Monday, September 14, 2020

BAGAI REMBULAN 09

 BAGAI REMBULAN  09

(Tien  Kumalasari)

 

Pisang yang digenggamnya hampir terlepas, sementara Lusi tersenyum penuh kemenangan. Ia menatap Susan dan mengacungkan satu jari jempolnya.

“Kamu sekolah ?”

“Saya kuliah.. ditempat Aliando kuliah dulu,” gemetar suaranya.

“Oh, jurusan apa?”

“Sastra..”

“Hm.. harum pisang itu menggoda,” celetuk bu Diana sambil menatap Dayu yang masih menggenggam pisang dan siap disuapkan.

“Silahkan ibu,” kata Dayu sambil menyuapkan pisang, hampir saja pisang itu masuk ke hidung bu Diana karena tangannya masih gemetar.

“Enak, ini pisang pilihan, matang dipohon, hm.. tapi sangat besar, mana aku bisa habis?”

Dayu sedikit tenang, beberapa gigitan disuapkan dan lebih setengahnya dihabiskan.

“Nanti lagi, taruh saja sisanya dimeja,” kata bu Diana sambil mengunyah suapan terakhirnya.

Dayu meletakkan sisa pisang dimeja, dan menutupinya dengan tissue.

“Kapan kuliah kamu selesai?”

“Semoga tahun depan bu.”

“Kamu punya saudara?”

“Punya, kakak saya laki-laki.”

“Kuliah juga?”

“Ya, beda jurusan, kakak saya tehnik. Mungkin selesai tahun ini.”

“Oh, orang tua kamu hebat, bisa menyekolahkan anak-anaknya sampai ke perguruan tinggi.”

“Kami hanya orang-orang dengan kehidupan sederhana,” kata Dayu pelan.

“Dan ibunya dulu menjadi pembantu di keluarga Indra, pengusaha properti terkenal,” kata Lusi kembali mengingatkan tentang status Dayu.

“Oh, Indra? Aku mengenalnya. Aku juga mengenal bapaknya. Bukankah namanya Prastowo?”

“Benar bu,” jawab Dayu.

“Itu pengusaha hebat, sudah tua masih sibuk dengan perusahaannya.”

Lusi gemas bukan alang kepalang. Kok bu Diana tidak terpengaruh kata-kata yang bernada memanasinya, malah asyik mengobrol.

“Ayah kamu bekerja dimana ?”

“Disebuah pabrik plastik, bagian gudang.”

“Hebat.. hebat, keluarga sederhana yang membuat anak-anaknya menjadi orang pintar. Jarang hal itu bisa terjadi. Bukankah biaya kuliah itu mahal?”

“Kami berdua mendapat beasiswa.”

“Luar biasa... aku suka kisahmu. Semoga bisa menjadi teladan bagi orang-orang tua yang lain.”

Lusi semakin geram, hasutannya tidak termakan, bu Diana justru memuji-muji keluarga Dayu, dan kata-kata terakhirnya seperti menghantam perasaannya karena tidak berhasil mendidik anak-anaknya supaya berhasil menyelesaikan pendidikannya.  Apalagi Anjas. Lusi menarik tangan Susan, menjauh dari sana lalu duduk disofa dengan wajah masam.

“Kok Liando belum kesini ya?”

“Mungkin masih di kantornya mbakyu,” kata Lusi sok tahu.

“Tidak, dia kekantor pagi-pagi, lalu aku menyuruhnya ke bank.”

“Oh..”

“Duduklah Dayu, kamu kan capek berdiri terus.”

Dayu menarik kursi didekat ranjang dan duduk.

“Saya senang ibu kelihatan lebih sehat,” kata Dayu pelan. Ia benar-benar merasa lega karena bu Diana tidak terpengaruh kata-kata Lusi yang selalu berusaha menjatuhkannya.

“Benar, aku merasa lebih sehat. Tabung oksigen itu sudah tidak diperlukan lagi, aku ingin segera pulang.”

“Semoga ibu segera pulih.”

“Tapi aku masih harus berjalan dengan kursi roda, kakiku terkena stroke dan belum juga pulih.”

“Ibu sabar ya.”

Bu Diana mengangguk. Diam-diam ia merasakan betapa ucapan-ucapan gadis ini terasa begitu menyejukkan. Pantas Liando mencintainya. Sayang dia sudah terlanjur berjanji akan berbesan dengan Lusi.

“Jeng Lusi sudah mengenal orang tua Dayu?” tiba-tiba bu Diana bertanya.

“Sudah mbakyu, sejak dia masih jadi pembantu. Ayahnya, kakeknya Dayu itu tukang mbetulin rumah, bersih-bersih kebun,”Lusi menambah bahan bakarnya.

“Oh, bagus sekali. Ini patut dicontoh jeng .. keluarga sederhana, tapi berhasil dalam mendidik anak-anaknya.”

Dan Lusi kembali merasa terhempas di batu karang yang keras. Hasutannya tak berhasil. Padahal dulu sudah termakan hasutannya, dan memarahi Aliando habis-habisan serta mengatakan tak sudi berbesan dengan bekas pembantu.

Lusi tak mengerti, bahwa sikap Dayu yang manis dan lembut, berhasil membuat bu Diana terpesona. Anak seorang pembantu yang pintar, yang bisa bersekolah di perguruan tinggi negri dan hampir berhasil, membuat bu Diana kagum.

“Dayu, nanti kalau aku sudah sehat, aku ingin mengundang keluargamu agar datang kerumah, bersama keluarga Indra juga.”

 “Semoga ibu segera sehat kembali.”

“Dan pastinya sekalian merencanakan pernikahan Susan dan Aliando, bukan begitu mbakyu?”

“Itu so’al gampang. Aku akan menanyakannya dulu pada Liando, kapan dia bersiap untuk itu. Sekarang dia lagi mempelajari bisnis yang baru saja dipegangnya.”

***

“Huuuh.. kesal..kesal..kesalllll...” keluh Lusi begitu sampai dirumah.

Berdua dengan Susan ia menyandarkan tubuhnya disofa. Anjas tak kelihatan. Biasanya ngeluyur bersama teman-temannya yang sebagian besar para berandal yang suka melakukan perbuatan sesukanya.

“Bagaimana mungkin, tiba tiba tante Diana begitu akrab dengan Dayu. Apa sih kebihannya Dayu? Cantik mana sih aku sama Dayu?”

“Dayu cantik ? Huh, dia tidak jelek, tapi kelihatan kampungan menurut aku. Orang anaknya Surti,  mana bisa tampak seperti kalangan atas? Boleh pintar, tapi udiknya itu.. nggak bisa tidak.. pasti kelihatan. Heran aku, dari mana yang namanya ibu Diana itu bisa berakrab-akrab dengan dia.”

“Susan kan sudah bilang ma, dia pasti memakai guna-guna. Mama harus memperingatkan bu Diana, supaya jangan terlanjur tergiur sama gadis kampungan itu.

“Nanti aku mau bicara.”

“Sebenarnya aku ingin sekali ketemu Aliando, tapi mengapa sih selalu saja ada gadis itu?”

“Sengaja dia nempel terus supaya kamu tidak punya kesempatan untuk berdekatan dengan dia. Coba cari cara supaya kamu bisa.”

“Nanti kalau tante Diana sudah pulang kerumah, aku akan sering ada dirumahnya, pagi atau malam. Tak mungkin Dayu mengikutinya terus.”

“Ya, kamu tenang saja, dari segi penampilan kamu menang jauh kok.”

“Iya ma, aku akan terus berusaha.”

“Dan selama tante Diana masih menginginkan berbesan dengan mama ini, kamu pasti berhasil menjadi isterinya.”

“Tak sabar aku ma..”

“Ya harus sabar lah San.. apalagi kamu belum pernah kenal sebelumnya.”

***

 “Anak-anak itu kan tidak harus kamu fikirkan, mereka sudah dewasa, sudah tahu apa yang harus mereka lakukan,” kata Tikno di sore hari itu ketika sedang santai diteras rumah. Adit dan Dayu belum kelihatan pulang.

“Bagaimanapun aku kan seorang ibu mas, mana mungkin tidak ikut memikirkan?”

“Lha kalau mereka sudah dewasa, dan itu adalah masalah cinta, mana bisa orang tua ikut campur?”

“Menurut aku juga harus tetap ikut campur mas,  supaya mereka tidak salah jalan.”

“Mereka anak-anak baik, mendapat didikan yang baik, apa kamu tidak percaya?”

“Sekarang ini masalah Dayu mas, coba mau tidak ikut berfikir bagaimana? Dia pacaran dengan seorang pengusaha muda yang guantengnya bukan main karena ibunya Jawa bapaknya orang Belanda. Aku tidak melarangnya, tapi mengingatkannya tentang status kita. Ternyata terjadi kan, si ganteng itu dijodohkan dengan orang lain, yang pastinya memiliki derajat yang sama dengan mereka.”

“Lalu Dayu diputusin ?”

“Ya iyalah mas.. “

“Yah, yang namanya jodoh itu bukan kita yang menentukan. Kasih tahu Dayu supaya tidak perlu menangisi kegagalan itu.”

Tiba-tiba didengarnya suara mobil berhenti, Tikno dan Surti melongok kejalan.

“Itu kan Dayu?”

“Sama siapa tuh?”

“Ya itu mas, yang namanya Aliando.”

“Kok masih berduaan?” kata Tikno sambil berdiri, lalu menunggu kedatangan mereka ditangga teras.

Dayu diikuti Aliando, menyalami dan mencium tangan bapak dan ibunya.”

“Bapak, ini teman Dayu, Aliando..”

“Oh, selamat bertemu nak, ayo silahkan masuk. Kakakmu mana Dayu?”

“Dayu tidak sama-sama mas Adit pak, tadi dari kuliah Dayu langsung membezoek mamanya dia,” kata Dayu sambil menunjuk kearah Aliando, lalu mengajaknya duduk.

“Lho, mamanya sakit apa nak?” tanya Tikno dan Surti bersamaan.

“Mama sudah lama sakit. Selama bertahun tahun stroke, sehingga hanya bisa berjalan dengan kursi roda. Beberapa hari yang lalu kena serangan jantung.”

“Ikut prihatin ya nak..”

“Semoga segera pulih..”

“Terimakasih pak, bu.. tapi sekarang sudah membaik. Barangkali dua atau tiga hari lagi sudah bisa pulang kerumah.”

“Syukurlah.”

“Ibu, ibu Diana, mamanya Aliando ini kenal lho sama pak Indra, juga sama kakek Prastowo.”

“Oh ya?”

“Iya sih, kan sama-sama pengusaha.”

“Tadi ibu Diana bilang, kalau sudah pulang kerumah, mau mengundang bapak sama ibu dan pak Indra serta keluarga kerumahnya.”

“Masa ?”

“Iya benar. Bu Diana sangat baik, saya terharu merasakan kebaikannya.”

“Ah, syukurlah.”

“Ya sudah, silahkan duduk dulu, saya buatkan  minum ya, “ kata Surti sambil menggamit tangan suaminya untuk diajaknya masuk kedalam.

“Jangan repot-repot bu..”

“Nggak apa-apa.. Cuma air saja kok.”

Tapi Tikno kemudian membututi isterinya sampai kebelakang.

“Surti,  katamu mereka putus?”

“Iya aku juga heran, padahal kemarin-kemarin itu  Dayu sampai menangis-nangis.”

“Aku tidak mengerti anak-anak muda itu.”

“Ya sudah, katanya jangan pikirkan...”

Tikno tertawa, kemudian membiarkan isterinya melanjutkan membuat teh panas untuk tamunya.

***

“Dit, apa yang terjadi pada adik kamu? Katanya hubungan sama Aliando putus, kok tadi datang berdua dan tampak baik-baik saja?”

“Iya bu, tadinya Adit juga heran. Kemarin itu Aliando mengajak Dayu kerumah sakit, mempertemukannya dengan ibunya. Dia bilang kepada ibunya, bahwa akan menuruti semua kemauannya. Maksudnya dijodohkan dengan siapapun Aliando bersedia, tapi dia ingin memperkenalkan Dayu pada bu Diana. Aliando juga bilang, sesungguhnya Dayulah yang dicintainya. Dayu sudah ketakutan waktu itu, takut kalau tiba-tiba bu Diana mengusirnya. Ternyata tidak bu, sikap bu Diana sangat baik. Malah hari ini Dayu datang sendiri kerumah sakit, membawakan pisang Ambon untuk  bu Diana, dan diterima dengan sangat baik.”

“Oh, syukurlah.”

“Ibu kenal yang namanya Lusi?”

“Lusi.. kan yang ketemu waktu kamu pulang setelah dirawat? Ketemu dirumah sakit itu kan?”

“Iya. Yang mau dijodohkan sama Aliando itu anaknya bu Lusi.”

“Oh, iya..? Tapi sayang ya, Aliando kan anaknya baik. Bagaimana dengan anaknya Lusi?”

“Nggak tahu Adit bu, tapi melihat sikap Anjas, kelihatannya adiknya juga tidak berbeda jauh.”

“Ah, sudahlah, jangan ngomongin orang lain. Ibu senang kalau bu Diana bersikap baik sama adik kamu.”

“Memang, bukan berarti kemudian bu Diana lalu mau mengambil Dayu sebagai menantu, tapi bu Diana suka sama Dayu. Dia bercerita tentang keluarga kita dan bu Diana sangat terkesan.”

“Oh, itu membuat kesedihan Dayu berkurang ya Dit?”

“Bukan itu saja bu.bu Diana bilang, Dayu akan dijadikan anak angkat, bersaudara dengan Aliando.”

“Syukurlah, tadi ibu tidak melihat air  muka duka diwajah adik kamu.”

“Barangkali sikap bu Diana bisa mengobati rasa bakal kehilangan cintanya.”

“Tidak apa-apa Dit, yang penting jangan sampai terluka.”

“Ya bu.”

“Pantesan tadi Dayu bilang, kalau bu Diana sudah sembuh, ingin mengundang ibu dan bapakmu, sekaligus pak Indra dan bu Indra.”

“Iya bu, ternyata bu Diana kenal sama pak Indra. Juga ayahnya pak Indra.”

“Ya sudah Dit, ibu lega, adikmu bisa membalut lukanya dengan kebahagiaan yang lain.”

***

“Ibu, mas Naya belum pulang?” tanya Yayi pada sore itu.

“Belum tuh. Biasanya kamu bareng sama kakak kamu, tapi akhir-akhir ini kok selalu pulang sendiri-sendiri.”

“Jam pulangnya tidak selalu sama bu.”

“Karena kamu selalu bareng Adit, kan?”

“Ibu...” Yayi tersipu.

“Boleh saja kamu pacaran, Yayi, tapi jangan sampai kamu melalaikan kuliah  kamu.”

“Iya bu. Oh iya bu, Yayi mau bilang. Bapak itu kenal sama  bu Diana ya?”

“Bu Diana, yang pengusaha, itu ibunya Aliando.” lanjutnya.

“Oh, kenal barangkali. Ibu belum pernah ketemu. Mungkin karena sama-sama bergelut dibidang usaha yang sama, jadi mungkin juga kenal.”

“Ibu juga kenal yang namanya Lusi?”

“Lusi...ya.. lama sekali, itu teman kuliah bapak waktu masih di Surabaya.”

“Ooh, dia itu jahat banget dan kasar.”

“Ya, kalau perangai Lusi ibu sudah tahu. Kok kamu ngerti ?”

“Yang mau dijodohkan sama Aliando itu anaknya bu Lusi. Namanya Susan. Dia adiknya Anjas, mahasiswa paling brengsek di kampus.”

“Ooh.. begitu? Kasihan Dayu dong.”

“Dan kasihan Aliando juga. Dia kan sangat mencintai Dayu.”

“Mengapa ya, bu Diana menjodohkan anak satu-satunya dengan anaknya Lusi?  Pasti bu Diana tidak tau perangai Lusi dan anaknya.”

“Barangkali ada sesuatu, entahlah.”

“Iya bu. Tapi ketika Dayu datang bersama Liando, sikap bu Diana baik, katanya.”

“Dayu anak baik, mungkin bu Diana menyukai sikapnya.”

“Kata Dayu, bu Diana meminta agar Dayu menjadi anak angkatnya.”

“Oh, bagus sekali.”

“Tapi pernikahan Aliando dan Susan tetap akan berlangsung sepertinya.”

“Yah, semoga semuanya baik-baik saja.”

***

“Ya ampun, apa kamu lupa sama aku Ndra?” pekik bu Diana senang ketika Indra datang bersama Seruni.

“Tidak mbak, hanya karena terlalu sibuk, sampai tidak pernah saling menyapa.”

“Itu benar, apalagi aku, setelah suami meninggal, semuanya jadi aku yang mengurusnya. Tapi aku sakit, sudah bertahun-tahun stroke, dan selalu memakai kursi roda. Untunglah Liando sudah selesai kuliah. Tadinya aku suruh dia meneruskan kuliah di luar negeri, tapi karena aku tidak kuat mengurusnya sendiri, aku suruh dia pulang.”

“Bagusnya Aliando sudah siap melakukannya mbak.”

“Dayu.. kok kamu sembunyi disitu ?”

Indra dan Seruni terkejut.

“Lho, ada Dayu disitu ?”

Dayu mendekat dan tersenyum malu. Sejak tadi ingin menyapa tapi sungkan. Ia hanya diam, membelakangi Indra dan isterinya.

“Kok kamu diam saja ada kami?” tegur Seruni.

“Iya bu Indra, saya sedang menunggu dijemput, sudah waktunya pulang.”

“Ya ampun, iya aku lupa, katanya ibunya Dayu pernah bekerja ikut kamu ya Ndra?”

“Iya, tapi Surti itu kan sudah seperti saudara mbak, dari dia masih lajang sampai anak-anaknya dewasa, kami masih bersahabat. Anak-anak juga kebetulan kuliah di kampus yang sama.”

“Oh, ya ampun, aku mendengar cerita Dayu tentang keluarganya, sangat kagum lho. Oh ya Dayu, tolong ambilkan minum untuk pak Indra dan bu Indra, dulu kami saling kenal baik.”

“Baik bu,” kata Dayu sambil mengambil  minuman botol di kotaknya.

“Tadinya Aliando mengenalkan Dayu, sebagai gadis yang dia cintai.”

“Iya, kami juga tahu.”

“Sayangnya aku sudah terlanjur berjanji pada jeng Lusi, akan menjodohkan Aliando dengan anaknya.”

Bu Diana tampak menghela nafas.

“Dayu sangat baik. Dia cantik, budi pekertinya menarik, santun, dan dia anak pintar bukan?”

“Benar mbak, anak-anaknya Surti kuliah dengan bea siswa semuanya.”

“Aku sudah bilang, Dayu akan aku jadikan anak angkat aku, aku kan tidak punya anak perempuan?”

“Itu bagus mbak,  aku senang mendengarnya.”

“Nanti kalau aku sudah pulang, aku akan mengadakan syukuran, dan mengundang kalian, serta orang tuanya Dayu. Sekarang ini aku sudah merasa sehat, besok atau lusa aku sudah boleh pulang.”

Tiba-tiba dua orang muncul, Lusi dan Susan. Begitu melihat Indra, Lusi langsung menubruk dan memeluknya, membuat Indra gelagapan.

“Eh, jeng Lusi..” tegur bu Diana.

“mBakyu, Indra ini dulu kan pacar saya,” katanya tanpa sungkan,  setelah Indra mendorongnya dengan kesal.

***

Besok lagi ya

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


 

 

 

45 comments:

  1. Hallow mas2 mbak2 bapak2 ibu2 kakek2 nenek2 :
    Wignyo, Ops, Kakek Habi, Bambang Soebekti, Anton, Hadi, Pri , Sukarno, Giarto, Gilang, Ngatno, Hartono, Yowa, Tugiman, Dudut Bmbang Waspodo, Petir Milenium (wauuw), Djuniarto, Djodhi55, Rinto P. , Yustikno, Dekmarga, Wedeye, Teguh, Dm Tauchidm, Pudji, Joko Kismantoro, Alumni83 SMPN I Purwantoro, Kang Idih, RAHF Colection, Haryantu Pacitan, Pipit Ponorogo, Nurhadi Sragen, Arni Solo, Yeni Klaten, Gati Temanggung, Harto Purwokerto, Eki Tegal dan Nunuk Pekalongan,
    Sastra, Wo Joyo,
    Yustinhar. Peni, Datik Sudiyati, Caroline Irawati, Nenek Dirga, Ema, Winarni, Retno P.R., FX.Hartanti, Danar, Widia, Nova, Jumaani, Ummazzfatiq, Mastiurni, Yuyun, Jum, Sul, Umi, Marni, Bunda Nismah, Wia Tiya, Ting Hartinah, Wikardiyanti, Nur Aini, Nani, Ranti, Afifah, Bu In, Damayanti, Dewi, Wida, Rita, Sapti, Dinar, Fifi, Nanik. Herlina, Michele, Wiwid, Meyrha, Ariel, Yacinta, Dewiyana, Trina, Mahmudah, Lies, Rapiningsih, Liliek, Enchi, Iyeng Sri Setyawati , Yulie, Yanthi , Dini Ekanti, Ida, Putri, Bunda Rahma, Neny, Yetty Muslih, Ida, Fitri, Hartiwi DS, Komariah P., Ari Hendra, Tienbardiman, Idayati, Maria, Uti Nani, Noer Nur Hidayati, Weny Soedibyo, Novy Kamardhiani, Erlin, Widya, Purwani Utomo, Giyarni,
    Hallow Pejaten, Sidoarjo, Garut, Bandung, Batang, Kuningan, Wonosobo, Blitar, Sragen, Situbondo, Pati, Pasuruan, Cilacap, Cirebon, Bengkulu, Bekasi, Tangerang, Tangsel,Medan, Padang, Sawahlunto, Pangkalpinang, Jambi, Nias, Semarang, Magelang, Tegal, Madiun, Kediri, Malang, Jember, Banyuwangi, Banda Aceh, Surabaya, Bali, Sleman, Wonogiri, Solo, Jogya, Sleman, Sumedang, Gombong, Purworejo, Banten, Kudus, Ungaran, Jombang,
    Salam hangat dari Solo Terimakasih atas perhatian dan support yang selalu menguatkan saya. Aamiin atas semua harap dan do'a.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Alhamdulillah....
      Yang ditunggu tunggu sudah hadir
      Matur nuwun Ibu Tien,
      Semoga sehat selalu dan tetap semangat.
      Salam seroja (sehat rohani jasmani) dari Cilacap.

      .

      Delete
    2. Alhamdulillah BAGAI REMBULAN 09 sudah hadir.
      Matur nuwun sanget mbak Tien Kumalasari, semoga mBak Tien tetap sehat, bahagia, dan selalu dalam lindungan Allah SWT.
      Aamiin Aamiin Yaa Robbal Aalamiin.
      Salam hangat dan salam SEROJA dari Karang Tengah Tangerang.

      Delete
    3. Alhamdulillah..., matur nuwun Mbak Tien.
      Semoga Dayu berjodoh dengan Aliando, bukankah : "Perempuan baik2 untuk laki-laki baik2 perempuan jahat untuk laki-laki jahat, Laki-laki baik2 untuk perempuan baik2 laki-laki jahat untuk perempuan jahat.
      Salam dari Pangkalpinang katur Mbak Tien dan pembaca setia semoga sehat dan sukses selalu.

      Delete
    4. Alhamdulillah,makasih mba, haduuuh tambah seru nih. Lanjut... Salam dr kunibgan, Semoga sehat slalu. Aamiin

      Delete
  2. halaah main peluk aja hehehe, Lusi bikin gregetan

    ReplyDelete
  3. Mantap lusi ... sekali2 lusi di omelin seruni, bu tien. Pengin tau seruni melabrak lusi. "Ini suamiku, main peluk aja. Bla.. bla... ha.. ha..

    ReplyDelete
  4. Mks mbak Tien...salam sehat bahagia..dari Kawulo alitt Temanggung🙏🙏

    ReplyDelete
  5. Wah hari minggu cerbung tetap hadir nenjadi bacaan pengantar tudur. Terima kadih jeng tien

    ReplyDelete
  6. Semoga Lusi segera terbuka belangnya setelah ketemu Indra dan semoga perjodohan Aliando dengan Susan dibatalkan... semogggaaaa...

    Terima kasih Mbak Tien.. wah benar2 saya terhibur dengan cerbungnya.. salam seroja dari Semarang.

    ReplyDelete
  7. Lusi pake aji nyosor bebek ....tambah gemess..pingin jitak kepalanya...🤭. Lanjut mbak.. salam sehat bahagia selalu.. Aamiin 🙏

    ReplyDelete
  8. Terima kasih Bunda Tien,, semoga Bunda sehat selalu,, Aamiin 😍😍😍

    ReplyDelete
  9. Matur nuwun mbak Tien
    Salam sehat dari Batang

    ReplyDelete
  10. Matur nuwun...mbak tien. Smg sehat selalu jasmani rohani ekonomi berkreasi. Waduh.... Lusi kok main nyosor ya.?

    ReplyDelete
  11. Alhamdulillah, Bekasi hadir mbak Tien...
    Salam sehar sll

    ReplyDelete
  12. “Nggak tahu Addit bu, tapi melihat sikap Anjas, kelihatannya adiknya juga tidak berbeda jauh.”
    ---Adit---

    Iya aku juga heran, padahal kemarin-kemari n itu Dayu sampai menangis-nangis.”
    ---kemarin---

    Salam sehat mbak Tien dan juga untuk seluruh penggemar dimana saja berada.

    ReplyDelete
  13. Met pagi Bunda sehat selalu dan tetap semangat dalam berkarya, jangan lupa ya jaga kesehatan.
    Sukses selalu buat Bunda dan jangan lupa bahagia

    ReplyDelete
  14. Alhamdulillah episode 9 dah tayang.lusi itu nggak tau malu.smg perjodohannya gagal ya,Dayu aja JD istri Aliando.smg Bu Tien lebih bijak memilihkan jodo Aliando .walau cuma cerita aku Gedeg sama Lusi lo.sukses Bu tuen SMG ibu sehat2 sll.penggemar setia hartiwi DS jkrt.

    ReplyDelete
  15. pagi bu Tien.... mksh y BR 9...bu Tien memang ok dlm mengolah kata... syukurlah ternyata bu diana orgnya bijaksana..
    .

    ReplyDelete
  16. Alhamndulillah....terimakasih mbak tien

    ReplyDelete
  17. Semakin seruuu... terima ksh b tien...Smoga slalu sehat .. salam dr Jkt

    ReplyDelete
  18. Alhamdulillah yg ditunggu2 sdh hadir mksh mb Tien salam sehat selalu

    ReplyDelete
  19. Matur nuwun mbak Tien....lega sudah setelah ngintip bolak-balik...sikap Lusi ketika ketemu Indra apa mungkin bisa membuka mata bathin bu Diana untuk membatalkan perjodohan Aliando...memalukan punya beaan seperti Lusi yg ga punya etika....semoga....salam aehat selalu dr Situbondo

    ReplyDelete
  20. Hm.. harum pisang itu menggoda,” celetuk bu Diana sambil menatap Lusi yang masih menggenggam pisang dan siap disuapkan.
    ---Lusi---, seharusnya ---Dayu---
    Koreksi sedikit mbak Tien.
    Nuwun

    ReplyDelete
  21. Lusi ndak punya sopan santun. Mudah2an bu Diana membatalkan perjodohan Aliando dan Susan. Kasihan Aliandonya. Makasi mba Tien . Salam hangat selalu

    ReplyDelete
  22. Semakin mendebarkan ..
    Akankah Bu Diana merasa risih dg sikap Bu Lusi sama pak Indra....
    Salam sehat selalu mbak Tien..

    ReplyDelete
  23. Alhamdulillah Bagai Rembulan 09 sdh tayang
    Duuh Lusi main peluk Indra saja g sopan, masa Bu Diana mau ounya besan spt itu
    Senskin seru dan bikin penasaran ceritanya
    Terima kasih Mbak Tien, semoga sehat dan sukses selalu.
    Salam hangat dari Bekasi

    ReplyDelete
  24. Smg perilaku lusi kpd indra yg tdk mengindahkan tata krama menjd bhn pertimb bu diana soal perjodohan aliando dg susan ... Smgt mb tien.. slm seroja..

    ReplyDelete
  25. Bu Tien emang paling pintar bikin orang geregetan

    ReplyDelete
  26. Semuanya berharap perjodohan batal....hihihi...
    Seru juga baca komen2 nya.
    Salam dari Bandung, semoga Bu Tien senantiasa sehat. (Komariah Prilanawati)

    ReplyDelete
  27. Maturnuwun Bu Tien.. ternyata Hari Minggu tetap hadir juga..
    Semoga Bu Tien tetap sehat dan semangat..

    ReplyDelete
  28. Terimakasih bu Tien. Salam sehat selalu. Magelang hadir.

    ReplyDelete
  29. Selamat pagi Bu Tien , semoga sekel sllu sehat , matur nuwun BR 09 nya , saya selalu kagum setiap coretan Bu Tien yg mmbawa saya ikut larut haru dlm crita tsb. salam dari Jaten.

    ReplyDelete
  30. Alhamdulillah episode 9 sudah tayang...semoga Lusi "disemprot"bu Diana orang ga tau diri suami orang main peluk aja..salam sehat dari Ambarawa bu Tien

    ReplyDelete
  31. Mtnuwun mbk Tien..
    Hallah Lusi...Lusi

    Salam sehat dan semangat

    ReplyDelete
  32. ihh sebel bangett sama lusii😠
    ups...jadi kebawa alur ceritanya...mks bu tien...di tunggu lanjutannya🤗😊

    ReplyDelete
  33. Sniper udah mulai 🧐 seri 10 mbak 🙏

    ReplyDelete
  34. Ihhh.. lusiii nyebelin bangett.. makasih mbak tien hiburannya

    ReplyDelete
  35. gendeng lusi apa....suami org maen peluk peluk aja sih...semoga bu diana berubah pikiran....batal langsung perjodohannya....puaaaaaslah..gemes deh

    ReplyDelete
  36. Sabar pembaca,minum dulu air putih ya,biar ga panas ha ha ha
    Salam sehat selalu bu Tien

    ReplyDelete
  37. Duuuh...lusiiii lagii..bikin onar ajaaa...
    Semoga bu diana berubah pikirana...
    Hanya mbak Tien yg tahu...😊

    Sugeng dalu mbak Tien..salam sehat..🙏

    ReplyDelete
  38. Alhamdulillah, tambah seru, salam dari Surabaya

    ReplyDelete
  39. Ayo bergabung di IONQQ dan nikmati deposit/withdraw yang cepat tanpa harus menunggu lama
    IONQQ menyedikaan bonus rollingan 0.3% dan referral 20%
    Ayo segera bergabung bersma kami
    WA : +855 1537 3217

    ReplyDelete

MAWAR HITAM 01

  MAWAR HITAM  01 (Tien Kumalasari)   Di sebuah rumah mewah dengan perabotan cantik dan artistik, seorang nyonya duduk bersilang kaki di dep...