Monday, July 28, 2025

MAWAR HITAM 25

 MAWAR HITAM  25

(Tien Kumalasari)

 

Satria masih bengong ketika pak Asmat mendekat.

“Pak Satria kenal dia?” tanyanya.

“Oh, tidak … eh .. kenal ketika di ruang pak Andra.”

“Dulu pernah datang kemari dan mengaku kalau dia itu istri pak Andra.

Satria tersenyum miring. Ia pasti juga tahu tentang adanya suami istri itu. Perempuan itu yang memaksa, Sejenak pak Andra terlena, kemudian dia sadar bahwa Sinah hanya memaksa karena tahu kelemahan Andra.

“Apakah pak Satria percaya? Kami semua sudah tahu kalau istri pak Andra adalah  bu Andira yang badannya gede, tapi sebenarnya sangat cantik. Beliau sangat baik, ramah dan selalu bersikap santun walau kepada bawahan suaminya."

“Tampaknya memang meragukan, pak Andra sendiri tidak bersikap seperti seorang suami.”

“Kalau begitu mengapa pak Andra membiarkan perempuan itu bekerja di sini? Di divisi kita pula. Saya yakin tak akan ada yang suka.”

“Pasti ada alasan mengapa pak Andra mengijinkannya. Semoga hal ini tak akan berlangsung lama.”

“Benar, jangan sampai semuanya berantakan gara-gara dia. Lagipula mau diberi pekerjaan apa dia?”

“Nanti saya akan bicara dengan pak Andra,” kata Satria.

Tapi sebenarnya Satria sedang memikirkan perkataan Sinah saat ditelpon seseorang, entah siapa. Sepertinya dia marah-marah karena terlambat lapor, dia juga marah mengapa dia mengendarai sepeda motor. Adakah hubungan semua itu dengan percobaan penculikan yang  menimpa Dewi di hari kemarin?

Semuanya serba belum jelas, tapi mengapa perasaan Satria tiba-tiba mengarah ke sana?

“Ya sudah, pak Satria tidak perlu memikirkannya sekarang, mari kita lanjutkan pekerjaan kita,” kata pak Asmat pada akhirnya.

“Baiklah, tapi saya mau ketemu pak Andra dulu sebentar,” kata Satria sambil berdiri.

Ia keluar dan langsung menuju ke arah ruang direktur utama. Ia masuk setelah mengetuk pintu dan Andra mempersilakannya.

“Silakan pak Satria.”

Satria duduk di depan Andra. Tapi sebelum Satria membuka mulutnya, Andra sudah langsung mengatakan sesuatu.

“Dia minta ditempatkan di bagian keuangan, ya sudah, biarkan saja.”

“Lalu bagaimana dia, pekerjaan apa yang harus kami berikan?”

“Pak Satria kan sudah tahu semua permasalahan, jadi saya harap pak Satria bisa membantu saya.”

“Baiklah, saya mengerti.”

Walau Satria menjawab mengerti, sesungguhnya dia tidak mengerti. Yang tidak dimengerti ialah, akan diberi pekerjaan apa pegawai pemaksa yang melakukan sesuatu tanpa pemikiran yang waras. Tapi sekarang dia mengerti, Sinah memaksa ingin bekerja di situ karena ingin mendekati dirinya. Dan itu membuat Satria semakin muak mengingatnya.

Hanya saja Satria sebenarnya ingin mengungkap dalang penculikan yang menimpa Dewi, kekasih hatinya, jadi ia harus bersikap baik terlebih dulu.

“Apakah pak Satria memikirkan sesuatu? Bisa saja nanti dia disuruh merapikan almari file yang ada, atau menyusun laporan keuangan sesuai hari dan tanggal, pokoknya yang gampang-gampang.”

Satria mengangguk-angguk.

Tapi siang hari itu saat makan siang Satria menolak ketika Andra mengajaknya makan bersama. Ia ingin melakukan sesuatu, sehingga ia meminta ijin untuk makan di luar.

***

Siang hari itu rumah makan makan Mawar Hitam seperti hari-hari kemarin, masih sepi pengunjung. Bagus yang datang tergesa-gesa langsung memasuki kamar Sinah. Tak ada yang melarang karena sudah biasa Bagus datang dan bersikap seperti tuan rumah, sedangkan tuan Andra yang menurut mereka adalah suami Sinah, sudah lama tidak ‘pulang’.

Ketika masuk, Sinah juga baru saja duduk. Wajahnya muram. Kemarahan sejak ia menerima telpon di kantor Andra belum juga sirna. Ia tak mengira Bagus sebodoh itu. Menculik dengan sepeda motor?

“Sudah lama menunggu?”

“Mengapa baru tadi kamu melaporkan kegagalan kamu? Aku kira perempuan itu sudah berada dalam sekapan kamu. Betapa bodoh, begitu saja tidak berhasil.”

“Mau bagaimana lagi, aku kan tidak punya mobil? Punyaku hanya sepeda motor.”

“Kamu kan pegang uang, apa tidak bisa menyewa mobil untuk melakukan itu? Padahal hampir berhasil, dan ternyata gagal. Aku tidak mengira kamu tidak becus melakukannya.”

“Kamu tidak menyuruh aku menyewa mobil, atau kamu pinjamkan saja mobil kamu.”

“Bagus, aku tidak mengira kamu sebodoh ini. Aku serahkan semuanya sama kamu, dan berarti kamu sudah tahu hal terbaik yang bisa kamu lakukan. Bisa-bisanya kamu mengatakan bahwa aku harus menyuruhmu, atau harus meminjamkan mobil sama kamu?”

“Mana mungkin aku bekerja sendiri?”

“Kalau kamu pintar, maka kamu tidak membutuhkan orang lain untuk membantu kamu, apa lagi aku, yang sudah mengeluarkan uang banyak untuk itu.”

“Baiklah, aku akan mengulanginya. Apa aku tidak boleh meminjam mobil kamu?”

“Tidak. Bagaimana kalau mobil aku sudah banyak yang mengenalinya? Aku ini bukan orang biasa, sudah banyak yang mengenali mobil ini. Apa kamu akan mengajakku celaka bersama kamu?”

“Baiklah, tapi uang yang kamu berikan tinggal sedikit.”

“Yang kamu pikirkan hanya uang dan uang dan uang dan uang saja.”

“Lalu bagaimana aku bisa menyewa mobil kalau uangnya tinggal sedikit?”

Sinah membuka laci mejanya dan mengeluarkan setumpuk uang untuk Bagus, membuat mata Bagus bersinar terang. Ia memang sangat menyukai uang, dan sumber uang itu didapatnya hanya dari Sinah.

“Jangan senang dulu. Ini aku berikan tidak cuma-cuma. Dan aku minta kamu benar-benar berhasil. Kalau gagal lagi, jangan pernah mendekati aku dan jangan bermimpi mendapatkan uangku,” tandas kata Sinah.

“Baiklah Mawar, kamu jangan khawatir. Kali ini aku tak akan gagal,” katanya sambil berdiri.

Sinah mengikutinya keluar, dan kembali melontarkan pesan yang sangat tandas.

“Kali ini kamu harus berhasil! Jangan lagi memakai sepeda motor.”

Bagus mengangguk dan berlalu, setelah memasukkan uangnya lebih ke dalam di sakunya.

Sinah ingin kembali masuk, ketika kemudian dilihatnya seseorang sedang makan di sebuah meja.

“Satria? Eh, pak Satria?”

Satria mengangkat wajahnya. Sudah lama ia memperhatikan Sinah dan laki-laki tampan yang kemudian bergegas keluar setelah Sinah berpesan wanti-wanti. Tapi kemudian ia menundukkan wajahnya, pura-pura makan dengan lahap.

Dengan melenggang manis Sinah mendekat.

“Pak Satria, ternyata Anda makan siang di sini? Tahu begitu tadi aku tungguin dan kita bisa pergi bersama-sama.”

“Saya sedang  bertugas ke bank, tadi. Lalu ketika lewat tempat ini, saya ingat bahwa sebenarnya saya lapar. Jadi saya mampir.”

“Senang sekali melihat pak Satria makan. Biar saya temani ya,” katanya sambil melambaikan tangannya ke arah pelayan. Pelayan sudah tahu apa maksud majikan. Isyarat itu mengatakan bahwa sang majikan ingin makan dan makanan kesukaannya ...  mereka sudah sangat mengerti.

“Rumah makan ini akan dijual ya? Saya membaca tulisannya di depan,” kata Satria yang pura-pura bersikap manis.

“Iya Pak, saya sudah lelah mengurus usaha ini. Ada saingan yang menjatuhkan usaha saya, dan saya memilih mundur.”

“Lalu bu Mawar ingin menjadi karyawan pak Andra?”

“Ya, begitulah. Saya tinggal mengerjakan sesuatu, lalu mendapatkan gaji. Bukan berusaha mati-matian, bersaing, berhitung untung rugi, bukankah itu sangat melelahkan?”

“Berarti bu Mawar memang bukan pengusaha.”

“Benar, pengusaha itu sangat capek. Banyak pikiran. Kalau situasi seperti ini, saya benar-benar putus asa.”

Pelayan menghidangkan pesanan Sinah, lalu ia makan dengan lahap.

“Saya heran sampai sekarang belum menemukan pembeli yang cocok.”

“Harganya terlalu mahal, barangkali.”

“Kebanyakan bukan karena harga. Mereka mengatakan tempatnya kurang strategis. Iyalah, dulu ketika belum ada saingan, rumah makan ini sangat ramai, karena dekat perkantoran-perkantoran. Tapi sejak ada yang mendirikan rumah makan di sebelah sana, saya jadi malas melanjutkan usaha ini.  Kalau sampai akhir bulan belum juga laku, saya akan menutup saja rumah makan ini.”

“Kasihan karyawan-karyawannya. Mereka akan kehilangan mata pencaharian.”

“Anda kasihan kepada mereka, tapi tidak kasihan kepada aku.”

“Anda sudah kaya, tidak pantas dikasihani.”

Sinah terkekeh. Tapi ia senang bisa berbincang dengan laki-laki yang diimpikannya siang dan malam.

Satria bukan tak sadar saat Sinah terus mengawasinya, tapi ia pura-pura menikmati makanannya.

“Setelah ini saya mau ke toko pakaian. Pak Andra menyuruh saya berpakaian lebih baik. Dia tidak suka pakaian yang saya kenakan.”

“Lebih baik begitu.”

“Maukah pak Satria ikut bersama saya?”

“Tidak mungkin, saya kan sedang bekerja. Saya datang kemari karena kebetulan lewat setelah dari bank.”

“Nanti saya bilang pada pak Andra, kalau dia menegur Anda. Percayalah, Anda tidak akan kena tegur.”

“Bukan masalah kena tegur atau tidak. Saya hanya karyawan, harus mematuhi aturan. Sekarang saya sudah selesai,” katanya sambil membuka dompetnya.

“Eh jangan. Hari ini karena ketemu pemilik rumah makan, maka pak Satria tidak usah membayar. Gratis.”

“Tidak bisa begitu, saya harus membayar, sesuai ketentuan,” katanya sambil meletakkan selembar uang yang sekiranya cukup untuk membayar apa yang sudah dimakan dan diminumnya, lalu dia berdiri.

“Pak Satria, mengapa menolak kebaikan saya? Bukankah besok kita akan menjadi rekan kerja?”

Satria hanya tersenyum, tapi ia kemudian bergegas melangkah keluar. Ia sudah menemukan sesuatu yang kemudian dicatatnya. Laki-laki yang menemui Sinah, apakah dia pelaku penculikan itu? Dia pergi dengan sepeda motor. Dan Sinah berpesan agar jangan menggunakan sepeda motor. Dengan mobil?

Satria kembali ke kantor dengan masih saja mengotak atik segala kemungkinan yang terjadi.

***

Pagi harinya Sinah sudah sampai di kantor Andra, langsung memasuki ruang kantornya.

Andra menatapnya, dan tak mengucapkan apapun melihat Sinah sudah dengan mengenakan pakaian yang lebih santun.

“Bagaimana penampilan aku?” tanyanya sambil tersenyum manis.

“Kamu akan mulai hari ini juga?”

“Tentu saja Mas, dan aku minta, Mas memperkenalkan aku kepada semua karyawanmu, bahwa aku adalah karyawan baru di sini.”

“Tidak usah diperkenalkan. Mereka sudah tahu.”

“Mereka sudah tahu kalau aku istri Mas?”

“Bukan itu. Aku kan sudah bilang bahwa kamu aku ceraikan?”

“Tidak begitu, mengapa harus cerai? Aku akan lebih terhormat kalau menjadi istri kamu.”

“Aku sudah bilang kalau kamu kerja di sini, aku akan menceraikan kamu. Apa kamu lupa? Mulai detik ini kamu sudah bukan istriku. Aku sudah mengurusnya.”

Sinah diam, dulu dia sudah sanggup diceraikan, dan dia sudah senang bisa berdekatan dengan Satria.

“Aku ke ruang keuangan sekarang?”

“Hm,” hanya itu jawaban Andra.

Tapi sebenarnya Andra masih berpikir, bahwa tak cukup menceraikannya, karena mulut Sinah bisa sangat berbahaya. Ia selalu ingat saran Satria, bahwa yang terbaik adalah berterus terang kepada istri dan mertuanya. Ia sedang mengumpulkan keberaniannya.

***

Sinah melenggang dengan langkah dibuat-buat. Walau pakaiannya lebih santun tapi sepatu hak tingginya mengeluarkan ketukan yang menarik perhatian semua orang.

Begitu memasuki kantor keuangan, ia langsung menuju ke meja Satria, dimana Satria baru saja duduk di kursi kerjanya.

“Pak Satria, saya bawakan sarapan pagi untuk pak Satria,” katanya cukup keras dan itu menarik perhatian semua orang yang ada di ruangan itu. Sontak semuanya menatap ke atas meja Satria, dimana sebuah rantang susun tiga terletak di sana.

“Bu Mawar, jangan melakukan hal seperti ini. Saya sudah sarapan dan tidak bisa makan lagi.”

“Tidak apa-apa pak Satria, bisa dimakan nanti siang, tidak akan basi kok.”

Satria memindahkan rantang itu ke meja kecil  di sampingnya. Sinah masih tersenyum, karena Satria tidak menolaknya. Tidak apa-apa di makan nanti siang, asalkan dia menerima pemberiannya.

“Bu Mawar. Sekarang mulailah bekerja.”

“Oh, tentu, apa yang harus saya kerjakan?”

“Almari di depan itu, saya lihat agak berantakan. Tolong bu Mawar merapikannya.”

“Apa? Aku disuruh merapikan almari? Lalu di mana meja kerja saya?” tanyanya dengan mata melotot tak senang.

“Di sudut itu adalah meja Anda, bu Mawar, dan saya diperintahkan pak Andra agar Anda merapikan isi almari itu dulu.”

“Keterlaluan!!” Sinah mengumpat, dan yang ada di ruangan itu menahan senyuman  mereka.

Ketika itu seorang OB masuk, membawa nampan beberapa gelas berisi minuman, yang ke mudian diletakkannya di setiap meja.

“Mas, meja yang di sudut itu meja bu Mawar, taruh minumannya di sana. Setelah itu Mas bawa rantang ini untuk sarapan ya?”

Mawar yang dengan kesal menuju ke arah almari dimana ia kemudian membukanya, menoleh dengan marah mendengar perkataan terakhir Satria.

***

Besok lagi ya.

 

49 comments:

  1. Matur nuwun mbak Tien-ku Mawar Hitam telah tayang

    ReplyDelete
  2. Alhamdulilah, maturnuwun bu Tien " Mawar Hitam episod 25" sampun tayang, Semoga bu Tien selalu sehat dan juga Pak Tom bertambah sehat dan semangat, semoga kel bu Tien selalu dlm lindungan Allah SWT aamiin yra 🤲🤲

    Salam hangat dan aduhai aduhai bun 🩷🩷

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin Yaa Robbal'alamiin
      Matur nuwun ibu Sri
      Aduhai Aduhai

      Delete
  3. Alhamdulillah MAWAR HITAM~25 sudah hadir. Maturnuwun Bu Tien, semoga panjenengan beserta keluarga tetap sehat dan bahagia serta selalu dalam lindungan Allah SWT.
    Aamiin YRA..🤲

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin Yaa Robbal'alamiin
      Matur nuwun pak Djodhi

      Delete
  4. Alhadamdulillah
    Terimakasih bunda tien
    Semoga bunda Tien dan pak Tom selalu sehat

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin Yaa Robbal'alamiin
      Matur nuwun ibu Salamah

      Delete
  5. Alhamdulillah.Maturnuwun Cerbung " MAWAR HITAM 25 " sudah tayang
    Semoga Bunda dan Pak Tom Widayat selalu sehat wal afiat .Aamiin

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin Yaa Robbal'alamiin
      Matur nuwun pak Herry

      Delete

  6. Alhamdullilah
    Matur nuwun bu Tien
    Cerbung *MAWAR HITAM 25* sdh hadir...
    Semoga sehat dan bahagia bersama keluarga
    Aamiin...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin Yaa Robbal'alamiin
      Matur nuwun pak Wedeye

      Delete
  7. 💚☘️💚☘️💚☘️💚☘️
    Alhamdulillah 🙏😍
    Cerbung eMHa_25
    sampun tayang.
    Matur nuwun Bu, doaku
    semoga Bu Tien selalu
    sehat, tetap smangats
    berkarya & dlm lindungan
    Allah SWT. Aamiin YRA.
    Salam aduhai 💐🦋
    💚☘️💚☘️💚☘️💚☘️

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin Yaa Robbal'alamiin
      Matur nuwun jeng Sari
      Aduhai

      Delete
  8. Alhamdulillah dah baca, bagus satria memperlakukan sinah disuruh membersihkan lemari, dan
    Makanan d kasih ke ob good satria
    Makasih Bunda

    ReplyDelete
  9. Matur nuwun Bu Tien, semoga Ibu sekeluarga sehat wal'afiat....

    ReplyDelete
  10. Alhamdulillah sudah tayang... semakin asyiik, sinah akn trsiksa dg sendirinya... terima kasih Mbu Tien..
    Sehat sllu bersama keluarga trcnta..

    ReplyDelete
  11. Alhamdulillah Mawar Hitam dah tayang, bagus sekali sikap Satria, mudah2an satria sikapnya tetap tegar,berwibawa dapat membantu keruwetan Andra, tidak tergoyah oleh rayuan Sinah.... Maturnuwun Bu Tien, tetap sehat semangat dan bahagia bersama Kel tercinta.🙏🙏

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin Yaa Robbal'alamiin
      Matur nuwun ibu Tatik

      Delete
  12. Hatur nuhun bunda MH 25 nya..slmt mlm dan slm seroja unk bunda bersm pak Tom 🙏🥰❤️🌹

    ReplyDelete
  13. Syukurin Sinah cah gemblung...tp bagus jg tokoh antagonisnya😀😀😀
    Alhamdulillah
    Syukron nggih Mbak Tien❤️🌹🌹🌹🌹🌹

    ReplyDelete
  14. Alhamdulillah Mawar Hitam sudah tayang
    Terima kasih bunda Tien
    Semoga bunda dan Pak Tom Widayat sehat walafiat
    Salam aduhai hai hai

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin Yaa Robbal'alamiin
      Matur nuwun ibu Endah
      Aduhai hai hai

      Delete
  15. Alhamdulillah, MAWAR HITAM(MH) 25 telah tayang, terima kasih bu Tien, semoga Allah senatiasa meridhoi kita semua, aamiin yra.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin Yaa Robbal'alamiin
      Matur nuwun ibu Uchu

      Delete
  16. Satria sudah ada gambaran tentang Sinah, jadi mempunyai rencana penanganannya. Cuma caranya bagaimana, kan dia harus bekerja tidak mungkin sambil mengawasi Dewi.

    Salam sukses mbak Tien yang Aduhai semoga selalu sehat bersama keluarga aamiin.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin Yaa Robbal'alamiin
      Matur nuwun pak Latief

      Delete
  17. matur nuwun Bunda Tien, barokalloh ...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin Yaa Robbal'alamiin
      Matur nuwun ibu Yulian

      Delete
  18. Terima kasih Bunda, cerbung Mawar Hitam 25...sdh tayang.
    Sehat selalu dan tetap semangat nggeh Bunda Tien.
    Syafakallah kagem Pakdhe Tom, semoga Allah SWT angkat semua penyakit nya dan pulih lagi seperti sedialakala. Aamiin

    Satria tinggal tanya ke Dewi...ciri2 anak muda yang akan menculik nya, apa benar sama yng dia jumpai di RM Mawar Hitam, yang akrab dengan dengan Sinah.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin Yaa Robbal'alamiin
      Matur nuwun pak Munthoni

      Delete
  19. Alhamdulillaah, Matur nuwun Bu Tien, salam sehat wal'afiat semua ya 🙏🤗🥰💖🌿🌸

    Waduh, nyonya besar kepala kena skak Satria,,, keseruan apa lagi nih, dah disuruh beresin rak file , makanan nya dikasih ke OB ... mantab bikin penasaran 😁🤭

    ReplyDelete
  20. Satria orang yang tegas, tak memberi kesempatan pada Sinah...
    Terimakasih Mbak Tien...

    ReplyDelete

MAWAR HITAM 26

  MAWAR HITAM  26 (Tien Kumalasari)   Sinah sudah membuka almari file yang ditunjuk Satria, tapi kemudian dia membalikkan tubuhnya. Ia melih...