SEPENGGAL PERJALANANKU 02
(Tien Kumalasari)
HANYA SELINGAN.
Sudartini Endang Kumalasakti pernah mengalami masa prihatin, ketika sekitar tahun 1965 terjadi inflasi dinegeri ini, dimana kemudian mahal sandang pangan, cari uang susah, dan banyak orang kelaparan. Orang mau beli beras antri, beli minyak tanah (dulu belum ada kompor gas, adanya kompor minyak tanah) juga antri. Banyak orang mengganti beras dengan jagung, atau mencampurkannya, bahkan ada yang hanya makan bulgur. Pokoknya memrihatinkan. Sedangkan orang tuaku dengan lima orang anak demikian susah mencukupi kebutuhan pangan keluarganya. Nangis aku mengingat sa’at itu. Tak pernah terbayangkan, makan dijatah sepiring-sepiring (tidak boleh nambah walau perut masih terasa lapar), lauk telur satu dibagi empat atau lima, sayur seadanya. Tapi kami tabah menjalani, sementara aku sudah mulai masuk ke sekolah Farmasi (dulu SAA), yang untunglah tidak memakan beaya banyak karena nilaiku sudah mencukupi (maksudnya masuk tanpa tes dan tanpa biaya tambahan, bukan sombong lho ini, barangkali Allah merasa kasihan kalau bapak terlalu banyak mengeluarkan uang. Oh ya, bapak bekerja sebagai administrasi disebuah sekolah menengah tehnik.
Ibuku terpaksa harus bekerja, membatik, lalu menjual makanan-makanan kecil dititipkan di warung. Apa saja dilakukannya untuk mencukupi kebutuhan kami. Terkadag sepulang sekolah aku juga membantu membatik.
Aku pernah hampir putus sekolah karena bapak tampak terengah-engah membiayai anak-anaknya sekolah. Untunglah ada pakde yang kemudian bersedia membantu sampai aku lulus. (Alfatehah untuk pakde Soetono, kakaknya bapak almarhum)
Ketika itu lulusan SAA belum banyak. Dari seluruh Indonesia, aku punya nomor SIK 715 (715/pend/AA). Berarti ketika aku lulus, tenaga AA baru kurang lebih tujuhratusan untuk apotik dan pabrik obat serta rumah sakit di seluruh Indonesia di tahun itu.
Begitu ada kelulusan, sudah banyak permintaan dari rumah sakit atau pabrik obat apalagi apotik yang membutuhkan tenaga AA yang kemudian memesan beberapa yang sudah siap bekerja., ke sekolah-sekolah SAA.
Saya mendapat jatah bekerja di Rumah Sakit Panti Rapih Jogya. Itu sekitar tahun 1968, begitu aku lulus.
Aku ditempatkan disebuah asrama, menjadi satu dengan perawat putri dan bidan yang bekerja disana.
Sekamar dengan dua teman AA serta satu bidan menjadi pengalaman yang tak terlupakan. Makan mie sebungkus dimakan berempat juga sering. Ada yang benar-benar membekas dibenak aku, adalah kebaikan bidan yang seranjang dengan aku (ranjang kami bertingkat. Jadi disebuah kamar ada dua ranjang untuk berempat).
Dia begitu perhatian sama aku.
Ketika pada suatu hari aku sakit salama beberapa hari, dan ketika itu aku kebetulan sedang (ma’af) menstruasi, dia dengan tanpa jijik sedikitpun mencuci kain tela yang bekas aku pakai. (dulu tidak ada ya, tela sekali pakai langsung buang seperti softex dan semacamnya).
Nama bidan cantik itu Fifi, seorang keturunan Cina. Entah dimana dia sekarang.
Karena masih mbok-mboken (Jw) setiap hari Sabtu aku pulang ke Solo dengan naik bis. Kembali ke Jogya pada hari Seninnya.
Pada suatu Senin pagi, bis yang aku tumpangi sudah berjubel. Berlomba dengan waktu, aku nekat naik walau harus berdiri. Ternyata aku tidak sendiri. Ada sederet penumpang yang pastinya sama dengan aku, berdiri sambil berpegangan sebuah besi entah apa namanya yang memanjang disepanjang badan bis, persis ditengah-tengah, dan dipergunakan untuk para penumpang yang bergelayutan.
Begitu aku naik, bis langsung berangkat, tanganku dengan spontan meraih sesuatu diatas aku, supaya tidak jatuh. Dan betapa terkejutnya aku ketika aku ternyata memegang ibu jari seseorang. (sekarang aku takin pasti dia telah memasang ibu jari itu agar aku menggenggamnya. Hahaa... bercanda.)
Aku ingin melepaskan, tapi bis berjalan cepat. Diantara memilih melepaskan tapi tubuhku akan terhuyung lalu jatuh menimpa penumpang yang duduk, dan tetap berpegang pada ‘ibu jari’ itu supaya tetap tegak, aku lebih baik tetap memegangnya. (hmm.. sengaja ‘kali}
Begitu bis sudah berjalan tenang, aku benar-benar melepaskannya, dan sangat merasa malu ketika dia melempar senyum kearahku. Aku hanya mengangguk (deg-degan tahu, kan aku masih ABG).
Dan dia ternyata turunnya bareng aku. Tapi kali itu aku tak mempedulikannya, dan berjalan cepat menuju tempat aku bekerja yang tak begitu jauh.
Tapi pemirsa, eh.. pembaca.. tanpa dinyana Senin berikutnya aku ketemu lagi, dan kali itu.. ya ampuun.. aku sungguh tidak berharap bisa duduk disamping dia, beneeer.. habisnya hanya satu kursi itu yang kosong.
Aku duduk lah, dan bersikap tak acuh, nanti dikira aku cewek gampangan lagi.
Beberapa sa’at saling diam, tiba-tiba dia menatap kearah jam tangan yang melingkar ditanganku. Dan tanpa ba bi bu.. langsung mencocokkan jam yang dipakainya dengan jam yang aku pakai. Padahal, tahu nggak sih.. aku selalu mempercepat jam selama seperempat jam supaya aku tidak terlambat.
Khawatir dia mengolok-olok aku dengan jam yang tidak cocok, aku menegurnya.
“Eh.. itu .. itu.. jam saya lebih cepat seperempat jam.”
“Oh ya?” lalu dia mengembalikan jarum jam yang sudah diputarnya agar kembali ketempatnya semula.
“Dik, kuliah, atau bekerja?” tanyanya.
“Bekerja.”
“Dimana”
“Panti Rapih.”
“Oh, perawat?”
“Bukan, saya Asisten Apoteker.”
“Oh, hebat..”
Aku menunduk malu.
“Pantesan kemarin kita turun ditempat yang sama.”
Aku menoleh, tanpa mengucapkan apapun, tapi dia mengerti aku bertanya dia mau kemana.
“Saya kuliah di Gama.”
“Oh..”
Mahasiswa, sedangkan aku begitu ingin kuliah saja tak kesampaian.
“Jurusan apa?” aku terpaksa bertanya, eh bukan terpaksa, memang ingin tahu kok.
“Tehnik..”
“Oh, “ diam-diam aku mengaguminya. Eh, bukan karena dia tampan lho, (iya sih, sedikit) tapi jurusan tehnik pastinya bukan orang bodoh, di Gama pula.
Senin berikutnya ketemu lagi. Dan ya ampuun.. bisa duduk berdampingan lagi. Apa dia sengaja mengosongkan kursi disebelahnya karena berharap aku nantinya bisa duduk disampingnya ya, (eheemm.. ge er).
Dan Senin itu dia bertanya siapa namaku, setelah memperkenalkan namanya sendiri.
“Hindradi.”
Kelak didepan namanya itu akan ada embel-embel Ir. ( dulu belum ada ST)
Dan sungguh aku berharap dia membaca tulisan ini, dan akan aku sampaikan kata “MA’AF untuk dia.
Ketika anakku sudah empat, aku bertemu dia di Madiun, dan ketika itu dia belum menikah.
***
Lain kali lagi ya.
Hallow mas2 mbak2 bapak2 ibu2 kakek2 nenek2 :
ReplyDeleteWignyo, Ops, Kakek Habi, Bambang Soebekti, Anton, Hadi, Pri , Sukarno, Giarto, Gilang, Ngatno, Hartono, Yowa, Tugiman, Dudut Bmbang Waspodo, Petir Milenium (wauuw), Djuniarto, Djodhi55, Rinto P. , Yustikno, Dekmarga, Wedeye, Teguh, Dm Tauchidm, Samiadi, Pudji, asi Garet, Joko Kismantoro, Alumni83 SMPN I Purwantoro, Kang Idih, RAHF Colection, Sofyandi, Sang Yang, Haryanto Pacitan, Pipit Ponorogo, Nurhadi Sragen, Arni Solo, Yeni Klaten, Gati Temanggung, Harto Purwokerto, Eki Tegal dan Nunuk Pekalongan, Budi , Widarno Wijaya, Rewwin, Edison, Hadisyah,
Sastra, Wo Joyo, Tata Suryo, Mashudi, B. Indriyanto, Nanang, Yoyok, Faried, Andrew Young, Ngatimin, Arif, Eko K, Edi Mulyadi, Rahmat, MbaheKhalel, Aam M, Ipung Kurnia, Yayak, Trex Nenjap, Sujoko,
Yustinhar. Peni, Datik Sudiyati, Noor Dwi Tjahyani, Caroline Irawati, Nenek Dirga, Ema, Winarni, Retno P.R., FX.Hartanti, Danar, Widia, Nova, Jumaani, Ummazzfatiq, Mastiurni, Yuyun, Jum, Sul, Umi, Marni, Bunda Nismah, Wia Tiya, Ting Hartinah, Wikardiyanti, Nur Aini, Nani, Ranti, Afifah, Bu In, Damayanti, Dewi, Wida, Rita, Sapti, Dinar, Fifi, Nanik. Herlina, Michele, Wiwid, Meyrha, Ariel, Yacinta, Dewiyana, Trina, Mahmudah, Lies, Rapiningsih, Liliek, Enchi, Iyeng Sri Setyawati , Yulie, Yanthi , Dini Ekanti, Ida, Putri, Bunda Rahma, Neny, Yetty Muslih, Ida, Fitri, Hartiwi DS, Komariah P., Ari Hendra, Tienbardiman, Idayati, Maria, Uti Nani, Noer Nur Hidayati, Weny Soedibyo, Novy Kamardhiani, Erlin, Widya, Puspita Teradita, Purwani Utomo, Giyarni, Yulib, Erna, Anastasia Suryaningsih, Salamah, Roos, Noordiana, Fati Ahmad, Nuril, Bunda Belajar Nulis, Tutiyani, Bulkishani, Lia, Imah P Abidin, Guru2 SMPN 45 Bandung, Yayuk, Sriati Siregar, Guru2 SMPN I Sawahlunto, Roos, Diana Evie, Rista Silalahi, Agustina, Kusumastuti, KG, Elvi Teguh, Yayuk, Surs, Rinjani, ibu2 Nogotirto, kel. Sastroharsoyo, Uti, Sis Hakim, Tita, Farida, Mumtaz Myummy, Gayatri, Sri Handay, Utami, Yanti Damay, Idazu, Imelda, Triniel, Anie, Tri, Padma Sari, Prim, Dwi Astuti, Febriani, Dyah Tateki, kel. SMP N I Gombong, Lina Tikni, Engkas Kurniasih, Anroost, Wiwiek Suharti, Erlin Yuni Indriyati, Sri Tulasmi, Laksmie, Toko Bunga Kelapa Dua, Utie ZiDan Ara, Prim, Niquee Fauzia, Indriyatidjaelani,
Bunda Wiwien, Hallow Pejaten, Sidoarjo, Garut, Bandung, Batang, Kuningan, Wonosobo, Blitar, Sragen, Situbondo, Pati, Pasuruan, Cilacap, Cirebon, Bengkulu, Bekasi, Tangerang, Tangsel,Medan, Padang, Mataram, Sawahlunto, Pangkalpinang, Jambi, Nias, Semarang, Magelang, Tegal, Madiun, Kediri, Malang, Jember, Banyuwangi, Banda Aceh, Surabaya, Bali, Sleman, Wonogiri, Solo, Jogya, Sleman, Sumedang, Gombong, Purworejo, Banten, Kudus, Ungaran, Purworejo, Jombang, Boyolali. Ngawi, Sidney Australia, Boyolali, Amerika, Makasar, Klaten, JAKARTA...hai..., Mojokerto, Sijunjung Sumatra Barat, Sukabumi,
Salam hangat dari Solo Terimakasih atas perhatian dan support yang selalu menguatkan saya. Aamiin atas semua harap dan do'a.
ADUHAI.....
Terima kasih Mbakyu atas kisah perjalanan lanjutan perjalanan yang lalu.
DeleteSalam kami hangat dari Yogya.
Terima kasih atas sapaannya dan terima kasih pula atas kisah pribadinya.. menarik utk disimak.
DeleteSeneng baca kisah nyata bu Tien semoga ibu selalu sehat seusia skrng masih menulis cerbung dan cerbung ini selalu sy bagikan ke group SMP dan semua senang krn selalu ceritanya yg bgus selamat ya bu Tien salam dr Yogja
DeleteTrimakasih sdh diijinkan mendengar cerita Bu Tien tersayang.. Cahya ada di Madiun nich Bu Tien.. Jgn2 itu pah puh sy hehehe Salam sehat bahagia dr Madiun.
DeleteSelamat pagi bu Tien... selamat beraktifitas.
Delete1. Khawatir dia _mengolok-olong_ aku dengan jam yang tidak cocok, aku menegurnya.
# _mengolok-olong_ apa *_mengolok-olok_*
2. Dan Senin itu dia bertanya siapa namaku, setelah memperkenalkan namanya sendiri.
“Hindradi.”
_# sampai sekarang blm ketemu lagi ya bunda dengan yang punya jempol jadi pegangan?_#
_Awalnya saya menduga, bahwa mas Hindradi, adalah bapaknya anak-2 bunda Tien._
Tapi........
Setelah membaca ini ππΌππΌππΌ
Dan sungguh aku berharap dia membaca tulisan ini, dan akan aku sampaikan kata “MA’AF untuk dia.
Ketika anakku sudah empat, aku bertemu dia di Madiun, dan ketika itu dia belum menikah.
Gugurlah sudah dugaanku tersebut diatas.
Kisah remaja yg menyenangkan mbk...
DeleteHindradi dimana di kau? Smg bisa ketemu sm Tien
Sehat selalu yg mbak....msh ditunggu tulisan2 berikutnya,bisa menjadi hiburan sepanjang hari
Hallow juga mbak Tien..... Matur nuwun sapaannya ...
DeleteHwuaduuu... bisa2 jadi waiting tresno jalaran nggegem jempolan... Lanjuuut mbak... sing degegem jempolane mrinding disco...nggak yaa??
Buat jeng Cahya baiknya di konfirm sama "pakpuh" nya yaa.. trus share disini jeng... biar seruu
Salam sayang dr Surabaya kagem mbak Tien sekeluarga... Semoga senantiasa sehat bahagiaπ€π₯°π
Nama pak puh nya Hindradi ?
DeleteIya Bu Tien, beliau sdh meninggal sekitar 5 thn yg lalu.. Nama lengkapnya Hendradi pitoyo
DeleteTidak salah aku panggil Mbak...
DeleteSeusia mas mbarep saya...
Salam sehat dari Purwodadi
Terusnya mana mbak Tien cerbung sepenggal perjalananku 03, meskipun mas Hendradi sudah alm, mesti masih ada cerita bersambungnya dlm sepenggal perjalananku
DeleteKemalaman .. menulis semaunya mas..
ReplyDeleteMa'af
This comment has been removed by the author.
DeleteGpp kemaleman by Tien, justru tepat waktu untuk muhasabah mengenang masa lalu, seumuran kita yang lahir antara 1945-1952 mengalami betapa susahnya kedua orang tuwa kita menghidupi keluarganya, terlebih yang hidup di kampung, aku yang diberi kesempatan lahir duluan thn 1965 sdh sekolah SMAN di Lamongan Jatim, sebagai anak sulung bersama adikku yang no2 dan no3 ikut dalam antrian jika ibuku ngantri minyak tanah dan/atau bulgur, bahkan baju bekas bantuan dari luar negeri masih bagus-2...ikut berebut..
DeleteMakanan pokok saat itu bulgur, jagung, bahkan singkong/ketela pohon. Setelah diparut kasar (jawa) disredek, direndam air, diperas, sarinya untuk kanji sebagai bahan pelicin baju dinas bapakku yang bahannya dari "drill warna keki" .... Justru ampasnya dicampur jagung tumbuk untuk makan kami sekeluarga nenek, bapak, ibu, aku + 6 orang adiku.
Saat itu (1965) ibuku sedang mengandung adikku yang no.8 laki-2 yang sekarang berpangkat Mayor CKM (Corp Kesehatan Militer) Magelang yang pd 1 Desember 2021 nanti memasuki Purna Tugas sebagai perwira Angkatan Darat.
Kembali mengenang saat itu, sekolah di Lamongan (SMP & SMA) saya jalani dengan naik turun truk kadang kereta api (nggandol gak bayar/gak beli tiket) karena rumah orang tuaku di Babat, jarak Babat-Lamongan +/- 30 km, setiap hari harus bangun pagi jam 05.30 paling lambat hrs sdh berdiri di jembatan timbang bersama teman-2 yang lain baik truk (gratis) bagi yang mampu mereka naik kereta api (abonemen) kebetulan stasiun kereta api maupun jembatan timbang Lamongan berdekatan dengan sekolahku +/- 30 meteran. Itu saya jalani sejak 1963 sampai tamat SMA 1968.
Di tahun 1965 itu saat yang mencekam.... terlebih paska G30S/PKI... sepanjang jalan Babat-Lamongan banyak orang menunggu lewatnya tapol yang keluar/dipulangkan ke kampung masing-2, kebetulan sekolah saya bersebelahan Pabrik Padi/Beras yang saat itu sebagai tempat penampungan TAPOL demikian juga Pabrik Padi Babat. (tidak sampai hati menceritakan keadaan yang sebenarnya terjadi saat itu, biarlah jadi kenangan pahit ku).
Pernah suatu saat truk yang kami tumpangi, entah karena ban depan pecah atau karena supir yang ngantuk, nyelonong ke kanan dan masuk ke sawah, semua baju, buku-2 catatan pelajaran sekolah basah kuyup dan kotor kena lumpur, akhirnya kami berlima kembali pulang tidak masuk sekolah, baru pada keesokkan harinya lapor ke wali kelas tidak masuk sekolah karena mobil mengalami celaka di jalan.
Demikian sepenggal kisah masa sulit diseputar 1965.
Terimakasih sdh meluangkan waktu membaca sepenggal kisah ku.
Alhamdulillah... walaupun celaka tp selamat ya Kek
DeleteSemoga diberi sisa umur yg barpkah ya Kek,Aamiin
Kalau ingat thn 1965 dimana peristiwa Gestok... ngeri sekali suasananya waktu itu. Belum jam pertama pelajaran selesai sudah dipulangkan... dan sepanjang jalan sepi... tiba2 dimana mana terjadi kebakaran... ngeri pokoknya rasanya. Mengingat kembali masa silam yg kelam.. smoga generasi sekarang adalah generasi yg cinta damai. Sehingga kedamaian dan sejahtera senantiasa mewarnai bumi Indonesia tercinta ini
DeleteBgtu indah perjlnan hidup seseorg sesulit apapun kondisinya.. rahimahullah suami sll mengatakan bhw kita dilahirkan oleh siapa, dimana dan kapan tdk ada yg tahu..lalu kita berjodoh dan kemudian menjd sejarah hidup spt yg diceritakan mb Tien terjd pd kita juga... Hanya beda versinya... Semua dr kita spt buku diawali dg tgl lahir dan diakhiri ntinya dg tgl kematian yg entah kapan saatnya dtg.. kita tdk akan bisa menulisnya sendiri... Saatnya beristirahat... utk menjaga raga agar bsk bs beraktivitas kembali dg penuh semangat...slm seroja utk mb Tien dan kita semua.. ditunggu Aina nya...
ReplyDeletePerjalanan no.1 kok aku ga tahu ya? Tahu2 sdh no.2π€ ini kisah nyatanya MB Tien ya? Thn 1965 aku juga mengalami makan bubur jagung, bahkan bulgur. Lumayan pakai telur meski dibagi 5. Aku bahkan bulgur cuma dg sambal saja.π Sedih ya kalau ingat jaman itu?
ReplyDeleteMasih tersedia di blok mBak Tien kok ... Coba saja dilacak persis sebelum CERBUNG Sang Putri episode 01, tayang tgl 22 November 2020.
DeleteSaya juga share di WAG Cerbung grupku....benar nas Yowa sebelum Sang Putri Eps_01 tampil muncul Sepenggal kisah Bu Tien saya kira waktu bersambung hari berikutnya..ternyata malamnya sdh tayang SANG PUTRI_01.
DeleteMatur nuwun Bu Tien.... Jadilah aku ikutan juga menulis masa laluku...... hehehe
DeleteBu Rapiningsih, hubungi saya jika kesulitan mendapatkan Kisah Perjalanan Bu Tien Eps_01 ke hape 085101776038
DeleteKisah remaja yg menyenangkan mbak...
DeleteHindradi dimana dikau? Smoga bisa ketemu sama mbak Tien, yang sudah sama sepuh, yang penting
Sehat selalu ya mbak....msh ditunggu tulisan2 berikutnya,bisa menjadi hiburan sepanjang hari, wassalam dari Cibubur
Trimakasih b.Tien ada lanjutan kisah perjalanan b.Tien yg ke 2 lanjutan yg lalu,sangat menginspirasi....
ReplyDeleteSalam hangat dari Bojonegoro.
Sy maafkan bu tien. Ha.. ha.. pantes gak ada yg mo balpan.
ReplyDeleteAda yg berubah, lain kali lg ya. Brarti bisa lusa, minggu depan, bulan depan atau ...
Tp menulis semaunya ini buat sy iri. Jam nulis sdh cukup tinggi tentunya. Runtut mengalir. Ada yg bisa dibagikn caranya bu tien?
Mohon maaf, bu tien jk kurang berkenan.
Aduhai, ditunggu sepenggal perjalanku, insya allaah besok lg ya. :)
Besok in shaa Allah sudah Ayna
DeleteKisah2 selingan ya memang untuk selingan.
Matur nuwun mas Danar.
Salam ADUHAI dari Solo
Jaman susah... Sy baru balita... Matur nuwun mbak tien Sepenggal Kisah 2,adakah kisah Asri itu sebagian kisah mbak tien?
ReplyDeleteBukan.. jeng Nanik
DeleteAsiik juga selingannya. Makasih mba Tien. Salam hangat selalu
ReplyDeletewaahhh ini jadi penasaran
ReplyDeletePengalaman hidup Mbak Tien sama persis dengan pengalaman hidup saya yg susah.. yah krn kita seumuran ya. kalau ingat dulu susahnya antri beras, minyak tanah bahkan sampai bulgur. Memang betul makan aja dijatah sama ortu.. kenyang gak kenyang ya sudah jatahnya. Kadang saya ngemploki jatah adik saya sambil ndulangi adik yg kecil. Ah betapa ngenesnya waktu itu. Dan tamat SMA saya juga tidak bisa meneruskan kuliah.. hanya buruh mbordir utk membantu ortu... Ah masa silam yg kelam.. tapi sekarang bersyukur diberi anak cucu yg membahagiakan dan sehat yg terpenting. Puji syukur kepada Tuhan.
ReplyDeleteSamalah...seumuran kita...hidup susyah... akupun hanya sampai tamat SMA, Tamat SMA 1968 nganggur, bantu bapak jadi 'SUKWAN' di kantor Kecamatan gambar peta politik, peta sosial kemasyaratan dll yang pd akhirnya Juni 1970 dpt kesempatan ikut pendidikan Juru Teknik (tukang kawat) PN POSTEL di Ketintang Surabaya.
DeleteAlhamdulillah dipertemukan dgn istri tercinta (wafat 2018) dan dikaruniai 3 anak cewek, semua sdh menikah dan memberiku 3 pasang cucu ganteng-2 dan cantik-2.
Selingan yang me"nagih"kan....hala π
ReplyDeleteTerima kasih bunda Tien...π
Mskasih Bunda untuk Sepenggal perjalanan 02, Tahun 1965 memang kondisi dan situasinya pada saat itu sangat memprihatinkan,keadaan yg sama persis kami alami juga,kalau di keluarga Bunda dg 4 saudara, dikeluargaku 11 saudara.
ReplyDeleteAlhamdulillah sampai saat ini kami ber 11 masih lengkap, dan kakak kami yg tertua ternyata teman dari suami Bunda di PTPN.
Salam hormat dari kami semua buat Bunda dan keluarga.
Terimakasih selingannya bu Tien. Semoga sehat selalu untuk terus berkarya.
ReplyDeleteTerima kasih bu Tien yang sudah berbagi sepebggal perjalanan 2. Saya ju tahun 1965 masih balita sehungga belum tahu kesulitan orang tua..alhamdulillah kedua orang tua PNS dapat mengentaskan 4 putra putrinya dari Gama (ikutan bu Tien) meski dengan prihatin.
ReplyDeleteMaturnuwun ibu Tien...
ReplyDeleteMungkin salah satu unknown adlh pak Hindradi,jd beliau jg ikut membaca karya ibu ..
Ngarep nih,baiklah salam hangat sll,jg utk pembaca semua
Bu tien, ada salam kangen dari kakak saya Ismiyati katanya mba tien itu teman waktu sekolah SAA, saya sering forward cerbung mba tien ke mba is
ReplyDeleteYa.. saya kenal banget. Anda siapa ya.. kok g ada namanya.
DeleteWa'alaikum salam buat Ismi..
Puji Tuhan, ibu Tien tetap sehat, semangat dan produktip.
DeleteSepenggal kisah 2 mendorong semangatku untuk menulis pengalaman masa lalu yg banyak mirip2nya.
Bedanya saya 10 bersaudara,9 cewek 2 cowok.
Kayanya saya lahir 5 bln sebelum ibu Tien.
Makanan pokok di kel saya ada 3 jenis. Nasi putih sepuasnya untuk balita dan Bapak. Kami yg sdh sekolah, nasi putih dijatah sepiring, kalau nambah tersedia nasi pletik (campur tiwul). Untuk pembantu dan pekerja tiwul brul...
Juni 64 Bapak dipanggil Tuhan secara mendadak. Mulai dahar malam, tiba2 sesak napas dan tdk tertolong. Wah rasanya sukma saya ikut kesendal. Ibu pingsan2,anak terkecil 6 bln dan yg bekerja baru seorang. Kakak sy persis masih diasrama bidan panti Rapih. Bayangkan ibu seorang janda, anak 10. Puji Tuhan dlm perjalanan waktu sekarang sdh beranak cucu, tiap thn bisa kumpul 90an sebelum pandemi.
Thn 65 sy sdh SMAN Wonosari,yg saat itu selalu kerja bakti krn terdaftar sbg anggota ikatan pemuda pelajar indonesia.(sebenarnya waktu itu blm faham organisasi)
Th 67 lulus sma lanjut lulus tes masuk di Sanata Dharma.
Sebulan sekali pulang minta uang dan beras. Hanya ada 2 bus dari rumah Kr mojo Jogya,untunglah kondektur 2 bus kakak beradik yg keduanya kakak kelas sy sma dulu shg sy dan adik yg menyusul saya di Sadhar tdk pernah bayar ongkos.
Sy dan adik merasa berhutang budi pd mereka berdua, ketika sy pengin ketemu ternyata keduanya sdh dipanggil Tuhan.
Tuhan itu sungguh baik, kel kami dikuatkan.
Kelbes kami suka syukuran bersama anggota pengajian di kampung dan Misa syukur bersama umat wilayah.
Matur nuwun Berkah Dalem.
Puji Tuhan, ibu Tien tetap sehat, semangat dan produktip.
DeleteSepenggal kisah 2 mendorong semangatku untuk menulis pengalaman masa lalu yg banyak mirip2nya.
Bedanya saya 10 bersaudara,9 cewek 2 cowok.
Kayanya saya lahir 5 bln sebelum ibu Tien.
Makanan pokok di kel saya ada 3 jenis. Nasi putih sepuasnya untuk balita dan Bapak. Kami yg sdh sekolah, nasi putih dijatah sepiring, kalau nambah tersedia nasi pletik (campur tiwul). Untuk pembantu dan pekerja tiwul brul...
Juni 64 Bapak dipanggil Tuhan secara mendadak. Mulai dahar malam, tiba2 sesak napas dan tdk tertolong. Wah rasanya sukma saya ikut kesendal. Ibu pingsan2,anak terkecil 6 bln dan yg bekerja baru seorang. Kakak sy persis masih diasrama bidan panti Rapih. Bayangkan ibu seorang janda, anak 10. Puji Tuhan dlm perjalanan waktu sekarang sdh beranak cucu, tiap thn bisa kumpul 90an sebelum pandemi.
Thn 65 sy sdh SMAN Wonosari,yg saat itu selalu kerja bakti krn terdaftar sbg anggota ikatan pemuda pelajar indonesia.(sebenarnya waktu itu blm faham organisasi)
Th 67 lulus sma lanjut lulus tes masuk di Sanata Dharma.
Sebulan sekali pulang minta uang dan beras. Hanya ada 2 bus dari rumah Kr mojo Jogya,untunglah kondektur 2 bus kakak beradik yg keduanya kakak kelas sy sma dulu shg sy dan adik yg menyusul saya di Sadhar tdk pernah bayar ongkos.
Sy dan adik merasa berhutang budi pd mereka berdua, ketika sy pengin ketemu ternyata keduanya sdh dipanggil Tuhan.
Tuhan itu sungguh baik, kel kami dikuatkan.
Kelbes kami suka syukuran bersama anggota pengajian di kampung dan Misa syukur bersama umat wilayah.
Matur nuwun Berkah Dalem.
Puji Tuhan, ibu Tien tetap sehat, semangat dan produktip.
DeleteSepenggal kisah 2 mendorong semangatku untuk menulis pengalaman masa lalu yg banyak mirip2nya.
Bedanya saya 10 bersaudara,9 cewek 2 cowok.
Kayanya saya lahir 5 bln sebelum ibu Tien.
Makanan pokok di kel saya ada 3 jenis. Nasi putih sepuasnya untuk balita dan Bapak. Kami yg sdh sekolah, nasi putih dijatah sepiring, kalau nambah tersedia nasi pletik (campur tiwul). Untuk pembantu dan pekerja tiwul brul...
Juni 64 Bapak dipanggil Tuhan secara mendadak. Mulai dahar malam, tiba2 sesak napas dan tdk tertolong. Wah rasanya sukma saya ikut kesendal. Ibu pingsan2,anak terkecil 6 bln dan yg bekerja baru seorang. Kakak sy persis masih diasrama bidan panti Rapih. Bayangkan ibu seorang janda, anak 10. Puji Tuhan dlm perjalanan waktu sekarang sdh beranak cucu, tiap thn bisa kumpul 90an sebelum pandemi.
Thn 65 sy sdh SMAN Wonosari,yg saat itu selalu kerja bakti krn terdaftar sbg anggota ikatan pemuda pelajar indonesia.(sebenarnya waktu itu blm faham organisasi)
Th 67 lulus sma lanjut lulus tes masuk di Sanata Dharma.
Sebulan sekali pulang minta uang dan beras. Hanya ada 2 bus dari rumah Kr mojo Jogya,untunglah kondektur 2 bus kakak beradik yg keduanya kakak kelas sy sma dulu shg sy dan adik yg menyusul saya di Sadhar tdk pernah bayar ongkos.
Sy dan adik merasa berhutang budi pd mereka berdua, ketika sy pengin ketemu ternyata keduanya sdh dipanggil Tuhan.
Tuhan itu sungguh baik, kel kami dikuatkan.
Kelbes kami suka syukuran bersama anggota pengajian di kampung dan Misa syukur bersama umat wilayah.
Matur nuwun Berkah Dalem.
Yang Pertama kali sulit untuk dilupakan..kurang lebihnya demikian.✌️. Terima kasih mbak Tien..Sepenggal perjalanku 02. Selamat pagi .Salam sehat bahagia selalu ππ
ReplyDeletePerjalanan hidup setiap manusia ALLAH SWT jadikan menjadi pengalaman untuk setiap ciptaan-NYA, dan didalamnya ada bagian Ilmu yang tak bisa dibandingkan dengan ilmu lainnya, dan setiap manusia berbeda garis hidup-nya. ALLAH ciptakan demikian supaya dunia tampak berwarna dan semarak.
ReplyDeleteSangat menarik kisah sejarah perjalanan hidup Bunda Tien. Tampak sederhana dibacanya, tapi kenyataan yg sebenarnya - Masya ALLAH jauh dari apa yang kita baca dan bayangkan. Perjuangan hidup penuh dengan lika liku dan pengorbanan serta keteguhan (kesungguhan hati), yang sulit ditemukan saat ini, dimana semuanya bisa instan untuk meraih sesuatu keinginan, tapi tentu kualitas-nya juga berbeda.
Berjihad demi kehidupan yg lebih baik dan kemaslahatan orang banyak, khususnya Keluarga (terutama untuk Anak-anak). Sungguh mulia, Bunda Tien. ALLAH akan senantiasa tentunya memberikan hasil yang lebih atas perjuangan dan harapan Bunda. Semoga selalu menjadi manfaat selamanya, sekalipun jaman berakhir.
TERIMA KASIH sudah berkenan berbagi kisah nyata kehidupan Bunda dengan kami, Bunda. Semoga Bunda Tien dan Keluarga senantiasa selalu sehat wal'afiat dan bahagia lahir batin. ♥️������
Aamiin yaa Allah...yaa Robbal'alamin
DeletePertama kali perasaan suka pada lawan jelis memang sulit terlupakan (cinta monyet kali yah) ....
ReplyDeleteSalam sehat selalu mbak Tien
Matur sieun mba tien sepenghal perjlnan ke 2 .. Smgmakin mengenal mba Tien.. Slmseroja dansemangat dri skbmi.. π₯°π₯°
ReplyDeleteLuar biasa perjalanan hidup yang sangat mengesankan, walaupun terasa sedih, tetapi indah untuk dikenang. Karena tidak ada masa kini tanpa masa lalu. Untuk sebagian orang mungkin itu ceritera sedih hingga akhir masa, sebagian lagi berlalu begitu saja tanpa kesan, tetapi sebagian lagi menjadi pijakan hidup hingga mencapai masa kini. Walaupun saya waktu itu masih berumur 11 tahun, tetapi sudah ikut merasakan situasi yang sulit saat itu, semua menjadi tidak menentu, nasi bulgur, antri minyak tanah dll semua dijalani tanpa keributan dan tanpa protes. Itulah kehebatan manusia yang mampu beradaptasi dengan kondisi dan lingkungan yang ada. Dalam kondisi sulit, justru kami hijrah ke Jakarta dari Semarang. Alhamdulillah .....
ReplyDeleteSalam sehat mbak Tien .....
Mas Hadi jika berkenan mbok aku di japri Gelora Cintanya dari awal sd tamat. 085101776038
DeleteSeneng banget baca comment penggemar bu Tien ...
ReplyDeleteTahun 1965 saya sudah umur 5 tahun ...
Tapi gak punya cerita dikisaran tahun itu ...
Maturnuwun bu Tien Sepenggal Kisahku part 02 ...
Ditunggu kelanjutannya...
Salam hangat dari malang ...
Walaupun malang terasa dingin saat saya komen ini ...
Kenangan yang tidak akan terlupakan ya bu... ibu lulus SAA, saya baru lahir 2 tahun kemudian jadi gak pernah tau hal seperti ini...in sya Allah rezeki tidak akan pernah tertukar... bu Tien yang hidup susah dulu tapi bisa menulis begitu banyak kisah yang luar biasa... sehat terus ya bu... barakallahu...
ReplyDeleteAamiin jeng dokter. Terimakasih banyak.
DeleteSalam ADUHAI dari Solo
MΓ‘ syΓ‘ AllΓ‘h bunda... Sehat selalu bunda. Trmksh untuk cerita motivasinya
ReplyDeleteSehat selalu Bu Tien Baarakallahu fiik
ReplyDeleteIni caranya mengedit Profil Anda :
Delete1. Klik tulisan UNKNOWN di komentar Anda
2. Akan tampil tulisan merah PROFIL TAK TERSEDIA
3. Selanjutnya KLIK tulisan mengaktifkan akses ke profil Anda.
4. Muncul Edit Profil. Silahkan diisi kolom IDENTITAS sesuai keadaan yang sebenarnya, alamat, nomor HP dsb
5. Kemudian klik FOTO PROFIL jika Anda kepingin fotonya tampak di blogspot
6. Langkah terakhir setelah selesai mengisi formulir jangan lupa disimpan (tulisan merah) SIMPAN PROFIL
7. Selamat mengedit Profil Anda
Hayo edit profilmu
Ibu.. Cerita hidup nya seperti cerita novel remaja π
ReplyDeleteBunda thn 68 sudah lulus SAA ..aku baru lahir Bunda..
ReplyDeleteKok aku baru tau n baca ada selingan..
Sy belum lahir....1 th kemudisn br lahir sehingga hanya mendengar cerita dari orang tua tentang sulitnya masa itu....kisah hidup mbak Tien begitu menakjubkan....kisah asmara remaja gara2 jari jempol....semoga mbak Tien selalu dlm lindungan Alloh SWT dan terus berkarya untuk menghibur para fans setia
DeleteSebelum Sang Putri jg sdh ada selingan Sepenggal Kisah 01
Bunda Tien... sepenggal kisah yg 1 ...saya belum baca..
ReplyDeleteAda sebelum Sang Putri 01
DeleteBisa japri ke saya ? 085101776038
DeleteNanti saya kirim via WA
Menunggu datangnya Ayna...
ReplyDeleteSbentar ya jeng. Lagi baca komen lucu2.
DeleteSalam ADUHAI buat semuanya
Terima kasih Sepenggal Perjalanan mb Tien part 02. Saya juga mengalami masa² sulit itu mbak, makan nasi diselingi bulgur, singkong, tiwul, telur 1 dibagi 4. Antri beras, minyak tanah pakai kupon. Hanya saja mb Tien th '68 sdh tamat SAA, saya baru klas 5 SD. Salam saya dari Bali, semoga mb Tien & kelg sehat & bahagia selalu (Gunarto)
ReplyDeleteMas Gunarto tolong edit profilmu.
DeleteIni caranya mengedit Profil Anda :
1. Klik tulisan UNKNOWN di komentar Anda
2. Akan tampil tulisan merah PROFIL TAK TERSEDIA
3. Selanjutnya KLIK tulisan mengaktifkan akses ke profil Anda.
4. Muncul Edit Profil. Silahkan diisi kolom IDENTITAS sesuai keadaan yang sebenarnya, alamat, nomor HP dsb
5. Kemudian klik FOTO PROFIL jika Anda kepingin fotonya tampak di blogspot
6. Langkah terakhir setelah selesai mengisi formulir jangan lupa disimpan (tulisan merah) SIMPAN PROFIL
7. Selamat mengedit Profil Anda
Terima kasih bu Tien perjalanan hidupnya
ReplyDeleteSy yg seumuran dgn ibu g jauh berbeda
Lulus sma pasuruan thn 1967
Dlm cerita kemarin kok menceritakan pasuruan, apa bu tien pernah di pasuruan?
1967-1969 kuliah di PTPN VETERAN SURABAYA.
Lalu dpt kerjaan di Palembang
Thn 1976 pindah di Cilacap
Saya ngomong Pasuruan? Kok lupa. Nggak pernah tinggal disana kok.
DeleteSudah pada menunggu datangnya Ayna
ReplyDeleteSenyum senyum baca kisah ibu tien..seneng...salam hangat dr lampungππ
ReplyDeleteSelamat malam bu Tien selamat malam sobat-2 penggemar Cerbung bu Tien. Salam...... seger waras.
ReplyDeleteBelum ada baru jam 21.52 WIB
Masih setia menunggu
ReplyDeleteNginceng lagi
ReplyDeleteTakut g kebagian nomer
ReplyDeleteAlhamdulillah..
ReplyDeleteMtur swun bun...
Semangat...
Waaah...sy ketinggalan bacanya...tp asiik bangeet mbak Tien..
ReplyDeleteBegitulah perjalanan hidup ya mbak..semua bisa terlampaui tentunya dengan penyertaan Tuhan..ππ
Waaah...jangan2 pak Hin...menunggu bu Tien...hehe..maaf...bener2 spt cerbung...ditunggu kisah berikutnya ya mbak Tien...sehat selalu..Amiin..π
Pasuruan seingatku pernah di tulis di cerita Lestari punya mimpi, suaminya Lestari dipindah tugaskan di Pasuruan
ReplyDeleteJaman bulgur itu dibuat bubur pakai gula kelapa biar rata dapat semangkuk, kembang gula sebesar kelereng seribuan, waktu itu tinggal di Madiun dibelakang RSU, listrik nyala bergiliran, tiap senja sampai hampir pagi ada kakek tua jualan serba rebusan; pisang, pohong(ketela pohon), ubi jalar, utri, sawo, mangga manggis, hasil kebun dibawa dengan pikulan keranjang besar kiri kanan, dengan dikasih obor, suka cara menawarkan dagangan nya semua dagangannya disebut dilantunkan
berirama, kalau nengok Simbah di Djokdja, pas bus berhenti di stasiun bus(terminal) gading Sala, tidak sedikit simbok simbok menawarkan dagangan srabi nya dengan basa Jawa kromo madya juga bernada, merdu juga suaranya
Saya senang bc cerbung karya Bu Tien Kumalasari...terakhir baca Jangsn bawa cintaku.Sudah adakah yang baru Bu Tien??ditunggu yaa...Thanks
ReplyDeleteThis comment has been removed by the author.
ReplyDeleteSemoga kita selalu sehat2 dalam lindungan Nya. Aamiin
Delete