Monday, December 9, 2019

DALAM BENING MATAMU 62

DALAM BENING MATAMU  62

(Tien Kumalasari)

Dinda melongok kearah ponselnya yang dibawa Adhit lalu tertawa ngakak.

"Bukan itu mas.. itu foto ibunya.. kok bisa geser sih. Sebentar... nah.. ini diaaa."

Adhit memandangi foto di ponsel Dinda. Gambar seorang gadis dengan rambut ikal. Matanya bulat bening, bibirnya menyunggingkan senyum tipis. Wajahnya bulat oval.. hidungnya mancung. Adhit merasa gadis itu memang mirip Dinda terutama mata dan hidungnya. Sejenak ada rasa terpesona.

"Heiii.. bagaimana? Cantik bukan? Besok Dinda kenalin ya?"

Adhit tersenyum tipis.

"Boleh. Jam makan siang ada kuliah?" Kata Adhit sambil mengangsurkan ponselnya kearah Dinda.

"Jam satu siang aku sudah pulang. Nanti aku ajak Anggi ya."

"Okey.. tapi sekarang mas mau pulang dulu ya."

"Ya udah pulang aja. Kan mas Adhit belum mandi?"

"Iya, sekalian mau mampir kerumah Raka. Pengin tau keadaan Ayud. Kayaknya tadi ke kantor cuma sebentar. Kamu mau nitip apa?"

"Nggak nitip apa-apa. Nitip salam aja. Mbak Ayud nggak sakit kan?"

Nggak. Cuma sekarang lebih sering cepat lelah.. maklum.. perutnya sudah semakin buncit.."

"Iya.. kasihan mas.. sebaiknya cuti dulu tuh.. kasihan mbakku.."

"Iya. Habis ini biar saya suruh cuti aja. Oke Dinda, sampai besok ya."

Ketika Adhit pergi, Dinda sempat berfikir, mengapa sepulang dari Medan Adhit tak lagi mengeluarkan kata-kata rayuan seperti biasanya kalau ketemu. Bukan suka sih.. cuma merasa heran.

***

"Gila kamu Din. Nggak mau ah.. masa aku mau dikenalin sama seorang bos besar," kata Anggi ketika Dinda mau mengenalkannya dengan Adhit.

"Iih.. kamu tuh.. katanya pengin punya pacar.. Aku kenalin sama kakakku.. siapa tau cocok."

" Tapi kenapa sama orang yang sudah jadi bos. Tua dong!"

"Enak aja. Kakakku itu.. biar bos tapi masih muda.. ganteng.. hmm.. pokoknya menarik deh. Taruhan ya.. kalau kamu sampai nggak jatuh hati sama dia.. aku traktir kamu kemana kamu mau."

"Hm.. sok yakin kamu," kata Anggi sambil tersenyum.

"Mau aku tunjukin fotonya? Ah.. nggak deh.. nanti aja kalau ketemu kan kamu bisa lihat langsung."

"Itu kakak kandung kamu?"

"Bukaan.. kakak kandung aku menikah dengan adiknya dia. Ya sudah aku anggap saja dia sebagai kakakku."

"Kenapa bukan kamu aja yang jadi pacarnya? Boleh kan pacaran sama ipar?"

"Nggak lah.. aku tuh entah kenapa.. nggak bisa jatuh cinta sama dia. Rasanya seperti kakak aja. Itu sebabnya aku ingin kamu bisa jadi pacarnya. So'alnya dia tuh nggak bisa cari pacar sendiri."

"Masa sih ?"

"Katanya susah buat dia untuk jatuh cinta."

"Wah.. alamat gagal jadi pacarnya dong."

"Makanya... rayu dia.. jatuhkan hatinya.. "

"Waduhh.. memangnya aku tuh tukang rayu apa?"

"Ya bukan tukang, tapi cobalah untuk menundukkan hatinya."

"Jadi penasaran aku."

"Nanti habis kuliah dia akan menjemput ke kampus. Aku bilang jam 1 siang."

***

"Mas.. aku istirahat dulu hari ini ya.. agak nggak enak badanku," kata Ayud siang itu.

"Kamu pulang aja dulu, biar aku antar sekalian. Setelah ini kamu boleh cuti sampai melahirkan."

"Mas nggak apa-apa kalau aku cuti lama?"

"Ya nggak apa-apa.. sudah ada orang lain yang bisa menangani semuanya, jadi kamu nggak usah khawatir. Kalau mas masih minta kamu terus bekerja, bisa-bisa bapak sama ibu marah sama masmu ini."

"Terimakasih ya mas.. "

"Ayo pulang sekarang saja. Ini sudah hampir jam satu."

"Mas janjian sama seseorang?"

"Sama Dinda.."

"Sama Dinda lagi? Katanya sudah nggak mau.. "

"Kemarin kan Dinda bilang mau ngenalin aku sama temannya dia. Aku belum cerita ya?"

"Nggak nyangka kalau mas Adhit serius."

"Baru mau ketemu. Nggak tau aku bisa suka nggak nanti."

"Mas jangan terlalu kaku.. jangan terlalu me milih-milih.. "

"Iya.. coba aja nanti."

"Aku siap-siap dulu ya mas.. tungguin."

"Ya, agak cepat. Aku janji jam satu sampai kampus."

Baru saja Adhit selesai bicara, ponselnya sudah berdering. Dinda menelpon.

"Hallo Din.. ini baru nungguin kakakmu siap-siap. Sekalian mas antar pulang."

"Mbak Ayud sakit?"

"Nggak.. mas suruh sekalian cuti saja supaya nggak kelelahan."

"Oh. Baguslah kalau begitu."

Kamu sudah selesai? Katanya jam satu?"

"Sudah.. dosennya nggak datang, ini aku ada dirumah Anggi."

"Lhoh... lalu bagaimana?"

"Mas kerumah Anggi saja. Dinda tunggu ya.."

"Dimana rumahnya?"

"Nanti Dinda kirim lewat WA.. "

"Baiklah..."

Tapi ketika alamat itu dikirimkan, Adhit terkejut. Alamat rumah Anggi tak jauh dari toko Dewi.

***

Sebelum tiba dirumah Anggi, Adhit berhenti didepan toko Dewi karena melihat Dewi sedang berdiri didepan. Dewi langsung mendekati mobil Adhit.

"Kamu mau ketemu aku ?"sapa Dewi heran karena Adhit hanya membuka kaca mobil depannya.

"Nggak, aku mau kerumah no 27."

"Itu rumah bu Susan.. yang punya salon kecantikan. Kamu mau rebonding atau apa?"canda Dewi.

"O.. itu salon kecantikan?"

"Iya. Kamu mau ketemu siapa?"

"Ada yang namanya Anggi?"

"Kamu kenal?"

"Nggak, baru mau kenalan."

"Ouh.. gitu, cantik anaknya. Dia itu anaknya bu Susan. Tau dari siapa?"

"Dia teman kuliah adikku.."

"Ayud? Enggaklah.. dia baru masuk kuliah tahun ini. "

"Bukan Ayud. Tapi Dinda.."

"Oh.. itu.. adik iparnya Ayud kan"

"Iya benar. Aku mau dikenalin sama temannya. Dinda sudah ada dirumah Anggi."

"Oh.. ya sudah.. tapi hati-hati kalau mau serius sama dia."

"Memangnya kenapa?"

Dewi tampak berfikir sejenak. Seperti ada yang ingin dikatakannya.

"Ada apa Wi?"

"Nggak... sudah sana.. kenalan saja dulu.."

"Ayolah Wi, katakan ada apa?"tanya Adhit yang merasa penasaran.

"Nggak ada apa-apa.. sudahlah."

Tapi Adhit urung mendesaknya lagi karena tiba-tiba Dinda muncul disana bersama seorang gadis cantik.

"Kok mas Adhit ada disini?kamu tungguin mas Adhit dari tadi."

"Iya, tiba-tiba ketemu teman .. pemilik toko ini. "

"Ooh..  itu kan mbak Dewi," seru Dinda.

"Iya Dinda. Ternyata kamu yemannya Anggi?"

"Iya mbak. Oh ya mas.. kenalkan.. ini Anggi."

Adhit mengulurkan tangannya yang disambut Anggi dengan tersipu. Benar kata Dinda, Adhit ganteng sekali. Ehem.. berdebar juga Anggi ketika  tangannya berjabat erat.

"Kok kamu kemari Din? Karena melihat mobil mas?"

"Eeh.. nggaak.. Anggi mau beli es krim .. aku yang minta."

Adhit tertawa. Okelah, Anggi memang cantik. Tapi mengapa Dewi memintanya untuk ber hati-hati?

***

besok lagi ya

"

15 comments:

  1. Sampai saat ini,, cerita sudah bagus banget. Masalah satu per satu selesai. Saya harap, jangan sampai menambah tokoh baru yg akan merusak jalinan cerita (mungkin datang ide belakangan). Jadinya bertele-tele. Makna cerita jadi hambar. Terima kasih.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Dalam bening matamu kok cuma satu no. 62, pd hal nunggunya mulai hari Minggu n Senin. Tambah dong...

      Delete
  2. Hadddduh, ada apalagi nih sandungan cintanya adith.... Semoga adith bahagia......

    ReplyDelete
  3. Mb kalau bisa cepet di Ending khan sj jangan tmbh toko lain jdi muter2 nanti cerita ini dah bgus jangan tmbh anggi dan bu susan mirna nya tetus ilang

    ReplyDelete
  4. Mbak Tien.. Saya sambil nunggu cerita ini, saya baca juga SEPENGGAL KISAH tapi nomer 65 gak ada isinya..
    Bisa minta dikirim kembali..??
    Tks

    ReplyDelete
  5. cerbungnya jgn nambah tokohnya ya ibuk...cuma tambah 2 tokoh sj..1 gadis yg dinikahi Adit...dan 1 pria yg menikahi mirna...biar cepat ending...terima kasih..

    ReplyDelete
  6. Saya setuju dengan komentar diatas bu Tien, kalau bisa jangan ditambah peran lagi, ntar jadi muter lagi ceritanya ! Dan kalau bisa satu episode yg agak panjang ya bu, biar taneg ! Matur nuwun !

    ReplyDelete
  7. Seperti apapun achir cerita sdh bikin penasaran,monggo dilanjut.

    ReplyDelete
  8. Semua masukan diterima....., keputusantentang alur cerita ada pada buTien...

    ReplyDelete
  9. Alur ceritanya bagus..benee komen2 per-episode agak panjang..n nunggunya kelamaan..mtr nwn

    ReplyDelete
  10. Hidup memang penuh likaliku..gpp nambah tokoh baru...saya malah jadi tambah penasaran

    ReplyDelete
  11. Episodenya terlalu pendek, krn terlalu lama menunggunya dan episodenya terlalu pendek membacanya jadi ga semangat lama2 terlupakan dan malas menunggu

    ReplyDelete
  12. Episode 65 manaaa mbaak...??😶

    ReplyDelete

CINTAKU JAUH DI PULAU SEBERANG 07

  CINTAKU JAUH DI PULAU SEBERANG  07 (Tien Kumalasari)   Sinah masih agak gemetaran ketika menuangkan teh dari teko ke dalam cangkir, sehing...