BAGAI REMBULAN 05
(Tien Kumalasari)
Aliando merasa miris. Ia tak pernah melihat mamanya semarah itu. Dari mana mamanya tahu bahwa dia pergi dengan seorang gadis? Yang disebutnya anak pembantu pula?
Ia bersimpuh dihadapan mamanya, kedua tangannya memegang lututnya, lalu kepalanya rebah dipangkuannya.
Aliando menunggu adanya sepasang tangan yang mengelus kepalanya dengan lembut, seperti selalu dirasakannya setiap kali dia ingin bermanja bersama mamanya. Tapi elusan itu tak kunjung dirasakannya. Aliando mengangkat kepalanya, lalu mencium tangan ibunya berkali-kali. Ia berharap mamanya luruh dengan sikapnya. Tapi tidak, mamanya menatap kearah lain, dan tanpa belas mengibaskan tangan Aliando yang masih menggenggamnya.
“Mama... ma’afkan Aliando ya,” bisik Aliando memelas.
Mata yang semula garang itu akhirnya meredup, tapi hawa kemarahan masih tampak disana.
“Mama..”
“Kemana kamu tadi sebenarnya?”
“Mama...”
“Jawab Liando !!”
“Pergi bersama... ber..”
“Bersama siapa?”
“Ada.. seorang gadis yang Liando cintai ma..”
“Siapa dia?” suara mamanya masih terasa dingin, bagai bongkahan es batu yang baru keluar dari freezer.
“Namanya Dayu. Anandayu. Dia....”
“Dia anak siapa?”
“Dia.. anak kuliahan di kampus Liando dulu, tapi belum selesai. Mungkin tahun depan dan..”
“Maksud mama.. dia anak siapa?”
“Bapaknya kepala gudang di..”
“Ibunya..?”
“Ibunya ibu rumah tangga yang baik dan penuh kasih sayang.. dan..”
“Dan dia bekas pembantu rumah tangga.” Tandas suara bu Diana.
“Darimana mama tahu?”
“Iya atau tidak ?”
“Liando tidak tahu ma..”
“Karena itu mama beri kamu tahu.. dia bekas pembantu.. jadi hentikan kisah cinta murahan itu sekarang juga.”
“Tidak ma, jangan begitu. Memangnya kenapa kalau ibunya bekas pembantu?”
“Apa kamu sudah hilang akal? Masa mama harus berbesan dengan bekas pembantu?”
“Mama.. bukankah derajat manusia bukan terletak pada kedudukannya?”
“Apa maksudmu ?” suara bu Diana kembali meninggi.
“Bukankah derajat paling tinggi adalah budi yang mulia dimata Allah?”
“Kamu mau mengajari ibu kamu? “
“Bukan ma, tapi itu benar kan?”
“Diam dan turuti kata mama. Tinggalkan perempuan kampung itu dan kamu akan aku jodohkan dengan anaknya jeng Lusi.”
“Itu ibunya Anjas?”
“Kamu kenal Anjas?”
“Hampir semua orang di kampus kenal Anjas ma, dia mahasiswa abadi yang sudah tujuh tahun menjadi mahasiswa dan pekerjaannya mengganggu gadis-gadis. Kemungkinan besar dia akan drop out tahun ini.”
“Aku tidak perduli Anjas atau siapa dia dan apa yang dilakukannya. Dia boleh bodoh, tapi adiknya gadis yang pintar. Susan bukan hanya pintar, tapi juga cantik. Dia sepantaran dengan kamu, dan lulus sarjana ditahun yang sama dengan kamu.”
Lalu Liando teringat pagi tadi ketika Lusi tiba-tiba menemuinya di bandara bersama seorang gadis yang menurutnya genit dan menyebalkan. Masa sih baru sekali bertemu lalu mau main peluk segala? Untunglah tadi dia sempat menghindarinya. Lalu dilihatnya Dayu yang hampir pergi, kemudian dikejarnya.
Jadi gadis itu yang akan dijadikan jodohnya? Jadi mereka datang ke bandara atas saran mamanya?
“Liando tidak suka gadis itu ma.”
“Apa katamu? Kamu menolak Susan dan memilih anak pembantu itu?”
“Mama, tolong jangan merendahkan dia.”
“Aku tidak perduli apa katamu. Kalau kamu ingin mama hidup lebih lama, tinggalkan gadis itu dan menikahlah dengan Susan.
“Mama.. Liando mencintai Dayu ma,” kata Liando hampir merintih, miris rasanya mendengar kata-kata ibunya yang baru saja terdengar ditelinganya.
Ia masih bersimpuh ketika mamanya memutar kursi rodanya dan memasuki kamarnya lalu terdengar suara kamar dikunci dari dalam.
***
Dayu sudah berada didalam kamarnya, duduk didepan meja belajarnya dan membuka lembaran-lembaran yang tak mampu dipelajarinya.
Kata-kata ibunya tentang perbedaan status terasa sangat mengganggunya.
“Kata ibu benar.Aliando tidak sendiri, ia memiliki orang tua, keluarga, yang mungkin berpengaruh dalam hidupnya, dan bisa mempengaruhi juga pilihan Aliando.” Gumamnya perlahan.
Dendang berdentang berkumandang
banyak cinta terselip diantaranya
bahagiaku terurai dalam sya’ir yang berderai
Dayu menutup bukunya. Hari sudah malam, biasanya Aliando mengirimkan pesan singkat, biarpun hanya beberapa patah kata, tapi Dayu menunggunya dengan sia-sia. Tak ada pesan singkat, apalagi telepon dari Liando. Lalu ia membuka bukunya puisinya, menuliskan sesuatu seperti kegemarannya setiap waktu.
Sa’at kau datang
sa’at tangkaiku bergoyang
sa’at kau tebarkan wangi bunga
kusapa kelopak demi kelopak
dalam cinta tak berbatas
Dan sekarang ia benar-benar menutup bukunya, lalu menuju ranjang dan berbaring serta mencoba memejamkan mata.
“Semoga kita bertemu dalam mimpiku, cinta..” desahnya pelan, sambil meraih guling kedalam dekapannya.
***
Dayu pergi kekampus bersama Adit. Begitu memasuki halaman kampus, dilihatnya Yayi turun dari mobil. Ada Naya didalam mobil itu, tapi dia terus saja berlalu.
“Yayi, mengapa mas Naya tidak turun ?” kata Dayu setelah turun dari boncengan.
“Dia kuliah masih nanti, bapak menyuruhnya ke bank terlebih dulu.” Jawab Yayi.
“Aku parkir motor dulu ya..” kata Adit.
Yayi mengangguk. Ketiganya berbeda jurusan, walau kuliah di perguruan tinggi yang sama.
“Sepertinya jam kuliah masih lama,” kata Yayi.
Dayu dan Yayi duduk dibawah sebuah pohon rindang.
“Apa kabar Aliando? Kabarnya dia pulang kemarin, dan kalian menghilang seharian.”
Dayu tertawa.
“Owh.. mas Adit sudah laporan ya?”
“Kemana saja kemarin?”
“Aku menjemput ke bandara, lalu langsung jalan-jalan, makan pagi sampai makan siang, baru dia mengantar aku pulang.”
“Senengnyaaaa...”
“Kamu tahu, ketika aku menjemput di bandara, ibunya Anjas sudah ada disana bersama adiknya Anjas.”
“Oh ya ? Mereka juga menjemput Liando?”
“Nggak tahu aku, Liando sendiri juga nggak tahu bagaimana bisa ketemu mereka.”
“Adiknya Anjas itu malah sudah sarjana lho, lulusnya sudah tahun lalu, tapi dia di Universitas swasta. Namanya Susan.”
“Lulus lebih dulu daripada kakaknya ya?”
“Kakaknya kan kerasan kuliah disini, gadisnya cantik-cantik..” lalu mereka tertawa bersama.
“Aku heran, bagaimana orang seperti dia bisa masuk ke perguruan tinggi negri.”
“Dulu pintar, barangkali.”
“Entahlah. Mungkin pergaulan juga bisa mempengaruhi seseorang.”
“Tapi aku jadi takut kalau ketemu dia..”
“Acuh aja, jangan ladenin. Kalau ketemu lebih baik menjauh.”
Kemarin itu dia mengganggu aku, aku sudah mau pergi, ee.. tanganku ditarik-tarik. Lalu mas Adit melihatnya, dan dia dihajar. Itu awal dari permusuhan mereka.”
“Nanti aku bilang sama mas Adit, jangan lagi meladeni dia. Dia itu kalau sendirian sih tidak berbahaya, tapi dia punya teman-teman berandal yang jago berantem.”
“Kamu tahu banyak tentang dia?”
“Mas Naya yang bilang.”
“Iya, mas Naya sudah kenal lama sama dia ya?”
“Tapi ya sekedar kenal saja, mas Naya itu agak pendiam, nggak suka berantem.”
“Beda ya dengan mas Adit, dia itu kalau melihat sesuatu yang dia nggak suka, langsung deh. Tapi dia sangat sayang sama bapak dan ibu, kalau bapak atau ibu menegur, dia nggak bisa berkutik.”
“Dia juga sayang banget sama kamu.”
“Juga sama kamu...” ledek Dayu, membuat Yayi tersipu.
“Tapi sebenarnya aku sedang memikirkan sesuatu,” lanjut Dayu
“Apa tuh ?”
“Aku, juga mas Adit itu kan hanya terlahir dari keluarga yang sederhana, biasa-biasa saja, sedangkan kamu, anak pegusaha, apalagi Aiando.”
“Memangnya kenapa kalau pengusaha?”
“Kemarin ibu mengingatkan aku tentang status kami. Lalu aku jadi tak begitu berharap. Kalau perbedaan status akan jadi masalah untuk hubungan kami, maka aku akan kesakitan. Demikian juga kamu Yayi, pikirkan hubungan kamu sama mas Adit. Belum tentu keluarga kamu bisa menerima mas Adit, mengingat dulu ibu kami itu kan pembantu dirumah keluarga kamu.”
“Dayu, mengapa kamu berfikir begitu? Bapak sama ibu sama sekali tidak melarang hubungan kami.”
“Maksudmu, hubungan kamu dan mas Adit?”
“Ya.. Dulupun bu Surti tidak dianggap sebagai pembantu, kata ibu.”
“Mereka tahu?”
“Ibu dan bapak tahu, awalnya hanya menduga-duga, tapi akhirnya keceplosan juga bertanya langsung sama aku.”
“Lalu ?”
“Tidak masalah, bapak hanya mengingatkan bahwa kuliah kami harus selesai.”
“Oh, syukurlah. Aku merasa lega.”
“Semoga hubungan kamu dengan Liando akan demikian juga, Dayu.”
“Semoga...”
“Heiii.. ada kelas nih.. Yayi !!” tiba-tiba seseorang berteriak.
“Yuk, aku duluan..” Yayi berpamit pada Dayu.
Dayu masih duduk tercenung disitu, ada rasa lega ketika mengetahui bahwa keluarga Indra bisa menerima kakaknya.
“Lalu bagaimana dengan diriku ?”
Dan seperti menjawab pertanyaan itu, tiba-tiba Anjas muncul dihadapannya.
Dayu segera berdiri menghindar, tapi Anjas mengejarnya.
“Tolong, jangan mencari gara-gara lagi.”
“Tenang, aku tidak akan melakukan apa-apa, aku hanya mau bilang, bahwa lebih baik kamu jauhi Aliando karena dia akan menjadi adik iparku.”
Dayu terkejut bukan alang kepalang. Tiba-tiba kakinya terasa berat untuk melangkah, tapi ia berusaha menguatkannya. Ia terus berjalan, dan bersyukur ketika dilihatnya Anjas kemudian juga pergi menjauhinya.
***
“Apa? Kamu mau pulang duluan? Nggak ada kelas hari ini ?” tanya Adit ketika Dayu menelponnya.
“Ada sih, tapi tiba-tiba kepalaku pusing, aku akan pulang saja.”
“Tunggu disitu, jangan kemana-mana, biar aku mengantar kamu.”
“Nggak usah mas, aku pulang sendiri saja.”
“Jangan bawel, kamu sakit dan akan pulang sendiri? Kalau kamu pingsan dijalan gimana ?”
“Tapi ..”
“Sudah, tunggu disitu dan jangan kemana-mana, aku segera kesitu.”
Dayu tak berani membantah, Ia kembali kebawah pohon dimana tadi berbincang bersama Yayi, dan duduk disana menanti kakaknya. Hatinya bagai disayat-sayat. Tapi benarkah apa yang dikatakan Anjas? Tidak, Dayu tak harus mempercayainya. Aliando harus mengatakannya pada dirinya, barulah dia percaya. Tapi kata-kata itu terus mengganggunya. Ia ingin menelpon Liando tapi diurungkannya. Ia akan menunggu sampai Aliando yang mengatakannya.
Adit sangat khawatir melihat wajah adiknya pucat.
“Langsung ke dokter ya?” tanya Adit.
“Tidak.. tidak..aku ingin pulang dan tidur saja.”
“Baiklah, cepat naik, wajahmu pucat begitu.”
***
“Ibu, Adit tinggalkan Dayu dikamar ya bu, dia pusing..” kata Adit tiba-tiba, mengejutkan Surti yang masih memasak didapur.
“Adit ? Kamu pulang?”
“Iya, cuma mengantar Dayu, masuk angin barangkali, dia ada dikamar.”
“Oh.. ya ampun.. sakit apa?”
“Adit ajak ke dokter tidak mau. Ya sudah bu, Adit mau kembali ke kampus.”
“Ya nak, hati-hati.” Kata Surti lalu bergegas ke kamar. Didapatinya Dayu berbaring, matanya terpejam. Surti memegang dahinya.
“Tidak panas, kamu merasakan apa?”
“Tidak apa-apa bu, hanya pusing, nanti juga sembuh.”
“Ibu ambilkan obat pusing ya.”
“Sudah bu, Dayu sudah minum. Ibu tidak usah khawatir, nanti juga pasti akan sembuh.”
“Ya sudah, tidur saja. Ibu siapkan teh hangat ya. “
Dayu memang tidak sakit. Apa yang dikatakan Anjas sangat mengejutkannya. Apa itu benar? Baru saja dirinya dan Yayi membicarakan Anjas dan adiknya, benarkah adik Anjas itu calon isteri Aliando? Tapi mengapa ketika di bandara sikap Aliando dingin saja terhadap gadis itu, dan Aliando justru mengejarnya?
“Tenang Dayu... kamu mendapat berita dari orang yang tidak seharusnya kamu percaya. Tapi mengapa sejak kemarin Liando juga tidak menelpon atau mengirimi aku pesan?” gumam Dayu.
“Minumlah teh hangat, agar kamu merasa lebih segar,” kata ibunya sambil meletakkan segelas teh hangat dimeja dekat pembaringan.
“Ya bu, terimakasih.”
Tapi pusingnya Dayu kan bukan karena sakit?
Lalu ia teringat pesan ibunya beberapa hari yang lalu. Tentang status, apakah benar-benar jadi masalah? Tapi ibunya berpesan wanti-wanti bahwa dia harus hati-hati, dan pastinya bersiap apapun yang akan terjadi.
Lalu dipejamkannya matanya, mencoba melepaskan semua beban dan tidur.
***
“Sudah selesai? Ayo aku antar.. mas Naya belum selesai tuh,” kata Adit pada Yayi yang dilihatnya sedang berjalan pulang.
“Dayu mana ?”
“Sudah pulang duluan.”
“Lho, tampaknya masih ada kelas..”
“Dia pulang karena sakit.”
“Sakit? Tadi baik-baik saja, ngobrol panjang lebar disitu sama aku.”
“Tiba-tiba bilang kepalanya pusing, lalu aku antar pulang.”
“Ya ampun, kalau begitu aku ikut kerumah ya, mau lihat keadaan Dayu bagaimana.”
“Sudah bilang sama mas Naya kalau mau pulang duluan ?”
“Sudah dari tadi aku bilang.”
***
Ketika mereka tiba dirumah, dilihatnya Dayu masih terbaring diranjang.
“Dayu, kamu kenapa?”
“Oh, kamu sama siapa?”
“Sama mas Adit.”
“Oh... “
“Hei, jangan dulu bangun, kepalamu masih pusing?”
“Tidak, aku tidak apa-apa,” kata Dayu yang kemudian sudah duduk ditepi ranjang.
“Kok tiba-tiba pusing ?”
Dayu menghela nafas panjang. Lalu ia menceritakan apa yang dikatakan Anjas tadi dikampus.
“Ya ampun,. Dan kamu percaya?”
“Entahlah, aku tiba-tiba pusing.. “
“Dia itu suka mencari gara-gara, jangan percaya.”
“Bagaimana kalau ya?”
“Liando sudah menelpon kamu?”
“Belum. Itulah yang menjadi pikiran aku, jangan-jangan apa yang dikatakan Anjas itu benar.”
“Apa maksudmu? Ada apa dengan Liando?” tiba-tiba saja Adit sudah muncul dikamar.
“Aliando dijodohkan..”
“Sssst...” Dayu ingin mencegah tapi Yayi keburu mengatakannya.
“Aku sudah mendengar sebagian yang kalian bicarakan, dan aku sudah bilang, kalau Liando menyakiti Dayu.. maka..” dan tiba-tiba saja Adit bergegas keluar.
“Maaas! Kemana mas !!” teriak Dayu dan Yayi hampir bersamaan. Mereka memburu keluar, tapi deru sepeda motor terdengar keras, kemudian melaju keluar halaman.
***
Besok lagi ya
Hallow mas2 mbak2 bapak2 ibu2 kakek2 nenek2 :
ReplyDeleteWignyo, Ops, Kakek Habi, Bambang Soebekti, Anton, Hadi, Pri , Sukarno, Giarto, Gilang, Ngatno, Hartono, Yowa, Tugiman, Dudut Bmbang Waspodo, Petir Milenium (wauuw), Djuniarto, Djodhi55, Rinto P. , Yustikno, Dekmarga, Wedeye, Teguh, Dm Tauchidm, Pudji, Joko Kismantoro, Alumni83 SMPN I Purwantoro, Kang Idih, RAHF Colection, Sastra, Wo Joyo,
Yustinhar. Peni, Datik Sudiyati, Caroline Irawati, Nenek Dirga, Ema, Winarni, Retno P.R., FX.Hartanti, Danar, Widia, Nova, Jumaani, Ummazzfatiq, Mastiurni, Yuyun, Jum, Sul, Umi, Marni, Bunda Nismah, Wia Tiya, Ting Hartinah, Wikardiyanti, Nur Aini, Nani, Ranti, Afifah, Bu In, Damayanti, Dewi, Wida, Rita, Sapti, Dinar, Fifi, Nanik. Herlina, Michele, Wiwid, Meyrha, Ariel, Yacinta, Dewiyana, Trina, Mahmudah, Lies, Rapiningsih, Liliek, Enchi, Iyeng Sri Setyawati , Yulie, Yanthi , Dini Ekanti, Ida, Putri, Bunda Rahma, Neny, Yetty Muslih, Ida, Fitri, Hartiwi DS, Komariah P., Ari Hendra, Tienbardiman, Idayati, Maria, Uti Nani, Noer Nur Hidayati, Weny Soedibyo, Novy Kamardhiani, Erlin, Widya, Purwani Utomo,
Hallow Pejaten, Sidoarjo, Garut, Bandung, Batang, Kuningan, Wonosobo, Blitar, Sragen, Situbondo, Pati, Pasuruan, Cilacap, Cirebon, Bengkulu, Bekasi, Tangerang, Tangsel,Medan, Padang, Sawahlunto, Pangkalpinang, Jambi, Nias, Semarang, Magelang, Tegal, Madiun, Kediri, Malang, Jember, Banyuwangi, Banda Aceh, Surabaya, Bali, Sleman, Wonogiri, Solo, Jogya, Sleman, Sumedang, Gombong, Purworejo, Banten, Kudus, Ungaran, Jombang,
Salam hangat dari Solo Terimakasih atas perhatian dan support yang selalu menguatkan saya. Aamiin atas semua harap dan do'a.
Alhamdulillah Dayu sdh hadir.. Trimakasih Bu Tien.. Smoga sllu sehat n semangat dlm berkarya. Salam sehat bahagia dr Madiun yg sllu setia hadir.
DeleteAlhamdulillah BR~05 hadir lebih awal... maturnuwun Bu Tien .. semoga tetap sehat..
ReplyDeleteAlhamdulillah episode5 dah tayang mksh Bu Tien,sehat sll ya Bu tien.salam hormat dari hartiwi DS jkrt.
ReplyDeleteSelamat sore semuanya,, Terima kasih Bunda Tien,, sehat terus yaa Bunda 😍😍😍
ReplyDeleteMasih sore sdh tersaji BR 05.
ReplyDeleteTerima kasih mbak Tien ... Semakin seru ceriteranya.
Salam kami dari Yogya.
Alhamdulillah....
ReplyDeleteYang ditunggu tunggu sudah hadir lebih awal
Matur nuwun Ibu Tien,
Semoga sehat selalu dan tetap semangat.
Salam seroja (sehat rohani jasmani) dari Cilacap.
.
Alhamdulillah BR sdh datang gasik
ReplyDeleteSuwun mbak Tien... salam sehat sll dr Bekasi
Alhamdulillah...sdh tayang lanjutannya...mksh bu Tien.. smoga sehat slalu...Aamiin
ReplyDeleteMatur nuwun... Mbak tien... Smg sehat slalu jasmani rohani ekonomi.....Waduh si Adit kok temperamental ya?
ReplyDeleteMungkin watak nya pak sardiman nurun ke aditnya bun nanik🤭😄
Delete
ReplyDeleteAlhamdulillah Bagai Rembulan 05 sudah tayang
Matur nuwun mbak Tien Kumalasari, semogbak Tien tetap sehat dan selalu dalam lindungan Allah SWT.
Aamiin Aamiin Yaa Robbal Aalamiin
Salam hangat dan salam sehat dari Karang Tengah Tangerang
Halow mbak Tien smg sehat selalu..jd ikutan melow nih. Salam sehat dari Pejaten, Pasar Minggu
ReplyDeleteBR 05 tayang lebih awal... Semoga mamanya Aliando segera menyadari bahwa cinta tdk mengenal derajat.. terima kasih bu Tien..
ReplyDeleteHallo Mbak Tien, terima kasih sapaannya
ReplyDeleteAlhamdulillah Bagai Rembulan 05 sdh tayang lebih awal.
Duuh..Adit mau datangi Liando ya..
Semakin seru dan bikin penasaran ceritanya
Terima kasih Mbak Tien, semoga sehat selalu
Salam hangat dari Bekasi
Selamat malam Bu Tien... terima kasih BR 05 tayang lebih awal. Semoga cinta tak mengenal kasta ya... ditunggu cerita selanjutnya.
ReplyDeleteSalam sehat selalu buat Bu Tien dari Ngaliyan - Semarang
Matur nuwun mbak Tien
ReplyDeleteSalam sehat dari Batang
Alhamdulillah BR 05 sdh hadir mksh b Tien slm sehat selalu.
ReplyDeleteAlhamdulillah... matur nuwun Mbak Tien. Lanjut.....
ReplyDeleteSalam dari Pangkalpinang semoga Mbak Tien dan pembaca yg setia selalu sehat dan sukses.
rameee, bu Tien keren. Puisinya juga
ReplyDeleteselamat mlm buda tien...sehat selalu...terima kasih BR 05sudah tayang,semangat terus bunda...dan salam sehat buat semuanya...
ReplyDeleteDuh senang sekali BR 5 sudah hadir..konflik mulai terjalin. Kesantunan versus kejumawaan. Mampukah Aliando memperjuangkan cintanya yang tulus? Semoga lancar berkarya terus ya mbak Lies.
ReplyDeleteSalam sehat dan sukses dari saya, Iyeng Sri Setiawati di Semarang
Alhamdulillah BR episode 5 sudah hadir
ReplyDeleteTerimakasih bu Tien..
Salam hangat dan sehat dari Purworejo
Adit emosian banget ya. Bahaya ini...
ReplyDeleteMakasih mba Tien
Waduuh... Adit kok meledak-ledak ya nurun siapa sih? terimakasih bu Tien episode 5 sdh hadir salam sehat dari Ambarawa
ReplyDeleteWah cerbungnya makin membuat penasaran
ReplyDeleteTerima kasih jeng tien, lanjutkan
Sugeng dalu mbak Tien..
ReplyDeleteMaturnuwun BR 05..makin seruu..
Kata2 yg dirangkai begitu apik..👍
Salam sehat dan semangat..🙏
Makasih bu Tien,salam sehat
ReplyDeleteBR partai 4 apakah ga ada ya, Bu Tien...
ReplyDeleteAda tuh
DeleteApapun halangannya smg naya yayi adit dan dayu dpt pasangan spt yg diinginkannya... Lanjut mb Tien.. slm seroja sll
ReplyDeleteWOOOW surprise CERBUNG sudah tayang lebih awal makasih Bunda.
ReplyDeleteSehat selalu dan tetap semangat ya Bun dalam berkarya.
cerbungnya bikin deg2an...bikin penasaran jg...🤗
ReplyDeletelanjut bu tien...
Waduuuh Adiit ga bisa jaga emosi..
ReplyDeleteMatursuwun bu Tien, cerita nya
Salam sehat tuk ibu dan pembaca setia nya.
Wah, siapa ya motor yg keluar dari halaman rumah... jangan2 si Anjas brengsek... terima kasih Mbak Tien, smoga selalu sehat... salam seroja dari Semarang.
ReplyDeleteSehat slalu bu Tien...mtur swun...
ReplyDeleteBu Tien... koq yang 4 gak ada ya? Saya bisa minta link nya gak? Penasaran...
ReplyDeleteTerima kasih...
Maaf bu, taunya bisa. Pakai 0 depannya. 04. Makasih ya... maaf merepotkan
DeleteMtnuwun mbk Tien...
ReplyDeleteSeruuuu....
Salam sehat dan semangat dr Sargen
Mks mbak Tien..temanggung pun banyak menanti.. 😂😂🙏🙏 lanjutannya.. salam sehat bahagia selalu. Aamiin 🙏
ReplyDelete