Friday, September 25, 2020

BAGAI REMBULAN 21

BAGAI REMBULAN 21

(Tien Kumalasari)

 

“Pak, sebentar pak..” kata Tikno..

Tapi kakek tua itu malah menstarter sepeda motor bututnya.

“Bukankah....”

Dan motor butut itu melaju meninggalkan Tikno dan Adit yang bengong seperti sapi ompong.

Tikno menghela nafas.

“Bapak kenal dia?” tanya Adit.

“Kenal? Tidak.. tidak kenal..”

“Tadi bapak mau bicara apa?”

“Bukan apa-apa.. hanya.. ingin ngomong apalah gitu.. tapi kok dia kabur ya?”

“Dia orang aneh. Tak pernah banyak bicara. Ketika kita mau bicara banyak dia pasti kebur. Tapi kalau melihat dia, Adit pasti membeli korannya. Tapi ya itu pak, bayarnya selalu harus dipaksa, awalnya menolak keras.”

“Ya sudah.. ayo.. semoga dilain kesempatan bisa berbincang.”

Adit mengambil motornya dan melanjutkan perjalanan.

Namun Tikno tak habis pikir, bayangan laki-laki yang baru saja dilihatnya, membuatnya merasa bahwa dia seperti terus mengikuti keluarganya. Mungkin setelah dipenjara dia kemudian memilih tinggal disini, beralas bumi beratap langit, seperti pernah diceritakan anaknya. Dan itu hanyalah karena Adit. Tikno masih ingat, ketika laki-laki itu buron, dia berusaha menggendong Adit yang masih bayi, hanya ingin menggendongnya, dan itu membawanya kembali kepenjara, dengan luka tembak dikakinya, serta membuatnya tak bisa berjalan tegak kecuali dengan tongkat penopang. Tiba-tiba ada rasa iba dihati Tikno. Laki-laki itu benar, dulu dikenalnya dengan nama Sardiman, penjahat dan pemerkosa, tapi setelah mengetahui hasil perkosaan itu menjadi benih,  janin yang dirindukannya karena selamanya tak bisa memiliki anak, maka timbul keinginan untuk memilikinya. Kalau tidak ya menyentuhnya, menggendongnya, dan itupun tak berhasil. Ia berkelana dan terus mengawasi Adit bayi sampai dewasa, tumbuh gagah dan pintar, tampan dan mempesona, hati Sardiman bagai teriris.

“Orang itu aneh, hanya ingin menyentuh tangan Adit, lalu mengelusnya perlahan, meremasnya seperti ingin merengkuhnya,” kata Adit ketika itu.

Dan itulah.. hanya itu yang bisa dilakukan Sardiman, tak mungkin memilikinya, walau benar dia itu tumbuh karena tetesan benihnya. Walau benar, darahnya mengalir ditubuh laki-laki ganteng nan menawan itu. Kebanggan itu ditelan Sardiman, dibenamkannya dalam angan dan mimpinya yang paling dalam. Puas hanya memandanginya, menatapnya penuh cinta, menatapnya dengan rasa pilu karena ada dosa yang menyelimuti tumbuhnya anak itu.

Tikno masih tetap duduk di boncengan ketika Adit sudah menghentikan motornya di parkiran.

“Bapak, kita sudah sampai,” tegur Adit.

“Oh.. eh.. apa? Oh.. sudah sampai ya?” katanya sambil melompat turun.

“Bapak memikirkan apa? Masih memikirkan bapak tua itu tadi?”

 Tikno tersenyum..

“Tidak.. ada-ada saja.”

***

Susan masih tergolek diranjang. Sudah dua hari dia dirawat, dan memang benar bahwa tak satupun keluarganya menjenguknya. Mamanya, kakaknya.. tidak. Susan benar-benar merasa sendirian. Hanya keluarga Indra dan sahabat-sahabatnya yang menengoknya, seperti pagi ini, Tikno datang bersama Adit.

“Nak Susan, saya Tikno, bapaknya Adit dan Dayu..” kata Tikno lembut.

“Ya Tuhan.. ya Tuhan,.. ini keluarga yang mama bilang bekas pembantu, begitu santun, begitu baik mau menjenguknya walau nggak pernah mengenal sebelumnya. Laki-laki gagah yang punya ucapan lembut dan menenangkan, orang yang selalu direndahkan mama. Ampuni aku ya Tuhan, aku pernah terhanyut oleh kata-kata mama, merendahkan martabat seseorang karena derajatnya yang aku anggap rendah, dan sekarang begitu baik, begitu mulia,” rintih Susan dalam hati.

 Susan merasa telah memasuki sebuah dunia yang lain, dunia penuh kasih sayang diantara sesama, dunia yang begitu penuh damai dan menenangkan. Susan merasa bahwa dia telah melewati jalan gelap dan sesat. Sekarang semuanya menjadi benderang. Maka titiklah air matanya. Air mata sesal, air mata syukur, air mata bahagia yang tak ternilai.

“Nak Susan, ada apa?” tanya Tikno lagi.

“Ma’afkanlah saya.. ma’af ya pak..”

“Lho.. kok tiba-tiba minta ma’af.. tidak ada yang salah, kami ini ikut prihatin atas kejadian yang menimpa nak Susan dan mas Naya.”

“Saya merasa banyak salah.. merasa rendah diantara orang-orang baik,” katanya sambl mengusap air matanya.

“Jangan berfikir yang bukan-bukan. Kita semua sahabat. Sakit dan bahagia akan kita rasakan bersama.” Kata Adit.

“Ma’afkan saya ya pak, ma’af Adit..”

“Tidak ada yang perlu dima’afkan, sudahlah, lupakan semua yang nak Susan anggap sebagai hal yang kurang baik. Sekarang nak Susan berada diantara keluarga yang saling menyayangi.”

“Terimakasih banyak..” hanya itu yang diucapkan, karena tenggelam dalam tangisan yang tak mampu dibendungnya.

“Lho, mbak Susan ada apa?” tiba-tiba Yayi muncul dan memeluknya, dan itu membuat tangis Susan semakin keras.

“Ada apa ini?”

“Tidak apa-apa Yayi, aku terharu.. kalian begitu baik sama aku.. mamaku jahat sama kalian...”

“Heiiiii... sudah, jangan difikirkan..kamu istirahat saja supaya segera sembuh.” Kata Yayi.

“Ya sudah, saya ke Naya dulu ya,” kata Adit sambil mengajak bapaknya.

“Iya mas.. terimakasih pak Tikno.” Kata Yayi.

Begitu mengharu biru, ketika seseorang menyadari kesalahannya, ketika seseorang bisa melihat kebaikan diantara kejahatan.

“Aku ingin melihat Naya,” akhirnya Susan merasa lebih tenang.

“Kamu belum boleh bangun, mas Naya baik-baik saja.”

***

“Mas Naya....” panggilan itu membuat mata Naya terbuka. Seorang gadis cantik berdiri tersenyum disampingnya. Naya mengerjapkan matanya. Ia pernah sangat menyukai gadis ini,  bahkan merindukannya. Tapi Naya biarpun pendiam, dia  tidak cengeng. Kanyataan bahwa gadis ini mencintai laki-laki lain, membuatnya perlahan membalut kekecewaannya. Sekarang gadis itu tersenyum disampingnya. Senyum yang selalu membuat dadanya bergetar, senyum yang membuatnya miris karena dia ternyata bertepuk sebelah tangan. Tapi tidak. Hari-hari yang menggilasnya telah menyurutkan air bah yang hampir membenamkannya dalam khayal tak berujung.

“Mas Naya...” Dayu memanggilnya lagi karena Naya tanpa menjawab hanya menatapnya tak berkedip.

“Dayu.. kamu sama siapa?”

“Sendiri, tapi nanti Liando akan kemari sa’at makan siang.”

“Sudah kuduga,” desis Naya lirih, tapi kemudian terkejut dengan desisnya sendiri.

“Apa?”

“Pasti Liando akan menjemput kamu kan?”

“Ya, ia harus selalu datang untuk melihat keadaan mas Naya dan juga mbak Susan.”

“Bagaimana keadaan Susan?”

“Sudah baik,”

“Dia lebih parah dari aku.”

“Benar, tapi sudah lebih baik.”

“Nanti aku mau melihatnya.”

“Tapi kan mas Naya masih diinfus?”

“Besok aku sudah boleh pulang.”

“Kalau begitu, nanti saja kalau infusnya sudah dilepas.”

Naya mengangguk.

“Aku membawa makanan dari ibu. Mas Naya mau ya?”

“Apa tuh ?”

“Ini bubur mutiara dan ketan hitam. Dicoba ya?”

“Tampaknya enak.”

“Biar aku suapin ya? Sudah aku siapkan semuanya, tunggu ya..” kata Dayu yang kemudian menyibukkan diri menyendokkan bubur kedalam mangkuk yang sudah disiapkan, lalu kembali mendekati Naya, dan siap menyuapkannya.

“Biar aku sendiri..”

“Jangan, biar aku suapin, nanti kalau makan sendiri bisa berlepotan kemana-mana,” kata Dayu sambil nekat menyuapkan bubur ke mulut Naya.

Naya mengenyam bubur itu, dan mencium aroma wangi rambut Dayu ketika agak menunduk karena menyuapinya.

Naya menghela nafas.

“Apa aku sudah gila? Bukankah aku ingin rasa itu terkubur bersama hari yang kulewati ?” batin Naya sambil mengumpat dirinya sendiri.

Dayu yang tak mengerti apa-apa menyuapinya dengan telaten, sampai bubur dimangkuk bersih ludes.

***

“Hallow.. Susan..”

Susan membuka matanya. Terkejut melihat pria ganteng berdiri disampingnya, menatapnya lembut dan tersenyum begitu menawan. Pria sombong dan sok ganteng sedunia, yang ternyata memiliki hati mulia.

Susan membalas senyuman itu.

“Terimakasih banyak,” ucapnya pelan.

“Kamu sudah mengatakannya berkali-kali..” kata Liando.

“Oh.. benarkah?”

“Bagaimana keadaanmu ?”

“Baik, aku ingin pulang..”

“Aku sudah bicara dengan dokter, dan kamu belum boleh pulang. Bukankah kamu masih merasa pusing dan mual?”

“Sedikit..”

“Yang sedikit itu terkadang masih menghawatirkan. Sebaiknya jangan bandel dan ikuti nasehat dokter.”

“Rupanya dia juga seperti bapak-bapak yang memberi nasehat kepada anaknya,” batin Susan.

“Tapi Naya besok mungkin boleh pulang.”

“Ah, syukurlah...kasihan dia..”

“Mengapa kasihan sementara kamu sendiri juga sakit?”

“Dia mana punya musuh? Tiba-tiba diserang orang.. aduuh.. pasti sakit sekali.. aku bisa membayangkannya karena aku juga merasakan sakit.”

“Kamu nekat, diantara orang sedang menyerang Naya, kamu menubruknya..”

“Ya Tuhan, kalau sampai itu terjadi..  entah bagaimana.”

“Kamu sangat menyayangi dia ?”

“Sangat,” kata Susan berterus terang..

Liando mengangguk-angguk.

“Semoga kalian berbahagia.”

“Terimakasih..”

“Apa kamu masih membenci aku ?” Liando tersenyum lucu..

Susan juga tersenyum..

“Dulu aku mengata-ngatai kamu.. sombong.. sok ganteng sedunia...” lalu Susan menutup mulutnya dengan sebelah tangannya, untuk menahan tawanya.

“Aku dengar kamu bilang begitu.. dirumah makan itu ketika bersama Umi.”

“Ternyata kamu baik.. ma’af ya..”

“Aku suka kamu dengan enteng berterus terang..  aku ingin memanggil kamu waktu itu juga, tapi kamu menolak.”

“Oh.. itu.. ogah ah, aku lagi benci-bencinya sama kamu. Kalau sekarang sih..  aku juga ogah.. takut jatuh cinta sama kamu.”

Dan Liando terbahak. Benar-benar Susan sangat menyenangkan. Begitu ceplas ceplos, mengatakan apa yang ada didalam hatinya, tanpa tedeng aling-aling.

Seharusnya dia tak membenci Susan, dia anak baik. Lusi yang jahat.

Tawa itu hilang ketika tiba-tiba Dayu muncul disitu.

“Hm..  asyiknya.. aku mengganggu ya?”

“Tidak, ya ampun Dayu, apa kamu cemburu? Dia bukan type aku..”

Dayu tertawa, Liando merangkul pundaknya, takut Dayu marah. Tapi Dayu tidak marah, tersenyum manis sambil mendekati Susan.

“Apa kabar ? Sudah lebih baikan ?”

“Sudah.. ini.. pacar kamu lucu.. perutku sampai sakit.”

“Oh, sayang,,, kalau begitu, makan bubur yuk, ini ibu aku yang membuat. Satu rantang tadi buat mas Naya, aku sudah menyuapinya sampai habis semangkok. Sekarang giliran kamu.”

“Bubur apa tuh?”

“Ini ibu aku yang buat, bubur mutiara dan ketan hitam.”

“Wau.. enak, aku mau..”

“Aku suapin ya..”

“Nggak, aku makan sendiri saja..”

“Jangan, biar aku saja. Eh, Liando, kamu ditungguin mas Naya lho, sudah sana, jangan-jangan pengin disuapin juga kamu.”

“Iya aku pengin, tapi dirumah. Ogah kalau disini, malu dilihatin Susan.”

“Sudah... sanaa!,” Dayu berteriak. Liando pergi dengan tertawa.

“Dayu, kamu tahu nggak, dulu aku benci sekali sama dia.”

“Iya, aku sudah tahu, dia sombong, sok ganteng sedunia kan?”

Susan tertawa lagi.

“Tapi ternyata dia baik, semoga kalian bahagia ya.”

“Terimakasih Susan.. ya sudah, ayo buburnya dimakan. Tadi mas Naya semangkok sebesar ini habis, jadi kamu juga harus habis.”

***

Indra mengurus kepulangan Naya, dan membayar semua biaya, termasuk biaya untuk Susan. Ia agak kesal terhadap orang tuanya karena sama sekali tak peduli anaknya dirawat dirumah sakit. Padahal sakitnya lebih parah daripada Naya.

“Ada ya, orang tua yang tak peduli pada anaknya.”

“Mungkin tidak tau kalau Susan sakit mas.” Jawab Seruni.

“Tidak pulang sudah tiga hari, dan dia tidak berusaha menanyakannya? Ke kantor misalnya. Kan dia tahu Susan bekarja dimana.” Sahut Indra kesal.

“Iya juga sih. Masa sih marah karena gagalnya perjodohan antara Susan dan Liando lalu membuat Lusi juga kesal sama anaknya?”

“Hanya ada satu. Dia manusia yang luar biasa, mahluk Tuhan yang berbeda dengan mahluk lainnya.”

“Ya sudah mas, jangan dilanjutkan kebencian itu. Katanya mas sudah menganggap Susan sebagai keluarga kita, ya sudah, dia keluarga kita, bukan keluarganya Lusi.”

“Kamu benar sayang, kok aku dari tadi marah-marah terus sih.”

“Makanya, sudah semakin tua harus lebih sabar.”

“Iya, aku tahu.”

“Sebentar lagi anak-anak wisuda lho mas, syukurlah Naya tak apa-apa.”

“Iya benar, Naya dan Adit. Anak mas Tikno itu juga hebat.”

“Keduanya hebat mas, aku kagum dengan cara mas Tikno dan Surti mendidiknya. Orang lain merendahkan dia, tapi nyatanya mereka bisa membuat anak mereka berhasil.”

“Memang benar. Orang terpandang juga belum tentu bisa membuat anaknya sukses. Oh iya Seruni, aku sedang berfikir, Naya dan Adit kan sudah lulus, nanti setelah wisuda bagaimana kalau kita suruh belajar memegang perusahaan kita?”

“Naya dan Adit ?”

“Ya, mereka kan anak-anak luar biasa. Bapak sudah tua, pengin istirahat nih.”

“Terserah mas saja, tapi kan mas juga masih harus menuntunnya ?”

“Iya, lagian aku juga belum bertanya kepada mereka, akan mau atau tidak.”

“Nanti saja kalau sudah wisuda kita bicarakan.”

***

Diantara keluarga Tikno dan Indra yang sedang bahagia karena anak-anak mereka hampir diwisuda, ada keluarga lain yang tak pernah merasa tenang dalam hidupnya. Hari-hari yang dilalui hanyalah rasa ingin membalas dendam dan ingin mencelakakan orang yang dianggap menyakitinya.

Siang itu Lusi berada dirumah, memanggil Tomy dan kawan-kawannya yang sudah dikeluarkannya dari tahanan.

Tapi Lusi mencak-mencak tidak karuan karena mereka telah salah sasaran.

“Kalian itu ya, tahu nggak kalau aku merasa percuma telah membayar mahal, mengeluarkan duit banyak, untuk pekerjaan kalian yang mengecewakan?”

“Lain kali kalau mengecewakan, suruh mereka mengembalikan separuh uang yang sudah mereka terima,” sambung Anjas sambil bertolak pinggang berdiri diantara teman-temannya.

“Apa sebaiknya begitu ya?” kata Lusi.

“Ma’af bu, itu bukan sepenuhnya kesalahan kami. Kami sudah berhasil membuat laki-laki itu roboh bukan?”

“Benar, tapi kalian juga menghantam anak gadisku sampai pingsan.”

“Itu salahnya Susan bu, tiba-tiba saja dia menubruk laki-laki itu, ketika saya sedang mau menghajarnya kembali.”

“O.. jadi semua ini adalah perbuatan mama?” tiba-tiba sebuah suara melengking masuk kedalam rumah. Susan mendengar semua percakapan itu.

***

Besok lagi ya.


46 comments:

  1. Selamat malam semuanya,, terima kasih Bunda Tien,, sehat terus ya Bunda Aamiin 😍😍😍

    ReplyDelete
  2. Alhamdulillah.... matur nuwun Mbak Tien. Ceritanya yg semakin seru dan membuat pembaca kecanduan. Lanjut....
    Salam dari Pangkalpinang semoga Mbak Tien dan pembaca yg budiman sehat dan sukses selalu.

    ReplyDelete
  3. Mks mbak Tien....πŸ™πŸ™πŸ™salam sehat bahagia ...njih

    ReplyDelete
  4. Alhamdulillah BAGAI REMBULAN 21 sudah hadir.
    Matur nuwun sanget mbak Tien Kumalasari, semoga mBak Tien tetap sehat, bahagia, dan selalu dalam lindungan Allah SWT.
    Aamiin Aamiin Yaa Robbal Aalamiin.
    Salam hangat dan salam SEROJA dari Karang Tengah Tangerang, juga untuk sahabat-sahabat Kojora Pagi

    ReplyDelete
  5. Alhamdulillah, suwun mbak Tien sdh menghadirkan BR 21
    Salam sehat bahagia selalu dr Bekasi
    Sugeng rehat mbakayu

    ReplyDelete
  6. Akhirnya bisa tidur pulas. Trims bu tien. Smoga demikian jg buat pembaca setia lain yg sdh menunggu ...

    ReplyDelete
  7. Alhmd tayang lbh awal...apa yg akan dilakukan susan stlh tahu mamanya yg mmrenc kejahatan itu? Apakahakan melaporkan kpd yg berwajib? Akan kah p Indra merestui Naya berhub dg Susan yg notabene anaknya Luzi yg sll bikin masalah? Kita tunggu mb Tien sj yg punya id de crt?

    ReplyDelete
  8. Hallow mas2 mbak2 bapak2 ibu2 kakek2 nenek2 :
    Wignyo, Ops, Kakek Habi, Bambang Soebekti, Anton, Hadi, Pri , Sukarno, Giarto, Gilang, Ngatno, Hartono, Yowa, Tugiman, Dudut Bmbang Waspodo, Petir Milenium (wauuw), Djuniarto, Djodhi55, Rinto P. , Yustikno, Dekmarga, Wedeye, Teguh, Dm Tauchidm, Samiadi, Pudji, Joko Kismantoro, Alumni83 SMPN I Purwantoro, Kang Idih, RAHF Colection, Sofyandi, Sang Yang, Haryanto Pacitan, Pipit Ponorogo, Nurhadi Sragen, Arni Solo, Yeni Klaten, Gati Temanggung, Harto Purwokerto, Eki Tegal dan Nunuk Pekalongan, Budi ,
    Sastra, Wo Joyo,
    Yustinhar. Peni, Datik Sudiyati, Caroline Irawati, Nenek Dirga, Ema, Winarni, Retno P.R., FX.Hartanti, Danar, Widia, Nova, Jumaani, Ummazzfatiq, Mastiurni, Yuyun, Jum, Sul, Umi, Marni, Bunda Nismah, Wia Tiya, Ting Hartinah, Wikardiyanti, Nur Aini, Nani, Ranti, Afifah, Bu In, Damayanti, Dewi, Wida, Rita, Sapti, Dinar, Fifi, Nanik. Herlina, Michele, Wiwid, Meyrha, Ariel, Yacinta, Dewiyana, Trina, Mahmudah, Lies, Rapiningsih, Liliek, Enchi, Iyeng Sri Setyawati , Yulie, Yanthi , Dini Ekanti, Ida, Putri, Bunda Rahma, Neny, Yetty Muslih, Ida, Fitri, Hartiwi DS, Komariah P., Ari Hendra, Tienbardiman, Idayati, Maria, Uti Nani, Noer Nur Hidayati, Weny Soedibyo, Novy Kamardhiani, Erlin, Widya, Puspita Teradita, Purwani Utomo, Giyarni, Yulib, Ema,
    Hallow Pejaten, Sidoarjo, Garut, Bandung, Batang, Kuningan, Wonosobo, Blitar, Sragen, Situbondo, Pati, Pasuruan, Cilacap, Cirebon, Bengkulu, Bekasi, Tangerang, Tangsel,Medan, Padang, Mataram, Sawahlunto, Pangkalpinang, Jambi, Nias, Semarang, Magelang, Tegal, Madiun, Kediri, Malang, Jember, Banyuwangi, Banda Aceh, Surabaya, Bali, Sleman, Wonogiri, Solo, Jogya, Sleman, Sumedang, Gombong, Purworejo, Banten, Kudus, Ungaran, Jombang,
    Salam hangat dari Solo Terimakasih atas perhatian dan support yang selalu menguatkan saya. Aamiin atas semua harap dan do'a.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Alhamdulillah trimakasih Bu Tien, salam sehat bahagia dr Madiun yg sllu setia hadir.

      Delete
    2. Hallow juga mbak Tien.... matur nuwun telah disapaπŸ€—πŸ˜™
      Makin seru aja nih critanya..... Susan jadian apa ya sama Naya yg pemalu.. gpp lebih tua Susan khan mbak
      Anyway...lanjut mbak ... bikin ceritanya lebih dramatis lg yg bikin hati porak poranda
      Selamat berkarya mbak... Semoga banyak idea yg menginspirasi .... doaku selalu utk kesehatan dan kebahagiaan mbak Tien sekeluarga πŸ‘πŸ‘
      Salam sayang dari Surabaya πŸ€—πŸ˜šπŸ˜☺

      Delete
  9. akhirnya keluar jg yg ditunggu..selalu menghibur, membuat rileks, booster omun hehehe

    ReplyDelete
  10. Alhamdulillah Bagai Rembulan 20 sdh tayang
    Semakin seru dan bikin deg degan ceritanya
    Terima kasih Mbak Tien, semoga sehat dan sukses selalu
    Salam hangat dari Bekasi

    ReplyDelete
  11. Terima kasih Bu Tien.rpidode21 dah tayang.dirunggu episode selanjutnya.sehat2 njih Bu. Pop enggemardari jkrt hartiwi DS.

    ReplyDelete
  12. Malam Bunda , terima kasih untuk cerbungnya.Salam dari kami buat Bunda.
    Semoga Bunda selalu sehat dan tetap semangat dalam berkarya.

    ReplyDelete
  13. Terima kasih mbak Tien, makin seru,semoga mbak Tien senantiasa sehat, bisa menghibur kita dengan tulisannya...kami masih setia menunggu kelanjutannya...

    ReplyDelete
  14. Selamat malam mbak Tien..
    Makasiih BR21 tayang jg...makin seruu dan penasaran..
    Susan sdh tau semua kelakuan ibunya.. laporkan polisi aja...😠

    Salam sehat dari bandung.

    ReplyDelete
  15. Sepandai pandai menyimpan kebusukan, akan tercium juga. Matur nuwun ibu Tien, kini Yustinhar dkk di Tg Priok menunggu BR 22.

    ReplyDelete
  16. Wah lusi kena batunya atas perbuatannya semoga lusi mendapat ganjaran yg setimpal, salam sehat dari jakarta

    ReplyDelete
  17. Terima kasih Mbak Tien.. wah semakin tidak sabar menunggu lanjutannya.. Smoga Mbak Tien selalu sehat. Salam seroja dari Semarang.

    ReplyDelete
  18. Alhamdulillah terimakasih sdh tayang bagai rembulan 21....benar2 teduh dan damai perasaan Susan berada diantara kwluarga yg penuh kasih sayang..terimakasih mbak Tien sdh selalu disapa, salam sehat selalu untuk terus berkarya menghibur dan mwnwbar kebahagiaan kepada kami fans penjenengan

    ReplyDelete
  19. Haduh Lusi...
    Terima kasih bu Tien BR 21.... sehat selalu ya ... terus berkarya

    ReplyDelete
  20. Terima kasih Bu Tien... BR 21 yg ditunggu udah tayang. Semakin bikin gemas... ditunggu kelanjutan ceritanya ya Bu. Salam sehat selalu buat Bu Tien... πŸ™

    ReplyDelete
  21. Lusi..lusi...dapat ganjaran maunya biar sadar.
    Makasih mba Tien . Salam semangat selalu

    ReplyDelete
  22. Alhamdulillah BR~21 sudah hadir.. maturnuwun Bu Tien semoga tetap sehat dan semangat..

    ReplyDelete
  23. Matur nuwun... Mbak tien... Smg sosok ibu seperti Lusi tidak ada di dunia nyata hanya fiksi saja.Smg mbak tien sehat selalu jasmani rohani ekonomi sehingga selalu berinspirasi

    ReplyDelete
  24. Setelah tau kekejian ibunya...
    Akankah Susan pergi meninggalkan bu Lusi untuk selamanya......
    Salam sehat selalu mbak Tien .

    ReplyDelete
  25. Alhamdulillah sudah tayang. Terimakasih bu Tien. Salam seroja.
    Magelang hadir.

    ReplyDelete
  26. Matur nuwun mbak Tien
    Salam sehat dari Batang

    ReplyDelete
  27. Trims mbak Tien BR 21 sdh hdr..smg mbak Tien sehst sll

    ReplyDelete
  28. Kasihan Susan berada di lingkungan orang² jahat semoga tidak diapa-apakan.. terimakasih bu Tien salam sehat penuh semangat dari Ambarawa

    ReplyDelete
  29. Lusi : Tokoh ibu jahat kepada anak, tetapi merasa terhormat.

    Sardinan sang oemerkosa, sebaliknya sangat merindukan putranya.
    Dalam hal ini Sardinan lah yang diliputi dosa, dan bukan putra Surti

    ReplyDelete
  30. Alhamdulillah BR sdh hadir makin seru saja ini ceritanya mksh mb Tien salam sehat sll

    ReplyDelete
  31. Nah ketauan jg...
    Lanjut bu TienπŸ˜ƒHAPPY WeekAnd

    ReplyDelete
  32. Terimakasih, matur nuwun, thanks a lot mbak Tien Kumalasari yg slalu setia menghibur pembaca ... ada saja ide cerita yg mjd tuntunan ..

    ReplyDelete
  33. Mtnuwun mbk Tien...
    Nah lo....Lusi
    Bisa jadi judul cerbung #MAMAKU# πŸ˜…πŸ˜…

    ReplyDelete
  34. Walau dilongok blm ada,
    Tetap berharap dan setia menunggu

    ReplyDelete
  35. Alhamdulillah.. Bunda Tien..
    Mtur swun, mugi2 sehat slalu..

    ReplyDelete
  36. Pasukan pengintai mulai beraksi 🀭..si Lusi...dimana kau berada πŸ˜‚πŸ˜‚πŸ˜‚.. selamat malam mbak Tien..salam sehat selalu.. πŸ™πŸ™πŸ™

    ReplyDelete
  37. Salam sehat bu tien..dari malang

    ReplyDelete
  38. Salam sehat tetep semangat bu Tien
    Dari Malanh

    ReplyDelete
  39. Ceritanya bnr2 mantul πŸ‘πŸ‘

    ReplyDelete
  40. Numpang promo ya Admin^^
    ayo segera bergabung dengan kami di ionqq^^com
    dengan minimal deposit hanya 20.000 rupiah :)
    Kami Juga Menerima Deposit Via Pulsa & E-Money
    - Telkomsel
    - XL axiata
    - OVO
    - DANA
    segera DAFTAR di WWW.IONPK.ME (k)
    add Whatshapp : +85515373217 x-)

    ReplyDelete
  41. Yuk Merapat Best Betting Online Hanya Di AREATOTO
    Dalam 1 Userid Dapat Bermain Semua Permainan
    Yang Ada :
    TARUHAN BOLA - LIVE CASINO - SABUNG AYAM - TOGEL ONLINE ( Tanpa Batas Invest )
    Sekedar Nonton Bola ,
    Jika Tidak Pasang Taruhan , Mana Seru , Pasangkan Taruhan Anda Di areatoto
    Minimal Deposit Rp 20.000 Dan Withdraw Rp.50.000
    Proses Deposit Dan Withdraw ( EXPRES ) Super Cepat
    Anda Akan Di Layani Dengan Customer Service Yang Ramah
    Website Online 24Jam/Setiap Hariny

    ReplyDelete

CINTAKU JAUH DI PULAU SEBERANG 39

  CINTAKU JAUH DI PULAU SEBERANG  39 (Tien Kumalasari)   Dengan heran Saraswati mengangkat ponselnya. Sudah lama sekali, sejak Dewi kabur sa...