Sepenggal kisah 32
kopi pahit yang dihidangkan
isterinya. Bu Prasojo menemani sambil membuka buka koran yang dibolak
balik seperti mencari sesuatu.
"Ibu itu lagi mencari apa to?"
"Itu lho pak.. catering yang langganan kita itu ... saya pesen kok nggak bisa menerima karena banyak barengannya. Saya lagi mencari yang lain."
"Buat apa ibu pesen catering?"
"Bapak itu bagaimana.. lupa ya kalau besok ibu tuh ulang tahun?"
Pak Prasojo tertawa.
"Kok malah diketawain to pak" bu Prasojo kesal melihat suaminya seperti kurang perhatian pada hari ulang tahunnya.
"Kayak anak kecil saja to bu.. lha wong ulang tahun itu kan berarti umur kita berkurang.... pakai dirayakan segala. Biasanya kan cuma kita bertiga.. makan2 direstoran kesukaan kita.. jalan2..."
"Kali ini ibu pengin yang lain pak. Ibu mengundang tamu istimewa." Mata bu Prasojo berbinar.. ia merasa menemukan jalan yang bagus demi menciptakan kebahagiaan bagi satu2nya puteranya. Ya, bu Prasojo ingin mengundang bu Harlan dan Dewi puterinya.
"Tamu istimewa siapa?" Pak Prasojo mulai menduga duga
"Itu lho pak.. bu Harlan sama Dewi." Tuh kan...
Pak Prasojo memamdangi isterinya dengan perasaan kurang senang. "Ada apa nih.. ibu masih melanjutkan niyat ibu dengan menjodoh jodohkan anak kita?Bowo belum tentu senang."
" Nanti kalau sering ketemu pasti lama2.dia senang. Laki2 mana yang nggak senang sama gadis secantik Dewi?"
"Tidak semua perempuan cantik itu menarik." Tegas pak Prasojo.
"Urungkan saja niyat ibu untuk mengundang orang lain. Kita akan merayakannya bertiga saja."
Bu Prasojo cemberut. Seperti anak kecil kehilangan mainan.
Tiba2 telpon berdering dan bu Prasojo bergegas menerimanya.
"Halllo... hai.. jeng.. ya.. selamat sore.. gimana... oh.. bener..? Ketemu di mal... waah
.. seneng donk Dewi.. lho.. kenapa...? Hahhh? Masa sih.. nggak... nggak jebg.. nggak mungkin Bowo pacaran sama Asri... ya emoh to aku... nggak jeng.. nggak bener itu.. nanti aku tanya dia... yaa.. pasti jeng... jangan khawatir.. memang belum pulang dia.. baiklah.. selamat sore."
Bu Prasojo meletakkan gagang telpon itu dan bergegas mendekati suaminya.
"Dengar pak.. ada berita yang nggak enak.."
Pak Prasojo tidak menjawab. Sebagian berita itu ia sudah mendengarnya karena isterinya menjawab telponnya keras sekali.
"Bapak tau tidak.. tadi Dewi melihat Bowo berpacaran sama Asri."
"Ya biarin saja to bu.. mereka kan anak2 muda.. kalau saling suka .. itu wajar.." jawab pak Prabowo datar. Ia tidak suka mendengar perempuan2 bergunjing. Walau sebenarnya heran kalau itu benar.
Mobil Bowo memasuki halaman. Bu Bowo menunggunya diteras samping rumah dan melihat Bowo menenteng belanjaan.
"Dari mana?" Suara itu seperti tidak biasanya. Sedikit ada nada marah didalamnya.
"Belanja bu.. untuk keperluan2 Bowo sendiri." Dan Bowo pun berlalu membawa belanjaannya kearah kamar.
"Tunggu Bowo.."
Bowo berhenti melangkah. Ia berharap ibunya tak membuka barang2 belanjaannya karena salah satunya adalah hadiah yangmasih dirahasiakannya.
"Ibu dengar... kamu berpacaran sama Asri . Benar?"
Bowo menduga duga.. mengapa ibunya bertanya seperti itu. Tapi kemudian Bowo tertawa.
"Bowo.. ibu bertanya.. apa itu benar...?"
"Benar bu.."
"Apa?" Mata bu Prasojo seperti menyala.. marah sekali.
"Kalau dia mau.." jawab Bowo sekenanya. Lalu masuk kedalam kamar dan menutupnya.
#adalanjutannya#
"Ibu itu lagi mencari apa to?"
"Itu lho pak.. catering yang langganan kita itu ... saya pesen kok nggak bisa menerima karena banyak barengannya. Saya lagi mencari yang lain."
"Buat apa ibu pesen catering?"
"Bapak itu bagaimana.. lupa ya kalau besok ibu tuh ulang tahun?"
Pak Prasojo tertawa.
"Kok malah diketawain to pak" bu Prasojo kesal melihat suaminya seperti kurang perhatian pada hari ulang tahunnya.
"Kayak anak kecil saja to bu.. lha wong ulang tahun itu kan berarti umur kita berkurang.... pakai dirayakan segala. Biasanya kan cuma kita bertiga.. makan2 direstoran kesukaan kita.. jalan2..."
"Kali ini ibu pengin yang lain pak. Ibu mengundang tamu istimewa." Mata bu Prasojo berbinar.. ia merasa menemukan jalan yang bagus demi menciptakan kebahagiaan bagi satu2nya puteranya. Ya, bu Prasojo ingin mengundang bu Harlan dan Dewi puterinya.
"Tamu istimewa siapa?" Pak Prasojo mulai menduga duga
"Itu lho pak.. bu Harlan sama Dewi." Tuh kan...
Pak Prasojo memamdangi isterinya dengan perasaan kurang senang. "Ada apa nih.. ibu masih melanjutkan niyat ibu dengan menjodoh jodohkan anak kita?Bowo belum tentu senang."
" Nanti kalau sering ketemu pasti lama2.dia senang. Laki2 mana yang nggak senang sama gadis secantik Dewi?"
"Tidak semua perempuan cantik itu menarik." Tegas pak Prasojo.
"Urungkan saja niyat ibu untuk mengundang orang lain. Kita akan merayakannya bertiga saja."
Bu Prasojo cemberut. Seperti anak kecil kehilangan mainan.
Tiba2 telpon berdering dan bu Prasojo bergegas menerimanya.
"Halllo... hai.. jeng.. ya.. selamat sore.. gimana... oh.. bener..? Ketemu di mal... waah
.. seneng donk Dewi.. lho.. kenapa...? Hahhh? Masa sih.. nggak... nggak jebg.. nggak mungkin Bowo pacaran sama Asri... ya emoh to aku... nggak jeng.. nggak bener itu.. nanti aku tanya dia... yaa.. pasti jeng... jangan khawatir.. memang belum pulang dia.. baiklah.. selamat sore."
Bu Prasojo meletakkan gagang telpon itu dan bergegas mendekati suaminya.
"Dengar pak.. ada berita yang nggak enak.."
Pak Prasojo tidak menjawab. Sebagian berita itu ia sudah mendengarnya karena isterinya menjawab telponnya keras sekali.
"Bapak tau tidak.. tadi Dewi melihat Bowo berpacaran sama Asri."
"Ya biarin saja to bu.. mereka kan anak2 muda.. kalau saling suka .. itu wajar.." jawab pak Prabowo datar. Ia tidak suka mendengar perempuan2 bergunjing. Walau sebenarnya heran kalau itu benar.
Mobil Bowo memasuki halaman. Bu Bowo menunggunya diteras samping rumah dan melihat Bowo menenteng belanjaan.
"Dari mana?" Suara itu seperti tidak biasanya. Sedikit ada nada marah didalamnya.
"Belanja bu.. untuk keperluan2 Bowo sendiri." Dan Bowo pun berlalu membawa belanjaannya kearah kamar.
"Tunggu Bowo.."
Bowo berhenti melangkah. Ia berharap ibunya tak membuka barang2 belanjaannya karena salah satunya adalah hadiah yangmasih dirahasiakannya.
"Ibu dengar... kamu berpacaran sama Asri . Benar?"
Bowo menduga duga.. mengapa ibunya bertanya seperti itu. Tapi kemudian Bowo tertawa.
"Bowo.. ibu bertanya.. apa itu benar...?"
"Benar bu.."
"Apa?" Mata bu Prasojo seperti menyala.. marah sekali.
"Kalau dia mau.." jawab Bowo sekenanya. Lalu masuk kedalam kamar dan menutupnya.
#adalanjutannya#
This comment has been removed by the author.
ReplyDeleteMaaf, saya penggemar baru...tapi saya amati di beberapa judul ada episode yg berulang, apakah bisa dikoreksi, bu? Krn ceritanya jd lompat. Terimakasih.
ReplyDelete