ADA CINTA DI DALAM RASA 43
(Tien Kumalasari)
Pagi hari itu Daniel akan pergi bersama Baskoro. Selain belanja, Daniel ingin melihat-lihat, kalau sekiranya ada kios kecil-kecilan yang disewakan. Sebelum berangkat, Nilam menelponnya.
“Ada apa Nilam?”
“Ini gara-gara anak nakal itu.”
“Nugi? Kenapa dia?”
“Kemarin dia mendapat kiriman makanan, katanya masakan pak Baskoro, apa benar masakan sendiri?”
“Iya, benar. Memangnya kenapa? Nggak enak?”
“Enak kok. Nugi senang sekali. Aku juga ikut mencicipinya, enak.”
“Syukurlah.”
“Apakah hari ini pak Baskoro masak?”
“Pak Baskoro ingin masak setiap hari. Hari ini mau belanja ke pasar, mau masak soto. Kamu sudah libur?”
“Aku libur minggu depan. Ini masalah Nugi dulu, dia bilang, hari ini mau makan masakan pak Baskoro lagi.”
“Oh, gampang, nanti setelah matang biar aku kirim ke rumah. Pak Baskoro mau masak soto ayam.”
“Baiklah, biar nanti aku bayar.”
“Apa maksudmu? Soto ini tidak dijual. Tapi kalau enak, pak Baskoro bermaksud mau jualan nasi soto.”
“Benarkah?”
“Nanti tolong icipin ya, enak atau enggak. Baru nyoba-nyoba masak, kelihatannya pak Baskoro sangat bersemangat.”
“Baiklah, nanti aku icipin setelah pulang kerja, kalau belum dihabisin Nugi sih.”
Daniel tertawa.
“Nanti dikirimin yang agak banyak, biar kamu juga bisa merasakannya.”
“Oke Mas, sekarang aku mau siap-siap kerja dulu. Baru saja kembali dari mengantarkan Nugi sekolah. Ya itulah, sebelum berangkat sudah mengingatkan untuk pesan masakan pak tua. Soalnya semalam aku lupa.”
“Baiklah. Nanti aku siapkan untuk Nugi dan tantenya.”
“Hei, aku kakaknya, tahu.”
Daniel terbahak, lalu menutup ponselnya. Di depan, Baskoro sudah menunggu. Baskoro senang ketika Nugi menginginkan masakannya lagi. Ia berjanji akan mengiriminya setiap hari.
***
Dikantor, Nilam sedang berbincang dengan Anjani. Hari pernikahan Nilam sudah semakin dekat, tinggal sepuluh harian lagi. Persiapan sudah sangat matang. 90 persen terpenuhi. Nilam tidak sepenuhnya menyerahkan semua kebutuhannya kepada perias pengantin. Ia memilih sendiri baju dan perlengkapannya.
“Anjani, kamu sama Miko akan menjadi pengiring pengantin lhoh, jangan lupa.”
“Tidak, mana mungkin saya lupa. Bagaimana masalah pakaian, kemarin saya dan Miko jalan-jalan untuk melihat-lihat, tapi belum menemukan yang cocok.”
“Anjani, kamu tidak usah memilih-milih. Pakaian untuk kamu dan Miko sudah disiapkan.”
“Oh, syukurlah.”
“Jadi kamu tinggal datang ke gedung pertemuan, dirias, dan pakaian sudah disiapkan.”
“Baik Mbak, terima kasih banyak.”
“Lalu kapan kamu sama Miko menikah?”
“Nanti, setelah mbak Nilam, kami baru akan memikirkannya. Bapak juga sudah ingin sekali saya menikah.”
“Tentu saja. Tidak berbeda dengan bapak, ia juga sudah lama ingin menikahkan kami. Baru akan kesampaian sekarang.”
“Bahagia sekali mendengar mbak Nilam akan menikah. Bagaimana ya rasanya? Berdebarkah?”
NIlam terkekeh.
“Nggak tahu ah. Kalau sekarang sih, masih biasa-biasa saja. Entah nanti kalau sudah sangat dekat.”
“Terutama kalau menghadapi malam pertama.”
Kedua gadis itu terkekeh geli.
“Anjani, kenapa kamu larinya ke situ? Seperti sudah pernah melakukannya saja,” omel Nilam sambil mencubit pelan lengan Anjani.
“Belum lama ini teman Anjani menikah, dia juga cerita bahwa yang paling mendebarkan adalah malam pertama itu. Aku sih belum bisa membayangkannya. Nanti ceritain ya Mbak.”
“Apa? Kamu ada-ada saja. Nggak mau ah. Nanti kamu akan merasakannya sendiri, mengapa aku harus menceritakannya?”
“Oh ya Mbak, mengenai undangan, apa sudah beres?”
“Sudah, itu urusan mas Wijan.”
“Kalau masih ada yang kurang, Miko bilang akan membantunya.”
“Tidak, terima kasih. Orang-orang kantor sudah menyelesaikannya. Yang jauh sudah dikirim lewat pos.”
“Syukurlah. Lalu aku dapat tugas apa nih?”
“Kamu hanya bersiap untuk tampil di hari resepsi nanti. Sudah banyak yang mengerjakan.”
“Benarkah?”
“Benar, tapi nanti sepulang kantor kita jalan-jalan sebentar yuk.”
***
Hari itu Daniel sudah selesai belanja. Hanya beli kentang, bumbu, ayam, dan entah apa yang dicatat Baskoro dari buku masakannya. Pokoknya komplit.
“Apa lagi yang belum Pak.”
“Sudah semua Nak, ayo kita pulang.”
“Baiklah, sambil lewat di depan kios kosong yang tadi ya, rasanya kok cocok. Itu tidak jauh dari rumah. Tapi sepertinya kecil ya Pak.”
“Memangnya kenapa kalau kecil. Kita kan baru mau coba-coba. Lagi pula nanti rasain dulu soto masakan kita, baru bicara soal jualan.”
“Masakan pak Baskoro lah, aku hanya akan membantu.”
“Baiklah, apapun itu, yang penting kita kerjakan bersama.”
Mereka berbincang sambil menuju ke arah sepeda motor yang dititipkan di parkiran. Tapi sebelum sampai, sebuah taksi berhenti di dekat mereka, dan seseorang turun dari dalamnya. Daniel terkejut, dan wajah Baskoro mendadak sedikit pucat. Suri tampaknya juga mau belanja. Tapi yang disapanya lebih dulu adalah Daniel.
“Nak Daniel, belanja apa?”
“Ini Bu, mengantarkan pak Baskoro belanja. Kami mau masak soto, nanti Nugi akan kami kirim ya Bu.”
Suri menatap Baskoro yang menundukkan wajahnya, pura-pura menata bungkusan yang penuh di dalam tas belanjaannya.
“Rupanya sedang suka memasak ya,” Suri menatap Baskoro.
Dan Baskoro juga mengangkat wajahnya.
“Suri,” panggilnya pelan.
Suri menatap Baskoro, wajahnya datar-datar saja.
“Aku belum sempat menemui kamu sejak keluar dari penjara,” ucapnya lirih.
“Tidak apa-apa. Tidak ada yang mengharuskan,” jawabnya dingin.
“Aku hanya ingin minta maaf. Terlalu besar kesalahanku sama kamu.”
“Lupakan saja, aku juga sudah melupakannya.”
“Bu, ini saya harus menunggu atau saya tinggal saja?” tiba-tiba tukang taksi membuka jendela mobilnya.
“Oh iya, tungguin saja, saya kan belum membayarnya juga.”
Baskoro menyentuh lengan Daniel, diajaknya berlalu. Tubuhnya berkeringat karena gelisah yang tiba-tiba melandanya. Ia belum siap ketemu bekas istrinya.
“Bu Suri, kami pergi dulu,” kata Daniel.
“Oh, ya … ya, Nak,” kata bu Suri yang bergegas masuk ke dalam pasar.
Daniel hanya tersenyum, tak berkomentar apapun, hanya bergegas menuju motornya. Ia maklum apa yang dirasakan Baskoro, karena ia sudah tahu semua kisahnya.
***
Bibik sedang berputar-putar di depan kaca di dalam kamarnya. Ia mendapatkan baju bagus pada pernikahan Nilam nanti. Tiba-tiba Wijan yang lewat di depan pintu, melihat ulah bibik, dan tersenyum sambil melongok ke dalam.
“Bibik sudah cantik,” katanya.
Bibik yang terkejut langsung memekik keras.
“Ya ampuuun, mas Wijan. Tidak tahu datangnya, tiba-tiba sudah di sini.”
“Itu baju yang Nilam berikan kemarin?”
“Iya Mas, ini untuk ijab khobul, ini untuk resepsi. Kok ya bagus sekali, mbak Nilam membelikannya, bibik nanti kan hanya bekerja di belakang.”
“Tidak Bik, nanti Bibik tidak boleh bekerja apapun. Apalagi masak-masak. Semua sudah ada yang mengerjakan. Bibik hanya dandan dan menyaksikan perhelatan itu, dari akad nikah sampai resepsi.”
“Jadi bibik hanya duduk saja, begitu.”
“Betul. Pokoknya Bibik nggak boleh capek.”
“Ya ampuun, bibik merasa seperti mimpi. Momongan bibik sejak kecil sudah mau menikah. Bahagia rasanya,” kata bibik sambil menggantungkan baju yang baru saja dicobanya, di gantungan.
“Tidak terasa ya Bik?”
“Sebentar lagi bibik mau ikut merawat bayi nih.”
“Merawat bayi siapa Bik?”
“Ya bayinya mbak Nilam sama mas Wijan, masak bayinya bibik?”
Wijan terbahak-bahak.
“Bibik ada-ada saja, belum-belum sudah mau merawat bayi.”
“Lha kalau orang menikah itu kan akhirnya juga mempunyai bayi sih Mas. Bibik sudah membayangkan, betapa ramainya rumah ini kalau ada tangisan bayi.”
“Bibiik, sudah. Sekarang buatkan minum aku sama bapak.”
“Oh iya, sudah bibik buatkan, tinggal menuang kok,” kata bibik sambil berlalu. Wijan geleng-geleng kepala melihat ulah bibik yang tampak begitu senang dirinya mau menikah dengan Nilam.
***
Suri sedang ada di kamar Nilam, membantu menyiapkan baju dan perlengkapan pengantin, yang ditatanya di depan meja.
“Akhirnya kamu menikah Nilam, tidak disangka, kamu sudah menemukan wali yang sah untuk pernikahan kamu nanti.”
“Iya Bu, Nilam juga berbahagia, ternyata Nilam tidak sendiri.”
“Tapi ibu sedih setelahnya. Nanti kalau kamu menikah, sudah pasti akan meninggalkan ibu. Ya kan?” kata Suri dengan wajah sendu.
Nilam memeluknya erat.
“Ibu, Nilam kan tidak akan pergi jauh. Ibu bisa datang menemui Nilam kapan saja, sebaliknya Nilam juga pasti akan sering menemui ibu.”
“Benarkah? Kamu tidak akan melupakan ibu?”
“Tentu saja tidak Bu, ibu adalah ibuku. Bagaimana Nilam bisa melupakan ibunya sendiri?”
“Terima kasih Nilam. Untunglah ada Nugi yang masih akan selalu menemani ibu.”
“Nugi akan selalu bersama Ibu, percayalah.”
“Semoga Baskoro tidak membuat ulah untuk menginginkan Nugi bersamanya.”
“Nilam percaya, itu tidak akan dilakukannya. Pak Baskoro mengerti dan sadar, bahwa dia tidak akan sanggup menghidupi Nugi, lebih-lebih menyekolahkan Nugi dengan sebaik-baiknya.”
“Semoga saja begitu. Nugi sudah menjadi anakku.”
Nilam mengusap air mata dipipi ibunya.
“Percayalah bahwa ibu tidak akan sendirian. Nilam dan Nugi akan selalu ada buat ibu.”
Suri mengangguk. Lalu melanjutkan menata perlengkapan pernikahan yang akan diadakan beberapa hari lagi.
***
Sore hari itu Daniel sudah bersiap pergi ke gedung pertemuan. Ia harus berdandan ala laki-laki jawa, karena dia akan menjadi wali dalam pernikahan Nilam. Dilihatnya Baskoro sedang duduk sendirian di teras, sambil membuka-buka buku resep makanan baru, yang dibelikan oleh Daniel beberapa hari yang lalu.
“Pak Baskoro mau ikut?”
“Saya? Tidak Nak, saya di rumah saja.”
“Kalau Bapak mau ikut, tidak apa-apa kok.”
“Tidak, nak Daniel harus mengerti, mana mungkin saya berada diantara orang yang dulu pernah saya lukai.”
“Saya percaya, mereka sudah melupakannya.”
“Saya mengerti, tapi lebih baik tidak ketemu dulu. Berangkatlah, nanti terlambat.”
Daniel mengangguk. Ia mengambil sepeda motornya, dan berlalu.
Baskoro menatapnya dengan tatapan kosong. Ia selalu merasa tak berharga.
***
Ijab khobul itu sudah terlaksana. Daniel merasa lega setelah selesai melaksanakan tugasnya.
Acara itu segera disusul dengan acara resepsi, di mana sepasang pengantin keluar, dengan diiringi oleh sepasang pengiring yang cantik dan tampan. Daniel menatap tak berkedip pada sepasang pengiring itu, yang tak kalah menawan dengan pengantinnya sendiri yang berhiaskan senyum gemerlap, bagai taburan bintang dilangit tanpa awan.
Anjani berjalan gemulai, dan sesekali tersenyum ketika Jatmiko menatapnya mesra.
Daniel berdebar. Perasaan itu muncul lagi?
“Bodoh … bodoh.” Daniel mengumpat hatinya yang begitu lemah. Iringan pengantin sudah mendekati pelaminan, lalu Daniel membalikkan tubuhnya. Melalui pintu samping, bermaksud menenangkan hatinya.
Ada jalan berbelok sebelum dia menuju keluar, dan Daniel yang sedang kacau tak melihat seseorang sedang membawa nampan berisi makanan, yang akan ditatanya di meja prasmanan. Tabrakan tak bisa dihindari, keduanya terjatuh dengan pakaian kotor terkena kuah makanan.
Gadis itu menjerit, dan Daniel berusaha membantu membangunkannya.
“Maaf … maaf … “
Mata gadis itu berkaca-kaca. Daniel melihat sepasang bintang menatapnya.
“Maaf … “ Daniel berbisik berkali-kali.
Beberapa orang berlari untuk menolongnya. Daniel mengajak gadis itu menuju ke arah belakang.
Di ruang ganti, Daniel meminta para perias untuk memberikan baju ganti untuk gadis itu. Sementara dia juga segera menuju ke ruang ganti pria untuk mengganti bajunya yang kotor terkena kuah masakan. Sebelum pergi, bisa-bisanya Daniel menanyakan nama gadis itu.
“Siapa namamu?”
“Melati.”
Daniel tertegun. Ingatannya melayang ke arah tiga tahun silam. Melati adalah nama istrinya. Bagaimana bisa ada kebetulan seperti ini?
Daniel melangkah dengan perasaan gelisah. Mata bintang itu terus membayanginya, dan bibirnya berbisik berkali-kali.
“Melati … Melati … “
***
T A M A T
Daniel menatap laki-laki tambun yang sedang memeluk seorang gadis. Gadis itu meronta-ronta.
“Lepaskan dia!!”
Tapi laki-laki tambun itu terkekeh dengan bibir mengejek.
“Dia ini milikku.”
Kemarahan Daniel memuncak.
Cerita apa lagi nih? Tungguin ya, judulnya “M E L A T I”
🌿🦋🌿🦋🌿🦋🌿🦋
ReplyDeleteAlhamdulillah 🙏🩷
ACeDeeR_43 sdh tayang.
Matur nuwun Bu Tien
yang baik hati.
Semoga Bu Tien & kelg
sehat & bahagia selalu.
Salam aduhai...😍🤩
🌿🦋🌿🦋🌿🦋🌿🦋
Aamiin Ya Robbal Alamiin
DeleteSami2 ibu Sari
Suwun
ReplyDeleteSami2 pak Wirasaba
DeleteTrmksh mn Tien
ReplyDeleteSugeng ndalu Bunda Tien.
ReplyDeleteHamdallah cerbung Ada Cinta di Balik Rasa..43 telah tayang.
Alhamdullilah
Semoga ALLAH memberikan..kesehatan yang sempurna kagem Bunda Tien..
..Salam Ramadhan penuh berkah dan Jumat berkah nggeh Bun
🤲❤
Aamiin Ya Robbal Alamiin
DeleteSami2 pak Munthoni
ReplyDeleteSmg mb Tien sht sll bs menghibur para penggemarnya
Aamiin Ya Robbal Alamiin
DeleteMatur nuwun Yangtie
Matur nuwun mbak Tien-ku acdr tayang
ReplyDeleteSami2 pak Latief
DeleteAlhamdulillah tayang awal. Salam sehat selalu kagem bu Tien. Tetap semangat di bulan Ramadhan
ReplyDeleteAamiin Ya Robbal Alamiin
DeleteSami2 ibu Noor
Alhamdulillah...
ReplyDeleteSehat selalu nggih Mbak Tien
Syukron katsiiron 🌹🌹🌹🌹🌹
Aamiin Ya Robbal Alamiin
DeleteSami2 ibu Susi
Akhirnya...tamat, tapi lanjut ya bu? Jadinya Trilogi...keren!! 👍👍
ReplyDeleteAda tokoh Melati kedua.😀
Terima kasih, ibu Tien...salam sehat selalu.🙏
Sami2 ibu Nana
DeleteSalam sehat juga
Alhamdulillah.semoga Bunda selalu sehat wal a'fiat.Karya yang Indah 👍 Maturnuwun 🌹🌹🌹🙏
ReplyDeleteAamiin Ya Robbal Alamiin
DeleteSami2 pak Herry
Alhamdulillah , Terima kasih bunda
ReplyDeleteSemoga sehat walafiat nggeh
Aamiin Ya Robbal Alamiin
DeleteMatur nuwun salam sehat
ReplyDeleteAlhamdulilah sdh tamat dengan heppy ending terima kasih bu Tien ...ditunggu karya berikutnya Melati ...dan kisah cinta Daniel ya bun .... salam sehat dan aduhai bundaku sayang
ReplyDeleteSami2 ibu Sri
Deletewah tamat
ReplyDeleteAlhamdulillah, purna sdh Ada Cinta Dibalik Rasa, tamat di episode 43.
ReplyDeleteTerima kasih bu Tien, atas hiburan yang telah diberikan kepada kami para 'pendemen' cerbung karya dang idola.
Ditunggu kehadiran MELATI dalam waktu yang tidak terlalu lama.
Selamat malam, selamat beristirahat dan tetap ADUHAI
Matur nuwun
DeleteMatur nuwun, bu Tien
ReplyDeleteSami2 ibu Anik
DeleteMelati,,,,oh Melati,,,,kutunggu kehadiranmu
ReplyDeleteMbak Yaniiiiikk
DeleteMatur nuwun bunda Tien,
ReplyDeleteBerakhir sdh ACDR,
Sabar menanti squel berikutnya..
🙏🙏
Sami2 ibu Padmasari
DeleteAlhamdl.... matur nuwun bunda Tien, salam sehat selalu
ReplyDeleteSami2 ibu Wiwik
DeleteSalam sehat juga
Alhamdulillah .... matur nuwun
ReplyDeleteAlhamdulillah, dg menikah'nya Wijan n Nilam tamat Ada cinta dibalik rasa ,,,so sweet ,,
ReplyDelete🌼Melati....Melati,,, wah menarik 😍
Matur nuwun Bu Tien
Salam sehat wal'afiat selalu 🤗🥰
Sami2 ibu Ika
ReplyDeleteSalam sehat juga
Alhamdulillah.... terimakasih Bunda, semoga sehat selalu
ReplyDeleteAamiin
DeleteMatur nuwun ibuTutus
Sami2 ibu Endang
ReplyDeleteAlhamdulillah kelar... Ada cerita soto lagi... Saya tuh dulu taunya cuma belajar bu Tien... Gak pernah belajar masak. Terus baca cerita bu Tien (lupa yang mana, bikin soto buat sarapan) koq kayaknya gampang ya... Akhirnya iseng bikin dari bu Tien. Eh...taunya bisa juga... Sekarang jadi bisa masak... Walaupun masih banyak nyoba nya...hehehe...
ReplyDeleteAlhamdulillah, jeng dokter, senang mendengarnya. Kalau lagi senggang, masak itu menyenangkan. Apalagi kalau dinikmati seluruh keluarga.
DeleteSalam kangen dari Solo.
Aamiin Ya Robbal Alamiin
ReplyDeleteSami2 ibu Tutus
Alhamdulillah kelar ceritanya... Ada cerita tentang soto lagi... Bu Tien. ..saya dari dulu gak tau masak. Taunya cuma di suruh belajar doank... Sampai nikah punya anak juga kerja doank... Sampai baca cerita di bu Tien yang cerita pagi pagi bikin soto. Saya terheran heran tuh... Ih koq bisa ya, pagi pagi udah masak soto. ..akhirnya karena penasaran saya coba gimana sih masak soto. Asli cuma dari cerita bu Tien kira kira doank .. eh alhamdulillah jadi... jadi nya malah sekarang bisa masak... walaupun masih lebih senang makan, gak capek soalnya... hehehe...
ReplyDeleteAlhamdulillah ADA CINTA DIBALIK RASA~43 sudah hadir, terimakasih bu Tien, semoga sehat & bahagia senantiasa bersama keluarga.
ReplyDeleteAamiin yra..🤲
Aamiin Ya Robbal Alamiin
DeleteSami2 pak Djodhi
ReplyDeleteAlhamdulillah, jeng dokter, senang mendengarnya. Kalau lagi senggang, masak itu menyenangkan. Apalagi kalau dinikmati seluruh keluarga.
Salam kangen dari Solo.
Saya lagi sakit peyut nih.
ReplyDeleteAlhamdullilah
Ada Cinta Dibalik Rasa 43 telah. hadir
Matur nuwun bu Tien
Semoga sehat bahagia bersama keluarga
Aamiin...
.
Aamiin Ya Robbal Alamiin
DeleteSami2 pak Wedeye
Oh Melati kau mengingatkan ku pada istriku
ReplyDeleteKbtln sama yah namanya
ADUHAI ADUHAI ADUHAI
DeleteJeng In
ADUHAI...
ReplyDeleteIkut berbahagia nih...
Sekaligus penasaran dengan Melati dan Daniel.
Matur nuwun, Mbak Tien
Salam sehat selalu 🥰
Sami2 ibu Purwani
DeleteSalam sehat juga
maturnuwun bunda
ReplyDeleteSami2 ibu Nanik
DeleteJgn2 sakit peyut nya krn ngicipi sotonya mas Baskoro nih mb Tien? Saking enaknya nambah teyus d kebanyakan sambelnya jd sakit deh peyutnya...ha ha just joke mb Tien ... smg lekas pulih mb Tien ... Slm aduhai sll. . ditunggu ... Melati ...
ReplyDeleteHeheee... tahu ajah jeng Sapti
DeleteTomatto.... 💕😍
ReplyDelete🤩🤩
DeleteYaah.. sdh tamat. Msh penisirin, apakah Suri akan rujuk dng Baskoro, mengingat Nugi butuh seorang ayah. Smg masih ada terusannya.
ReplyDeleteMtr nwn Bu Tien, sehat sll. Slmt mnjlkn ibadah puada Ramadhan.
Sami2 ibu Endah..
DeleteTerimakasih Mbak Tien..
ReplyDeleteSami2 Mas MIRa
DeleteYaacchh...tamat....ditunggu cerita selanjutnya bunda Tien..sehat selalu njih bunda...
ReplyDeleteAamiin Ya Robbal Alamiin
DeleteSami2 ibu Swissti
Iya... Kok sdh tamat bersambung di Melati
ReplyDeleteTerimakasih.. Bunda Tien sehat selalu jasmani rohani ekonomi Salam Aduhai
Aamiin Ya Robbal Alamiin
DeleteSami2 ibu Nanik
Makasih mba Tien.
ReplyDeleteSalam hangat selalu
Sami2 ibu Sul
ReplyDeleteSalam aduhai deh
Terimakasih Bunda Tien, sehat2 selalu ya....
ReplyDelete