M E L A T I 34
(Tien Kumalasari)
Daniel masih saja melangkah, lemah tubuhnya tak dirasakannya. Bukan karena tubuhnya lemah, tapi karena ia seperti kehilangan semangat, jadi membuat pikirannya tidak tertata. Daniel seorang yang kuat. Dari hidup sengsara sebagai anak keluarga tak punya, sampai menjadi anak pungut seseorang, yang dijalani dengan segala keprihatinan yang ada, seakan menempa jiwa raganya menjadi kokoh. Tapi ketika cinta menyakitinya, semuanya seakan lenyap. Mana keperkasaan itu? Mana kegagahan yang mengiringi tubuhnya yang kokoh sempurna?
Hari yang mulai remang tak dirasakannya, keringat yang membasahi tubuhnya hingga ke baju yang dipakainya, membuatnya begitu kuyu dan memprihatinkan. Ia merasa telah salah melangkah. Ia kehilangan akal sehatnya, setelah Melati menolaknya. Hal yang tak pernah disangkanya. Sikapnya yang selalu manis, lembut dan mempesona, seharusnya bukan sesuatu yang kemudian membuatnya menolak cintanya. Ini adalah mimpi buruk.
Di sebuah perempatan, ada sebuah bangku, terletak di depan sebuah toko yang sudah tutup. Daniel meletakkan pantatnya dengan lesu. Tubuhnya bersandar pada pintu yang tertutup, menatap ke arah depan tapi tak jelas apa yang dilihatnya. Matanya menatap kosong, seperti hatinya.
Ketika lampu trafic light menunjukkan warna merah, sebuah mobil mewah berhenti. Pengemudinya seorang gadis. Ketika ia menoleh ke arah kiri jalan, matanya terbelalak. Ia merasa seperti bermimpi. Benarkah laki-laki lusuh itu Daniel, laki-laki yang dikaguminya? Pengemudi cantik itu membawa mobilnya ke arah pinggir, dan berhenti di sana. Ia turun dan mendekatinya dengan tergesa. Semakin dekat, ia yakin bahwa itu memang Daniel.
“Mas, apa yang Mas lakukan di sini?” tanyanya sambil mendekat.
Daniel menatap wanita yang berdiri di depannya. Matanya yang tak bersinar, seperti tak mengenalinya.
“Mas Daniel, aku Nurin,” kata Nurin yang mengira Daniel tak jelas melihatnya berhubung hari mulai temaram.
“Mau apa kamu kemari?”
“Aku heran melihat Mas duduk di sini. Ada apa? Mas juga tampak lusuh begitu?”
“Pergilah.”
“Tidak, mas tampak sedang kacau, ayo aku antar pulang.”
Daniel tak menjawab. Tapi ia tak menolak ketika Nurin menarik tangannya, dan membawanya masuk ke dalam mobil.
Nurin membawa laju mobilnya, dan sesekali melihat ke arah samping.
“Apa yang terjadi?”
Daniel tak menjawab.
“Bukankah di rumah Nilam tadi Mas tampak baik-baik saja?”
“Aku ingin pulang.”
“Ya, nanti aku antar pulang.”
Tapi Nurin tidak membawanya ke rumah Daniel.
***
Baskoro sudah ada di rumah sejak sejam yang lalu. Tapi ia tak melihat Daniel pulang. Baskoro mengira bahwa Daniel masih ada di rumah adiknya. Teh yang disiapkannya untuk Daniel sudah dingin, begitu juga sepiring gorengan yang dibelinya saat pulang, yang tadinya masih panas karena baru diangkat dari penggorengan.
“Mengapa belum pulang juga, padahal nanti kan dinas malam,” gumamnya sambil menghabiskan sepotong singkong goreng yang mulai dingin.
Baskoro mengambil ponselnya, dan berusaha menelponnya, tapi tidak diangkat. Lalu Baskoro menelpon Nilam.
“Ya Pak?”
“Nilam, apa nak Daniel masih di situ? Saya menelponnya tapi tidak diangkat.”
“Lhoh, mas Daniel sudah pulang sejak sore. Apa belum sampai di rumah?”
“Belum, itu sebabnya aku menelpon kamu. Soalnya dia dinas malam hari ini. Biasanya sudah bersiap-siap berangkat sebelum jam delapan.”
“Barangkali mampir beli sesuatu, atau belanja sesuatu. Tadi sebenarnya mau diantar mas Wijan, tapi dia menolak, katanya mau mampir-mampir, begitu.”
“Oh, begitu ya? Barangkali mampir belanja sesuatu. Tapi tidak biasanya nak Daniel pergi sampai malam, sementara harusnya dia sudah bersiap di jam segini.”
“Coba Bapak tunggu sebentar. Barangkali belum selesai belanjanya.”
“Baiklah kalau begitu.”
Baskoro menutup ponselnya dengan perasaan tak menentu. Tak biasanya Daniel mengabaikan waktu dinasnya. Berkali-kali dia mencoba menelpon, tapi tetap saja tak ada jawaban. Padahal sepertinya ponsel Daniel tidak mati.
“Mungkin di silent sehingga dia tak mendengar.”
***
“Siapa yang menelpon?” tanya Wijan yang baru keluar dari kamar mandi.
“Pak Baskoro. Dia mencari mas Daniel.”
“Belum sampai ke rumah? Bukankah pulangnya sudah sejak sore?”
“Itu sebabnya, pak Baskoro menanyakannya. Soalnya dia juga harus dinas malam hari ini. Biasanya jam segini sudah siap-siap, katanya.”
“Tadi aku antar nggak mau.”
“Jangan-jangan ke rumah Melati. Aku menelponnya juga tidak diangkat.”
“Coba kamu telpon Melati.”
“Baiklah, soalnya pak Baskoro juga bingung. Biasanya jam segini sudah bersiap kalau harus dinas malam.”
Nilam memutar nomor Melati, yang langsung dijawab. Tapi Melati juga tidak tahu Daniel pergi ke mana.
“Jadi mas Daniel tidak mampir kemari?”
“Tidak, bu Nilam. Memangnya tadi pamit ke mana?”
“Pamit pulang, setelah ada acara di rumah tadi. Tapi pak Baskoro kebingungan, karena sampai sekarang belum sampai di rumah. Padahal dia harus dinas malam hari ini.”
“Bu Nilam sudah menelponnya?”
“Berkali-kali. Tapi tidak diangkat.”
“Mungkin pergi sama … sama …. “ Melati ragu mengatakannya. Tapi Nilam segera tahu siapa yang dimaksud.
“Nurin?”
“Mungkin saja.”
“Nurin sudah pulang duluan tadi, begitu acara selesai, tapi mas Daniel masih berbincang dengan mas Wijan, agak lama.”
“Bukankah tadi … datangnya bersama mbak … Nurin?”
“Ya, katanya Nurin nyamperin di rumah mas Daniel. Tapi pulangnya nggak mau bareng kok.”
“Ke mana ya?” Melati juga bingung.
“Ya sudah Mel, aku tanya pak Baskoro lagi, barangkali sudah sampai di rumahnya.”
Begitu meletakkan ponselnya, Melati juga ikut gelisah. Kalau semua orang bingung mencarinya, pasti ada sesuatu yang tidak wajar. Bagaimanapun, Daniel adalah seseorang yang masih menempati hatinya, walaupun dia menolak untuk mengatakan cinta. Kalau terjadi sesuatu pada Daniel … bagaimana?
“Ada apa Mel? Kamu kok seperti orang bingung begitu. Ada yang menelpon ya, siapa tadi?”
“Bu Nilam, dia mengira mas Daniel ada di sini.”
“Sudah beberapa hari nak Daniel tidak datang kemari.”
“Iya.”
Melati mengira Daniel sedang bersama Nurin, tapi Nilam mengatakan bahwa Nurin sudah pulang lebih dulu. Ada rasa sedikit lega mendengarnya. Tapi kelegaan itu kemudian surut, ketika dia punya pemikiran yang lain. Bisa saja kemudian Daniel pergi kerumahnya kan? Melati mengibaskan perasaan gelisah yang tiba-tiba kembali mengusiknya. Ia pergi ke dapur untuk mempersiapkan makan malam. Tapi oleh rasa yang ikutan khawatir seperti juga Nilam, lebih dulu ia mencoba mengirimkan pesan singkat kepada Daniel, yang menanyakan dirinya ada di mana. Hanya centang dua, dan belum dibaca. Melati membiarkannya.
***
Suri yang sedang santai pun tak luput dari pertanyaan Nilam, yang mengira Daniel menemui Nugi.
“Tidak. Kan tadi sudah seharian bersama Nugi di rumah kamu?” kata Suri.
“Itulah, tapi semua orang mencari dia.”
“Kok aneh. Tapi nak Daniel bukan anak kecil, masa dia menghilang begitu saja. Pasti dia sedang ada perlu. Mungkin beli sesuatu. Atau, kamu sudah bertanya pada Baskoro?”
“Justru tadi pak Baskoro yang bingung menunggunya.”
“Masalahnya, dia harus dinas malam. Tak biasanya dia mengabaikan tugasnya.”
“Jangan-jangan langsung ke rumah sakit.”
“Dengan pakaian yang tadi? Mana mungkin Bu.”
“Atau jangan-jangan pergi sama perempuan yang genit itu, ah … siapa namanya? Ibu nggak suka sama dia.”
“Nurin? Tidak Bu, Nurin sudah pulang lebih dulu.”
“Kan datangnya bareng, tadi?”
“Tapi pulangnya tidak bareng. Mas Daniel masih tinggal lama sebelum kemudian pamit. Tapi coba Nilam telpon ke rumah sakit dulu Bu, barangkali seperti dugaan ibu, dia langsung ke rumah sakit.”
Suri juga merasa heran, bagaimana seorang dewasa dan pintar bisa membuat orang kebingungan mencari keberadaannya?
“Masa orang dewasa bisa hilang,” gumam Suri.
“Siapa yang hilang Bu?” tiba-tiba Nugi yang mendengarnya juga ikut bertanya.
“Bukan hilang. Mbak Nilam mencari om kamu, kenapa belum pulang ke rumah. Dia mengira om mu mampir kemari,” terang Suri.
“Tadi Nugi mengajak om Daniel ke rumah kita, tapi om Daniel bilang mau dinas malam.”
“Itulah, mau dinas malam kok belum pulang juga.”
“Kenapa tidak bertanya sama pak Tua? Pasti pak Tua tahu.”
“Tidak, pak Tua kamu itu juga tidak tahu.”
“Om Daniel jalan-jalan, kenapa tidak mengajak Nugi?”
“Kamu itu, orang lagi bingung, kenapa kamu mikir jalan-jalan?”
“Kenapa bingung, Bu?”
“Sudahlah, lanjutkan belajarnya, ayo ibu tungguin.”
***
Tapi Nilam akhirnya juga kecewa. Daniel belum sampai di rumah sakit, bahkan mereka juga menanyakan, kenapa Daniel belum datang.
“Ya Tuhan, kemana perginya mas Daniel? Meskipun dia bukan anak kecil, tapi tak biasanya dia mengabaikan tugasnya seperti hari ini. Pasti ada sesuatu yang terjadi,” gumamnya.
“Kita tunggu saja dulu, barangkali motornya mogok,” kata Wijan.
“Mogok gimana sih Mas, bukankah tadi mas Daniel tidak membawa motor? Mas sendiri yang ingin mengantarkan tadi.”
“Oh iya, aku lupa. Ya sudah, mau dicari ke mana, tujuannya saja kita nggak tahu. Lebih baik kita tunggu saja,” kata Wijan sambil merangkul istrinya, berharap bisa menenangkannya.
***
Apa yang sebenarnya terjadi pada Daniel, sehingga semua orang mengkhawatirkannya? Bukankah Nurin sudah menemukannya dan membawanya pergi dari tempat di mana dia duduk termangu seperti orang kebingungan?
Tapi justru karena bertemu Nurin itulah kemudian sesuatu yang tak terduga telah terjadi.
Dalam perjalanan membawa Daniel, Nurin berhenti di sebuah apotek. Ia masih punya resep yang baru dibelinya separo, ketika pada suatu hari sakit agak serius.
“Mas tunggu di sini ya, aku mau beli obat. Keliatannya Mas sakit.”
“Aku tidak sakit,” kata Daniel.
“Tidak, Mas itu sakit. Pokoknya tunggu sebentar, jangan ke mana-mana.”
Nurin turun, yang walaupun sudah berpesan agar Daniel jangan pergi, tapi dia tetap mengunci pintu mobilnya.
Daniel diam saja. Ia sedang berusaha menemukan dirinya yang beberapa saat lalu seperti orang kehilangan arah. Ia mencari ponsel dan membukanya. Ada banyak panggilan masuk, ada pesan yang terkirim. Semuanya justru membuatnya pusing. Ia tak ingin membacanya, apalagi membalasnya. Tapi ketika sebuah pesan lagi dan terakhir dibacanya. Ia benar-benar membuka matanya. Melati mengirimkannya pesan?
“(Mas Daniel ada di mana? Semua orang mencari Mas)”
Daniel tertegun. Hanya satu pesan itu yang membuatnya tersentuh. Ia ingin menelponnya. Ah tidak, ia ingin membalas pesannya saja. Tapi belum sampai ia menekan sebuah huruf pun, pintu mobil terbuka. Nurin masuk dengan membawa sebotol air minum, dan sebungkus obat.
“Mas, minumlah obat ini dulu, agar Mas merasa lebih tenang,” kata Nurin sambil memberikan botol air minum itu dan dua butir obat yang sudah dilepaskannya dari blisternya.
Daniel menerimanya. Ia memang merasa tidak tenang. Tanpa curiga dia menelan obat yang diberikan, dan meneguk air minum sampai setengah botol.
Nurin tersenyum senang. Ia kembali menjalankan mobilnya.
Daniel kembali memegang ponselnya. Tadi ia ingin menjawab pesan singkat yang dikirimkan Melati. Lalu ia menuliskannya.
“Aku baik-baik saja, jangan khawatirkan aku”
Tapi tiba-tiba kepalanya terasa sangat berat. Pesan yang ditulis belum sempat dikirimkannya, lalu ia memasukkan kembali ponselnya ke dalam saku bajunya.
“Mas ….” panggil Nurin.
“Belum sampai rumah?” suara Daniel terdengar lemah.
“Belum, bersabarlah. Ini harus memutar, karena jalannya satu arah,” katanya sambil melirik ke arah Daniel.
“Kepalaku pusing.”
“Tidur saja. Nanti setelah sampai di rumah pasti terasa lebih enteng.”
Daniel tak menjawab. Bayangan Melati tiba-tiba muncul. Daniel kembali meraba ponsel di sakunya. Ia ingin menelpon Melati, karena sepertinya Melati tak menjawab pesan singkatnya. Daniel tak sadar bahwa dia belum mengirimkan pesan yang sudah ditulisnya.
Tapi Nurin menahan tangannya.
“Mas mau apa?”
“Melati ….” suaranya seperti berdesah.
Nurin merasa sedikit kesal. Dalam keadaan setengah sadar, nama Melati yang disebutnya. Jadi dia tidak tertarik pada dirinya? Dengan kesal dia menahan tangan Daniel yang ingin mengambil ponsel.
“Mas tidur saja dulu.”
“Kepalaku rasanya berat.”
“Kan sudah minum obat, nanti sesampai di rumah, mas bisa tidur dengan nyaman.”
Nurin terus memacu mobilnya. Bukan ke rumah Daniel, tapi ke rumahya sendiri.
***
Besok lagi ya.
🐶🐱🐭🐹🐰🦊🐶🐱🐭
ReplyDeleteAlhamdulillah.....
MELATI_34 sdh tayang tepat pada waktunya.
Terima kasih Budhe....
Wilujeng dalu, sugeng aso salira...
Duh Nurin.... Nurin....
dimana letak harga dirimu sebagai seorang perempuan? Memalukan...
Apa maksude, jal???
Apa yang ada di benakmu? 😡😡😡
🐶🐱🐭🐹🐰🦊🐶🐱🐭
Sami2 mas Kakek
Delete🌻🌼🌻🌼🌻🌼🌻🌼
ReplyDeleteAlhamdulillah 🙏🦋
MELATI 34 sdh tayang.
Matur nuwun Bu Tien
yang baik hati.
Semoga Bu Tien tetap
sehat & smangaats.
Salam Seroja...🌹😍
🌻🌼🌻🌼🌻🌼🌻🌼
Aamiin Yaa Robbal'alamiin
DeleteMatur nuwun ibu Sari
Matur nuwun mbak Tien-ku Melati tayang
ReplyDeleteSami2 pak Latief
Delete❤️🌹❤️🌹❤️🌹❤️🌹❤️🌹
ReplyDeleteAlhamdulillah......
Melati_34 sdh tayang.
Matur sembah nuwun Mbak Tien, salam sehat, salam ADUHAI
❤️🌹❤️🌹❤️🌹❤️🌹❤️🌹
Sami2 bu Djoko
DeleteSalam sehat juga
Alhamdulillah..
ReplyDeleteSyukron nggih Mbak Tien 🌹🌹🌹🌹🌹
Sami2 ibu Susi
DeleteAlhamdulillah tayang *MELATI* ke tiga puluh empat
ReplyDeleteMoga bunda Tien sehat selalu doaku
Aamiin yaa Rabbal'alamiin
Aamiin Yaa Robbal'alamiin
DeleteMatur nuwun jeng In
Hamdallah...cerbung Melati 34 telah tayang
ReplyDeleteTaqaballahu Minna Wa Minkum
Terima kasih Bunda Tien
Sehat selalu Bunda, bahagia bersama Keluarga di Sala. Aamiin
Daniel, datang lah ke rumah Melati. Kamu utarakan lagi cinta mu ke Melati. Apakah krn ada Nurin, sehingga Melati menjauhi mu. Katakan kpd nya, bahwa kamu tidak mencintai Nurin.
Aamiin Yaa Robbal'alamiin
DeleteMatur nuwun pak Munthoni
Matur nuwun mbakyu, postingnya hampir selalu dekat2 jam 19:00.
ReplyDeleteSangat memudahkan
Sami2 mas Koko
DeleteTrmksh mb Tien, smg sht sll
ReplyDeleteSami2 Yangtie
DeleteAlhamdulillah .... trimakasih bu Tien .... semoga sehat selalu
ReplyDeleteAamiin Yaa Robbal'alamiin
DeleteMatur nuwun ibu Endang
Alhamdulillah...
ReplyDeleteMaturnuwun Bu Tien 🙏
Sami2 ibu Indrastuti
DeleteMaturnuwun bu Tien Melati 34 sampun tayang ...
ReplyDeleteWalah ...nurin nurin ... kok nekat banget toh...
Salam sehat dan aduhai katur ibu Tien
Sami2 ibu Sri
DeleteSalam sehat aduhai deh
Terima kasih Mbu Tien melati sdh tayang... wah... mulai menegangkn kmbali... sehat² sllu bersma keluarga trcnta....
ReplyDeleteAamiin Yaa Robbal'alamiin
DeleteMatur nuwun pak Zimi
Alhamdulillah, Melati sdh tayang, matur nwn bu Tien, semoga sehat selalu 🤲
ReplyDeleteAamiin Yaa Robbal'alamiin
DeleteMatur nuwun pak Bams
Alhamdulillah MELATI~34 sudah hadir, terimakasih bu Tien, semoga sehat & bahagia senantiasa bersama keluarga.
ReplyDeleteAamiin yra..🤲.
Aamiin Yaa Robbal'alamiin
DeleteMatur nuwun pak Djodhi
Alhamdulillah, MELATI 34 telah tayang, terima kasih bu Tien, salam sehat, sejahtera dan bahagia selalu bersama keluarga. Aamiin.
ReplyDeleteUR.T411653L
Aamiin Yaa Robbal'alamiin
DeleteMatur nuwun ibu Uchu
Alhamdulillah.... Terima kasih Bunda, semoga sehat selalu
ReplyDeleteAamiin Yaa Robbal'alamiin
DeleteMatur nuwun ibu Tutus
Waah...gawat nih Nurin, kenapa taktik Hesti yang ditirunya? Apa sudah lupa pesan Nilam untuk berlaku sebagai wanita terhormat dalam mendekati Daniel?☹️
ReplyDeleteTerima kasih, ibu Tien. Salam sehat selalu.🙏🙏🙏
Sami2 ibu Nana
DeleteSalam sehat juga
ReplyDeleteAlhamdullilah
Cerbung *MELATI 34* telah. hadir
Matur nuwun bu Tien
Semoga sehat bahagia bersama keluarga
Aamiin...
.
Aamiin Yaa Robbal'alamiin
DeleteMatur nuwun pak Wedeye
Sugeng Dalu matur nuwun salam Bagas waras
ReplyDeleteSami2 sugeng dalu mbak Yaniiiik
DeleteAlhamdulillah
ReplyDeleteMelati 34 sudah tayang
Terimakasih bunda Tien K, semoga selalu sehat ,semangat, bahagia bersama keluarga dan selalu dalam lindungan Allah SWT
Aamiin
Salam sehat nan Aduhai dari Banjarmasin
Aamiin Yaa Robbal'alamiin
DeleteMatur nuwun Anrikodk
Salam hangat dari Solo
Alhamdulillah
ReplyDeleteTerimakasih bunda Tien
Semoga bunda selalu sehat
Aamiin Yaa Robbal'alamiin
DeleteMatur nuwun ibu Salamah
Alhamdulillah . .
ReplyDeleteMelati 34 sdh tayang.
Matur nuwun Bunda Tien
Semoga selalu sehat wal'afiat, bahagia & semangat. Aamiin 🤲.
Salam Seroja...😍
Aamiin Yaa Robbal'alamiin
DeleteMatur nuwun ibu Ermi
Alhamdulillah
ReplyDeleteTerima kasih bunda Tien
Semoga sehat walafiat , salam aduhai hai hai
Aamiin Yaa Robbal'alamiin
DeleteMatur nuwun ibu Endah
Aduhai hai
Alhamdulillah.semoga Bunda selalu sehat wal afiat,apakah cinta melati bisa berlabuh pada Daniel .kisah hebat 👍
ReplyDeleteMaturnuwun🌷🌻🙏🙏
Aamiin Yaa Robbal'alamiin
ReplyDeleteMatur nuwun pak Herry
Lhooo.... koq kena jebakan burung nuri to mas Daniel?!
ReplyDeleteMatur nuwun, bu Tien
ReplyDeleteDaniel jadi ling lung dicekoki obat Nurin. Apa yg terjadi? Nunggu besok. Terimakasih bunda Tien, semoga sehat walafiat lahir batin
ReplyDeleteSungguh terlalu perbuatan Nurin. Kalau ketahuan menggunakan obat terlarang bisa masuk penjara.
ReplyDeleteMudah mudahan Melati sadar bahwa Daniel pernah bertaruh nyawa untuk dirinya, sehingga sudah seharusnya dia berfikir ulang apa yang dikatakan Daniel.
Salam sukses mbak Tien yang ADUHAI, semoga selalu sehat, aamiin.
Jangan sampai Danil masuk jebakan Nurin.
ReplyDeleteMakasih mba Tien.
Salam sehat selalu, aduhai
Alhamdulillaah,, Melati dlm keadaan pusing msh disebut namamu oleh Daniel,,
ReplyDeleteRame nih ,, Nurin iseng juga rupanya,, tambah runyem kl Melati n Nilam tau ,,
Bu Tien bikin penasaran ,,, mantab 👍 n aduhaiii
Matur nuwun n salam sehat wal'afiat selalu Bu Tien 🤗🥰
Matur nuwun Bu Tien, tetap aehat njih Ibu.
ReplyDeleteNati Nurin memoto Daniel dalam kondisi tak pantas...
ReplyDeleteTerimakasih Mbak Tien...
Lhamdulillah, smg Bu Tien selalu sehat dan semangat
ReplyDelete
ReplyDeleteAlhamdullilah
Cerbung *MELATI 35* telah. hadir
Matur nuwun bu Tien
Semoga sehat bahagia bersama keluarga
Aamiin...
.