Monday, December 17, 2018

sepenggal kisah 84

SEPENGGAL KISAH  84

(Tien Kumalasari)

"Ada apa ini? Dia nggak boleh terlalu capai dan banyak bicara !!"

Danik surut kebelakang.:" Ma'af bu,"

"Kalau mau ngomong banyak, ya didalam kamar saja, supaya Asri tidak kecapean."

Bu Prasojo masuk kekamar mandi dan memijit mijit tengkuk Asri. Terengah engah Asri setelah memuntahkan isi perutnya. Bu Prasojo memapahnya kedalam.

"Nggak apa2 bu, Asri hanya berceritera biasa saja, nggak capek kok, memang sa'atnya Asri harus muntah."

"Ya sudah, tiduran saja dulu, ibu akan ambil obatmu."

"Ma'af Asri, aku membuatmu muntah2," kata Danik ketakutan.

"Nggak apa2kok," Asri tersenyum 

"Ya sudah, kamu tiduran saja, aku pamit dulu supaya kamu bisa beristirahat."

"Sering2lah datang kemari, Danik,"

Danik mengangguk, lalu menghampiri bu Prasojo yang sedang menyiapkan obat untuk Asri.

"Ibu, saya pamit dulu ya, dan ma'af membuat Asri muntah2,"

Bu Prasojo mengangguk, wajahnya tidak semuram tadi.:"Baiklah nak, terimakasih telah menengok Asri. Dia memang begitu, sebentar2 muntah, karena itulah saya menjaganya dengan hati2."

"Ya bu,"

"Lain kali kalau datang kemari, omong2 dikamar saja, supaya Asri bisa ngobrol sambil tiduran."

Danik merasa lega, mertua Asri sudah reda marahnya. Tadi mungkin karena panik menantu tersayangnya muntah2 lagi.

 

Bu Prasojo menjaga menantunya seperti menjaga permata sejuta karat. Terlebih karena ia sedang mengandung cucu pertamanya, itulah sebabnya ia sering menemaninya dirumah Bowo.

Damar terkejut ketika tiba2 dikantornya muncul seorang gadis muda yang amar cantik.

"Hallo papa," sapa gadis itu.

Papa? Damar celingukan .. mengira barangkali ada orang lain diruangan itu. Tapi hanya dirinya, dipandanginya gadis itu lekat2.

"Hallo papa," gadis itu mengulang sapaannya, sambil mengulurkan tangannya. Damar menerimanya, dengan perasaan masih bingung.

"Papa tidak mengenal saya? Saya Nancy, anaknya mama Mimi...

Haaa, Damar baru teringat ketika 17 tahun yang lalu meninggalkan bayi kecil nan cantik bagai dewi. Inikah bayi itu? Menyapanya dengan nada suara yang kagok, agak pelo seperti orang barat pada umumnya.

"Papa..." gadis itu tersenyum, lalu dengan berani mencium pipinya.

"Nancy?" Aku lupa... oh ya.. kamu anaknya Mimi , silahkan duduk..

Damar terus menerus memandangi gadis itu. Ia bukan darah dagingnya, tapi dalam akte ia adalah anaknya. Damar tak mau mengingkarinya karena Nancy tak berdosa. Dan juga belum sa'atnya gadis ini mengetahui siapa sebenarnya dirinya.

"Ma'af, papa lupa. Kamu datang kesini sama siapa?"

"Sama grandma..."

"Mana grandma?

"Tadi ketoko, Nancy disuruh kesini dulu menemui papa,"

"Owh.. Kamu nggak sekolah?"

"Libur .."

"Oh.. sekarang kamu mau minum apa?" 

"Biar Nancy ambil sendiri aja.." Nancy beranjak dari duduknya dan menuju kearah almari es yang ada disana, memilih sebotol minuman lalu duduk kembali.

"Mangapa papa meninggalkan mama?"

Damar terkejut. Gadis muda ini menanyakan hal yang pelik, dengan begitu polosnya. Perilaku  yang jarang dimiliki anak muda yang lain, apalagi dengan orang yang baru dikenalnya.

"Papa benci mama?" lanjutnya dan membuat Damar kebingungan. Masa ia harus berterus terang pada gadis muda ini mengenai isi hatinya?

"Bukan begitu Nancy, " Damar masih bingung menjawabnya. Ia tak ingin gadis muda ini mengetahui kelakuan ibunya.

"Papa.. tidak benci mama.."

"Kenapa papa tinggalkan mama?"

"Hanya... hanya..ada rasa.. tidak cocog saja.. dan itu tidak penting."

"Apa maksudnya tidak penting?"

Wadauuw... mengapa bu Surya menyuruh gadis muda ini menemuinya dan bertanya tentang banyak hal yang harusnya tidak diketahui oleh siapapun. 

"Artinya tidak usah difikirkan."

"Tapi Nancy jadi nggak kenal papa."

Damar mencoba tertawa.:" Sekarang sudah kenal kan?"

"Papa Nancy cakep,, handsome.. mm..apa lagi ya?"

Damar tertawa lagi, gadis sweet seventeen ini bicaranya renyah, ceplas ceplos, seenaknya, tidak perduli baru ketemu sekali pun juga. Damarpun larut dalam suasana cerah itu. 

"Nancy suka tinggal disini. Bolehkah Nancy meneruskan kuliah disini?"

"O.. kalau itu kamu harus bertanya pada mama,"

"Huh, mama..." Nancy kelihatan nggak suka.

"Grandma... beliau yang menentukan,"

"Tapi Nancy penginnya tinggal sama papa aja."

Damar terkejut.

 

#adalanjutannyaya#

No comments:

Post a Comment

CINTAKU JAUH DI PULAU SEBERANG 49

  CINTAKU JAUH DI PULAU SEBERANG  49 (Tien Kumalasari)   Ketika menemui Sinah di rumah sakit, mbok Manis tidak pernah sendiri. Dewi yang tid...