ADA YANG MASIH TERSISA 06
(Tien Kumalasari)
Miranti hampir saja jatuh kalau sepasang tangan kekar tidak menangkapnya.
“Pram...?” dan mata bening itu berbinar melihat siapa yang menolongnya.
“Kamu tidak apa-apa?”
“Nggak tahu nih Pram, mau belanja, kok tiba-tiba pusing. Bagaimana kamu bisa ada disini?”
“Aku mau ke kantor, melihat kamu turun dari taksi, aku berhenti dan mengikuti kamu. Sebaiknya kamu ke dokter, ayo aku antar.”
“Tapi... bukankah kamu mau ke kantor?”
“Tidak apa-apa Mir, tidak ada yang mendesak sehingga aku harus buru-buru ke kantor, tadi aku dari kantor cabang sebentar.”
“Nggak ah Pram, aku sendiri saja ke dokternya.”
“Tidak Mir, kalau kamu tiba-tiba roboh dijalan bagaimana? Bukankah aku kakak kamu?”
Miranti tersenyum. Ia pernah bilang, Pram adalah sahabatnya, kakaknya...
“Ayolah Mir, sakit itu jangan dipelihara. Harus ditangani supaya jangan terlanjur jadi penyakit yang membahayakan.”
“Aku mau belanja dulu Pram.”
“Mana mungkin belanja kalau badan lagi tidak enak? Sebenarnya kamu mau belanja apa?”
“Hanya keperluan dapur.”
“Ya ampun, nanti saja sepulang dari rumah sakit, atau catat saja semuanya, nanti kamu dimobil saja, biar aku yang belanja.”
Miranti menatap Pram yang menggandeng lengannya menuju mobil.
Terharu melihat ketulusan dimata laki-laki yang selalu mengisi hatinya dengan cinta ini. Tapi yang tak bisa dimilikinya. Sedih..
Pram membuka pintu mobil dan mempersilahkan Miranti masuk, lalu memacu mobilnya menuju rumah sakit.
“Terimakasih Pram, kamu selalu ada untuk aku.”
“Aku selalu ada untuk kamu.”
Mianti mengangguk haru.
“Kamu terlalu lelah untuk selalu bersedih. Aku ingin membawa kamu lari jauh-jauh dari sini.. ketempat yang hanya ada aku dan kamu.. berbahagia disana, Jangan sampai kamu sakit. Jangan sampai setitik air matapun turun dari sepasang mata indahmu.”
“Pram..itu adalah mimpi, dan mimpi itu indah bukan? Tapi yang ada hanyalah kenyataan dimana kita harus menghadapinya. Ketika kita diturunkan didunia ini, ada garis kehidupan yang tidak bisa kita hindari. Jadi kita harus menjalaninya.”
“Hm.. pinternya..”
Miranti menyandarkan kepalanya dan menutup matanya. Pram menoleh kearahnya dengan khawatir.
“Mir.. pusing ya? Sebentar lagi kita akan sampai.”
***
Oleh dokter di poli itu Miranti disuruh cek darah. Tampaknya sang dokter mencurigai sesuatu, Sambil menunggu Miranti merasa cemas.
“Kira-kira aku sakit apa ya Pram? Tampaknya gawat ya?”
“Tidak, jangan berfikir yang bukan-bukan. Tenang saja.”
“Jangan-jangan aku mau mati ya Pram.”
“Miranti! Mengapa ngomong seperti itu? Orang cuma pusing dan lemas saja kok mau mati. “
“Tmpaknya gawat.”
“Tidak, jangan ngomong itu lagi. Mau aku belikan teh panas ya, supaya lebih segar?”
Miranti mengangguk.
“Baiklah, kamu menunggu disini saja,” Kata Pram sambil berdiri.
Miranti menyandarkan kepalanya dibangku itu. Tubuhnya benar-benar lemas, padahal tadi sudah sarapan. Tiba-tiba ponselnya berdering. Waduh, dari ibu mertuanya.
“Miranti?”
“Ya ibu.”
“Kamu ada dimana? Ibu mampir kerumah tapi kamu tidak ada.”
“Oh, ma’af bu, Miranti lagi belanja.”
“Naik apa?”
“Tadi naik taksi, tapi ini belum selesai.”
“Belanja dimana Mir, biar ibu jemput.”
“Oh, tidak bu.. tidak usah, nanti ibu malah bingung mencari Miranti dipasar. Miranti masih agak lama, biar nanti naik taksi lagi saja bu. Ini barusan nyampe,” kata Miranti berbohong.
“Lain kali kalau mau belanja bilang sama ibu, biar ibu temani, atau biar diantar sopir.”
“Ya bu, cuma belanja kebutuhan dapur kok.”
“Ya sudah, hati-hati, kalau tidak sempat masak beli matang saja.”
“Iya bu..”
Miranti menghela nafas. Begitu besar perhatian mertuanya kepadanya. Berbeda dengan suaminya yang seakan tak peduli padanya.
“Ini minumnya, teh hangat.”
“Terimakasih Pram.”
“Tadi telpon sama siapa?”
“Ibu mertuaku. Sangat perhatian sama aku, tadi bilang mau menjemput aku.”
“Kamu bilang kalau dirumah sakit?”
“Tidak..” Miranti meneguk teh hangatnya, sedikit terasa segar.”
“Aku bilang sedang belanja,” lanjutnya.
“Mau dijemput kemana?”
“Aku bilang nggak usah. Bisa rame kalau ibu tahu bahwa aku sakit.”
Seorang pembantu dokter memanggil nama Miranti.
“Itu, kamu sudah dipanggil,” kata Pram, yang kemudian membimbing Miranti masuk kedalam ruangan dokter.”
Dokter itu sedang membuka hasil labnya, Miranti menunggu dengan berdebar.
Tiba-tiba dokter itu menatap Pram dan tersenyum.
“Selamat ya, bapak akan segera menjadi ayah,” kata dokter.
Pram dan Miranti terkejut. Tak ada senyum bahagia seperti layaknya orang mendengar sebuah berita akan hadirnya seorang anak. Miranti berpegangan pada kursi yang didudukinya, takut jatuh terkulai.
“Untuk lebih tepatnya, bapak sama ibu harus menemui bagian obgyn. Nanti semua akan lebih jelas.”
Pram mengangguk lesu, memegangi pundak Miranti.
“Ibu kenapa?”
“Dari tadi merasa lemas.”
“Itu salah satu bawaan kalau seorang wanita mengandung diawal kehamilam. Tidak apa-apa.”
Pram dan Miranti keluar dari ruangan dokter. Pram terus membimbing Miranti yang semakin lemas.
“Kita ke bagian obgyn?” tanya Pram.
“Tidak.. tidak.. ayo pulang saja.”
“Tapi kamu harus diperiksa.”
“Ini berita buruk.. ini buruk Pram.. lalu melelehlah air matanya.”
Pram membawanya keluar dari rumah sakit. Membiarkan Miranti menangis didalam mobil.
“Aku benci ini.. aku benci ini.. “ katanya sambil memukul-mukul perutnya.
“Mir, jangan Mir, itu janin tak berdosa.. kamu tidak layak membencinya. Ayo tenangkan dulu hati kamu.
“Mengapa bisa hamil? Bedebah itu hanya melampiaskan nafsu bejatnya.. aku tidak mau anak ini..”
“Miranti, sadarlah .. tenangkan hati kamu.
Miranti mencoba tenang.
“Kalau laki-laki itu memang bejat, biarkanlah, tapi anak ini, suci tanpa noda, bersih tanpa dosa. Kamu harus menyayanginya.” kata Pram sambil mengelus perut Miranti.
Miranti terus berurai air mata. Ia mencoba meresapi kata Pram. Benar, bayi ini tak berdosa.
“Pram, mau mengantarku ke poli obgyn ?”
Pram mengangguk dan menepuk-nepuk bahu Miranti. Lalu keduany turun. Pram masih memapah tubuh Miranti.
***
“Ya, baru tiga minggu bu..” kata dokter Winda, spesialis kebidanan itu.
“Sehatkah?”
“Ibu harus menjaganya. Rasa pusing dan lemas itu biasa diawal kehamilan, nanti ibu saya beri resep untuk penguat kandungan dan vitamin-vitamin.”
“Adakah obat pusing?”
“Tidak usah, sa’at hamil lebih baik menghindari obat-obat yang tidak perlu. Pusing, lemas, ya.. tapi nanti lama kelamaan akan hilang. Ibu jangan terlalu capek, jangan mengangkat barang-barang berat dulu. Ibu beruntung tidak mual dan muntah-muntah, kalau itu terjadi biasanya lalu tidak doyan makan.”
Dokter itu menuliskan resepnya. Pram menatap Miranti yang sudah lebih tenang.
“Alangkah bahagianya kalau ayah bayi yang aku kandung ini adalah kamu Pram,” bisik batin Miranti, sedih.
“Bapak harus menjaganya baik-baik, janin ini masih terlalu kecil. Sebulan lagi kontrol ya pak? Banyak makan buah dan sayur.”
Bergetar hati Pram ketika dokter itu mengira bahwa dialah suami Miranti. Seperti juga Miranti, Pram juga berfikir, alangkah bahagianya kalau ia benar-benar menjadi ayah janin itu.
***
Miranti sampai dirumah sudah siang. Pram menurunkannya dihalaman, membawakan belanjaan Miranti yang tadi Pram yang membelikannya. Ia juga sudah membelikan obat dari resep yang ditulis dokter Winda.
“Taruh saja disitu Pram, biar aku bawa masuk sendiri,” kata Miranti sambil membuka pintu.
“Aku tinggal Mir, nggak apa-apa kan?”
“Tinggal saja Pram.”
“Langsung istirahat dan minum obatnya.”
Miranti mengangguk sambil memberikan senyum manis, yang membuat Pram tak akan bisa melupakannya.
Ada nyeri dihati keduanya, karena saling cinta tanpa saling memiliki. Tapi Miranti bersyukur, masih bisa berbagi dalam suasana yang manis, walau batin serasa teriris.
Selesai membersihkan diri Miranti langsung merebahkan tubuhnya. Ia tak akan memasak apapun. Tubuhnya masih lemas. Tapi nanti suaminya pasti pulang, lalu Miranti segera bangkit, menggoreng telur dan membuat sambal kecap. Masih ada sayur yang dimasak kemarin, Miranti memanaskannya dan menata semuanya dimeja. Lalu ia kembali berbaring.
Baru beberapa menit ia berbaring, Pram menelponnya.
“Apa kabar bidadari?”
“Aku baru selesai menggoreng telur, lalu sekarang aku berbaring di ranjang.”
“Obatnya sudah diminum?”
“Belum Pram, aku belum makan, aku mau berbaring saja dulu sebentar.”
“Baiklah. Hati-hati jaga dirimu dan janin dalam kandunganmu.”
Miranti kembali menitikkan air mata. Pram bersikap seolah-olah janin itu darah dagingnya. Perhatiannya sungguh luar biasa.
Miranti memejamkan matanya, lalu terdengar deru mobil memasuki halaman dan langkah-langkah kaki masuk kerumah. Tampaknya Tejo pulang untuk makan siang. Barangkali langsung kebelakang atau keruang makan. Miranti tak beranjak, tapi tiba-tiba kamarnya terbuka.
“Makanan apa itu?” hardiknya.
“Adanya cuma itu, aku tak sempat memasak.”
“O, sakit lagi ya? Perempuan manja. Uang belanja segitu banyak hanya bisa memberi makan aku sebutir telur ceplok dan sayur basi?”
“Itu tidak basi, masih enak.”
“Aku tidak sudi makan makanan kemarin.”
“Kepalaku lagi pusing, kalau tidak mau ya sudah..”
“Hm, perempuan manja.. sedikit-sedikit sakit.” Katanya sambil menjauh, lalu terdengar deruman mobil menjauh. Berarti Tejo sudah pergi tanpa mau makan makanan yang disediakan. Miranti tak perduli. Ia memejamkan matanya dan berharap keadaannya lebih baik setelah istirahat.
***
“Mengapa mengajak aku makan siang? Katamu kamu harus makan pagi siang sore dirumah?” kata Anisa ketika Tejo mengajaknya makan siang.”
“Bosan makanan rumah. Lagian aku kan kepengin ketemu kamu.”
“Ah, gombal.. lama-lama aku bosan kalau begini terus. “
“Begini bagaimana ?”
“Kamu tidak lagi sering memberi aku uang. Aku ingin sesuatu juga kamu selalu menolaknya.”
“Kamu harus bersabar Nis, aku sa’at ini sedang diawasi oleh orang tuaku, terutama dalam segi pengeluaran uang. Jadi agar hubungan kita tetap baik, kamu harus bersabar dulu dan jangan menginginkan yang macam-macam.”
Anisa menyendok makanannya dengan wajah cemberut.
“Lagian kamu masih ingin apa lagi? Perhiasan sudah banyak, tidak jadi beli baju tapi aku beri kamu gelang yang bagus. Pengin apa lagi sih?”
“Aku pengin sepatu seperti yang aku lihat kemarin.”
“Katanya hanya melihat-lihat, kok ujungnya jadi pengin.”
“Itu cuma sepatu murah mas, tidak sampai sejuta.”
“Ya nantilah, aku harus hati-hati mengeluarkan uang. Kalau belum-belum uangku sudah menipis, bapak bisa tidak akan memberi aku uang lagi.”
“Ternyata orang tua kamu itu pengusaha yang pelit. Kaya tapi pelit. Sama anak sendiri saja juga susah mengeluarkan uang.”
“Itu karena bapak memergoki kita waktu sedang berduaan.”
“Lalu sampai kapan?”
“Kamu mengapa tidak segera hamil? Kalau kamu hamil pasti sikap orang tuaku akan beda. Mereka sangat menginginkan menimang cucu.”
“Bagaimana kalau aku pura-pura hamil?”
“Ah, itu seperti di sinetron-sinetron. Pakai diganjal perutnya, lalu kalau sa’atnya melahirkan, mencuri bayi orang lain..”
“Yang penting aku kelihatan hamil.. “
“Orang tuaku tidak sebodoh yang kamu kira. “
Anisa menghela nafas kesal.
“Bersabarlah Nisa, yang penting aku tetap cinta sama kamu.”
Anisa menggerutu dalam hati.
“Makan tuh cinta, kalau aku nggak bisa mendapatkan apa yang aku inginkan, aku tidak butuh cinta itu,” keluhnya dalam hati.
“Senyum dong Nis, kalau cemberut gitu jelek deh.”
“Tapi aku mau sepatu itu dong mas..”
“Sepatu ?”
“Iya.. masih nanya lagi.. Boleh ya.. “
“Ya sudah, boleh saja, beli sendiri.”
“Mana uangnya?”
“Berapa harganya..?
“Sejuta saja.”
“Katanya nggak nyampe sejuta?”
“Masa ya dikasih uang pas sih. “
Tejo tak pernah bisa menolak semua permintaan Anisa, apapun diberikannya. Harusnya ia berterimakasih kepada Miranti karena dia tidak mengambil seluruh gajinya yang sesungguhnya dipercayakan kepada Miranti. Tejo tak pernah berfikir, bagaimana kalau pak Kusumo tahu tentang uang itu.
***
Hari itu Miranti merasa lebih segar. Ia bangun pagi dan menyediakan minuman dan sarapan untuk suaminya. Sudah hampir sebulan berjalan seperti itu seperti anjuran bapak dan ibu mertuanya.
Ketika selesai berpakaian, Tejo melngkah keruang makan.
“Apakah kamu masih menyediakan makanan basi?” tanyanya sinis.
“Ada opor ayam .. kalau mau makan saja, kalau tidak ya terserah.”
“Huhh.. ratu rumah tangga yang sok berkuasa. Tak ada hormat-hormatnya pada laki-laki yang disebut suami.”
“Apa kamu tahu bagaimana cara menghormati orang? Menghargai orang? Tidak merendahkan orang?”
Tejo tak menjawab, tapi dia duduk dimeja makan, sarapan dengan wajah yang tak pernah ramah. Miranti membiarkannya. Ia menyibukkan diri dengan membersihkan alat-alat dapur yang selesai dibuatnya masak pagi itu. Diliriknya Tejo yang melahap makanannya dan semangkuk opor yang disediakannya habis tinggal tulangnya. Miranti tersenyum dalam hati. Mulutnya mengomel, tapi doyan banget.
Tanpa berpamit Tejo meninggalkan meja makan, lalu tak lama kemudian terdengar mobilnya berlalu.
Miranti tak perduli. Selesai bersih-bersih Miranti kembali membaringkan tubuhnya. Ia merasa cepat sekali lelah. Ingin tiduran terus tapi ia ingat bahwa dirinya punya kewajiban menyiapkan makan di pagi, siang dan malamnya.
“Tak apa kalau hanya melayaninya makan, tapi jangan sampai dia berani menyentuhku lagi.”
Miranti hampir terlelap ketika didengarnya suara bu Kusumo memanggilnya dari luar rumah.
Miranti menghela nafas, sedikit kesal karena sesungguhnya ia butuh beristirahat. Tapi bu Kusumo sangat baik dan Miranti merasa sungkan kalau tidak menghormatinya.
Dengan langkah lelah Miranti menuju kedepan dan membukakan pintu untuk mertuanya.
“Kamu sedang tidur Mir ?” tanya bu Kusumo.
“Tidak bu, hanya tiduran saja.”
“Aku hanya mampir sebentar, itu lho Mir, aku tuh mau membuat gelang yang modelnya seperti punya kamu.”
“Oh, hadiah perkawinan buat saya itu?”
“Iya, coba aku pinjam sebentar, cuma mau melihat modelnya. Nanti kalau kita mendatangi sebuah acara, bisa kembaran. Aku lupa persisnya. Entah kenapa tiba-tiba ingin membuatnya lagi.”
“Iya bu, sebentar, saya ambilkan.”
Miranti masuk kekamar. Ia tak pernah membuka kotak perhiasan itu, karena memang tak perlu memakainya. Ia membawa kotak itu keluar.
“Yang mana yang ibu inginkan?” kata Miranti sambil membuka kotaknya.
“Gelang saja kok Mir... “
“Gelang.. mana ya gelang.. ?”
Miranti mengambil satu-persatu perhiasan yang ada didalam kotak, tapi tak terlihat gelang itu.
“Kok nggak ada ya bu?”
“Hilang? Kok bisa hilang?”
***
Besok lagi ya
Matur nuwun mbak Tien
ReplyDeleteSalam sehat dari Bagang
Terima kasih mbak Tien ... AYMT 06 sdh dpt dinikmati para penggemarnya.
ReplyDeleteSalam kami dari Yogya.
Terima kasih mbak Tien ... AYMT 06 sdh dpt dinikmati para penggemarnya.
ReplyDeleteSalam kami dari Yogya.
This comment has been removed by the author.
ReplyDeleteAlhamdulillah.... matur nuwun mbak Tien 🙏.
ReplyDeleteAlhamdulillah AYMT~06 sudah hadir.. maturnuwun bu Tien..🙏
ReplyDeleteTerimakasih bunda,ceritanya seru,dan bikin penasaran.salam kenal dari Nuril,Ngawi.
ReplyDeleteTerima kasih Bu Tien... AYMT 06 udah tayang.
ReplyDeleteSalam sehat selalu buat Bu Tien dari Semarang 🙏
Alhamndulillah...
ReplyDeleteTerimakasih mbak tien
Met rehat ndalu bu Tien... Nuwun.. Tata Suryo Semarang
ReplyDeleteterima kasih bu tien... yng diharap2 akhirnya muncul juga.salam seroja😍
ReplyDeleteTrimakasih mbak Tien..
ReplyDeleteAymt06...makin penasaran..gelang miranti diambil tejo dikasihkan anisa kali ya...duuuuh...😦
Salam sehat untuk mbak Tien dan kelg..dari maria bandung.
Makasih Bunda untuk cerbungnya yang makin asyik dan mendebarkan.Sukses selalu buat Bunda.
ReplyDeleteDoa kami , Bunda selalu sehat dan tetap semangat.
Mtnuwun Mbk Tien....
ReplyDeleteTerimakasih, mbak Tien ceritanya bagus bagus, salam sehat selalu dari Nanang Purwokerto
ReplyDeleteTerima kasih jeng tien cerbungnya.
ReplyDeleteSalam sehat dari jakarta
Gelangnya dicuri Tejo ya? Mudah2an ketauan sama bapak atau ibunya. Makasih mba Tien. Salam semangat selalu
ReplyDeleteWaaah, Tejo sdh main mencuri .. hadee h
ReplyDeleteAlhamdulillah AYMT 06 sudah hadir
ReplyDeleteWah kemana ya gelang Miranti
Seruu semakin penasaran ceritanya.
Terima kasih Mbak Tien, semoga sehat dan sukses selalu
Salam hangat dari Bekasi
Trimakasih Bu Tien, salam sehat bahagia dr Madiun yg sllu setia hadir..
ReplyDeleteAlhamdulillah AYMT 6nya sdh datang
ReplyDeleteTambah seru... ditunggu lanjutannya mbakyu
Salam sehat sejahtera sll dr Bekasi katur mbak Tien sklg, jg semua pembaca
Tks mbak Tien dr sore nengok episode 6 akirnya nongol jg.Aduh gelangnya raib jng2 yg td disebut2 Tejo di berikan pd Anisa.. ..
ReplyDeleteSeru pengin cepat2 hr esok nih lanjuttt....
Sekrg mencuri, besok aplg klakuan tejo. Jgn2 gak mau mengakui anak yg dikandung miranti, anaknya.
ReplyDeleteTyt gilang Miranti yg diberikan Tejo kpd Anisa... Tyt Anisa cewek matre.. smg dia tdk hamil jd tdk menambah masalah buat Miranti...smg ihunya tahu klu Miranti hamil
ReplyDeleteGelang mksdnya bukan gilang...
ReplyDeleteMatur nuwun... Mbak tien... Sehat selalu jasmani rohani ekonomi berkreasi dan berinspirasi.
ReplyDeleteHaduh gelangnya apa yg dikasih ke anisa ya
ReplyDelete....bener2 drh Tejo..
mksih bu Tien episode 6 seru ....mantap
Yustinhar Priok sanget matur nuwun ibu Tien...
ReplyDeleteBarkah Dalem Gusti...
Terimakasih bu Tien Cerbung nya Semoga bu Tien selalu sehat dan bahagia bersama keluarga tercinta Aamiin
ReplyDeleteSalam sehat dan hangat dari Salamah Purworejo untuk ibu Tien dan semuanya
Waduh ini laki macam apa si Tejo sdh main curi curian...Sabar ya Mir...Salam buat Bu Tien semoga tetap sehat dan bahagia bersama keluarga ...Aamiin YRA.
ReplyDeleteAlhamdulillah.....
ReplyDeleteYg ditunggu tunggu sudah hadir
Matur nuwun Ibu Tien,
Semoga sehat selalu dan tetap semangat.
Salam seroja (sehat rohani jasmani) dari Cilacap.
Happy Weekend,, terima kasih Bunda Tien,, semoga Bunda sehat selalu,,Aamiin 😍😍😍
ReplyDeleteAlhamdulillah AYMT 06 sudah tayang.
ReplyDeleteMatur nuwun mbak Tien Kumalasari, semoga mbak Tien tetap sehat, bahagia dan selalu dalam lindungan Allah SWT.
Aamiin Yaa Robbal Aalamiin.
Salam Hormat dari Karang Tengah, Tangerang.
Astaghfirullahaladziim.....Tejo benar2 keterlaluan berani memberikan gelang hadiah perkawinan Miranti dr ibunya...tp kalau namanya kejahatan bgmnpun caranya akhirnya ketahuan jg...ibu nya tiba2 ingin membuat gelang yg sama...moga Miranti tetep sabar utk menjaga bayi dlm kandungannya...trmksh mbak Tien salam sehat dr Situbondo
ReplyDeleteBisakah Miranti terhindar dr situasinya yg buruk ini?
ReplyDeleteSelalu sabar menunggu lanjutan critanya,salam sehat penuh semangat utk ibu Tien
Mtrswn mbak Tien cerbung sdh hadir...setujui
ReplyDeleteSmoga sehat selalu mb Tien
Salam hangat YulieSleman
Apakah Teko yg mengambil gelang Miranti.... ?
ReplyDeleteSalam sehat selalu mbak Tien
Alhamdulillah sdh hadir episode 6...suwun mba tien....gemes deh sama tejo..semoga kena batunya sm selingkuhannya tuh...gemes juga sm aniisa...tejo kok gg nyadar sih kl anisa itu maunya uang melulu...
ReplyDeleteAlhamdulillah nongol juga..
ReplyDeleteCuma rada bingung, kok dilay out dpn cerbung ini sdh nongol 11 jam yang lalu, tapi ini jam 9 pagi baru bisa dibaca di hp saya, apa hp saya bermasalah??? Padahal bolak balik dilongok.. Hehehe
Bedeway, makasiih bu Tien..
Salam sehat buat ibu dan kelgm
Semoga pelecehan dan hinaan Tejo kpd istrinya, sgr diketahui pak dan bu Kusuma. Miranti itu sabar atau penakut...jawabannya sy tunggu dari Bu Tien di episode berikutnya. Terimakasih Bu Tien, semoga tetap sehat wal afiat dan dalam lindungan Allah Swt. Aamiin..
ReplyDeleteMiranti itu sabar luar biasa... Krn menghormati orangtua dan mertuanya saja masih bertahan...
ReplyDeletesemoga Miranti segera mdpt kebahagiaan dan Tejo menuai apa yg dilakukan
Crita sll menyenangkan. .. Maturnuwun mbak. Tp nyuwun pirsa pas kejadian miranti diperkosa kan sama yg sakit itu kan jarak 1 hari kok sehari kemudian hamil? Apa bisa? Hehehe nyuwun sewu
ReplyDeleteSudah berminggu minggu..
DeleteHadir bu
ReplyDeleteAlangkah bijak seorang Pram....semoga bu Tien nti memberikan ending yg membahagiakan utk Miranti dan Pram......(maaaf y bu, sok berharap).
ReplyDeleteYogya selatan merindu kelanjutannya. Sehat selalu bu Tien
Setuju.... tejo nya lempar aja ke laut...wkwkwkwk...
DeleteMatur nuwun
ReplyDeleteMatur suwun Mbak Tien... ditunggu lanjutannya.Salam seroja dari Semarang.
ReplyDeleteNasibnya miranti persis surti,diper..sa sekali langsung jadi,sedangkan tejo sama anisa yang selalu melakukan ....ngga bisa hamil.sungguh hebat skenario bu tien 👍👍saiya suka saiya sukaaa😍selalu setia menunggu lanjutan ceritanya bu,sekalipun sampai begadang.hihi
ReplyDeleteWahh bakalan ada omel2lagi nih...ato bu Tien di tunggu lanjutannya
ReplyDeleteSelamat ya, anda akan menjadi ayah...#kata Dokter.. bukan hanya Miranti & Pram yg terkejut...Namun akupun ikutan lunglai dan tak berdaya..seolah tulangku ..di presto..jadi lunakk..🤭😂. .... Nyruput kopi dulu..ah.. 🙏Mks mbak Tien . Salam sehat bahagia selalu.
ReplyDeleteDi longak longok kok belum muncul juga ya?
ReplyDeleteAyo semangat semangat untuk menunggu dgn setia
Ditunggu edisi selanjutnya, maturnuwun Bunda Tien.
ReplyDeleteTerima kasih Mbak Tien, semakin membuat penasaran kisahnya.
ReplyDelete7 nya belum ada ya? Sehat ya bu... udah gak sabar semua
ReplyDeleteBerasa spt nunggu doorprize bu...tiap saat d longok dg seksama... blm ada lanjutannya... sehat slalu ya b Tien
ReplyDelete