Thursday, January 17, 2019

SEPENGGAL KISAH 134

SEPENGGAL KISAH  134

(Tien Kumalasari)

 

Mata Asri terbelalak, ia tau Ongky orangnya ceplas ceplos, tapi ia tak percaya kalau ia tega menuduhnya begitu.

"Mengapa mas Ongky berkata begitu?"

"Bukan aku yang berkata Asri, matamu, sikapmu , apa yang kamu lakukan itu sudah mengatakannya. Kamu boleh mengelabui suamimu, tapi tidak buat aku."

Asri menundukkan kepala, mulai menimbang nimbang, apa benar apa yang dikatakan Ongky? Tidak, Asri membantahnya .... atau sahabat..

"Tidak mas, kamu salah.. aku tidak lagi mencintai dia sejak aku menikah dengan mas Bowo, bahkan jauh sebelum menikah, cintaku sama Damar sudah nggak ada mas."

"Tapi cinta itu masih meninggalkan sisa, dihatimu, didasar hatimu yang paling dalam."

"Mungkin karena kami bergaul akrab sejak masih sekolah dulu.. jadi kami terikat seperti saudara.   atau sahabat.. "

"Ya.. ya.. semacam itu.. dan aku manamakannya cinta."

Ongky bicara seenaknya, tapi tampaknya itu bukan masalah buat Ongky. Baginya itu manusiawi sekali.

"Ma'af Asri, ku tidak menyalahkan kamu. Manusiawi lah kalau cinta bisa terbagi."

Asri terdiam, benarkah cintanya terbagi? Hatinya selalu menjawab tidak.. tidak dan tidak.. 

"Aku hanya kasihan.. nasibnya sungguh buruk, sampai terguncang jiwanya, dan sekarang sakit parah."

"Sakit parah?"

"Tidakkan mas Ongky melihat keadaannya? Dia terkena kanker hati."

"Apa?" Ongky terkejut.

"Dokter memperkirakan umurnya tinggal 6 bulan lagi."

"Apa? Kali ini Ongky berteriak.

"Ya mas, itu yang dikatakan Nancy sama aku, sambil menangis."

"Damar tau tentang hal itu?"

"Tidak, hal ini dirahasiakan karena takut Damar bertambah syock.."

"Ya Tuhan, Damar... Damar... Damar..." Ongky menutup mukanya dengan sedih.

"Tidak adakah pengobatan terbaik untuk Damar? Mungkin keluar negeri.."

 "Mungkin ada, aku akan berbicara dengannya.

Ketika Pandu pulang, Ongky sudah tidak ada dirumah itu, tinggal Asri termenung dengan wajah muram. Bekas air mata itu belum hilang juga. Langkah2 kecil yang biasanya membuatnya gembira lalu ia berlari kedepan untuk menyambutnya..siang itu serasa tak terdengar olehnya.

"Ibuuuu.. ibu.. Pandu sudah pulang..." barulah teriakan itu menyadarkannya.

"Oh.. nak.. ganteng.. kamu sudah pulang>" Asri memeluk buah hatinya erat2. "Ibu mengantuk disini, sehingga nggak mendengar kalau Pandu datang."

"Ibu, nilaiku bagus2 semua, lihat nih bu.." Pandu mengeluarkan isi tasnya dan menunjukkan nilai2 yang dibanggakannya. 

"Waah.. anak ibu ini memang hebat. Jempol... bagus nak.. selalu belajar yang rajin supaya dapat nilai bagus ya."

"Oke mama..." 

"Lhoo,, kok jadi mama?" tanya Asri mendenar Pandu memanggilnya mama.

Pandu tertawa, "nggak boleh ya bu?" 

"Boleh sayang, sama saja itu.. tapi bukankah lebih enak memanggil ibu seperti biasanya?"

"Iya bu, Pandu hanya bercanda.

Asri tertawa, anak semata wayangnya ini kadang2 memang lucu.

"Pandu ganti baju dulu ya." Kata Pandu sambil menenteng kembali tasnya dan lari kebelakang.

Asri menghela nafas lega. Ia berharap, dengan kesibukannya merawat Pandu akan bisa melupakan Damar.

Pak Marsam heran karena ternyata Asri belum juga berbelanja. Tak ditemukannya barang belanjaan yang biasanya berserak dimeja belakang.

"Asri, kamu belum jadi berbelanja tadi?"

Asri menepuk jidatnya. "Aduh.. belum bapak, besok saja, kepala Asri mendadak pusing tadi..

Pak Marsam diam, tapi ia menangkap bekas air mata diwajah anaknya.Dan hatinya bertanya tanya, apa yang terjadi dengan anaknya.. Namun ia tak menanyakan sesuatu. Pandu dibelakang menunggunya membantu berganti baju.

Bowo pun terkejut ketika Ongky berceritera tentang penyakit Damar. Hampir saja Ongky mengatakan bahwa dia justru mendengar dari Asri namun diurungkannya.  Ia tak ingin Bowo juga mencurigai sikap Asri kemudian menuduhnya yang bukan2. Sejauh ini Ongky percaya bahwa Asri tak akan melompati pagar yang disebut susila dan kehormatan seorang wanita. Tidak, Asri tetaplah wanita yang baik. Gadis yang pernah dicintainya ini tak mungkin melakukan hal yang akan membuat rumah tangganya retak.

"Lalu pengobatan apa yang akan dilakukan?"

"Aku akan menyarankannya berobat keluar negri, tapi dia belum tau akan penyakit yang dideritanya, aku harus berhati hati kalau mengatakannya."

"Ajak saja dia ke luar negeri. Aku dengar di Guangzhou ada ahli pengobatan untuk penyakit semacam itu. Disebuah rumah sakit."

"Aku sedang memikirkannya. Kamu benar, pura2 diajak jalan2 kesana.. semoga dia mau.. dan semoga bisa menjadi lantaran untuk kesembuhannya."

"Kamu mau kesana lagi?"

"Ya, tapi tidak ari ini, mungkin besok karena aku harus menyelesaikan semua pekerjaan Damar juga. Aku lama tidak pulang ke Jakarta karena banyak urusan."

"Isterimu pasti kangen.."

"Iya lah.. kalau kangen biar dia menyusul kemari." Ongky tertawa.

 

Tapi ketika keesokan harinya Ongky menemui Damar lagi, Damar menolaknya.

"Apa? Jalan2 keluar negeri? Jauh bener... jalan ketoko dekat situ aja aku enggan.."

"Jangan begitu Damar, aku hanya ingin kita bersenang senang. Kalau hati kita senang pasti kita juga akan merasa sehat."

"Aku sudah mengerti, bahwa sebetulnya aku sakit. Jadi bagaimana mungkin orang sakit kamu ajak jalan2.?"

"Oh.. kalau begitu.. jalan2 sambil berobat... sip kan?"

"Entahlah mas, apa mungkin ada yang bisa menyembuhkan aku.. "

"Kalau kita berusaha ya pasti bisa dong, ayo Damar, semangat dan lawan penyakitmu."

"Aku ini sudah divonis mau mati sebentar lagi." lirih suara Damar dan Ongky terkejut.Mengapa Ongky berkata seperti itu? Apa dia mendengar ketika orang2 sekelilngnya berkata kata?

"Apa katamu? Kamu jangan bicara macam2, mati atau hidup itu bukan kita yang menentukannya. Kamu harus bersemangat untuk sehat dan tetap hidup lebih lama, supaya kita bisa bercanda, bekerja bersama sama.. ya kan?"

Damar menggeleng;;

"Ayolah Damar, aku akan mengurus semuanya kalau kamu mau. Kita ke Guangzhou."

"Negeri Cina terlalu jauh. Aku dengar di Guangzhou ada rumah sakit untuk pengobatan penyakit hati, apa aku sakit seperti itu?"

"Damar .. apapun kita harus berusaha."

" Orang2 menyembunyikan penyakitku, aku sudah tau, dan vonis dokter itu aku juga sudah tau, aku tak perduli....aku lebih merasa sakit hati ketika cintaku tak berbalas."

"Ya ampuuun.. itu lagi....Sudahlah Damar.. ayolah kita jalan2 ya, aku yang akan mengurus semuanya.."

"Tidak mas, biarlah aku mati.."

Ongky merasa putus asa, tapi tiba2 terbersit di pikirannya pada seseorang yang mungkin bisa membujuknya. Orang itu adalah Asri.

#adalanjutannyaya#

 

 

 

No comments:

Post a Comment

CINTAKU JAUH DI PULAU SEBERANG 48

  CINTAKU JAUH DI PULAU SEBERANG  48 (Tien Kumalasari)   Satria tertegun. Tentu saja dia mengenal penjual kain batik itu. Ia hanya heran, ba...