Monday, September 20, 2021

ROTI CINTA 31

 

ROTI CINTA  31

(Tien Kumalasari)

 

Abian ingin berteriak, tapi diurungkannya. Menurutnya lebih baik Dita jangan tahu dulu bahwa pecundang itu ada disitu.

“Tapi heran aku, mengapa dia juga ada disini? Apa Dina mengundangnya, atau dia hanya ikut si tukang bakso itu untuk membantu ?”

“Mas, lagi ngelihatin apa sih ?”

“Oh.. eh.. nggak, itu.. rupanya tukang bakso langganan kita benar-benar diborong ditempat ini.”

“Benarkah? Dimana dia?”

“Disebelah sana, sudah.. nanti saja kalau pengin baksonya,” kata Bian sambil menarik Dita untuk  menghalangi pandangan Dita ke arah gerobak bakso itu.

Bian bertekat menemui Ferry tapi tak ingin Dita mengetahuinya.

Lalu Bian melihat Dina melambaikan tangan ke arah Dita, dan Dita bergegas menghampiri kakaknya. Bian mengikutinya.

“Kamu duduk disini saja, sebentar lagi pasti sudah pada datang. Kamu awasi catering menata menunya. Meja-meja untuk menata hidangan sudah disiapkan dan sudah ada tulisannya, bagian selat segar, nasi berikut lauknya, puding buah, lalu ada wedang ronde dan bakso diluar gedung. Rustanto sudah mulai bersiap-siap.”

Dita hanya mengangguk.

“Sepertinya sudah ada yang bertugas menata masing-masing hidangan kan?”

“Benar, kamu cuma harus memastikan bahwa semuanya sempurna. Setelah itu kamu dan Bian boleh duduk bersama kami,” kata Dina memberi instruksi, kemudian Dina berlalu.

“Aku heran sama mbak Dina, sebenarnya kan sudah ada panitianya untuk masing-masing seksi, kok dia masih menyuruh aku ikutan sih,” keluh Dita.

“Rupanya, Dina mendapat bagian konsumsi, jadi dia ingin kamu membantunya supaya bebannya lebih ringan,” kata Abian.

“Hm.. cari enaknya saja mbak Dina, tapi ya kasihan kalau tidak dibantu, ini reuni tapi seperti orang punya hajat menikahkan anaknya saja.”

“Iya, biar meriah.”

Lalu alunan musik dari orgen tunggal terdengar mengalun. Dan beberapa teman Dina tampak sudah hadir.

“Mas Bian duduk disini dulu ya, aku mau melihat kedalam, sepertinya mereka sudah mulai menata hidangan.”

“Ya, baiklah, perlu aku bantu?”

“Tidak mas, nanti kalau sudah beres kita pulang saja ya, tugasku kan hanya ikut mengawasi penataan hidangan.”

“Wah.. cocok Dit, kita bisa berjalan-jalan sendiri.”

Dita berjalan masuk melalui samping.

Abian berdiri, ia meraba dompetnya, dan membukanya.

“Ah, untunglah kartu mahasiswa itu terbawa didalam dompetku,” gumam Bian lalu melanjutkan berjalan kearah gerobak bakso Rustanto, yang sudah tertata manis, sambil menaruh kartu mahasiswa Ferry didalam saku bajunya.

“Hallo mas Rustanto,” sapa Abian.

Bukan Rustanto saja yang terkejut. Ferry yang sedang memasang tulisan ‘BAKSO’ didepan gerobak juga terperanjat. Apalagi ketika Abian menatapnya tajam. Aduh, serem juga si tampan ini kalau sedang menatap tanpa senyuman ramah begini.

“Bagaimana dia bisa berada disini? Bukankah ini reuni diantara teman-teman mbak Dina? Apa dia tahu kalau aku ada disini?” pikir Ferry.

“Lho, ini kan mas Bian? Ikutan reuni juga ?” sapa Rustanto.

“Nggak mas saya cuma mau ketemu dia,” kata Bian sambil menunjuk ke arah Ferry.

Ferry merasa, Bian mengetahui sesuatu. Dia menatap dirinya dengan pandangan tak suka. Apakah Bian tahu siapa pelaku ban gembos itu?

“Ada apa ya?” tanya Ferry.

“Kamu merasa kehilangan ini ?” kata Bian sambil mengeluarkan kartu mahasiswa dari sakunya.

“Oh, itu punya aku,” kata Ferry sambil mengulurkan tangannya akan mengambil kartu itu, tapi Bian memasukkan kartu itu kembali ke sakunya.

“Apa maksudmu ?”

Bian menoleh ke arah gedung, tamu-tamu sudah banyak yang datang. Tapi belum saatnya makan, jadi tak akan ada yang memperhatikan mereka.

“Kamu ingin kartu ini kembali? Ayo kita keluar dulu,” kata Abian sambil berjalan keluar halaman gedung.

Ferry mengikutinya.

Rustanto menatap mereka dengan khawatir. Dia tahu kejadiannya, ketika mobil Bian kempes semua, lalu petugas bengkel menemukan kartu mahasiswa Ferry dibawah mobil Bian. Ia meletakkan serbet yang tadi dipegangnya, lalu berjalan keluar mengikuti mereka.

“Kalau terjadi sesuatu aku harus melerai mereka,” gumam Rustanto.

Ditempat yang agak sepi, Bian berhenti. Ferry sudah sampai didekatnya.

“Tahukah kamu, bagaimana kartu mahasiswa kamu ini bisa aku temukan?”

“Katakan saja apa maksud kamu.”

“Aku akan mengembalikan kartu kamu ini, tapi aku harus tahu, bagaimana kartu ini bisa ada dibawah mobil aku?”

Ferry diam sesaat. Sudah jelas Bian tahu bahwa dialah pelakunya. Tapi Ferry tak tampak keder.

“Saat itu ban mobil aku kempes ke empat-empatnya. Apa jawab kamu?”

“Baiklah, aku yang melakukannya,” kata Ferry tanpa takut, mengelakpun tak akan ada gunanya, dan dia tak ingin disebut pengecut.

Bian maju selangkah, kemudian mencengkeram leher baju Ferry. Ferry berusaha menepiskannya, tapi tak berhasil.

“Mengapa kamu melakukannya?”

“Aku benci sama kamu!” kata Ferry terus terang.

“Aku salah apa sehingga kamu membenci aku.”

“Aku benci sekali, kamu laki-laki sombong, mentang-mentang kaya, sedangkan aku hanya orang kampung yang miskin.”

“Jawaban kamu sama sekali nggak nyambung. Kamu seorang terpelajar. Hampir menjadi sarjana, bagaimana kamu bisa melakukan hal sekotor itu? Bagaimana kamu bisa punya pemikiran sedangkal itu?  Kekayaan aku dan kemiskinan kamu tak ada hubungannya dengan ban mobil yang kamu kempesin.”

“Karena kamu sombong dan berhasil merebut perhatian gadis yang aku sukai.”

“O, jadi itu masalahnya? Ya Tuhan, Seorang calon sarjana memiliki pemikiran yang sangat dangkal. Tahukah kamu arti sebuah cinta? Cinta tidak memandang derajat seseorang. Entah dia kaya entah dia miskin, kalau cinta ya cinta aja. Dita bukan gadis yang memandang aku sebagai orang berada. Kami saling mencintai bukan karena harta tapi karena rasa. Kamu mengerti?”

“Lepaskan bajuku!” geram Ferry karena Bian tidak juga melepaskan cengkeramannya.

“Tidak kalau kamu tidak mau mengakui kesalahan kamu.”

“Kamu menantang aku? Lepaskan dan mari bertarung sebagai laki-laki.”

“Kamu bukan laki-laki sejati. Kamu bermain kotor.”

Ferry yang amat marah menepis tangan Bian dengan keras, sehingga cengkeraman itu terlepas. Lalu Ferry mengayunkan kepalan tangannya ke arah wajah Bian. Tapi dengan cekatan Bian berhasil menahan tangan Ferry.

Bian bertubuh tinggi besar, sedangkan Ferry jauh lebih kecil dan juga lebih pendek. Namun rupanya Ferry tak sudi menyerah begitu saja.

Rustanto yang melihatnya dari kejauhan segera mendekat dan melerai mereka. Tapi sial sebuah bogem tangan Ferry justru menghantam pelipisnya, membuat Rustanto terhuyung.

“Apa kamu sudah gila?” teriak Bian.

“Mas Ferry, jangan begitu mas, sudahlah.. sudahlah.. mas Ferry kan memang bersalah, lebih baik mengakui salah dan meminta maaf.

Ferry mundur kebelakang, melihat Rustanto tampak kesakitan dia menghentikan perlawanannya.

“Maaf mas,” katanya kepada Rustanto.

“Mas Ferry kan bersalah, minta maaf saja lebih baik. Kita ini bukan anak-anak kecil yang sedang memperebutkan mainan. Kalau mas Ferry bilang memperebutkan harga diri juga salah, kan memang mas Ferry bersalah?”

Ferry terdiam.

“Tolong mas, minta maaflah kepada mas Bian, dan akuilah bahwa memang mas Ferry pelakunya.”

Ucapan Rustanto termakan oleh Ferry. Rasa kebenciannya kepada Bian membuatnya ingin melampiaskannya dengan bertarung. Tapi ada Rustanto yang tampaknya mengetahui semuanya. Ada rasa tidak enak ketika Rustanto mencampuri urusannya.

“Baiklah, kembalikan kartu mahasiswaku,” katanya dingin.

“Kamu tidak ingin minta maaf?” tanya Bian yang kemudian merogoh saku bajunya, mengeluarkan lagi kartu itu.

“Baiklah, maaf,” hanya itu yang diucapkan Ferry.

Pada dasarnya Bian berhati baik. Tapi dia kesal karena Ferry bersikap seakan tidak bersalah, dan menganggap  perbuatannya adalah sesuatu yang biasa saja. Mendengar permintaan maaf Ferry, apa dan bagaimanapun sikapnya, Bian mengulurkan kartu itu yang kemudian diterima Ferry dengan kasar, lalu dia pergi lagi masuk ke halaman gedung, dimana sudah banyak tamu yang hadir. Suara musik yang memekakkan telinga membuat dadanya semakin bergemuruh. Ferry menunggu Rustanto masuk lalu berpamit pergi.

“Maaf saya tidak bisa membantu mas,” kata Ferry sambil menuntun sepeda motornya.

“Ya mas Ferry, tidak apa-apa, tadi mas Ferry sudah banyak membantu. Tapi tunggu, mau membawa sebungkus bakso untuk dimakan dirumah kost mas Ferry?”

“Tidak, terimakasih,” katanya sambil berlalu.

Rustanto menghela napas. Dilihatnya Bian berpapasan dengan Ferry yang mau keluar, tapi mereka tak saling menyapa.

“Maaf mas, terpaksa mas Rustanto ikut turun tangan, dan kesakitan kena tonjok,” kata Bian yang kemudian juga mendekati tempat gerobak bakso Rustanto.

“Tidak apa-apa mas, saya takut mas Ferry dan mas Bian berantem. Tidak menyangka mas Ferry sangat kasar dan susah mengakui kesalahan.”

“Dia masih berjiwa muda, gampang panas.”

“Padahal harusnya sudah bisa bersikap dewasa.”

“Nanti dengan berjalannya waktu dia akan menjadi dewasa.”

“Mas Bian mau mencicipi bakso dulu?”

“Nanti saja gampang, saya kemari ingin membantu, karena Ferry kabur dan batal membantu.”

“Tidak apa-apa mas, dia kan hanya iseng ingin membantu, tapi sebetulnya saya bisa mengatasinya, karena saya datang lebih awal dan mempersiapkan semuanya.”

“Benar, tidak butuh bantuan?”

“Tidak mas, terimakasih, tadi mas Ferry juga sudah membantu memasang tulisan itu dan menghias gerobak saya begitu bagus.”

“Sebenarnya dia baik, cuma sedikit berangasan.”

“Kenapa dia seperti sangat membenci mas Bian?”

“Mas Biaaaan!” tiba-tiba terdengar teriakan, Dita berjalan mendekati mereka.

“Dita ?”

“Duh, untunglah dia tidak melihat ‘huru-hara’ tadi,” kata Bian pelan.

“Ternyata mas ada disini, aku mencari kemana-mana.”

“Iya mbak, mengajak saya ngobrol, sebelum tamunya pada makan,” kata Rustanto.

“Kamu sudah selesai?”

“Sudah, ayo kita pergi,” ajak Dita.

“Lho tidak ikutan rame-rame mbak?”

“Nggak ah, itu teman-temannya mbak Dina, banyak yang nggak kenal. Tadi aku cuma membantu mengawasi penataan catering.”

“Ya sudah mas, kami cabut dulu ya?” kata Bian kepada Rustanto.

“Ya mas, lebih baik hari Mingguan berdua ya,” goda Rustanto yang membuat Bian tertawa.

***

Didalam gedung suasana sudah sangat ramai. Teriakan-teriakan diantara teman yang lama tidak ketemu, berbaur dengan suara musik dengan penyanyinya yang memiliki suara aduhai, dan tawa mereka yang bersahutan, terkadang diiringi jeritan-jeritan kecil saat para perempuan saling mencubit. 

Suasana senyap ketika ketua acara memberi sambutan yang disudahi dengan tepuk tangan yang panjang.

Eny mendekati Dina,  menanyakan persiapan catering untuk makan malam mereka.

“Sudah beres dan jangan khawatir. Tadi Dita aku suruh membantu mengawasi.

“Curang kamu, punya tugas diserahin ke adik kamu.”

“Tugasku kan merangkap-rangkap, jadi Dita aku suruh ngebantu.”

“Mana dia sekarang?”

“Sudah pergi, baru saja pamit melalui pesan singkat. Dia bersama pacarnya.”

“Yah, adik kamu sudah punya pacar, kapan kamunya?”

“Sudah, jangan reseh. Sekarang aku mau ke  Rustanto dulu, melihat bagaimana persiapannya.”

Dina keluar dan mendekati tempat dimana tukang bakso menggelar hidangannya.

Dilihatnya Rustanto berpakaian lebih rapi, mengenakan topi ala koki sebuah restoran. Dina menatapnya lekat, dan dalam hati berkata, ternyata si tukang bakso ini ganteng juga ya. Habis kalau lagi jualan selalu memakai topi lebar yang menutupi hampir seluruh wajahnya.

“Wauw.. bagus.. gerobaknya jadi cantik dihias-hias mas.”                    

“Iya mbak, masa dibiarin gerobak tanpa dikasih apa-apa, kan biar cantik. Tadi mas Ferry juga membantu.”

“Ferry? Mana dia ?”

“Sudah pulang, tadi hanya membantu sebentar,” kata Rustanto tanpa mau menceritakan apa yang terjadi antara Ferry dan Bian.

“Oh, sudah pulang ya?”

“Sudah mbak.”

“Lho, itu.. pelipisnya mas Rus kenapa? Kok seperti lebam begitu?” tanya Dina yang memang lebih banyak mengawasi wajah si tukang bakso.

“Ooh, ini.. tadi terantuk pintu.. ketika.. ketika.. mau berangkat..” jawab Rustanto berbohong.

“Harusnya segera di olesi obat mas. Wah, kalau dirumah aku punya obatnya, bentuknya gel.”

“Nggak apa-apa kok mbak.. cuma sakit sedikit.”

“Mas, nanti kalau sempat, kita akan ngomong-ngomong. Tapi kalau tidak sempat besok aku mau ke tempat mas Rustanto deh.”

“Ngomong-ngomong soal apa ya?”

“Kan aku sudah pernah bilang, bahwa aku ingin membuat sebuah warung bakso. Nanti kita akan bekerja sama. Besok kita akan bicara lebih detailnya. Mudah-mudahan kalau tempatnya sudah ketemu, kita akan segera mulai.”

“Tapi mbak..”

“Tapi apa? Mas Rustanto keberatan?”

“Bukan, saya cuma mau bilang bahwa saya nggak punya uang untuk modal.”

“Itu jangan dipikirkan, modalnya aku, mas Rus yang mengatur masakannya. Pokoknya nanti kita bicara lagi deh, kayaknya sekarang waktunya yang nggak mengijinkan.”

“Baiklah mbak.”

Setelah berbincang sejenak, Dina kembali kedalam, menemui teman-temannya. Rupanya saat makan sudah tiba. Hiruk pikuk dan alunan musik mulai memenuhi ruangan.

***

Bian membawa Dita keluar dari gedung itu dengan perasaan lega karena akhirnya bisa berduaan dengan kekasihnya.

“Ke mana kita?”

“Terserah mas mau ke mana, aku kan cuma ngikut.”

“Harus punya ide dong, mau makan dulu sambil jalan-jalan ya?”

“Baiklah, sebenarnya aku juga lapar.”

“Disana kan banyak makanan dan kamu diserahi untuk ikut mengaturnya, kenapa nggak makan sekalian?”

“Sungkan dong mas.”

Tiba-tiba di arah depan Bian melihat kerumunan orang-orang. Bian mengurangi laju mobilnya, melintas pelan.

Tapi Dita seperti mengenali sebuah sepeda motor yang tergeletak diantara kerumunan itu.

“Itu seperti sepeda motornya Ferry.”

“Masa?”

“Iya, ada sticker-sticker di tempel hampir memenuhi badan sepeda motor itu.

Bian menghentikan mobilnya, lalu keduanya turun.

“Ada apa mas?” tanya Bian kepada salah seorang yang berkerumun.

“Kecelakaan tunggal mas, pengendara itu menabrak pohon dipinggir jalan, kami baru akan memanggil ambulan, dia pingsan.”

Bian mendekat, dan betapa terkejutnya ketika melihat yang pingsan itu adalah Ferry.

***

Besok lagi ya.

 

 

 

125 comments:

  1. Nih yg di tunggu2 udah tayang

    Mksh bunda sehat selalu doaku

    Salam ADUHAI

    ReplyDelete
    Replies
    1. Alhamdulillah bu Tien sehat wal'afiat, shg dpt menghadirkan ROTI CINTA yang ke 31 episode.
      Salam ADUHAI dari mas kakek mbandung.

      Delete
    2. Selamat jeng Iin juara 1, semoga mas Rinto yang sekarang posisi di Papua, akan membuatkan plaket juaranya.

      Delete
    3. Alhamdulillah Rocin hangat sdh hadir,manusang Bu Tien, slm sehat tetap semangat, aduhai bravo

      Delete
  2. Wah aduhai cepat.... makasih bu Tien

    ReplyDelete
  3. Terima kasih bunda, sudah tayang. Semakin gemesh dg Lika liku cintanya
    Salam aduhai

    ReplyDelete
    Replies
    1. Melok komen ah,, Terima kasih Bunda Tien, semoga Bunda sehat selalu Aamiin

      Salam aduhai,, 🙏🙏🙏

      Delete
    2. Wouw hello mb Tinta sehat selalu hbs barbar an


      Pasti si kcl dah gede dan tmbh ADUHAI

      Delete
    3. 😂😂😂😂😂

      Delete
  4. Alhamdulilah, terima kasih bu tien... tayangan rc 31 sdh tayang semoga bu tien selalu sehat, salam aduhai dari pondok gede

    ReplyDelete
  5. Alhamdulillah.... matur nuwun mbak Tien yg setia menghibur penggemar, semoga selalu sehat dan tetap berkarya. Aamiin....

    ReplyDelete
  6. Ternyat sudah tayang, salam sehat untuk semua.. selamat menikmati bacaan malam ini.. semoga selalu A D U H A I....ðŸĪ—

    ReplyDelete
  7. Alhamdulillah,terimakasih bunda Tien,sehat sll💖💖💖

    ReplyDelete
  8. Waduh FERRY kecelakaan ...apakah Bian akan menolongnya ??? Salam sehat utk Bu Tien dan penggemar cerbung Rocin..kita tunggu kelanjutannya.

    ReplyDelete
  9. Tksh mb Tien... Rocin30 sdh hadir

    Smg mb Tien sll dikaruniai kesehatan bahagia bersama kelg dan anak cucu

    Salam ADUHAI SELALU

    ReplyDelete
  10. Alhamdulillah Rocin 31 sudah tayang ...salam aduhai mb Tien

    ReplyDelete
  11. Alhamdulillah RC sudah tayang. Maturnuwun Bu Tien, semoga ibu sehat selalu...

    ReplyDelete
  12. Alhamdulillah sudah tayang.
    Matur nuwun Bu Tien. Semoga sehat selalu.
    Aamiin yaa robbal alamiin

    ReplyDelete
  13. Woow stlg libur sehari.. Skrngdah nuncul mbak Tien . Sehaty mbak.. MakasihRocin ke 31 nya salam seroja dan aduhaai sll dri sukabumi.. 😘😘😍😍ðŸĨ°ðŸĨ°

    ReplyDelete
  14. Hallow mas2 mbak2 bapak2 ibu2 kakek2 nenek2 ..
    Wignyo, Opa, Kakek Habi, Bambang Soebekti, Anton, Hadi, Pri , Sukarno, Giarto, Gilang, Ngatno, Hartono, Yowa, Tugiman, Dudut Bambang Waspodo, Petir Milenium (wauuw), Djuniarto, Djodhi55, Rinto P. , Yustikno, Dekmarga, Wedeye, Teguh, Dm Tauchidm, Pudji, Garet, Joko Kismantoro, Alumni83 SMPN I Purwantoro, Kang Idih, RAHF Colection, Sofyandi, Sang Yang, Haryanto Pacitan, Pipit Ponorogo, Nurhadi Sragen, Arni Solo, Yeni Klaten, Gati Temanggung, Harto Purwokerto, Eki Tegal dan Nunuk Pekalongan, Budi , Widarno Wijaya, Rewwin, Edison, Hadisyah,
    Sastra, Wo Joyo, Tata Suryo, Mashudi, B. Indriyanto, Nanang, Yoyok, Faried, Andrew Young, Ngatimin, Arif, Eko K, Edi Mulyadi, Rahmat, MbaheKhalel, Aam M, Ipung Kurnia, Yayak, Trex Nenjap, Sujoko, Gunarto, Latif, Samiadi, Alif, Merianto Satyanagara, Rusman, Agoes Eswe, Muhadjir Hadi, Robby, Gundt, Nanung, Roch Hidayat, Yakub Firman, Bambang Pramono, Gondo Prayitno , Zimi Zaenal M. , Alfes, Djoko Bukitinggi, Arinto Cahya Krisna , HerryPur, Djoni August. Gembong. Papa Wisnu, Djoni, Entong Hendrik

    ReplyDelete
  15. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  16. Hallow..
    Yustinhar. Peni, Datik Sudiyati, Noor Dwi Tjahyani, Caroline Irawati, Nenek Dirga, Ema, Winarni, Retno P.R., FX.Hartanti, Danar, Widia, Nova, Jumaani, Ummazzfatiq, Mastiurni, Yuyun, Jum, Sul, Umi, Marni, Bunda Nismah, Wia Tiya, Ting Hartinah, Wikardiyanti, Nur Aini, Nani, Ranti, Afifah, Bu In, Damayanti, Dewi, Wida, Rita, Sapti, Dinar, Fifi, Nanik. Herlina, Michele, Wiwid, Meyrha, Ariel, Yacinta, Dewiyana, Trina, Mahmudah, Lies, Rapiningsih, Liliek, Enchi, Iyeng Sri Setyawati , Yulie, Yanthi , Dini Ekanti, Ida, Putri, Bunda Rahma, Neny, Yetty Muslih, Ida, Fitri, Hartiwi DS, Komariah P., Ari Hendra, Tienbardiman, Idayati, Maria, Uti Nani, Noer Nur Hidayati, Weny Soedibyo, Novy Kamardhiani, Erlin, Widya, Puspita Teradita, Purwani Utomo, Giyarni, Yulib, Erna, Anastasia Suryaningsih, Salamah, Roos, Noordiana, Fati Ahmad, Nuril, Bunda Belajar Nulis, Tutiyani, Bulkishani, Lia, Imah P Abidin, Guru2 SMPN 45 Bandung, Yayuk, Sriati Siregar, Guru2 SMPN I Sawahlunto, Roos, Diana Evie, Rista Silalahi, Agustina, Kusumastuti, KG, Elvi Teguh, Yayuk, Surs, Rinjani, ibu2 Nogotirto, kel. Sastroharsoyo, Uti, Sis Hakim, Tita, Farida, Mumtaz Myummy, Gayatri, Sri Handay, Utami, Yanti Damay, Idazu, Imcelda, Triniel, Anie, Tri, Padma Sari, Prim, Dwi Astuti, Febriani, Dyah Tateki, kel. SMP N I Gombong, Lina Tikni, Engkas Kurniasih, Anroost, Wiwiek Suharti, Erlin Yuni Indriyati, Sri Tulasmi, Laksmie, Toko Bunga Kelapa Dua, Utie ZiDan Ara, Prim, Niquee Fauzia, Indriyatidjaelani,
    Bunda Wiwien, Agustina339, Yanti, Rantining Lestari, Ismu, Susana Itsuko, Aisya Priansyah, Hestri, Julitta Happy, I'in Maimun, Isti Priyono, Moedjiati Pramono, Novita Dwi S, Werdi Kaboel, Rinta Anastya, r Hastuti, Taty Siti Latifah, Mastini M.Pd. , Jessica Esti, Lina Soemirat, Yuli, Titik, Sridalminingsih, Kharisma, Atiek, Sariyenti, Julitta Happy Tjitarasmi, Ika Widiati, Eko Mulyani, Utami, Sumarni Sigit, Tutus, Neni, Wiwik Wisnu, Suparmia, Yuni Kun, Omang Komari, Hermina, Enny, Lina-Jogya, mbah Put Ika, Eyang Rini ,Handayaningsih, ny. Alian Taptriyani, Dwi Wulansari, Arie Kusumawati, Arie Sumadiyono, Sulasminah , Wahyu Istikhomah, Ferrita Dudiana, SusiHerawati, Lily , Farida Inkiriwang, Wening, Yuka, Sri, Mbah Wi, Si Garet, ibu Wahyu Widyawati, Rini Dwi, Pudya , Indahwdhany, Butut, Oma Michelle, Linurhay, Noeng Nurmadiah, Dwi Wulansari, Winar, Hnur, Umi Iswardono , Yustina Maria Nunuk Sulastri Rahayu Hernadi , Sri Maryani, Bunda Hayu Hanin, Nunuk, Reni, Pudya, Nien, Swissti Buana, Sudarwatisri, Mundjiati Habib, Savero, Ida Yusrida, Nuraida, Nanung, Arin Javania. Ninik Arsini, Neni , Komariyah, Aisya Priansyah, Jainah Jan. Civiyo, Mahmudah, Yati Sri Budiarti, Nur Rochmah. Uchu Rideen
    . Ninik Arsini, Endah. Nana Yang,

    ReplyDelete
  17. Hallow Pejaten, Tuban, Sidoarjo, Garut, Bandung, Batang, Kuningan, Wonosobo, Blitar, Sragen, Situbondo, Pati, Pasuruan, Cilacap, Cirebon, Bengkulu, Bekasi, Tangerang, Tangsel,Medan, Padang, Mataram, Sawahlunto, Pangkalpinang, Jambi, Nias, Semarang, Magelang, Tegal, Madiun, Kediri, Malang, Jember, Banyuwangi, Banda Aceh, Surabaya, Bali, Sleman, Wonogiri, Solo, Jogya, Sleman, Sumedang, Gombong, Purworejo, Banten, Kudus, Ungaran, Pamulang, Nusakambangan, Purworejo, Jombang, Boyolali. Ngawi, Sidney Australia, Boyolali, Amerika, Makasar, Klaten, Klipang, JAKARTA...hai..., Mojokerto, Sijunjung Sumatra Barat, Sukabumi, Lamongan, Bukittinggi, Hongkong, El Segudo, California, Terimakasih atas perhatian dan support yang selalu menguatkan saya. Aamiin atas semua harap dan do'a.
    ADUHAI.....

    ReplyDelete
    Replies
    1. Selamat malam Bu Tien...terimakasiih Rocinnya ..
      sehat slalu utk ibu n keluarga ..salam ADUHAI...

      Delete
    2. Terima kasih Bundaku, kereeeeeen 👍👍👍👍

      Delete
  18. Wah kasihan sama Ferry, udah cinta nya g kesampaian , kecelakaan pula, makasih Bu Tien, salam sehat n aduhai dari Pasuruan

    ReplyDelete
  19. Loo,,,looo ,,,looo lakok sudah ketinggalan jauh,,pasti kalah sama jeng IIn ,,,sama Kakek Habi Trima kasih jeng Tien RC 31 ,,sehat selalu yaaaa salam ADUHAI

    ReplyDelete
  20. Alhamdulillah
    Terimakasih bunda tien semoga sehat walafiat 🙏🙏🙏🙏

    ReplyDelete
  21. Pasti krn tdk fokus Ferry mengalami kecelakaan tunggal... Smg Abian menolongnya
    ... Trmksh mb Tien RC sdh hadir gasik..slm seroja utk mb Tien dan para pctk dimanapun.beradaðŸĪ—

    ReplyDelete
  22. Oalah....... Feri rupanya berkendara sambil melamun. .... Terima kasih Bu Tien salam sehat selalu.

    ReplyDelete
  23. Tiiii..... Rotiiii ayo2 roti cinta sdh dtng, dimonggo dinikmati sedoyo sederek... matur nuwun bu Tien sayang

    ReplyDelete
  24. Matur nuwun bunda Tien..RC 31 sdh tayang..

    salam ADUHAI njih bun..

    ReplyDelete
  25. Wah asyik, tayang awal bisa mimpi indah.Akhirnya Bian bisa bertemu Fery dan Fery sudah mengaku kalau dia yang mengempeskan ban mobil. Sayang Fery agak brangasan, kurang dewasa dan kurang gentle. Mudah mudahan Bian dan Dita membantu membawa Fery ke rumah sakit dan nantinya Fery akan sadar bahwa Bian memang orang baik, tidak layak dimusuhi. ibaratnya sengsara membawa hikmah. semoga akhirnya damai. aamiin

    ReplyDelete
  26. Waalaikum salam... terima kasih... sehat sehat trs Bunda Tien...

    ReplyDelete
  27. Alhamdulillah terima kasih atas wedarannya roti cinta nya, semoga mbak Tien sehat²selalu

    ReplyDelete
  28. Alhamdulillah, matur nuwun bu Tien ROTI CINTA nya,,dicelup kuah baksonya mas Rustanto bikin Dina terpesona,,, ADUHAAII deh

    Sehat wal'afiat semua ya bu Tien
    🙏ðŸĪ—ðŸŒŋðŸŒđðŸŒŋ

    ReplyDelete
  29. Alhamdulillah, sdh bisa menikmati roti cinta....terima kasih Bu Tien....salam sehat selalu...🙏

    ReplyDelete
  30. Haduh nasib, durung madang karepÃĐ ngrewangi bÃĻn ÃĐntuk gratisan diner, malah tenagane buat emosi, sok gengsi lagi, suruh bawa makanan nggak mau..
    Pusing dÃĻh..
    Nabrak pohon lagi..
    ah anak muda esmoshi

    Terimakasih Bu Tien roti cinta yang ke tiga puluh satu sudah tayang
    Sehat sehat selalu doaku, sedjahtera, bahagia bersama keluarga tercinta

    ReplyDelete
  31. Hadeeh fery....

    Bu Tien emang super hebat tuk mengaduk ngaduk perasaan pembaca..
    Trima kasih ya bu.
    Sehat selalu tuk ibu dan kluarga.

    Salam aduhai..

    ReplyDelete
  32. Matur nuwun mbak Tien-ku, roti-nya sudah sampai di alamat .
    Dina mulai merintis usaha yang dilakukan bersama si Abang tukang bakso. Mudah-mudahan berjodoh yaaa..
    Bian mestinya menolong Ferry, kan orang baik hati.
    Kelanjutan ceritanya kami tunggu dengan sabar.
    Salam sehat, semangat, mantab mbak Tien yang selalu ADUHAI.

    ReplyDelete
  33. Alhamdulillah RC~31 sudah hadir.. maturnuwun..🙏
    Salam aduhai..

    ReplyDelete
  34. Suwun mba Tien...
    semoga rencana Dina untuk membuka usaha bakso dengan Rustanto berjalan lancar dan sukses...
    Ferry semoga kamu tidak cedera yg serius...dapat kebalan dengan suster cantik yg baik hati...
    semoga mba Tien dan keluarga besar selalu sehat dan bahagia...Aamiin

    ReplyDelete
  35. Alhamdulillah
    Terima kasih bu tien dengan roti cintanya .... bisa untuk bekal tidur

    Semoga bu tien sehat2 & selalu dalam lindungan Allah SWT

    Salam aduhai

    ReplyDelete
  36. Rocin 30 sdh hadir. Semoga Dina dan Rustanto deh .Bian hmmmm Dita si adik ho ho Dian n Witri makin bucin deh ho ho ho

    ReplyDelete
  37. Alhamdulillah.. Trimksh bu tien..
    Sehat selalu..

    ReplyDelete
  38. Alhamdulillah
    Terimakasih Rocinnya bunda Tien
    Semoga bunda Tien sekeluarga selalu sehat walafiat aamiin
    Salam sehat dan aduhai dari Purworejo

    ReplyDelete
  39. Alhamdulilah. Rocin 31 telah hadir. Dina akan berjodohkah dg Rustanto dan Fery pergi dg hati panas jd naik motor tdk konsentrasi yg berakibat fatal pada dirinya.
    Bgmn kelanjutan kisah ini jd penasaran ...

    ReplyDelete
  40. Alhamdulillah Roti Cinta Episode 31 sudah tayang, matur nuwun mBak Tien Kumalasari.
    Salam sehat dan salam hangat dari Tangerang.

    ReplyDelete
  41. Alhamdulillah ... Trimakasih kiriman rocinnya Bu Tien ... Ditunggu episode lanjutannya ... Semoga Bu Tien selalu sehat ... Salam seroja tuk semuanya 🙏🙏🙏

    ReplyDelete
  42. Makasih mbak Tien hidangan RC31 masih hangat, salam sehat selalu dan aduhaiii....

    ReplyDelete
  43. Waduh ... Nabrak pohon..ngalamun nih si Ferry . Mending ikutan makan2... Ada selat Solonya ya Bu Tien ..??? Jadi pengen ..😀

    ReplyDelete
  44. Alhamdulillah RC.31 telah tayang, terima kasih bu Tien, sehat n bahagia selalu.
    UR.T411653L

    ReplyDelete
  45. Maturnuwun bu Tien...bikin dag dug dug bacanya...

    ReplyDelete
  46. Alhamdulillah
    Matursuwun bu Tien. Semoga sehat selalu bu.

    ReplyDelete
  47. Alhamdulillah ROCIN 31 yg ditunggu hadir maturnuwun Bu Tien sehat selalu salam sehat semangat dan ADUHAI 🙏

    ReplyDelete
  48. Alhamdulillah ROCIN 31 sdh tayang,matursuwun mbak Tien
    Aduhai... salam sehat selalu

    ReplyDelete
  49. Makasih Bunda untuk ROTI CINTA 30;Sehat dan tetap semangat dlm berkarya
    Met malam dan met istirahat

    ReplyDelete
  50. Makasih bu Tien roti cinta nya...

    ReplyDelete
  51. Alhamdulillah RC30 sdh tayang. Tks bu Tlen, saya sdh diabsen. Salam sehat dan tetap ditunggu lanjutannya..

    ReplyDelete
  52. Makasih mba Tien.
    Salam sehat dan selalu aduhai mba

    ReplyDelete
  53. Puji Tuhan ibu Tien sehat, semangat dan produktip, shg ROCIN 31 hadir gasik bagi kami para penggandrungnya.

    Ada2 aja kejadian baru yg bikin penasaran... Semoga Ferry cepat sembuh dan berteman/bersahabat lebih baik dgn Bian yg peduli dan penolong.
    Semoga rencana kerja sama Dina dan Rustanto lancar, bahkan bisa berjodoh.

    Monggo dilanjut aja ibu Tien dalem penasaran. Matur nuwun Berkah Dalem.
    Salam ADUHAI...

    ReplyDelete
  54. Salam sahat Bu Tien, matur nuwuuun....

    ReplyDelete
  55. Trimakasih mbak Tien RC31nyaa...

    Waduuuh...ikut dheg²plas bacanya ketika Bian berhadapan dgn Ferru si pengecut (maunya sih ga mau dibilang pengecut)...kenyataannya??ðŸĪŠ
    Mngkin naik motor sambil nglamun kali jd nabrak po'on..ðŸ˜Đ

    Gmn lanjutannyaaa..besok lagi yaa..

    Salam sehat dan aduhaii mbak Tien..🙏😘⚘

    ReplyDelete
  56. Alhamdulillah RC31 sdh tayang. Tks mb Tlen,Salam sehat dan sal Aduhay

    ReplyDelete
  57. Terima kasih mbak Tien cerbungnya.
    Ferry emotional, tdk sempat mukul Bian, akhirnya dia pukul pohon. He5x.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Halloww pak Andrew.. lama nggak komen.. sibuk ya..
      ADUHAI deh

      Delete
  58. Makasih Bu Tien.
    Salam sehat dan selalu aduhai

    ReplyDelete
  59. Alhamdulillah,roti cinta semakin ADUHAI..terima kasih Bu Tien..senantiasa sehat,Aamiin.

    ReplyDelete
  60. Maturnuwun , mb Tien rocin nya Semakin seneng bacanya.
    Salam sehat nan aduhai .
    Yuli Suryo, emarang

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ibu Yuli.. namanya ditaruh di unknown dong.
      Salam sehat hangat dan ADUHAI

      Delete
    2. Hey Guys..... edit profilmu biar Bunda Tien & semua pembaca mengenalmu.... Dengan cara : Itu tuh tulisan UNKNOWN yang warna kuning di ketuk ,,, lalu ketuk EDIT PROFIL di sudut kanan atas, lalu isi biodata & sertakan foto termanismu yaa,, jangan foto mantan apalagi pelakor.. lalu ketuk SIMPAN... Mudahkan,,, di coba yaaa nanti kalau sukses aku kasih hadiah,,,

      Okeyy Guys,, salam ADUHAI 💗💗💗

      Delete
  61. Assalamualaikum wr wb. Ferry rupanya msh emosi, kurang konsentrasi,shg nabrak pohon...Mudah mudahan tdk cidera berat.
    Maturnuwun Bu Tien, sdh menyajikan cerita yg semakin menarik dan penasaran menunggu episode berikutnya. Semoga Bu Tien beserta keluarga tansah pinaringan karahayon, sugeng ing sadayanipun. Aamiin... Salam sehat dan aduhai dari Pondok Gede...

    ReplyDelete
  62. Wa'alaikum salam wr wb,
    Aamiin Allahumma Aamiin
    Matur nuwun dan ADUHAI pak Mashudi

    ReplyDelete
  63. Alhamdulillah. rcnya sangat menghibur.
    Semalm ngak buka vertigo kumat.
    Trims bu Tien. Semoga ibu dan keluarga sehat selalu . Aamiin

    ReplyDelete
  64. Alhamdulillah....
    Mtur nuwun bun....
    Mugi2 tansah pinaringan rahayu wilujeng sedoyonipun....

    ReplyDelete

CINTAKU JAUH DI PULAU SEBERANG 43

  CINTAKU JAUH DI PULAU SEBERANG  43 (Tien Kumalasari)   Arum terdiam. Ia tidak lupa pada waktu yang dijanjikan Listyo, tapi sungguh dia bel...