ROTI CINTA 28
(Tien Kumalasari)
“Witri, kamu mendengar pertanyaanku bukan?” ulang Dian karena Witri tidak menjawab. Ia sedang menata debar jantungnya karena pertanyaan itu ada hubungannya dengan kata-kata ibunya ketika Dian menyatakan suka padanya.
“Apa ?”
“Lhoh, kamu ternyata melamun? Memikirkan hari bahagia itu ya?”
“Ti..tidak.. Hari bahagia apa?”
“Kalau menikah, bukankah itu hari bahagia?”
"Saya tidak akan menikah.”
“Tapi ibu kamu bilang, kamu sudah dilamar. Benar kan?”
Witri menghela napas karena dadanya terasa sesak. Sesak karena debar jantungnya semakin kencang saja.
“Tidak,” akhirnya Witri menjawab.
“Tidak apa?”
“Tidak benar..”
“Masa ibu kamu bohong?”
“Bukan bohong. Itu benar. Tapi tidak ada yang akan menikah sama saya.”
Sekarang giliran Dian yang berdebar. Ada harapan yang melintas dibenaknya. Aduhai, rupanya rasa cinta sedang berpacu disini. Siapa yang lebih dulu membuka peluang dan siapa yang berani menyatakan cinta. Ada dua mahluk yang memiliki perasaan sama, tapi alangkah susah mengatakannya.
“Witri..”
Witri menoleh kesamping, memandangi hidung mancung dan mata tajam yang sedang menatap kearah depan.
"Aku tidak mengerti apa maksud semua itu.”
“Seseorang telah memohon kepada ibu untuk mempersunting saya. Ibu mengijinkannya karena orang itu menjanjikan tak akan meminta lagi uang sewa kalau saya menjadi isterinya..”
“Dia pemilik rumah yang kalian tempati ?”
“Ya mas.”
“Berarti secara tidak langsung ibu kamu menjual anak gadisnya?”
“Tidak juga. Ibu hanya kasihan kepada saya yang susah payah bekerja dan sebagian gaji saya dipergunakan untuk membayar uang sewa. Ibu melakukan itu tanpa sepengetahuan saya."
“Ketika ibu bilang, saya terkejut. Saya mencari nomor kontak pemilik rumah dan mengatakan bahwa saya tidak bersedia menjadi isterinya. Dia marah dan menyuruh kami pergi dari rumahnya," lanjut Witri
“Oo.. itu sebabnya kamu pindah ke rumah lain?”
“Dan ternyata dia sudah punya isteri yang akan diceraikannya karena mandul.”
“Kurangajar laki-laki itu.”
Witri menundukkan kepala. Dalam hati dia berpikir, apakah Dian masih akan meneruskan niatnya, atau karena sudah ada Indo cantik itu lalu melupakan kata-kata yang pernah diucapkan pada ibunya?
“Ah, siapakah aku ini, mengapa mengharapkan sesuatu yang sangat tinggi dan tak akan pernah terjangkau oleh tangan?” kata batin Witri.
Ia menatap kearah depan. Memandangi lalu lintas sore yang selalu ramai karena hiruk pikuk kendaraan yang tak henti-hentinya berlalu lalang. Tiba-tiba terlintas di pikirannya, mengapa jalanan tidak macet saja sehingga dia bisa berlama-lama berada didekat pria tampan yang menggetarkan hatinya? Lalu Witri mengumpat dirinya sendiri yang membayangkan angan-angan yang dianggapnya gila. Witri tak tahu bahwa pria disampingnya juga mengharapkan hal yang sama, yaitu ingin berlama-lama bersama gadis yang diimpikannya.
“Apa kamu sudah punya pacar?” kata Dian memecah keheningan sesaat oleh lamunan masing-masing.
“Apa?” Gugup Wiri menjawabnya.
“Pacar…”
“Pacar apa?”
“Kamu sudah punya apa belum?”
“Oh..”
“ Kok ‘oh’ sih..?”
Witri tersenyum. Ia merasa menjadi sangat konyol karena sebuah pertanyaan yang jelas tapi dia masih juga bertanya.
“Tidak..”
“Tidak apa?”
“Tidak punya, mana ada yang mau sama gadis miskin seperti saya?”
“Miskin itu apa?”
“Tidak berpunya.. tak punya harta.. derajat.. atau…”
“Kamu gadis yang sangat kaya..”
“Kaya seperti apa? Rumah saja tidak punya..”
“Kaya akan senyuman, kaya akan kebaikan, kaya akan cinta kasih kepada orang tua, dan banyak lagi kekayaan yang kamu miliki. Tapi ada yang kurang..”
Witri menatap lagi laki-laki disampingnya, dan bergetar lagi manakala si tampan juga menoleh kearahnya. Sekejap mata mereka bertaut dan Witri segera mengalihkan pandangan ke arah depan.
“Apa yang kurang?” tanya Witri lirih.
“Rasa cinta kepada seseorang,” jawab Dian lugas.
Hm.. belum tahu dia. Kata batin Witri. Ada sih cinta itu, tapi aku kan harus tahu diri. Tapi kata itu tak berani keluar dari mulut manisnya.
Witri kembali teringat gadis Indo yang bergayut manja di lengan Dian, beberapa hari yang lalu. Wajahnya muram seketika.
***
“Kemana kita? Rumah makan mana yang kata kamu jual bakso enak dan kita akan memesannya?” tanya Eny ketika Dina mengajaknya pergi mengurusi catering untuk acara yang akan mereka adakan.
“Ee.. jangan salah, kita tidak akan ke rumah makan manapun..”
“Lalu..?”
“Kamu tenang saja En, jangan banyak protes. Yang penting beres.”
“Baiklah.. tapi awas ya, kalau ternyata nggak enak.. “
“Enak laah.. percaya sama aku, itu bukan bakso abal-abal.”
Eny diam saja, tapi ketika mobil Dina berhenti di dekat gerobag bakso yang mangkal di pinggir jalan, Eny berteriak.
“Dina.. apa maksud kamu?”
“Itu, tukang baksonya. Ganteng kok.”
“Kamu sudah gila rupanya. Mau makan bakso atau mau melihat wajah ganteng? Di mana-mana banyak orang ganteng, tahu. Mengapa harus tukang bakso?”
“Sudah ayo turun, jangan cerewet,” kata Dina sambil turun, dan tak urung Eny mengikutinya turun sambil mengomel panjang-pendek.
Ketika kemudian Dina mengajaknya duduk, ditatapnya juga penjual bakso itu. Tapi dia selalu mengenakan topi, dan baru akan bisa melihat wajahnya ketika sudah mendekat.
“Biasa ya mbak?” tanya tukang bakso itu.
“Ya mas… dua, teh panas dua,” jawab Dina. Eny masih saja mengawasi penjual bakso itu. Ketika ia meracik isian bakso kedalam mangkuk, kemudian mengguyurnya dengan kuah yang.. hhmm… baunya sedap juga, dan hidung Eny ikutan kembang kempis karenanya.
“Disini kita akan pesan?” tanya Eny.
“Iya. Sudah nikmati dulu baru komentar.”
“Silahkan mbak,” kata si tukang bakso sambil meletakkan pesanan didepan Dina dan Eny.
Eny bukannya menatap bakso yang dihidangkan, tapi menatap si tukang bakso yang kata Dina lumayan ganteng.
“Kamu?” tiba-tiba Eny berteriak.
Dina menatap sahabatnya yang menuding si tukang bakso.
Tukang bakso itu seakan tak menggubris teriakan Eny yang diikuti dengan tudingan kearah wajahnya. Ia kembali, menuang dua gelas teh panas dari tempat yang berbeda.
“Aduh, aku ini apa sudah tua.. tunggu, aku mengenal kamu.. “ omelnya sambil memegangi keningnya dengan ujung jari telunjuknya.
Dina ikut mengingat-ingat, sejak pertama kali makan bakso disitu, ia merasa sudah pernah mengenal penjualnya, tapi lupa dimana dan siapa dia.
Tukang bakso itu menenggelamkan wajahnya pada topi yang dipakainya, lalu membawa dua teh panas itu ke meja Dina .
“Yaah, aku ingat, Rus.. Kamu Rustanto kan?”
Tukang bakso itu tersipu. Membalikkan tubuhnya lalu kembali kedepan gerobagnya, melayani pembeli yang lain.
“Dina, kamu nggak ingat? Dia kakak kelas kita. Rustanto.. lulus setahun diatas kita,” kata Eny bersemangat.
“Ahaaa.. iya benar En, dari kemarin-kemarin aku mengingat-ingat, dimana pernah melihat dia, dan siapa?”
“Kamu tuh, masa lupa sama dia?”
“Iya En, otakku kan agak tumpul,” kata Dina sambil terus menatap Rustanto.
Eny menyendok baksonya, demikian juga Dina.
“Benar enak..”
Mereka menikmati bakso itu sambil menunggu Rustanto berhenti melayani pembeli. Agak sungkan sebenarnya si tukang bakso itu ketika ada yang mengenalinya.
Rustanto baru selesai melayani pelanggan lain, ketika Dina dan Eny hampir menyelesaikan makan baksonya. Eny dengan penuh antusias melambaikan tangan ke arahnya.
“Sini, mengapa sungkan? Kita pernah satu kampus bukan ?”
Rustanto terpaksa mendekat, lalu membuka topinya.
“Tuuh.. kan.. teriak Eny lagi.”
“Ya ampuun.. mengapa kamu bersembunyi Rus?” Dina ikut-ikutan berteriak.
“Maaf, kalian orang-orang dari kalangan atas, sedangkan aku ini apa?” kata Rus yang akhirnya ikut duduk dihadapan mereka.
“Kamu jangan merendah begitu. Ini profesi yang luar biasa, berjualan dan laris, ya kan Din?”
“Benar. Tapi tunggu, sebelum kita bicara banyak, aku mau bilang, bahwa besok Minggu ini aku mau borong bakso kamu,” kata Dina.
“Acara apa?”
“Reuni teman-teman kita.”
“Aduh, malu aku..” kata Rustanto sambil mengusap wajahnya yang berkeringat dengan tissue.
“Mengapa harus malu Rus, kamu melakukan sesuatu yang luar biasa, barangkali aku punya sebuah rencana untuk kita,” kata Dina sambil menyuapkan potongan bakso terakhirnya.
“Haa.. aku tahu, kamu akan membuat sebuah warung bakso kan Din?”
“Nah, aku menemukan teman yang akan bisa aku ajak bekerja sama.”
“Wah, hebat nih. Eh, tunggu, kamu bisa kan besok Minggu itu? Ini rejeki buat kamu, karena diborong kamu bisa dapat untung lebih banyak. Ya kan?”
“Iya sih.. tapi..” kata Rus yang masih ragu-ragu.
“Sudah, nanti aku beri kamu alamatnya. Kalau kamu butuh kendaraan untuk mengangkut gerobag itu, kami yang akan membayarnya, pulang pergi. Okey?” kata Eny.
“Iya Rus, jangan menolak. Nanti kita akan bicara tentang sebuah usaha yang lebih besar. Kamu akan menjadi partner kerja yang handal.” Sambung Dina.
“Jadi nggak enak..” gumam Rus pelan.
“Enak.. baksonya juga enak kok,” canda Eny.
“Deal ya Rus, hari Minggu sore, selepas maghrib kamu sudah ada disana. Berikan alamat gedungnya En,” kata Dina.
“Aku bayar dulu sekarang sebagai tanda jadi,” kata Eny tegas, membuat Rus tak bisa berkata apa-apa lagi untuk menolaknya.
***
“Dina, kalau kamu punya tekat, jangan setengah-setengah, seperti ketika tiba-tiba kamu ingin bekerja di perusahaan Bian,” kata Leo ketika Dina mengatakan ingin membuka warung bakso bersama temannya.
“Tidak pak, Dina serius.”
“Kalau kamu serius, kamu harus menjalaninya dengan sungguh-sungguh. Menangani, mempelajari pasarnya, dan bagaimana bisa menjaring pelanggan lebih banyak. Dan satu yang harus kamu ingat, jangan berhenti ditengah jalan. Seorang pengusaha tidak selamanya jalan lalu berhasil. Terkadang kendala itu ada. Kalau kamu bersungguh-sungguh ingin maju, kamu tidak boleh berhenti walau susah diawal usaha,” kata Leo panjang lebar.
“Iya pak, kali ini Dina ingin benar-benar membuka usaha itu.”
“Darimana tiba-tiba kamu punya ide untuk jualan bakso?”
“Pada suatu hari Dina makan di warung bakso pinggir jalan. Itu, yang Dina pernah membawanya kerumah, bapak makan juga kan ?”
“Oh, iya bapak ingat, baksonya enak.”
“Kasihan dia pak, sebenarnya dia seorang sarjana diatas Dina. Tapi karena tidak mendapatkan pekerjaan, maka dia jualan bakso dipinggir jalan.”
“Wow, dia teman kamu?”
“Kakak kelas Dina. Tadinya Dina lupa dia itu siapa, karena setiap jualan dia selalu mengenakan topi yang menutupi sebagian wajahnya. Tapi kemarin Eny yang Dina ajak makan disana, tiba-tiba ingat bahwa dia itu kakak kelas kami.”
“Berarti dia juragan bakso dong.”
“Tidak, dia hanya mengambil dari juragan yang sebenarnya, lalu menjualkannya dengan setoran yang sudah ditentukan.”
Leo mengagguk-angguk. Menarik juga ide anak gadisnya.
“Lalu kami akan memborong baksonya di acara reuni nanti, kemudian kami akan bicara soal usaha bersama.”
“Bagus itu, bapak dukung kalau kamu benar-benar ingin melakukannya.”
“Dina punya tabungan, tapi mungkin tidak cukup.”
Rina yang sedari tadi hanya mendengarkan, tersenyum mendengar perkataan terakhir anaknya.
“Tuh mas, modalnya tidak cukup. Tapi baksonya enak lho, apa dia bisa memasaknya sendiri?”
"Bisa lah bu, kalau dia menjual pasti dia tahu cara membuatnya."
“Iya, bapak tahu kamu nggak punya banyak uang,” kata Leo sambil tersenyum.
“Bapak mau bantu kan?”
“Nanti akan kita pikirkan bersama. Cari tempat yang strategis untuk jualan. Kita bisa menyewa untuk sementara.”
“Siap, bapakku hebat, aku sayang bapak,” kata Dina sambil memeluk bapaknya.
***
Karena beberapa kali makan di warung Rustanto, Bian dan Dita sering makan disitu setiap kali Dita pulang kuliah. Dita yang sudah bercerita bahwa si tukang bakso adalah sarjana hukum kakak kelasnya Dina, Bian menjadi semakin sering datang kesitu sekedar menikmati semangkuk bakso. Bian bahkan mengatakan kepada beberapa karyawannya bahwa ada bakso enak kalau saatnya makan siang.
“Benarkah? Bagus dong kalau mau diborong di acara reuni teman-temannya Dina. Kapan itu mas?” tanya Bian ketika Rus menceriterakan tentang acara reuni Dina yang akan memborong baksonya.
“Iya mas, alhamdulillah, namanya rejeki ya harus di syukuri.”
“Aku juga lho, besok kalau ada acara di kantor mau memborong baksonya mas.”
“Iya mas, terimakasih banyak.”
“Semoga suatu hari mas bisa menjual bakso yang miliknya sendiri, bukan mengambil dari seorang juragan.”
“Aamiin, terimakasih mas.”
“mBak Dina mau bekerja sama membuat warung bakso bersama masnya ini.”
“Wow, itu hebat. Aku akan mendukungnya pasti.”
Bian dan Dita pergi setelah sekedar bicara dengan Rustanto, disela-sela dia melayani pelanggan.
Namun ketika mereka mau memasuki mobil, Bian terkejut melihat ban mobilnya kempes keempat-empatnya.
“Ada apa ini? Mengapa bisa kempes semuanya?” teriak Bian.
***
Besok lagi ya
Alhamdulillah, sudah tayang. Matur nuwun bu Tien.
ReplyDeleteMatur nuwun Mbak Tien ... kiriman ROTI CINTA 28 sudah kami terima.
DeleteSalam ADUHAI.
Alhamdulillah, Roti Cinta sudah hadir menemani minum teh seblm tidur, Manusan bu Tien, slm sehat tetatp semangat slm aduhai Bravo
DeleteAlhamdulillah, sudah tayang Roti Cintanya Matur nuwun mbk Tien.
DeleteSmg sehat selalu ya mbk
Yes
ReplyDeleteAlhmdulillah.yg ditunggu, hadir..
ReplyDeleteTerima kasih
Yes
ReplyDeleteAlhamdulillah
ReplyDeleteWouw kakek dah nongkrong hehehe
ReplyDeleteTugas ganda je....baca .koreksi...edit..share ke grup
DeleteLha nek ra cepet mesakne song ngenteni ta....
Alhamdulillah
ReplyDeletePuji Tuhan,,,,, sudah tayang.....
ReplyDeleteTerimakasih mba Tien,,,, moga selalu sehat 😘
Alhamdulillah Roti Cinta~28 sudah hadir... maturnuwun bu Tien..🙏
ReplyDeleteAlhamdulillah RoCin 28 sdh tayang
ReplyDeleteSuwun mba Tien
ReplyDeleteSuwun Bu Tien utk Rocin 28. Sehat selalu nggih, Bu 😊🙏
ReplyDeleteWah ada yg gembosi ban mobil juga...jan ADUHai . salam sehat buat bu Tien.
ReplyDeleteWowwwww...senangnya...roti cinta baru keluar dr Oven msh panas....
ReplyDeleteTerimakasih mbak Tien...
semakin seru..semakin penasaran
sehat2 selalu mbak Tien, salam aduhai..
Alhamdulillah,rocin sdh tayang
ReplyDeleteAlhamdulilah
ReplyDeleteAlhamdulillah Rocin 28 tayang
ReplyDeleteTerimakasih bunda Tien
Semoga sehat dan bahagia bersama keluarga tercinta
Salam sehat dan aduhai
Akhirnya yg ditunggu muncul juga.
ReplyDeleteMatur nuwun Bunda.
Alhamdulillah terimakasih bu tien, semoga sehat walafiat
ReplyDeleteHallow mas2 mbak2 bapak2 ibu2 kakek2 nenek2 ..
ReplyDeleteWignyo, Opa, Kakek Habi, Bambang Soebekti, Anton, Hadi, Pri , Sukarno, Giarto, Gilang, Ngatno, Hartono, Yowa, Tugiman, Dudut Bambang Waspodo, Petir Milenium (wauuw), Djuniarto, Djodhi55, Rinto P. , Yustikno, Dekmarga, Wedeye, Teguh, Dm Tauchidm, Pudji, Garet, Joko Kismantoro, Alumni83 SMPN I Purwantoro, Kang Idih, RAHF Colection, Sofyandi, Sang Yang, Haryanto Pacitan, Pipit Ponorogo, Nurhadi Sragen, Arni Solo, Yeni Klaten, Gati Temanggung, Harto Purwokerto, Eki Tegal dan Nunuk Pekalongan, Budi , Widarno Wijaya, Rewwin, Edison, Hadisyah,
Sastra, Wo Joyo, Tata Suryo, Mashudi, B. Indriyanto, Nanang, Yoyok, Faried, Andrew Young, Ngatimin, Arif, Eko K, Edi Mulyadi, Rahmat, MbaheKhalel, Aam M, Ipung Kurnia, Yayak, Trex Nenjap, Sujoko, Gunarto, Latif, Samiadi, Alif, Merianto Satyanagara, Rusman, Agoes Eswe, Muhadjir Hadi, Robby, Gundt, Nanung, Roch Hidayat, Yakub Firman, Bambang Pramono, Gondo Prayitno , Zimi Zaenal M. , Alfes, Djoko Bukitinggi, Arinto Cahya Krisna , HerryPur, Djoni August. Gembong. Papa Wisnu, Djoni, Entong Hendrik
Maturnuwun.salam terAduhai Bunda
DeleteSiap ..hadir...!!
DeleteSalam sehat penuh semangat dari Rewwin..🌿
Hallow..
ReplyDeleteYustinhar. Peni, Datik Sudiyati, Noor Dwi Tjahyani, Caroline Irawati, Nenek Dirga, Ema, Winarni, Retno P.R., FX.Hartanti, Danar, Widia, Nova, Jumaani, Ummazzfatiq, Mastiurni, Yuyun, Jum, Sul, Umi, Marni, Bunda Nismah, Wia Tiya, Ting Hartinah, Wikardiyanti, Nur Aini, Nani, Ranti, Afifah, Bu In, Damayanti, Dewi, Wida, Rita, Sapti, Dinar, Fifi, Nanik. Herlina, Michele, Wiwid, Meyrha, Ariel, Yacinta, Dewiyana, Trina, Mahmudah, Lies, Rapiningsih, Liliek, Enchi, Iyeng Sri Setyawati , Yulie, Yanthi , Dini Ekanti, Ida, Putri, Bunda Rahma, Neny, Yetty Muslih, Ida, Fitri, Hartiwi DS, Komariah P., Ari Hendra, Tienbardiman, Idayati, Maria, Uti Nani, Noer Nur Hidayati, Weny Soedibyo, Novy Kamardhiani, Erlin, Widya, Puspita Teradita, Purwani Utomo, Giyarni, Yulib, Erna, Anastasia Suryaningsih, Salamah, Roos, Noordiana, Fati Ahmad, Nuril, Bunda Belajar Nulis, Tutiyani, Bulkishani, Lia, Imah P Abidin, Guru2 SMPN 45 Bandung, Yayuk, Sriati Siregar, Guru2 SMPN I Sawahlunto, Roos, Diana Evie, Rista Silalahi, Agustina, Kusumastuti, KG, Elvi Teguh, Yayuk, Surs, Rinjani, ibu2 Nogotirto, kel. Sastroharsoyo, Uti, Sis Hakim, Tita, Farida, Mumtaz Myummy, Gayatri, Sri Handay, Utami, Yanti Damay, Idazu, Imcelda, Triniel, Anie, Tri, Padma Sari, Prim, Dwi Astuti, Febriani, Dyah Tateki, kel. SMP N I Gombong, Lina Tikni, Engkas Kurniasih, Anroost, Wiwiek Suharti, Erlin Yuni Indriyati, Sri Tulasmi, Laksmie, Toko Bunga Kelapa Dua, Utie ZiDan Ara, Prim, Niquee Fauzia, Indriyatidjaelani,
Bunda Wiwien, Agustina339, Yanti, Rantining Lestari, Ismu, Susana Itsuko, Aisya Priansyah, Hestri, Julitta Happy, I'in Maimun, Isti Priyono, Moedjiati Pramono, Novita Dwi S, Werdi Kaboel, Rinta Anastya, r Hastuti, Taty Siti Latifah, Mastini M.Pd. , Jessica Esti, Lina Soemirat, Yuli, Titik, Sridalminingsih, Kharisma, Atiek, Sariyenti, Julitta Happy Tjitarasmi, Ika Widiati, Eko Mulyani, Utami, Sumarni Sigit, Tutus, Neni, Wiwik Wisnu, Suparmia, Yuni Kun, Omang Komari, Hermina, Enny, Lina-Jogya, mbah Put Ika, Eyang Rini ,Handayaningsih, ny. Alian Taptriyani, Dwi Wulansari, Arie Kusumawati, Arie Sumadiyono, Sulasminah , Wahyu Istikhomah, Ferrita Dudiana, SusiHerawati, Lily , Farida Inkiriwang, Wening, Yuka, Sri, Mbah Wi, Si Garet, ibu Wahyu Widyawati, Rini Dwi, Pudya , Indahwdhany, Butut, Oma Michelle, Linurhay, Noeng Nurmadiah, Dwi Wulansari, Winar, Hnur, Umi Iswardono , Yustina Maria Nunuk Sulastri Rahayu Hernadi , Sri Maryani, Bunda Hayu Hanin, Nunuk, Reni, Pudya, Nien, Swissti Buana, Sudarwatisri, Mundjiati Habib, Savero, Ida Yusrida, Nuraida, Nanung, Arin Javania. Ninik Arsini, Neni , Komariyah, Aisya Priansyah, Jainah Jan. Civiyo, Mahmudah, Yati Sri Budiarti, Nur Rochmah. Uchu Rideen
. Ninik Arsini, Endah. Nana Yang,
Hallow Pejaten, Tuban, Sidoarjo, Garut, Bandung, Batang, Kuningan, Wonosobo, Blitar, Sragen, Situbondo, Pati, Pasuruan, Cilacap, Cirebon, Bengkulu, Bekasi, Tangerang, Tangsel,Medan, Padang, Mataram, Sawahlunto, Pangkalpinang, Jambi, Nias, Semarang, Magelang, Tegal, Madiun, Kediri, Malang, Jember, Banyuwangi, Banda Aceh, Surabaya, Bali, Sleman, Wonogiri, Solo, Jogya, Sleman, Sumedang, Gombong, Purworejo, Banten, Kudus, Ungaran, Pamulang, Nusakambangan, Purworejo, Jombang, Boyolali. Ngawi, Sidney Australia, Boyolali, Amerika, Makasar, Klaten, Klipang, JAKARTA...hai..., Mojokerto, Sijunjung Sumatra Barat, Sukabumi, Lamongan, Bukittinggi, Hongkong, El Segudo, California, Terimakasih atas perhatian dan support yang selalu menguatkan saya. Aamiin atas semua harap dan do'a.
ReplyDeleteADUHAI.....
Alhamdulillah
ReplyDeleteMakasih Bu Tien roti cintanya...
Salam sehat selalu...
Terima kasih bu Tien Rocin 28 sdh tayang dan menghibur kami.semua pecinta cerbung Bu Tien...
ReplyDeleteHaduh ulah siapa itu ban mobilnya bian bisa kemles semua..
Senanga Dian ada seberkas harapan utk witri ayo dian ..berjuang rebut cinta witri...
Alhamdulilah, roti cinta telah datang terima kasih bu tien met malam ... semoga bu tien ..sehat wal afiat...salam aduhai dari pondok gede
ReplyDeleteAlhamdulillah Roti Cinta Episode 28 sudah tayang, matur nuwun mBak Tien Kumalasari.
ReplyDeleteSemoga mbak Tien tetap sehat bahagia sejahtera bersama keluarga tercinta dan selalu dalam lindungan Allah SWT. Aamiin Yaa Robbal Aalamiin.
Salam sehat dan salam hangat dari Karang Tengah Tangerang.
Aamiin Ya Robbal Alamiin
DeleteMatur nuwun mas Dudut
Walah.....keponthal neh....... Wis tak kandani aku nganggo sepatu roda, yen mbalap ya nganggo roadbike no.. apa nggo seli......wis tak tunggu panggah kacrit.....
ReplyDeleteMas Ngatno mana ya....?
Kok blm kelihatan?
Padahal di era 2019-2020, sebelum WAG PCTK lahir, mas Ngatno selalu jadi "CUCUK LAMPAH"....
Selamat malam bu Tien... Salam ADUHAI dari mBandung Wetan.
Alhamdulillah.....
ReplyDeleteAlhamdulillah....
ReplyDeleteMtur nuwun bun....
Mugi2 tansah pinaringan rahayu wilujeng sedoyonipun.....
Aamiin
DeleteMatur nuwun wo
Alhamdulillah Rocin sdh dtg , matur nuwun bu Tien , salam sehat
ReplyDeleteSalam sehat juga
DeleteAlhamdulillah...makin seru ...jangan2 yg kempesin ban Bian adalah Ferry.....sudah ada tanda Dian sama Witri...Dina gak ngejar2 Bian lagi....salam seroua bu Tien...salm dr Gawok...
ReplyDeleteSalam ADUHAI ibu Swissti
DeleteDian mulai mendekati Witri, terus Dina apa dengan Rustanto ya.
ReplyDeleteBan mobil bisa kempes keempatnya itu pasti ada orang sirik. Jangan" teman Dita , ooo njaluk dikethak.
Salam sehat, semangat, mantab mbak Tien Kumalasari tetap Aduhai .
Hehee..
DeleteADUHAI pak Latief
Waaah lagi asiiik asiiknya baca tak terasa harus menunggu esok ,jadi penasaran ,siapa yaa yang usil ngempesin ban mobil Bian ,dan jangan2 Dina jadian sama si penjual baso ,semoga juga Dian berjodoh dengan Witri ,sabaar tunggu esok ,bunda Tien sehat dan terus berkarya ,semangaaat
ReplyDeleteAsyik dan ADUHAI jeng Werdi
DeletePuji Tuhan ibu Tien sehat, semangat dan produktip shg rocin 28 hadir gasik dan apik bagi kami para penggandrungnya.
ReplyDeleteSemoga Dian - Witri segera jadian, usaha Dina lancar dan semua yg lain baik2..
Monggo dilanjut aja ibu Tien, matur nuwun Berkah Dalem. Salam ADUHAI...
Salam ADUHAI ibu Yustinhar
DeleteAduhai 4ban bs kempes semua ini pasti ulah Ferry yg iri sm Bian.Tks mba Tien akirnya Rocin sdh nongol.Salam seroja dr Tegal.
ReplyDeleteMakasih bu tien RC.udah tayang semoga bu tien selalu sehat.dan bisa hibur kita semua
ReplyDeleteSdh hadin Rocin 28 ...tambah berbunga .yg ada Dina suka ma Rustanto ..wik wik wik ..salam sehat u bu Tien .
ReplyDelete👍🥰
ReplyDeleteWah ada,saja orang jahil dan sirik
ReplyDeleteTerima kasih bu tien cerbungnya
Trimakasihmbak Tien RC28nyaa...
ReplyDeleteDua sejoli yg lg memendam cinta..menunggu ledakannyaaaa...ga mungkinlah Witri duluan...emang cewek apaan...😁😁
Witriii..jangan pikirin nonik indo itu..pikirkan cowok ganteng disebelahmuuu...aduhaiii😊😊
Wah..Dina udh punya partner usaha..syukurlah sadar..
Tapii..
Siapa yg kempesin ban Bian yaa..🤦♀️🤦♀️
Sirik tanda tak mampu..😠
Besok lagiiii...
Salam sehat selalu dan aduhaii mbak Tien..🙏🥰⚘
Ada yg jail tuh .., iri sama bian
ReplyDeleteBan f kempesin
Makasih bunda
Namun ketika mereka mau memasuki mobil, Bian terkejut melihat ban mobilnya kempes keempat-empatnya.
ReplyDelete“Ada apa ini? Mengapa bisa kempes semuanya?” teriak Bian.
Ulah siapa lagi ini?
Masak keempat ban mobil di kempesin??
Jangan2 ulah kakak kelas Dita, itu...tuh... yang gak kesampaian tujuannya merebut hati Dita, walau sdh disuport Dina.....
Karena Dina ada maunya.....hehehehe.
Alhamdulillah....semakin seru & enak dibaca
ReplyDeleteMatur suwun ibu
Salam sehat dari Magelang
Jgn2 perbuatan Ferry?
ReplyDeleteTunggu sj eps selanjutnya...
Trmksh mb Tin rocin 28 nya
Slm seroja sll utk mb Tien dan pctk🤲🙏
Aduh, semakin seru....
ReplyDeleteTerima kasih mbak Tien
Matur nuwun Mbak Tien, Rocin 28 sudah hadir. Kawula waos rumiyin inggih.
ReplyDeleteWouw... siapa yg ngempesi mobil Bian? Mosok sampai ke-empat2nya dikempesi? Jahat amat sih dia. Apakah yg naksir Dita dan tak mendapat tanggapan itu ya? Jahil amat sih.
ReplyDeleteDoaku semoga Mbak Tien dan Pak Tom Widayat senantiasa diberi kesehatan dan kebahagiaan bersama keluarga tercinta. Salam Aduhai selalu dari Semarang.
Wow semakin seru, terima kasih bu Tien,,,,
ReplyDeleteMakasih mba Tien. Rocinnya semakin seru. Salam hangat dan aduhai
ReplyDeleteMakasih budhe Tien, makin aduhai
ReplyDeleteRoCin makinnseru ceritanya...
ReplyDeleteMatursuwun mbak Tien
Salam sehat selalu kagem mbak Tien
Seha sehat selalu...
Alhamdulillah, makasih *rocin*nya bu Tien.
ReplyDeleteAlhamdulillaah... Roti Cinta 28 sudah hadir... makin asyyiikk...
ReplyDeleteTrima kasih ibu Tien, Semoga ibu Tien tetap sehat, berbahagia bersama keluarga,
Aamiin yaa Robbal’alamiin...
Salam SeRoJa.... ADUHAI...
Terima kasih Bu Tien, akhirnya bisa menikmati Roti Cinta lagi, salam sehat n Aduhai kehem Bu Tien dan keluarga
ReplyDeleteSalam sehat ibu Mundjiati
DeleteAlhamdulillah, RC.28 telah tayang, terima kasih bu Tien, sehat n bahagia selalu bersama keluarga.
ReplyDeleteUR.T411653L
Aamiin
DeleteADUHAI ibu Uchu
Alhamdulillah ... Terimakasih Bu Tien kiriman roti cintanya ... Semoga Bu Tien selalu sehat, salam seroja tuk kita semua serta Salam ADUHAI ... 🙏🙏🙏
ReplyDeleteAamiin
DeleteSalam ADUHAI ibu Sri
Alhamdulillah,sarapan roti cinta..matur nuwun Bu Tien..tansah pinaringan sehat,Aamiin.
ReplyDeleteAamiin
DeleteSami2 ibu Rini
Assalamualaikum wr wb. Beranikan Dian menyatakan cintanya kpd Witri... Mungkinkah Dina tertarik kpd Rus, penjual bakso, setelah mereka bekerja sama dlm membuka usaha bakso... Siapakah yg iri kpd Bian, shg ngempesin ke empat ban mobilnya.. Tunggu dgn sabar yg akan diceritakan Bu Tien, in syaa Allah besok sdh terbit. Maturnuwun Bu Tien, semoga senantiasa dikaruniai kesehatan lahir dan batin. Aamiin... Salam sehat dari Pondok Gede...
ReplyDeleteAamiin Ya Allah.
DeleteMatur nuwun pak Mashudi
Nah tu ketemu temen lama si tukang bakso..
ReplyDeleteMakin ADUHAI ini bunda..
Matur nuwun...🙏
Makin ADUHAI ibu Padmasari
DeleteAlhamdulillah
ReplyDeleteTerima kasih bu tien, semoga bu tien sehat2 n selalu dalam lindungan Allah SWT
Salam aduhai selalu
Sami2..
ReplyDeleteAamiin,
Maturnuwun pak Arif..
Trimakasih bunda Rocin ke dua lapannya...
ReplyDeleteDari awal sdh kuduga bahwa tukang bakso itu seorang sarjana.
Ternyata bener kan....
Wah...moga bisa berjodoh dg Dina,apalagi Dina kepingin jadi seorang pengusaha.
Yah... moga nantinya semua dpt jodoh masing"Dian sama Witri, Bian sama Dita, Dina sama Rustanto si tukang bakso..
Aduh... tinggal Arini,Nita sama siapa ya...
Nita sukurin.... jadi gadis itu jangan terlalu agresif dong....
Trimakasih bunda...
Salam sehat dan aduhai dari Bojonegoro
ADUHAI jeng Wiwik
DeleteTerima ksih cerbung Rocin nya mbak Tien. Slmsehat dan aduhai sll drusukabumi🥰🥰
ReplyDeleteSehat dan ADUHAI ibu Farida
DeleteAlhamdulillah ROCIN 28 , maturnuwun Bu Tien, Sehat selalu salam ADUHAI..
ReplyDeleteADUHAI Yangti
ReplyDeletesehat selalu mb Tien...salam aduhai
ReplyDeleteNgdepong nunggu 29 tayang, walau ujung2 nya ketiduran 😄 seperti biasa nya
ReplyDeleteWe lha koq berhenti fi.mobil kempes? Siapa kira kira..dugaan saya koq temannya Dita ya si Fery..gara gara ditolak secara tidak langsung. Wah Dina bisa bisa naksir sama si penjual bakso yang sarjana hukum..ayo bu Tien dicomblangin..Dian dan Witri serta Dina dan mas Rus penjual bakso. Semoga bu Tien sehat selalu sehingga usaha percomblangan sukses.aamiin
ReplyDeleteAlhamdulillah,, Matur nuwun bu Tien ROTI CINTA 28 sdh selesai disantap,, berharap ,Dian & Witri jadian,,🤗
ReplyDeleteSehat wal'afiat ya bu Tien,,dan bapak semakin sehat wal'afiat
Salam ADUHAAII bu Tien 🤗
Ngintip rocin 29 trnyata blm ada.....
ReplyDelete