Saturday, January 19, 2019

SEPENGGAL KISAH 137

SEPENGGAL KISAH  137

(Tien Kumalasari)

 

Ongky menggeleng gelengkan kepalanya. Ia menamakan ini adalah sebuah kekuatan cinta, walau Asri menolaknya.

"Jangan memandangi aku seperti itu mas, aku tau kamu berfikir seperti apa tentang diriku, tentang hatiku, tapi mas Ongky salah.

Pembicaraan itu terhenti karena Bowo sudah pulang dan langsung menepuk punggung sahabatnya.

"Weii... kok mampir kekantor dulu?" tegur Bowo.

"Aku kira kamu sudah pulang, kan ini sudah sore."

"Ya.. agak mundur pulangku haru ini. Asri, kok tamunya nggak dikasih minum?"

"Oh iya mas.. sebentar." Asri berdiri meninggalkan mereka berdua. 

"Bagaimana nih, sudah ok semuanya?" tanya Bowo.

"Minggu depan kami berangkat. Do'akan semuanya baik2 saja dan pengobatan itu berhasil ya?"

"Ya pastilah, aku akan do'akan.. Berapa lama kira2 pengobatan itu?"

"Belum tau aku, tapi kalau terlalu lama aku akan minta Nancy menggantikan aku. Dia pasti mau karena dia kan sangat menyayangi Damar ."

"Kenapa tidak kamu ajak saja dia sekalian minggu depan."

"Aku belum urus visanya Nancy, nanti biar dia menyusul saja. Yang penting Damar dulu bisa segera mendapatkan obatnya."

 

Hari itu bu Surya mengajak Damar kontrol dirumah sakit, karena memang sudah sa'atnya kontrol. Dan obat yang diminumnya tidak boleh jeda walau seharipun. Persiapan untuk berobat keluar negeri biar Ongky yang mengurusnya. Tapi obat yang harus diminumnya setiap hari harus tetap diminumnya. Namun dokter tampaknya tidak yakin bahwa penyakit Damar bisa disembuhkan. Hal itu dikatakan dokter kepada bu Surya ketika ia menemui dokter itu sendirian. Namun jika seandainya mau berobat keluar negri juga dokter itu tidak bisa mencegahnya. Menurut dokter kanker itu sudah di stadium 4. 

"Semoga ada mujizat bu, saya hanya ikut berdo'a. Sesungguhnya saya juga bisa menyarankannya untuk chemoterapi, tapi itu juga akan membuatnya semakin sakit. "

"Sebenarnya bagaimana mungkin tiba2 penyakitnya sudah sedemikian parah sementara begitu ada keluhan kami langsung membawanya kerumah sakit?"

"Terkadang penyakit hati itu tidak terlalu bisa dirasakan bu, sering terjadi, seseorang berobat ketika penyakitnya sudah parah. Mungkin pak Damar tidak merasakannya sejak awal karena sakit itu tidak begitu berasa. Dikiranya sakit biasa, sakit lambung, atau apa.. tapi ketika sadar semuanya benar2 sudah terlambat."

Wajah bu Surya yang pucat dan muram ditangkap oleh Damar sebagai sebuah isyarat. Damar memang tak berharap banyak untuk kesembuhannya. Kalau ia mengatakan tidak apa2.. aku sehat.. itu hanyalah ungkapan semu yang sesungguhnya juga untuk menghibur dirinya sendiri. Kesanggupannya untuk berobat karena janji Asri, juga tidak begitu meyakinkan dirnya bahwa dia akan sembuh. Setelah kontrol itu dia juga enggan duduk di kursi roda. Ia berjalan perlahan menuju keluar rumah sakit, dan Nancy sudah menunggunya di mobil.

"Entahlah, hidupku memang sudah lama tak berbentuk. Hancur, atau berantakan.." desis Damar pelan.

"Damar, kamu bicara apa?" tanya bu Surya mendengar Damar bergumam.

"Tdak apa2 tante, tidak apa2.." jawab Damar lirih.

"Damar, kamu tidak usah khawatir. Percayalah bahwa kamu akan sembuh, sehat kembali dan bisa melakukan apa saja yang kamu inginkan.

Damar mengangguk, lalu naik keatas mobil dimana Nancy sudah membukakan pintunya.

Suasana pilu itu begitu menyengat, sampai ketika malam telah larut, dan Damar sudah terlelap karena pengaruh obat yang diminumnya. 

Bu Surya, Mimi dan Nancy duduk diteras depan, diantara kelamnya malam, dan kelamnya hati mereka ketika merasakan penyakit yang Damar derita.

"Jadi pengobatan keluar negeri itu belum pasti bisa menyambuhkannya ya ma?" tanya Mimi sedih.

"Dokter tidak memberikan harapan untuk itu. Tapi dia tidak melarang untuk berusaha. Keajaiban itu ada, siapa tau Tuhan memberikan kesembuhan melalui pengobatan yang akan dilakukannya."

"Aku menyesal, dulu sering menyakiti hati Damar, memaksakan kehendak, dan membuatnya menderita sampai kehilangan wanita yang dicintainya." isak Mimi penuh sesal.

"Sesal itu tak ada gunanya Mimi, waktu itu kamu masih sangat muda, belum bisa mengatur cara kamu bersikap dan bertindak. Sudahlah, jangan disesali lagi."

"Sekarang, melihatnya menderita, Mimi jadi sedih."

"Kamu do'akan saja semoga Damar bia sembuh."

"Aku juga selalu berdo'a untuk papa Damar, grandma."

Sering kali ketika mereka berbicara, tak sadar bahwa Damar ada dibelakang pintu menguping pembicaraan mereka, sehinggasesungguhnya dia sudah tau apa penyakitnya dan separah apa penyakit itu mencengkeram hidupnya. Seperti malam itu, ketika mereka mengira Damar sudah terlelap dan bangun ditengah malam, ia juga mendengar segala obrolan penuh duka itu. Diam2 Damar terharu, ia tau keluarga bu Surya benar2 menyayanginya. Sejenak ia merasa, bahwa sesungguhnya dia tidak sendiri.. dan itu sedikit membesarkan hatinya. 

"Apa aku perlu mengantar kalian ke airport?" Bowo menawarkan kesediaannya mengantar ketika sebelum berangkat Ongki mampir ke kantornya.

"Tidak, ada Nancy yang akan mengantar kami. Yang penting do'a kamu saja untuk Damar ya? Kamu mau kan dengan tulus mendo'akannya?"

"Ya pasti lah Ongky, aku tulus setulus tulusnya mendo'akan untuk kesembuhan dia."

"Terimakasih sahabat, kamu memang seorang yang berhati mulia." Ongky mengacungkan jempolnya sambil berdiri untuk berpamit. Damar mengganggam tangan Ongky erat2. "nggak usah begitulah Ongky, semua orang pasti akan melakukan hal yang sama."

 

Minggu berikutnya Asri sudah mendengar bahwa Damar dan Ongky telah berangkat. Asri terus berdo'a, mudah2an yang terbaiklah yang diterima oleh mereka semua.

 

Diperjalanan itu keadaan Damar memburuk. Badannya panas, nafasnya sesak. Ongky kebingungan, klinik darurat yang ada dipesawat itu segera bertindak. Dokter memasang selang oksigen, dan menyuntikkan obat ketubuhnya.. melalui selang infus yang kemudian dipasangnya.

Ongky sangat cemas, ia mendampingi sahabatnya terus menerus dan memegang tangannya untuk memberinya kekuatan.

"Damar.. kamu harus kuat, kita akan berobat dan kamu akan sembuh."

Damar masih memejamkan matanya, tapi menyambut genggaman tangan Ongky walau terasa lemah. Ia merasa bahwa Ongky telah berusaha banyak untuknya.

"Masih jauhkah perjalanan kita mas ?"

"Tidak Damar, sebentar lagi kita akan sampai, dan kamu akan mendapatkan obat yang super super mujarab untuk penyakit kamu. Semangat ya."

"Mas Ongky, " lemah suara Damar.

"Berdosakah kalau seseorang... [nafas Damar tersengal]..."

"Jangan banyak bicara dulu Damar.." Ongky menutup mulut Damar dengan jarinya.. tapi Damar menepiskannya dengan pelan.

"Berdosakah seseorang yang ingin memisahkan hubungan pernikahan seseorang?"

Ongky terkejut. Apa Damar baru sadar akan apa yang dimintanya terhadap Asri?

"Mas, ayo kita kembali,"

"Apa?" 

"Aku tidak mau berobat lagi, aku mau pulang."

#adalanjutannyaya#

No comments:

Post a Comment

TITIP PESAN

 TITIP PESAN (Tien Kumalasari) Kutitipkan pesan Saat desir angin lalu melintas Saat pagi menghalau malam Saat mega putih menari di atas sana...