen sama bapak.”

“Kapan ya bu, ini sudah hampir selesai sebenarnya, coba besok minggu depan ya bu.”

“Sebenarnya Miranti bilang, kalau kandungannya sudah kuat, mau kemari menjenguk bapak, tapi ibu melarangnya, soalnya baru sekali mengandung, ibu takut kenapa-kenapa kalau melakukan perjalanan jauh.”

“Lha kalau naik mobil suaminya kan ya nggak apa-apa bu, katanya sudah tujuh bulan lebih kandungannya.”

“Iya sih, tapi kelihatannya suaminya itu juga orang sibuk. Kalaupun Minggu barangkali Miranti segan minta agar suaminya mengantar kemari.”

“Minggu depan saja, semoga kita bisa kesana. Besok mobilnya mau bapak masukin ke bengkel dulu. Maklum mobil tua, takutnya ngadat dijalan.”

“Iya pak, lagian bapak juga sudah lama tidak menservis mobil.”

“Gara-gara pekerjaan itu bu, tapi untunglah sekarang sudah berjalan baik, semoga bapak bisa menjaganya agar tidak bangkrut lagi.”

“Iya pak, mulai sekarang semuanya harus bapak tangani sendiri, karena percaya kepada orang itu kadang-kadang juga berbahaya. Harus lihat-lihat orangnya. Ya kan pak.”

“Benar bu, semuanya menjadi pelajaran buat kita.”

“Kemarin Miranti mengingatkan, kalau sudah ada, kita harus mencicil uang pak Kusumo yang sudah diberikan. Maksudnya dulu memang tidak meminjamkan, tapi ada baiknya kita kembalikan.”

“Iya benar bu, tidak enak menelan kebaikan orang begitu saja. Apalagi pak Kusumo orangnya kan baik. Jangan khawatir bu, aku sudah memikirkannya.”

***

“Pram, sudah lama menunggu ?”kata pak Kusumo yang baru saja datang.

“Belum pak, baru saja.”

“Ayo ke ruanganku, nanti kita akan sama-sama ke dealer, mungkin kamu bisa melihat dulu seperti apa mobilnya. Kalau kita bisa membawanya ya kita bawa sekalian, kalau enggak ya biar dikirim saja. Tapi mereka bilang hari ini sudah siap.”

Pram mengikuti pak Kusumo masuk keruangannya.

“Duduk dulu Pram, ada yang harus aku selesaikan. Tunggu sebentar ya.”

“Baik pak,” kata Pram yang sungguh merasa berdebar-debar karena tak lama lagi akan bertemu bidadari yang disayanginya.

“Jam kerja kamu sama dengan jam kantor. Jam delapan sudah dirumah anakku, sore jam tiga baru boleh pulang. Tapi kalau menantuku masih ingin agar kamu mengantarnya, kamu akan tetap melayaninya sampai selesai yang dibutuhkannya.”

“Baik pak.”

“Tapi jangan khawatir, kelebihan jam kerja itu akan ada perhitungannya sendiri. “

“Baik pak,” jawab Pramadi mantap. Perhitungan atau tidak, apakah itu masalah buat dia? Barangkali tidak dibayarpun Pram akan bersedia, asalkan bisa menjaga kesayangannya dari dekat. Jangan sampai ada yang menyakitinya.

“Oke Pram, sepertinya kita siap untuk berangkat. Kamu sudah tahu rumah anakku kan? Kamu kan  pernah mengamen disana. Kalau lupa ya ini alamatnya.”

“Iya saya tahu.”

“Nanti kamu datang tanpa aku, karena ada rapat dikantor siang nanti sehabis jam makan. Buat kejutan untuk menantuku dan suruh dia mengabari kalau mobilnya sudah sampai.”

“Baiklah pak.”

“Ayo kita berangkat.”

“Tejo, bapak mau mengambil mobil untuk isteri kamu, jangan lupa kita tidak usah makan dirumah karena akan ada meeting jam satu.” Kata pak Kusumo ketika mampir keruangan Tejo.

“Baiklah bapak.”

“Kamu boleh makan diluar tapi dekat-dekat sini saja, jangan lupa segera kembali kekantor.”

“Baik.”

“Kita makan dulu saja ya Pram,” katanya kemudian kepada Pramadi.

“Terserah bapak saja.”

***

“Kamu itu terlalu baik untuk menjadi sopir Pram,” kata pak Kusumo ketika makan berdua.

“Saya berusaha bisa melakukan apa saja pak.”

“Rumahmu dimana ?”

“Dikampung pak.”

“Orang tua masih ada?”

“Masih, tapi saya tidak ingin menyusahkan orang tua, karenanya saya mencari nafkah sendiri.”

“Kamu setelah lulus SMA tidak kuliah?”

“Tidak ada biayanya pak.”

“Kalau pekerjaan kamu bagus, mau saya sekolahkan?”

Pramadi terkejut. Sekolah lagi?

“Tidak pak, tidak usah, saya cukup begini ini saja.”

“Kamu ini cakep, tampaknya bukan orang bodoh. Kalau mau kuliah kamu bisa mendapatkan kehidupan lebih baik.”

“Tidak pak, keinginan saya tidak muluk-muluk. Saya cukup begini saja.”

“Kamu tidak ingin punya isteri, atau sudah punya pacar?”

“Belum pak, belum ada yang mau.”

“Masa? Orang ganteng seperti kamu pasti banyak yang suka.”

“Ganteng tapi tak punya uang pak.”

Pak Kusumo tertawa.

“Ya sudah, so’al itu dipikirkan nanti saja. Kalau kamu mau nanti aku carikan kamu isteri yang cantik,” seloroh pak Kusumo.

Pramadi tertawa.

“Ayo kita berangkat, semoga semua sudah siap, lalu aku akan kembali kekantor dan kamu bawa mobilnya pulang ya.”

“Baiklah.”

***

Miranti duduk diteras sendirian. Ia sudah tahu bahwa Tejo tak akan pulang makan siang karena ada meeting siang itu dikantor. Jadi tak ada yang harus dilayaninya. Miranti merasa senang.

Diam-diam ada yang diharapkannya. Tukang ngamen itu. Mengapa sih tidak datang lagi? Kali ini tak akan ada yang mengganggu, melemparinya uang  receh limaratusan lalu menutup pintu rumah dengan keras.

“Pasti dia sibuk dengan pekerjaannya. Oh ya, kok aku lupa menanyakan, apa dia sudah ketemu bapak ya? Katanya dia mau bekerja disana. Ah, pasti dia bohong, untuk apa dia bekerja sedangkan dia adalah CEO disebuah perusahaan yang cabangnya ada dimana-mana,” gumamnya perlahan.

Tapi tiba-tiba sebuah mobil berwarna putih  metalik masuk kehalaman. Miranti terkejut, platnya masih berwarna putih, berarti itu mobil baru.

“Ya ampuun, bapak sungguh-sungguh mengirimi aku sebuah mobil baru?”

Miranti terpaku ditempatnya. Masih saja duduk sampai pengemudi mobil itu turun. Seorang laki-laki gagah dengan topi di kepalanya, bukan topi pengamen yang ditungguinya sejak pagi.

“Selamat siang,” laki-laki itu membuka topinya dan Miranti merasa jantungnya serasa berhenti berdetak.

***

besok lagi ya

54 comments:

  1. Alhamdulillah AYMT~10 sudah hadir lebih awal... maturnuwun bu Tien, semoga panjenengan tetap sehat.. Aamiin..

    ReplyDelete
  2. Alhamdulillah AYMT 10 sudah tayang.
    Matur nuwun mbak Tien Kumalasari, semoga mbak Tien tetap sehat, bahagia dan selalu dalam lindungan Allah SWT.
    Aamiin Yaa Robbal Aalamiin.
    Salam Hormat dari Karang Tengah, Tangerang.

    ReplyDelete
  3. Yess💪💪.. Alhamdulillah...matur nuwun mbak Tien.. Selamat malam..Salam sehat & Bahagia selalu..🙏🙏🙏

    ReplyDelete
  4. Trm kasih bu Tien.. Episode 10 sdh tayang.. Tp rasanya baru sebentar bacanya kok sdh besuk lagi...hehe
    Salam sehat semangat bu Tien


    ReplyDelete
  5. Makasih bu..mulai lagi deh nih, perasaannya diaduk2 dgn ceritany 😉😉..semoga sehat selalu ya bu..salam dari Nias.

    ReplyDelete
  6. Alhamdulillah tayang fasik..tetap sehat dan semangat ya bu Tien

    ReplyDelete
  7. Salam sehat bu Tien ....ini pembaca dibuat ambyaaaar .....

    Nuwun

    ReplyDelete
  8. Seruu mba . Makasi mba Tien. Salam sehat selalu

    ReplyDelete
  9. Huhuuuy...makin seru mbak Tien. Benar-benar menghibur. Ditunggu lanjutannya yang bikin makin penasaran..

    Iyeng Sri Setiawati - Semarang

    ReplyDelete
  10. Wouwww.... ternyata sopirnya Miranti seorang CEO Perusahaan yg punya cabang dimana mana...kita tunggu saja ide ceritanya Bu Tien...👍👍👍Semoga tambah menarik cerita lanjutannya... Salam sehat utk Bu Tien dan keluarga... Aamiin.

    ReplyDelete
  11. Yuhuuuii..ikutan senang mengikuti kisahnya..bisa2 nanti pak kusuma lebih sayang kepada pram dari pada tejo anaknya sendiri.dan miranti diakhir2 kehamilan nya ngga merasakan sedih lagi,karena selalu ada pram dan bisa kemana2 diantar pram 😁.terimakasih bu tien lanjutan nya udah cepat tayang,udah penasaran banget pingin baca kisah selanjutnya.semoga bu tien selalu sehat dan tetap semangat.

    ReplyDelete
  12. Alhamdulillah AYMT sdh tayang mksh mb Tien salam sehat sll

    ReplyDelete
  13. Seru.... dapat sekaligus 9 dan 10 pula... aduhai...

    ReplyDelete
  14. Matur nuwun.... Mbak tien... jadi seperti apa ya kehidupan Miranti... kok jd ikut berdebar... Smg mbak tien selalu sehat jasmani rohani ekonomi berimajinasi mengaduk hati

    ReplyDelete
  15. Alhamdulillah sudah hadir.. Sangat ditunggu2 Mbak ku sayaangg...

    Semakin seruuu ceritanya...

    Sehat2 selalu ya Mb Tien sayang..
    Salam sayang dari Cirebon

    ReplyDelete
  16. Alhamdulillah.....
    Yg ditunggu tunggu sudah hadir
    Matur nuwun Ibu Tien,
    Semoga sehat selalu dan tetap semangat.
    Salam seroja (sehat rohani jasmani) dari Cilacap.

    .

    ReplyDelete
  17. Seru... keren... dan jooossss... pengin segera lanjutannya. Terima kasih Mbak Tien. Salam seroja dari Semarang.

    ReplyDelete
  18. duh gimana ini Pram udah jauh melangkah, takut ketahuan nanti malah Pak Kusumo murka

    ReplyDelete
  19. Terbitnya jam 5 an kok sampai sayanya jam segini ibu , sdh berkali2 ngintip2, alhamdulillah sdh terbit 12 komemtarnya 😁😃, sehat selalu ya ibu tien syg

    ReplyDelete
  20. Hallow mas2 mbak2 bapak2 ibu2 kakek2 nenek2 :
    Wignyo, Ops, Kakek Habi, Bambang Soebekti, Anton, Hadi, Pri , Sukarno, Giarto, Gilang, Ngatno, Hartono, Yowa, Tugiman, Dudut Bmbang Waspodo, Petir Milenium (wauuw), Djuniarto, Djodhi55, Rinto P. , Yustikno, Dekmarga, Wedeye, Teguh, Dm Tauchidm, Samiadi, Pudji, asi Garet, Joko Kismantoro, Alumni83 SMPN I Purwantoro, Kang Idih, RAHF Colection, Sofyandi, Sang Yang, Haryanto Pacitan, Pipit Ponorogo, Nurhadi Sragen, Arni Solo, Yeni Klaten, Gati Temanggung, Harto Purwokerto, Eki Tegal dan Nunuk Pekalongan, Budi , Widarno Wijaya, Rewwin, Edison, Hadisyah,
    Sastra, Wo Joyo, Tata Suryo, Mashudi, B. Indriyanto, Nanang,
    Yustinhar. Peni, Datik Sudiyati, Caroline Irawati, Nenek Dirga, Ema, Winarni, Retno P.R., FX.Hartanti, Danar, Widia, Nova, Jumaani, Ummazzfatiq, Mastiurni, Yuyun, Jum, Sul, Umi, Marni, Bunda Nismah, Wia Tiya, Ting Hartinah, Wikardiyanti, Nur Aini, Nani, Ranti, Afifah, Bu In, Damayanti, Dewi, Wida, Rita, Sapti, Dinar, Fifi, Nanik. Herlina, Michele, Wiwid, Meyrha, Ariel, Yacinta, Dewiyana, Trina, Mahmudah, Lies, Rapiningsih, Liliek, Enchi, Iyeng Sri Setyawati , Yulie, Yanthi , Dini Ekanti, Ida, Putri, Bunda Rahma, Neny, Yetty Muslih, Ida, Fitri, Hartiwi DS, Komariah P., Ari Hendra, Tienbardiman, Idayati, Maria, Uti Nani, Noer Nur Hidayati, Weny Soedibyo, Novy Kamardhiani, Erlin, Widya, Puspita Teradita, Purwani Utomo, Giyarni, Yulib, Erna, Anastasia Suryaningsih, Salamah, Roos, Noordiana, Fati Ahmad, Nuril, Bunda Belajar Nulis,
    Hallow Pejaten, Sidoarjo, Garut, Bandung, Batang, Kuningan, Wonosobo, Blitar, Sragen, Situbondo, Pati, Pasuruan, Cilacap, Cirebon, Bengkulu, Bekasi, Tangerang, Tangsel,Medan, Padang, Mataram, Sawahlunto, Pangkalpinang, Jambi, Nias, Semarang, Magelang, Tegal, Madiun, Kediri, Malang, Jember, Banyuwangi, Banda Aceh, Surabaya, Bali, Sleman, Wonogiri, Solo, Jogya, Sleman, Sumedang, Gombong, Purworejo, Banten, Kudus, Ungaran, Purworejo, Jombang, Boyolali. Ngawi
    Salam hangat dari Solo Terimakasih atas perhatian dan support yang selalu menguatkan saya. Aamiin atas semua harap dan do'a.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Seruuuuu kuy... Trimakasih Bu Tien, salam sehat bahagia dr Madiun yg sllu setia hadir.

      Delete
    2. Alhamdulillah, terima kasih mba Tien. Seruuu bgt. Lanjut....
      Semoga sehat slalu.


      Delete
  21. Terima kasih banyak Bunda untuk cerbungnya.
    Semoga Bunda selalu sehat dan tetap semangat dalam berkarya.
    Sekali lagi matur nuwun Bun.

    ReplyDelete
  22. Matur nuwun mvak Tien
    Salam.sehat dari Batang

    ReplyDelete
  23. Ya betul, pak hadi-tangsel. Ambyar... bu tien juoos tenan.

    ReplyDelete
  24. Selamat malam,,terima kasih Bunda Tien,, semoga Bunda sehat selalu Aamiin 😍😍😍

    ReplyDelete
  25. Alhamdulillah AYMT10 sdh hadir
    Pram pebgusaha yg jd sopir pribadi Miranti?
    Wah makin seru dan bikin penasaran ceritanya
    Terima kasih Mbak Tien..
    Salam sehat dari Bekasi

    ReplyDelete
  26. Puji Tuhan eps 10 hadir gasik.
    Maaf rasanya kok hanya sedulit lagi seru je ...
    Siapa menabur kebaikan akan menuai kebaikan... Miranti tahan yg uji skr sdh mulai bahagia.
    Yustinhar dkk di Priok menunggu eps 11.
    Matur nuwun ibu Tien..

    ReplyDelete
  27. Alhamndulillah....terimakasih mbak tien

    ReplyDelete
  28. Alhamdulillah AYMT 10 sudah hadir
    Terimakasih bu Tien Cerbung nya Semoga bu Tien selalu sehat wal'afiat dan bahagia bersama keluarga tercinta aamiin
    Salam sehat dan hangat dari Salamah Purworejo untuk ibu Tien dan semuanya

    ReplyDelete
  29. Alhamdulillah AYMTnya sdh datang, suwun mbak Tien
    Sehat bahagia sll dlm lindungan الله subhanahu wa ta'ala. Aamiin🙏

    ReplyDelete
  30. Trimakasih mbak Tien..
    Aymt10 yg makin seruu aja..
    Waah..penasaran dgn sopir baru yg seorang ceo...pacar tejo mèri..minta mobil jg...haduuuh..
    Semoga semua baik2 sj dgn penyamaran pram...
    Lanjuut mbak Tien..

    Salam sehat dari bandung buat mbak Tien & kelg.

    ReplyDelete
  31. Pg mb Tien trmksh Aymt 10 sdh hadir...smg kesempatan bertemu Miranti berakibat baik ..bukan malah makin membuat Miranti menderita... Smg Pram tdk menjd pebinor?... Tp menjd malaikat tak bersayap... Slm sero⁷ja mb Tien

    ReplyDelete
  32. Duhh...tambah seruuu...lanjut bu Tien 🤗

    ReplyDelete
  33. Surprise . .
    Salam sehat selalu mbak Tien

    ReplyDelete
  34. Mbak Tien...pinter bikin penasaran..
    Baca saja...pingin lihat sosok Pramadi....oooopasti ganteng tenan
    Saling sehat mb Tien Yulie SlemanSendowo

    ReplyDelete
  35. Lanjuuuut bu Tien
    Pram dan Miranti

    ReplyDelete
  36. Mbak Tien ...ceritanya bikin penasaran aja. Habis baca 1 episode ..inginnya terus nyambung episode berikutnya ...he..he..he.. nggak sabar nunggu sampai besok. 🤭🤭🤭

    ReplyDelete
  37. Alhamdulillah.. Mtur swun...
    Mugi2 tansah rahayu wilujeng..

    ReplyDelete
  38. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  39. Mtnuwun mbk Tien....
    Nunggu lanjutannya
    Salam sehat dan semangat

    ReplyDelete
  40. Lanjutannya selalu kutunggu
    Semangat bu Tien

    ReplyDelete
  41. Pasukan longak longok mulai beraksi
    Salam sehat untuk semuanya

    ReplyDelete
  42. Ya niih , mulai longok longok tapi blm muncul..

    Ditunggu buu.
    Salam sehat buat ibu

    ReplyDelete
  43. Menunggumuu...🎤walau selalu🎶
    Hihihi🙈

    ReplyDelete
  44. Matur nuwun Mbak Tien.
    Salam sehat.

    ReplyDelete
  45. KuKutunggu dan kutunggu lagi
    dari waktu ke waktu... lanjut Mbak Tien...

    ReplyDelete
  46. Ikutan nunggu mbak Tien ... Salam sehat tetap semangat dari Bekasi

    ReplyDelete
  47. Mana nih lanjutan nya... Bikin penasaran... Pengin segera tahu kelanjutannya... Ayo mbak Tien... Semoga njenengan sehat selalu

    ReplyDelete

CINTAKU JAUH DI PULAU SEBERANG 49

  CINTAKU JAUH DI PULAU SEBERANG  49 (Tien Kumalasari)   Ketika menemui Sinah di rumah sakit, mbok Manis tidak pernah sendiri. Dewi yang tid...