Monday, December 3, 2018

SEPENGGAL KISAH LVI

Kejadian semalam sedikitpun tidak membuat Dewi menyesal. Ia bahkan sedang me reka2 langkah apa lagi yang bisa dipergunakan untuk menaklukkan hati Bowo. Ada edikit rasa lega karena bu Prasojo berjanji akan mengambilnya sebagai menantu. Cuma sayangnya memang Bowo harus dipaksa untuk bersedia menuruti hati ibunya. ampai sekarang Bowo belum bisa ditaklukkannya. Malahan akal2annya semalam membuat Bowo semakin membencinya. Harus ada cara lain. Rupanya Bowo tidak suka pada gadis yang seksi, yang berani.. yang nekat seperti dirinya. Taktik harus dirubah. Tapi apa ya.. Dewi terus berfikir. Tiba2 ia teringat pada KTP nya yang terjatuh dan ditemukan simbok. Pak Prasojo lah yang pertama menerimanya, apakah pak Prasojo sempat membaca KTPnya secara keseluruhan? Tapi kan dia diam saja.. ah.. pasti tak ada apa2..

Hari itu Dewi tak ingin pergi kerumah keluarga Prasojo. Ia akan diam beberapa sa'at dirumah agar kemarahan Bowo reda. Lebih baik ia berjalan jalan .. oh ya.. mengapa tidak belanja saja.

"Bu, Dewi ingin belanja ketoko.Ibu butuh apa ?" tanya Dewi kepada ibunya sebelum berangkat.

"Lihat kebutuhan dirumah yang habis, ibu kurang memperhatikannya." jawab Bu Harlan. Akhir2 ini Dewi jarang dirumah dan bu Harlan membiarkannya. Ia tau Dewi ada dirumah keluarga Prasojo dan bu Prasojo menyukai anaknya. Entah bagaimana perkembangannya Dewi tak pernah menceriterakannya.

"Ya , Dewi sudah mencatatnya."

"Apa kamu belanja bersama nak Bowo?"

"Ya enggak bu, ini kan hari kerja, mana mungkin dia mengantar Dewi belanja. Lagipula susah menaklukkan hati mas Bowo. Tapi ibu jangan khawatir, Dewi pasti mendapatkannya." Padahal Dewi semakin kecewa karena beberapa kali gagal menjalankan siasatnya. Tapi ibunya tak perlu tau. Biar ibu terkejut kalau nanti tiba2 aku sudah dilamar oleh keluarga itu. Ini mimpi Dewi yang diangankannya sambil meninggalkan ibunya.

Toko itu tidak begitu ramai, Dewi cukup belanja secukupnya untuk kebutuhan rumah. Ia kan sudah tidak bekerja, dan beruntung bu Prasojo sering memberinya uang. Dewi senang karena kebutuhannya tercukupi. Rupanya bu Prasojo sudah benar2 ingin mengambilnya sebagai menantu. Oh ya.. Dewi lupa membeli sabun cuci. Ia berjalan mencari dimana sabun cuci dipajang. Tiba2 dilihatnya seseorang yang dikenalnya. Bukankah itu Asri? Bu Prasojo mengatakan bahwa Asri dan bapaknya sudah pindah dari rumahnya, dan tak ada yang tahu kemana mereka pindah. Sekarang ia menemukan Asri. Dewi berfikir apa yang akan dilakukannya. Ia ingin menyapa tapi diurungkannya.

"Lebih baik aku mengikutinya supaya tau dimana sekarang mereka tinggal," pikir Dewi. Karena itulah maka ia lebih baik menjauh dari sana dan mencari tempat bersembunyi supaya Asri tidak melihatnya. Tapi dimana? Asri kelihatannya sedang berbelanja dan bisa saja dia menemukannya. Dewi kemudian meletakkan barang belanjaan yang sudah dipilihnya, lalu keluar dari tempat itu. Ia ingin menunggu diluar sampai Asri selesai berbelanja kemudian mengikutinya.

 

Memang tidak lama Dewi menunggu karena tak lama kemudian  Asri sudah keluar dengan membawa belanjaan dan menuju kearah titipan sepeda motor.Dewi mencari cari barangkali ada taksi disekitar tempat itu. Dewi mendapatkannya dan langsung masuk supaya Asri tidak melihatnya. Ketika kendaraan Asri mulai berjalan, ia memerintahkan sopir taksi itu agar mengikutinya.

 

Sore itu Ongky pulang lebih awal. Sudah dua hari ia tak melihat Asri karena kesibukannya dikantor yang baru.Ia ingin kerumahnya setelah mandi nanti. Tapi sampai dirumah ia melihat ayahnya sudah menunggu. Ongky terkejut karena ayahnya tidak mengabarinya lebih dulu.

"Bapak kok tiba2 ada disini ? Kalau tau pasti Ongky akan menjemput bapak ke bandara."

"Tidak perlu, ada hal penting yang ingin bapak sampaikan. Lihat, perusahaan yang bapak beli dari Surya itu, ternyata aslinya bukan milik dia."

"Apa maksud bapak?"

"Ini milik Marsudi, yang meninggal karena kecelakaan itu."

"Tapi kenapa bapak bilang bahwa bapak membelinya dari pak Surya?"

"Surya itu bohong. Ternyata dia memalsukan semuanya."

"Darimana bapak tahu?"

"Bapak menemukan aslinya. Ini dari notarisnya Surya ketika masih hidup. Bapak tidak tau kenapa ini bisa terjadi."

"Mungkin sudah ada serah terima antara pak Marsudi dengan pak Surya. Pak Surya membelinya atau bagaimana?"

"Tidak mungkin, tapi bapak juga kurang tau. Bapak sudah menelponnya tapi belum berhasil juga. Kalau belum berhasil juga bapak ingin menyusulnya ke Amerika."

"Mengapa kita tidak menunggu saja sampai bisa menghubunginya?"

"Entahlah, tidak perlu secepat itu sih.. nanti bapak pikirkan lagi. Oh ya..ada lagi yang mencurigkan. Bekas sopir Marsudi itu masih ada disini. Ia bekerja pada notarisnya Marsudi. Tampaknya ia mengetahui sesuatu.Bapak harus menemukan sesuatu itu karena perusahaan yang bapak beli itu belum sepenuhnya menjadi milik kita. Ada dua surat kepemilikan disini.. dan itu bisa menjadi masalah.Bapak bisa kehilangan uang yang tidak sedikit."

"Baiklah, bapak istirahat dulu saja, Ongky akan buatkan bapak minum .."

"Ya.. bolehlah.. dingin aja le, udara panas sekali."

Ongky kebelakang untuk mengambilkan minuman untuk bapaknya, sementara pak Darman, bapaknya masih membolak balikkan surat2 yang tersebar dimeja tamu.

"Ini minumnya pak,"

"Terimakasih le, oh ya.. kamu itu mengapa tidak cepat2 mencari isteri? Lihat, kamu harus bikin minuman sendiri untuk bapak, lain kalau sudah ada perempuan yang bisa mendampingi kamu."

Ongky tertawa. :"Bapak tidak usah khawatir, Ongky sudah mendapatkannya."

Wajah pak Darman berseri. "Benarkah? Siapa gadis itu? Cantik kah?"

"Ya cantiklah pak, tapi kalau dia itu anak orang biasa, apakah bapak akan setuju?"

"Apa maksudmu orang biasa?"

"Maksud Ongky, bukan anak orang kaya, bukan anak pengusaha.. orang biasa lah."

"Anak orang seperti apa dia?"

"Anak orang biasa. Ibunya sudah tak ada, dan gadis itu punya kebun kecil untuk menjual bunga2."

"O, gadis penjual bunga? Bukan anak orang kaya, bukan anak pengusaha?"

"Ya pak, anak orang biasa."

"Tapi dia perempuan kan?"

Ongky ntertawa : "Ya iyalah pak.. masa bukan perempuan dijadikan isteri?"

"Dia baik?"

"Sangat baik.. tak ada duanya pak.." Ongky dengan bersemangat menceriterakan gadis pujaannya, dan pak Darman menganggukangguk. 

"Ajak dia kemari dan bapak akan melamar untuk kamu."

#ada lanjutannyalho#

 


No comments:

Post a Comment

RUMAH KENANGA DI TENGAH BELANTARA 12

  RUMAH KENANGA DI TENGAH BELANTARA  12 (Tien Kumalasari)   Sanusi dan Alvin mengikuti kakek bersorban itu dengan perasaan heran. Entah siap...