Wednesday, September 18, 2019

DALAM BENING MATAMU 02

DALAM BENING MATAMU  02

(Tien Kumalasari)

Adhit tak ingin membalas pesan itu, karena nggak jelas itu dari siapa. Diletakkannya kembali ponselnya, lalu ia melanjutkan kesibukannya.

Tiba-tiba pesan WA itu terdengar lagi. Adhit membukanya, dan kembali ada kata-kata yang menyapanya tapi tak jelas siapa pengirimnya.

"MAS ADHIT, APA KABAR?"

Adhit menghela nafas, diputarnya nomer tilpun WA itu.

"Hallo mas.." suara seorang laki-laki, Adhit meng ingat-ingat.

"Mm.. siapa ya?"

"Waduh, lupa bener nih sama aku mas?"

"Lupa tuh, mm.. lupa-lupa ingat deh.."

"Aku dari Medan.."

"Medan?"

"Medan.. mas, horas !!

"Horas juga," lalu Adhit terbahak,:" Kamu Raka?"

Lalu suara dari seberang juga terbahak lama sekali.

"Kamu itu Raka, pakai berteka teki segala. Mana nomormu nggak ada namanya.. Lagi dimana nih?"

"Di Solo.."

"Di Solo ?" 

"Dimana Solo nya?"

"Ya dirumah simbahku lah, di daerah Tumenggungan."

"Ayo main kesini, ada acara apa orang Medan pulang ke Solo?"

"Kangen sama kamu lah mas."

"Kangen sama aku, apa sama Ayud?" canda Adhit.

"Mas Adhit gitu, kangen dua-duanya deh. Ini lagi sibuk ya mas? Nanti aja aku main kerumah. Nggak enak rasanya jam kerja begitu nggangguin orang."

"Nggak apa-apa kok, ayo datang ke kantorku saja, nanti aku traktir makan di cafe dekat kantor, ada Ayud juga lho."

"Tapi aku belum pernah tahu alamat kantor mas Adhit."

"Aku kirim ke WA kamu deh, nggak jauh kayaknya dari rumah simbahmu."

"Oke mas"

Begitu telephone ditutup Adhit ter senyum-senyum sendiri. Mirna yang sedari tadi sibuk mengetik memandangi dengan heran. Tapi ketika Adhit juga menatap kearahnya, ditundukkannya kepalanya dengan sungkan. Diam-diam Adhit heran, mengapa adiknya bilang bahwa Mirna itu genit? Kayaknya nggak pernah gadis itu memperlihatkan kegenitannya. Kelewat santun malah. Ah, entahlah, nanti akan aku marahi dia, batin Adhit karena kesal mendengar penilaian yang salah atas sekretaris barunya.

Adhitama sudah menutup map-map yang tadi diperiksanya, ketika seorang costumer servis masuk setelah mengetuk pintu.

"Ada tamu bernama bapak Raka mau menemui bapak."

"Persilahkan dia masuk."

CS itu mengangguk lalu keluar dan mempersilahkan tamunya masuk.

Raka adalah sahabat kecilnya bersama Ayud. Ayah ibunya Raka juga sahabat ayah ibunya Adhit dan Ayud. Mereka adalah Teguh Raharjo dan Retno. Beberapa tahun yang lalu Raharjo dipercaya oleh pak Haris untuk memegang anak cabang perusahaannya yang ada di Medan. Raka anak sulung Teguh, dan ada lagi adiknya bernama Dinda. Tapi Raka dan Dinda terpaut agak jauh. Ketika Raka sudah menyelesaikan kuliahnya, Dinda baru lulus SMA.

"Hai, sobat !" pekik Adhit ambil berdiri, lalu memeluk hangat sahabatnya.

"Silahkan duduk dulu," Adhit menarik Raka agar duduk di sofa yang ada diruangan itu, agak jauh dari meja kerjanya.

"Terimakasih," 

"Mirna, tolong ambilkan minuman di kulkas ya," perintah Adhit kepada Mirna.

Mirna mengangguk, lalu mengambil dua botol minuman ringan yang kemudian diletakkannya diatas meja didepan sofa itu.

Mirna melirik sedikit kearah tamu atasannya, lalu menundukkan muka.

"Sekretarismu mas ?"

"Ya, sudah.. matanya jangan melotot kearah sana saja, aku panggil Ayud ya." Adhit berdiri, menekan interkom kearah ruangan adiknya.

"Apa mas?"

"Kesini sebentar, ada tamu untuk kamu."

"Siapa?"

"Sudah, datang aja , jangan banyak bertanya."

Interkom ditutup dan Adhit kembali menemui Raka.

"Apa kabar Dinda?"

"Baik, dia sudah lulus SMA, mau kuliah di Jawa katanya."

"Bagus, disini saja, nanti tinggal dirumahku, kan ada Ayud yang bisa menemani dia."

"Entahlah mas, kayaknya ibu juga berat melepas anak perempuannya."

Ketika terdengar ketukan dipuntu, lalu tiba-tiba Ayud masuk,terbelalak matanya melihat siapa yang datang.

"Kamu? Raka?" teriaknya riang kemudian menyalaminya dengan hangat.

"Semakin cantik kamu Yud.." puji Raka.

"Iya lah, aku kan putri Solo," jawab Ayud sambil tersenyum.

"Benar.. putri Solo memang cantik-cantik."

"Tante Retno juga putri Solo kan, makanya cantik." jawab Ayud untuk menyembunyikan rona merah diwajahnya karena mendapat pujian.

"Iya, ibu sama bapak titip salam buat Adhit dan Ayud."

"Terimakasih, besok kalau pulang nitip salam kembali ya. Oh ya, apa kabar Dinda?"

"Dia baik, sudah lulus SMA lho,"

"Oh ya, mau kuliah dimana? Di Solo saja, nanti tinggalnya sama aku, seneng aku ada teman perempuannya, habis kalau sama mas Adhit berantem terus."

"Aku juga menyarankan begitu. Mau ambil apa dia?"

"Belum tau, mash bingung dia."

***

Pembicaraan itu dilanjutkan disebuah rumah makan ketika Adhit mengajak makan siang bersama.

"Sebenarnya aku mendapat panggilan wawancara disebuah universitas swasta disini," kata Raka.

"Oh ya, Universitas mana , kamu mau jadi dosen?"

"Ini..." Raka mengeluarkan sebuah surat panggilan wawancara kepada Adhit.

"Oh, ini bagus. hallo bapak dosen, seneng ngedengarnya. Tinggal dirumahku yuk, maksudnya dirumah eyangku," ajak Adhit.

"Wah, nenekku sudah wanti-wanti kalau nanti diterima harus menemani dia di Tumenggungan.Kalau nenek dari ibu kan sudah nggak ada semua."

"Iya sih, kabarnya dulu om Raharjo mau mengajaknya ke Medan tapi nggak mau."

"Iya, simbah masih menekuni dunianya, masak memasak untuk orang banyak."

"Kita harus menghormatinya Ka, selama masih kuat, biarkan saja menjalani apa yang disukainya. Syukur-syukur kamu bisa tinggal bersamanya dan menjaganya."

"Semoga saja."

"Nanti sarankan Dinda agar kuliah di Solo juga Ka," sambung Ayud yang sedari tadi hanya mendengarkan pembicaraan raka dan kakaknya.

"Pengin dia, ini lagi ngrayu ibuku supaya mengijinkan."

"Aku minta nomor kontaknya dong, supaya bisa nyambung sama dia."

Raka menuliskan nomor adiknya dan dikirimkannya pada Ayud.

"Mas, sekretarismu cantik juga ya," tiba-tiba Raka teringat sekretaris cantik yang tadi meliriknya, walau hanya sebentar.

"Oh, iya, namanya Mirna, mau kenalan lebih jauh?"

"Huh..!!" tiba-tiba Ayud mencibir.

"Ayud, aku pengin nanya nih, mengapa kamu mengira bahwa Mirna itu genit? Jangan suka men jelek-jelekkan orang gitu dong." tegur Adhit.

"Aku itu kan mewawancarainya awal, aku sudah tau karakter dia."

"Kamu bilang genit? Tapi menurutku dia itu sangat santun. Memandag kearah aku pun dia tidak berani langsung."

"Aku melihat dia ketika sebelum diwawancara, bercanda dengan karyawan-karyawan pria, dan sikapnya genit lho. Entahlah, aku nggak suka aja, ada yang aneh, aku heran ketika mas Adhit memilih dia. Padahal ada dua pilihan lainnya yang juga bagus."

"Kamu tuh... nggak gitu lho, dia baik kok."

"Jangan sampai mas Adhit tergoda sama dia ya." sungut Ayud.

Raka tertawa.

"Meang dia cantik, tapi kan nggak semua yang cantik itu menarik."

"Kamu juga jangan sampai tergoda,"

"O, kalau ini namanya cemburu.." goda Adht.

"Eeeh, enak aja... siapa cemburu? Raka itu satu tahun dibawah saya, masih anak-anak dia."

"Apakah itu halangan?" kata Adhit. Tampaknya Adhit ingin sekali menjodohkan Raka dengan adiknya. Tapi keduanya hanya ter tawa-tawa menanggapi.

***

Seusai jam makan siang Mirna sudah kembali ada diruangan kerjanya. Dilihatnya Adhitama belum kembali duduk dimejanya. Pasti masih sibuk menjamu tamunya. Tiba-tiba ponselnya berdering. Dari ibunya.

"Hallo ibu... iya, sudah makan dan sudah kembali diruang kerja... ibu sudah makan? Baiklah ibu, ya.. pak Adhit baik, dan gantheng sekali..(Mirna tertawa genit) tapi aku masih takut mendekati.. oh.. ya? Aku belum pernah melihatnya.... yaa..  ada adiknya.. Ayudya, tapi tampaknya ia kurang suka sama Mirna, nggak tau kenapa.. nggak.. ibu jangan khawatir, Mirna bisa membawa diri.. dan pasti itu bu.. percayalah ibu nggak akan kecewa... belum bu.. belum ada yang bisa Mirna lakukan.. semua demi ibu. Tapi bagaimana kalau Mirna jatuh cinta sama pak Adhit? (tertawa lagi)... iya bu.. nggak.. jangan khawatir.. ibu nggak akan kecewa. Baiklah bu, kelihatannya mas Adhit sudah datang.

Mirna menutup ponselnya ketika Adhitama memasuki ruangan, sendiri.

***

besok lagi ya

2 comments:

  1. Aku suka jalan ceritanya . Kuharap orang yg baik berjodoh dg yg baik begitu juga sebaliknya.

    ReplyDelete

KUPETIK SETANGKAI BINTANG 01

  KUPETIK SETANGKAI BINTANG  01. (Tien Kumalasari)   Minar melanjutkan memetik sayur di kebun. Hari ini panen kacang panjang, sangat menyena...