Tuesday, April 30, 2024

M E L A T I 32

 M E L A T I    32

(Tien Kumalasari)

 

Melati kembali duduk ketika hati merasa lebih tenang, Ia menyesali perasaannya. Kalau memang sudah merasa tahu diri, mengapa harus sakit hati? Biarlah orang yang dicintai bahagia dengan pilihannya. Bukankah itu juga jalan yang ingin ditempuhnya?

“Melati, kamu sedang mencari apa? Aku kira kwitansi,” tegur Nurin ketika ternyata Melati berdiri dan tidak mengambil apa-apa.

“Oh, iya … aduh, aku ini … kenapa jadi bingung, mau mengambil kwitansi jadi lupa,” kata Melati tersipu.

Kemudian Melati berdiri lagi dan kemudian sudah memegang kwitansi di tangannya.

“Aku nitip tiga juta dulu ya, maaf belum mengambil uang cash.”

“Tidak apa-apa Mbak, saya tuliskan dulu tanda terimanya.”

“Apa keluarga pengantin itu … eh, siapa ya namanya, aku malah belum sempat bertanya, soalnya mas Daniel tidak ingin mengganggu waktu meeting di kantorku. Mm… apa dia pesen masakan di sini ya?”

“Namanya siapa, dan alamatnya di mana ya Mbak?”

“Itu dia, mas Daniel hanya minta agar aku menjadi pasangannya di acara pernikahan kerabatnya. Dan aku juga hanya bilang sanggup, begitu. Belum jelas siapa yang mau menikah, kapan dan di mana.”

Melati selesai membuat tanda terimanya, lalu diberikannya kepada Nurin. Ia tak ingin mendengar apa-apa tentang pasangan pengiring pengantin itu. Jadi dia tak menyambung cerita yang Nurin katakan. Melati menghitung uangnya, lalu memasukkannya ke dalam laci.

“Sudah cukup Mbak, semua sudah saya catat.”

“Aku melunasinya besok ya, kalau tidak aku transfer saja?”

“Bisa Mbak, di situ ada nomor rekening kami, kalau Mbak mau mentransfer.”

“Oh ini ya, baiklah, akan saya catat.”

“Ya sudah Melati, aku pergi dulu ya, semoga nanti kita bertemu di acara pernikahan itu, kalau memang pesen hidangannya di sini.”

Melati hanya tersenyum dan mengangguk, membiarkan Nurin melenggang pergi dengan wajah berbinar. 

Melati menghela napas panjang. Ia tahu, Nurin sengaja menceritakan tentang pasangan pengantin itu, agar semua orang tahu kedekatannya dengan Daniel.

Apakah Nurin juga tahu bahwa Daniel menyukai dirinya? Ah, entahlah. Melati tak ingin memikirkannya.

Ketika ponselnya berdering, Melati segera mengangkatnya. Rupanya Nilam menelponnya.

“Ya Bu Nilam?”

“Melati, sepertinya aku mau ngerepotin lagi nih,” kata Nilam riang.

“Ya, apa yang harus saya bantu?”

“Aku mau syukuran atas kelahiran anakku.”

“Oh, iya. Selamat ya Bu, kapan lahiran?”

“Sudah tiga hari yang lalu, besok aku sudah pulang dari rumah sakit. Tapi agak mendadak nih aku pesannya, bisa enggak ya?”

“Pesannya apa, dan untuk kapan?”

“Hanya nasi tumpeng urap seperti kondangan sepekan bayi, jadi dua hari lagi. Bisakah? Nggak banyak sih, hanya untuk limapuluh orang. Satu tampah untuk nasi tumpeng urap dan lain-lainnya, yang lima puluh hidangan lengkap.”

“Dua hari lagi ya? Persisnya tanggal lima belas, jam berapa?”

“Jadi … bisa ya?”

“Bisa Bu, kami usahakan, karena hanya sedikit. Untuk hidangannya apa saja ya? Atau saya kirimkan saja pilihan menunya?”

“Iya Mel, begitu lebih baik. Kirimkan, biar aku memilih, dibantu ibuku. Nanti uangnya aku transfer ya.”

“Ya, bu Nilam.”

“Eh, Melati, kunci mobilku ketinggalan ya?” tiba-tiba suara orang berlari mendekat.

“Oh, iya Mbak, maaf, saya tidak memperhatikan.”

“Terima kasih ya,” lalu langkah cepat menjauh.

“Siapa itu, kunci mobilnya tertinggal?”

“Itu, mbak Nurin, baru saja pesan hidangan untuk ulang tahunnya.”

“Lhoh, Nurin ulang tahun? Bukannya sudah dua bulan yang lalu, dia berulang tahun?”

“Nggak tahu Bu, tadi bilang untuk peringatan ulang tahunnya, yang akan dirayakan di kantornya, begitu. Sudah agak lama sih pesannya, tadi hanya memastikan saja.”

“Kapan dia bilang ulang tahun?”

“Pesennya untuk tanggal 20 ini.”

“Ulang tahun kantornya, barangkali.”

“Saya juga kurang tahu, Bu.”

“Ya sudah, untuk aku ... kirimkan pilihan menunya ya.”

“Baiklah, bu Nilam.”

Nilam menutup pembicaraan itu, lalu Melati mengambil daftar menu yang kemudian difoto, dan dikirimkannya kepada Nilam.

Ada yang menjadikan perasaannya tak enak lagi. Pasti nanti bertemu Daniel.

“Ya sudahlah, mengapa aku harus memikirkannya. Ini kan tugas pekerjaan, mau tak mau aku harus menjalaninya."

Melati berusaha mengendapkan rasa gelisahnya, kemudian melanjutkan lagi pekerjaannya.

***

Sore hari itu Daniel sedang duduk sendirian di teras rumah. Ia ingin membezoek lagi ke rumah sakit, tapi harus menunggu Baskoro pulang dari warung. Ia sudah menyiapkan minuman hangat di depannya, karena biasanya Baskoro pulang di jam itu. Tiba-tiba ponselnya berdering. Daniel melihat ke arah layar ponselnya, bermaksud mendiamkannya kalau Nurin yang menelpon. Tapi ternyata Nilam.

“Ya, Nilam?”

“Mas Daniel lagi di mana?”

“Di rumah, ada apa? Kapan kamu pulang dari rumah sakit?”

“Besok, baru saja aku menelpon Melati.

Deg. Mengapa harus mendengar tentang Melati lagi?

“Dua hari lagi aku mau mengadakan selamatan kecil-kecilan, sepekan lahirnya Ndaru. Mas luangkan waktu untuk datang ya?”

“Jam berapa? Soalnya aku besok sudah mulai bekerja.”

“Siang kok. Mas dinas apa?”

“Belum tahu, tapi nggak apa-apa, aku dinas malam.”

“Ya sudah, tadi aku sudah pesan ke Melati.”

Daniel tak menjawab.

“Oh ya, Nurin bilang, bahwa dia akan kamu jadikan pasangan pendamping pengantin pada pernikahan Anjani. Benarkah?”

“Benar. Anjani meminta aku menjadi pendamping, dan bertanya siapa kira-kira yang akan menjadi pasangan.”

“Lalu kamu memilih Nurin?”

“Ya, kenapa?”

“Mengapa Nurin? Mas mulai menyukainya?”

“Aah, siapa bilang aku suka dia. Sejak awal kan aku sudah bilang kalau aku tidak tertarik.”

“Kalau begitu mengapa Mas memilih dia menjadi pasangan?”

“Aku bukan memilih.”

“Nyatanya Mas mengatakan bahwa pasangan Mas nanti adalah Nurin.”

“Asal nyebut saja.”

“Gimana sih Mas? Mas tahu tidak, Nurin bercerita tentang hal itu dengan wajah berseri-seri, dan dia yakin bahwa kamu mulai menyukainya.”

Daniel tertawa.

“Ini bukan candaan. Kalau memang Mas nggak suka dia, janganlah memberi harapan, atau bersikap seakan Mas menyukainya.”

“Apa itu masalah besar?” tanya Daniel enteng.

“Sangat besar. Kalau Mas tidak suka, sementara dia menganggapnya suka, berarti Mas telah mempermainkan perasaan dia.”

“Hanya menjadi pasangan pendamping, apa itu berarti suka? Nurin harus mengerti dong. Dia bukan anak kecil.”

“Mas belum tahu ya. Nurin itu memang masih seperti anak kecil. Belum bisa bersikap dewasa. Aku juga tidak setuju kalau Mas menyukai dia, apalagi sampai jatuh cinta, apalagi juga sampai menjadi pasangan suami istri.”

Daniel terbahak.

“Aku tidak ingin menikah.”

“Apa?”

“Aku tidak ingin jatuh cinta, kepada siapapun.”

“Apa? Bukankah Mas pernah mengatakan bahwa Mas jatuh cinta pada Melati? Dia jauh lebih baik dari Nurin.”

“Itu dulu.”

“Apa maksud Mas?” Nilam sampai berteriak.

“Sekarang tidak lagi.”

“Apa-apaan sih Mas? Perasaan hati, dibuat candaan?”

“Siapa yang bercanda?”

“Bagaimana hubungan Mas dengan Melati?”

“Memangnya aku pernah berhubungan?” lama-lama Daniel merasa kesal. Penolakan Melati kembali melintas di angan-angannya. Membuatnya merasa kesal.

“Mas ….”

“Ya sudah, itu pak Baskoro sudah datang, dan aku ingin beristirahat.”

Daniel menutup ponselnya begitu saja, yang pastinya membuat Nilam terheran-heran.

***

Memasuki ruang inap istrinya, dan melihat Nilam sedang termenung, membuat Wijan kemudian mendekat dan mengelus kepalanya lembut.

“Kamu sedang memikirkan apa? Kesehatan kamu dan anak kita baik-baik saja kan?”

“Mas, kok sudah pulang?”

“Iya, tidak banyak yang harus diselesaikan hari ini. Kamu kenapa? Pertanyaanku belum kamu jawab lhoh.”

“Iya, banyak yang harus aku pikirkan. Tadi ibu ke sini, tapi belum lama sudah pulang, soalnya Nugi besok harus sekolah.”

“Kamu sudah bicara sama ibu, tentang rencana syukuran itu?”

“Sudah, malah aku sudah pesan masakan ke katering langganan. Kata Mas sederhana saja kan?”

“Iya, Ndaru masih sangat kecil, jangan mengadakan yang ramai-ramai dulu. Besok kalau sudah agak besar, baru kita buat pesta yang meriah.”

“Ya, aku tahu.”

“Lalu yang membuat kamu termenung tadi apa? Semuanya baik-baik saja kan?”

“Mas Daniel membuat aku kesal.”

“Kenapa? Biasanya kakak adik begitu rukun, kok bisa kesal.”

“Mas kan Tahu, Anjani akan menikah bulan depan?”

“Ya, mas Jatmiko sudah menelpon aku beberapa hari yang lalu.”

“Anjani menelpon mas Daniel, memintanya menjadi pengiring pengantin. Memang sih, itu aku yang mengusulkan.”

“Mas Daniel menolak?”

“Bukan menolak. Ketika Anjani bertanya, siapa kira-kira yang akan menjadi pasangannya nanti, masa sih … mas Daniel memilih Nurin.”

“Nurin? Mengapa Nurin?”

“Itulah yang membuat aku kesal.”

“Mengapa tidak Melati? Bukankah mas Daniel suka sama Melati?”

“Itulah, kata mas Daniel dia nggak ada hubungan apa-apa sama Melati. Dia juga bilang asal memilih tentang pasangan pendamping pengantin itu, lalu dia bilang lagi tak mau menikah, dan tak mau jatuh cinta. Habis itu, ketika aku mau bertanya lagi, ponsel ditutup tiba-tiba. Nggak tahu kenapa, dia seperti lagi marah, gitu ….”

“Bukankah dia pernah bilang bahwa dia suka sama Melati?”

“Tadi aku juga bilang begitu. Nggak tahu kenapa, dia seperti kesal. Apa sedang marahan sama Melati?”

“Mungkin sedang marahan. Biasa kan, anak muda kalau pacaran kadang-kadang juga marahan. Seperti kamu itu, kalau lagi marah, mulutnya manyun,” canda Wijan.

“Iih, kok jadi aku juga kena sih?”

“Lha kamu itu kan memang sering marah-marah sama aku.”

“Aku tuh marahnya karena sayang, tahu,” kata Nilam sambil mengerucutkan bibirnya.

“Tuh kan, tapi aku suka melihat bibir manyun itu.”

Nilam memukul lengan Wijan, lalu mencubitnya keras sekali.

“Adduhh, ya ampun, dari dulu sampai sekarang, kegemaran mencubitnya nggak sembuh-sembuh juga sih. Nanti kalau Ndaru tahu kamu menyakiti ayahnya, dia juga pasti marah lhoh.”

“Mana bisa, anak laki-laki pasti membela ibunya dong.”

“Bapaknya dong!”

“Ibunyaaaaa!”

Teriakan Nilam terhenti ketika seorang perawat membawa masuk segelas susu dan snack dan meletakkannya di meja.

Perawat itu tersenyum-senyum melihat sepasang ayah dan ibu baru itu seperti sedang bercanda.

“Tuh kan, malu dilihat mbak perawat,” kata Wijan.

“Mas Wijan sih. Sekarang gini aja Mas, coba Mas telpon mas Daniel.”

“Kenapa aku harus telpon mas Daniel?”

“Menanyakan ketegasan mas Daniel tentang hubungannya dengan Melati. Kalau sedang tidak baik, kita kan bisa bantu.”

“Nggak mau ah, urusan orang pacaran, nggak enak kalau ikutan. Biarkan saja, nanti kan akan baikan kembali.”

“Tapi aku khawatir. Mas Daniel kelihatannya parah.”

“Parah apanya? Sakit cinta itu biasa begitu. Biarkan saja.”

Nilam diam, memang kalau Daniel dan Melati sedang berantem, dia tak harus ikut campur, selama berantemnya wajar saja, tapi Nilam khawatir kalau Nurin keterusan merasa disukai Daniel. Bagaimana kalau Nurin nekat dan melakukan hal yang diluar dugaan? Nurin belum bisa bersikap dewasa.

***

Hari itu akhirnya tiba, di mana di rumah Nilam diadakan selamatan kecil-kecilan atas sepekan kelahiran sang buah hati. Dari katering sudah menata hidangan di tempat yang sudah disediakan. Melati seperti biasa mengawasi semuanya.

Tapi sebenarnya Melati merasa tidak tenang. Ia tak ingin bertemu Daniel, yang pasti hadir di acara sepekan kelahiran keponakannya.

“Ana, apa semuanya selesai?”

“Sudah Mbak, seperti yang Mbak lihat, semuanya baik dan tidak mengecewakan. Tinggal menunggu tumpengnya yang akan dikirim belakangan. Tapi mungkin saat ini sudah ada di jalan menuju kemari,” jelas Ana, anak buah Melati.

“Baiklah, tapi maaf ya An, aku tidak bisa menunggu sampai selesai. Aku sedang ada urusan.”

“Maksudnya … Mbak mau pulang dulu?”

“Iya, kalau ada apa-apa kamu kabari aku ya?”

“Baiklah Mbak, saya kira semuanya sudah oke, tidak ada yang mengecewakan.”

“Terima kasih ya An? Tolong nanti pamitkan sama bu Nilam, katakan aku sedang ada perlu.”

“Lhoh, mbak Melati mau pulang naik apa? Kan tadi bareng sama mobil kantor?”

“Banyak ojol, gampang,” kata Melati sambil berlalu.

Melati tampak tergesa-gesa. Ia tak ingin bertemu Daniel. Ia bahkan tak ingin berpamit kepada Nilam, takut Daniel keburu datang.

Tapi ketika ia sampai di pintu pagar, sebuah mobil akan memasuki halaman.  Melati berjalan minggir, tapi mobil itu berhenti di tengah jalan, pengemudinya membuka jendela mobil.

“Melati, mau ke mana?”

Melati terpaksa menoleh ke arah orang yang menyapanya. Ia melihat Nurin, dan di sampingnya ada Daniel.

Melati melanjutkan langkahnya, tak ingin menoleh lagi.

***

Besok lagi ya.

 

 

66 comments:

  1. 🦋🌼🦋🌼🦋🌼🦋🌼🦋🌼

    Syukron, Budhe Tien.
    Salam SEROJA

    🦋🌼🦋🌼🦋🌼🦋🌼🦋🌼

    ReplyDelete
  2. Alhamdulillaah,.. Matur nuwun Bu Tien

    ReplyDelete
  3. Alhamdulillah tayang *MELATI* ke tiga puluh dua
    Moga bunda Tien sehat selalu doaku
    Aamiin yaa Rabbal'alamiin

    ReplyDelete
  4. Matur nuwun mbak Tien-ku Melati tayang

    ReplyDelete
  5. Alhamdulillah..
    Syukron nggih Mbak Tien 🌹🌹🌹🌹🌹

    ReplyDelete
  6. 🌷🪷🌷🪷🌷🪷🌷🪷
    Alhamdulillah 🙏🦋
    MELATI 32 sdh tayang.
    Matur nuwun Bu Tien
    yang baik hati.
    Semoga Bu Tien tetap
    sehat & smangaats.
    Salam Seroja...🌹😍
    🌷🪷🌷🪷🌷🪷🌷🪷

    ReplyDelete
  7. ❤️🌹❤️🌹❤️🌹❤️🌹❤️🌹

    Alhamdulillah......
    Melati_32 sdh tayang.
    Matur nuwun Mbak Tien, salam sehat, ya.

    ❤️🌹❤️🌹❤️🌹❤️🌹❤️🌹

    ReplyDelete
  8. Alhamdulillah.semoga Bunda selalu sehat wal afiat,kisah MELATI aduhai tidak bisa diprediksi .👍
    Maturnuwun🌷🌻🙏🙏

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin Yaa Robbal'alamiin
      Matur nuwun pak Herry

      Delete
  9. Hamdallah...cerbung Melati 32 telah tayang

    Taqaballahu Minna Wa Minkum

    Terima kasih Bunda Tien
    Sehat selalu Bunda, bahagia bersama Keluarga di Sala. Aamiin

    Melati...galau, Daniel..galau. Nurin bisa mengambil kesempatan dlm kegalauan mereka nih.

    Nurin makin menjadi jadi.

    Nilam merasakan ada keganjilan thd kakak nya Daniel

    Melati oh Melati, melas timen ya, hati nya jadi terbakar, setelah mendengar konfirmasi nya Nurin...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin Yaa Robbal'alamiin
      Matur nuwun pak Munthoni

      Delete
  10. Alhamdulillah .... trimakasih bu Tien semoga sehat selalu

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin Yaa Robbal'alamiin
      Matur nuwun ibu Endang

      Delete
  11. Matur nuwun Melati nipun,mugi Bunda Tien tetap sehat .Aamiin

    ReplyDelete
  12. alhamdulillah
    maturnuwun bunda
    salam sehat selalu

    ReplyDelete
  13. Matur nuwun jeng Tien salam sehat Bagas waras

    ReplyDelete
  14. Alhamdulillah, MELATI 32 telah tayang, terima kasih bu Tien, salam sehat, sejahtera dan bahagia selalu bersama keluarga. Aamiin.
    UR.T411653L

    ReplyDelete
  15. Menarik ya ide cerita ini...gara-gara Melati bekerja di perusahaan katering maka bisa terhubung ke tokoh-tokoh yang lainnya melalui acara masing2. Mantap! Ibu Tien memang piawai mengolah kata dan rasa penggemarnya. Terima kasih, ibu...sehat selalu ya...🙏🙏🙏😘😘😀

    ReplyDelete
  16. Alhamdulillah MELATI~32 sudah hadir, terimakasih bu Tien, semoga tetap sehat semangat & bahagia senantiasa bersama keluarga.
    ‌Aamiin yra..🤲

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin Yaa Robbal'alamiin
      Matur nuwun pak Djodhi

      Delete
  17. Alhamdulillah..... terima kasih Bunda

    ReplyDelete

  18. Alhamdullilah
    Cerbung *MELATI 32* telah. hadir
    Matur nuwun bu Tien
    Semoga sehat bahagia bersama keluarga
    Aamiin...
    .

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin Yaa Robbal'alamiin
      Matur nuwun pak Wedeye

      Delete
  19. Maturnuwun bu Tien alhamdulilah Melati 32 sampun tayang .... gawat dan genting hubungan melati dan daniel ... salam hangat dan aduhai bunda Tien, sehat selalu nggih bun

    ReplyDelete
  20. Makasih mba Tien.
    Salam hangat selalu, aduhai

    ReplyDelete
  21. Alhamdulillah
    Terima kasih bunda Tien
    Salam aduhai hai hai

    ReplyDelete
  22. Terimakasih bunda Tien cerbung Melati.. salam sehat selalu dan aduhai selalu

    ReplyDelete
  23. Alhamdulillaah,, matur nuwun Bu Tien
    Sehat wal'afiat semua ya 🙏🤗🥰

    Jgn cemburu dong Melati,, susah kl salah paham , Krn terbakar oleh cinta
    Sabar ya,,,hihi🤩

    ReplyDelete
  24. Matur nuwun Bu Tien, semoga Ibu sekeluarga tetap sehat njih...

    ReplyDelete
  25. Terimakasih bunda Tien
    Semoga bunda selalu sehat

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin Yaa Robbal'alamiin
      Matur nuwun ibu Salamah

      Delete
  26. Waah..Nurin ge er pastinya. Daniel sih PHP. Melati cemburu juga.
    Mtr nwn Bu Tien, sehat sll.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin Yaa Robbal'alamiin
      Matur nuwun ibu Endah

      Delete
  27. Alhamdulillah melati 32 sdh hadir ...kenapa ya Nurin spt itu sbg perempuan....nanti klo keterusan pe hml gimn...duda di lawan....he he..

    ReplyDelete
  28. Terima kasih Bu Tien Kumalasari salam sehat selalu ya mbak Tien

    ReplyDelete
  29. Memang Melati tidak bicara lahir batin. Katanya tidak cinta tapi hatinya panas melihat 'saingannya'.
    Daniel bermain api. Awas kalau ada yang terbakar bisa bahaya.
    Salam sukses mbak Tien yang ADUHAI, semoga selalu sehat, aamiin.

    ReplyDelete
  30. Alhamdulillah
    Matur nuwun Melati nipun
    Bikin penasaran
    Semoga bunda Tien K selalu sehat, bahagia bersama keluarga dan selalu dalam lindungan Allah SWT
    Aamiin
    Salam dari Banjarmasin

    ReplyDelete
  31. Kok perang Iran - Israel ada di sini?..
    Terimakasih Mbak Tien...

    ReplyDelete
  32. Alhamdulillah MELATI 32 sdh datang, matursuwun Bu Tien, sehat selalu nggih Bu, Aamiin

    ReplyDelete
  33. Kasihan Melati ... Terimakasih bunda Tien.... Sehat selalu lahir batin

    ReplyDelete
  34. Terimakasih Bunda Tien .. Sehat selalu

    ReplyDelete

KUPETIK SETANGKAI BINTANG 01

  KUPETIK SETANGKAI BINTANG  01. (Tien Kumalasari)   Minar melanjutkan memetik sayur di kebun. Hari ini panen kacang panjang, sangat menyena...