Tuesday, July 5, 2022

KEMBANG CANTIKKU 13

 

KEMBANG CANTIKKU  13

(Tien Kumalasari)

 

Orang yang dimaksud Wahyudi adalah Sunthi, yang sedang berjalan bersama Tino.

Nano menghentikan mobilnya tepat di hadapan keduanya, membuat mereka terkejut, kemudian melangkah agak ke pinggir.

“Mentang-mentang punya mobil, main selonong saja,” gerutu Tino sambil menggandeng lengan Sunthi.

Wahyudi tiba-tiba turun dari mobil, dan mendekati mereka. Bagaimanapun, Wahyudi masih merasa bahwa Sunthi adalah calon istrinya, mengapa sekarang bersama laki-laki lain dan tampak sangat dekat. Bukan karena Wahyudi sangat mencintai Sunthi, tapi Wahyudi tak mau dipermainkan. Kalau memang Sunthi mau sama pria itu, Wahyudi pasti akan mengikhlaskannya.

“Sunthi!” panggilnya, membuat langkah keduanya terhenti. Terbelalak mata Sunthi melihat siapa yang ada di depannya.

“Mas Wahyudi ?”

Tino menatap Wahyudi tak berkedip. Ada rasa tak suka karena dulu Sunthi kelihatan sangat menyukainya.

“Mas Wahyudi, aku sama bapak mencarimu ke mana-mana.”

“Aku tidak tahu jalan pulang. Siapa dia?” tanyanya kemudian sambil menunjuk ke arah Tino.

“Dia_”

“Aku calon suaminya,” kata Tino sambil menatap tajam Wahyudi.

Wahyudi menatap Sunthi, mencari kesungguhan di wajah gadis yang katanya adalah calon istrinya.

Sunthi menundukkan kepalanya, bingung akan mengatakan apa. Malu mengakui kebohongannya.

“Tapi kamu dulu mengatakan bahwa ….”

“Maaf Mas …” kata Sunthi lirih.

“Apa yang terjadi?” kata Tino yang merasa kesal melihat Sunthi tampak bingung.

“Dia ini, calon istriku,” kata Wahyudi pelan, “walau aku tidak menyukainya,” lanjutnya.

“Sunthi …?” sekarang Tino menatap Sunthi.

“Maaf Mas …”

“Apa maksudmu Sunthi?” tanya Tino dengan nada tinggi.

“Aku hanya … bohong sama dia,” katanya pelan, sambil menunjuk ke arah Wahyudi.

“Apa maksudmu bohong?” tanya Wahyudi, hampir bersamaan dengan Tino.

“Dulu aku bilang begitu sama sampeyan, aku bohong.”

“Apa?”

“Kita belum pernah bertemu sebelum bapak membawa sampeyan pulang dalam keadaan sakit,” kata Sunthi akhirnya.

“Jadi ….”

“Jadi sampeyan bukan siapa-siapa aku Mas.”

Wahyudi menghela napas, dan sangat merasa lega.

“Mengapa kamu membohongi dia?” tanya Tino yang masih tidak terima.

“Aku ….”

“Kamu sebenarnya suka sama dia?” lanjut Tino.

“Tidak, aku hanya mengganggunya saja, sungguh.”

“Baiklah, terima kasih atas penjelasan ini, Sunthi. Aku sungguh merasa lega,” kata Wahyudi pada akhirnya.

Nano yang berada di antara mereka hanya mendengarkan pembicaraan itu.

“Aku senang akhirnya kamu menemukan calon suami," kata Wahyudi.

“Yudi, ini siapa?” tanya Nano.

“Ini namanya Sunthi, anaknya pak Tukiyo yang menolongku ketika aku sakit.”

“Oh, dimana sampeyan tinggal?” tanya Nano kepada Sunthi, karena Wahyudi tidak tahu dimana penolongnya itu tinggal sehingga kemudian tidak kembali pada mereka.

“Popongan, jauh dari kota,” jawab Sunthi.

“Sekarang aku bersama sahabatku ini, tinggal di sebuah keluarga yang menolongku. Suatu hari nanti aku akan pergi ke rumah ayahmu dan mengucapkan terima kasih,” kata Wahyudi.

“Apa … sampeyan sudah menemukan keluarga sampeyan, dan ingat semuanya?”

“Belum.”

“Tapi dia sedang menjalani pengobatan. Lain kali saya akan mengantarkan dia menemui yang namanya pak Tukiyo,” kata Nano pada akhirnya, karena dia harus segera pulang bersama Wahyudi, khawatir keluarga Kartiko terlalu lama menunggu.

“Oh, begitu? Nanti akan aku sampaikan kepada bapak dan simbok,” kata Sunthi.

“Baiklah, aku pergi dulu Sunthi, sampaikan maafku pada pak Tukiyo, lain kali aku akan menceritakan semuanya. Dulu itu aku tersesat dan tidak tahu jalan pulang, kemudian sampai pada rumah seorang pengusaha, dan aku diijinkan bekerja di sana.”

“Oh, syukurlah Mas.”

Nano dan Wahyudi mengangguk pada Tino yang wajahnya masih tampak masam, lalu masuk ke dalam mobil dan berlalu.

Sunthi menatap mereka dengan heran. Ia bahkan lupa mengatakan bahwa pada suatu hari pernah melihatnya dan memanggil-manggilnya.

“Hei, kamu menyesal dia pergi?” tanya Tino sampil menyentuh lengan Sunthi.

“Tidak, mengapa kamu berkata begitu?”

“Kamu masih suka sama dia?”

“Tidak. Kan aku sukanya sama kamu?” kata Sunthi yang mulai merasa tenang.

“Bohong.”

“Yah, sama calon istri sendiri kenapa tidak percaya? Ayo cari makan, aku lapar, tahu.”

Walau masih penuh tanda tanya, tapi kemudian Tino mengajak Sunthi ke sebuah warung makan.

***

“Kok lama sekali sih?” tanya Wisnu ketika istrinya datang dari yang katanya membeli ponsel baru.

“Iya sih, memilih-milih.”

“Seperti apa sih yang kamu beli?”

“Sama seperti yang lalu, tidak ada bedanya.”

“Beli baru, tapi sama. Untuk apa?”

“Kan aku sudah bilang bahwa yang lama rusak? Sudah aku tukarkan dengan yang baru."

Wisnu tak menjawab, kembali menekuni pekerjaannya.

“Lanjutkan tugas kamu, semua harus selesai hari ini. Bagaimana sih kamu?”

“Hari ini? Mana bisa selesai? Ini sudah hampir sore.”

“Kalau perlu lembur.”

“Yah … lembur?”

“Qila, kamu itu di sini untuk membantu aku, bukan semau kamu.”

“Bagaimana kalau Mas mencari sekretaris saja?”

“Apa maksudmu?”

“Aku lelah. Aku mau di rumah ibu saja.”

“Apa? Kamu mau di rumah ibu saja? Apa yang akan kamu lakukan di sana? Kalau kamu tidak mau bekerja, ya di rumah saja."

“Ada Mila di sana, aku bisa mengawasinya.”

“Aku tidak mengerti. Mila ada di rumah ibu karena aku sama kamu bekerja di kantor. Kalau kamu tidak mau ikut mengurus bisnis ini, ya di rumah saja, dan Mila tidak perlu dititipkan di rumah ibu. Bagaimana sih?”

“Aku kan belum pengalaman mengasuh anak Mas, dari masih bayi, ibu yang menjaganya. Jadi biarkan Mila disana dan aku menemaninya.”

“Tidak masuk akal.”

“Mas ….”

Kerjakan tugas kamu dulu, itu semua harus selesai hari ini, besok pagi-pagi sudah harus di kirim. Lihat, aku sudah membantu kamu. Selesaikan, dan kalau perlu lembur,” kata Wisnu tandas, tanpa melihat lagi ke arah istrinya yang melakukan tugasnya dengan mulut cemberut.

Diam-diam Wisnu merasa bahwa sikap istrinya semakin aneh. Sebelum ini Qila adalah wanita yang pintar, dan bisa membantu mengatasi semua masalah di perusahaan, tapi akhir-akhir ini dia seperti malas, bahkan mengatakan bahwa ingin berhenti bekerja.

“Ada apa sebenarnya?” tanya Wisnu dalam hati.

***

Pak Udi … pak Udi … “ teriak Mila ketika Wahyudi dan Nano memasuki rumah.

Wahyudi segera menggendong Qila dan membawanya menemui pak Kartiko yang sedang duduk santai di ruang tengah.

“Wahyudi, sudah selesai?” sapa pak Kartiko.

“Sudah Pak, saya minta maaf karena tidak_”

“Mengapa harus minta maaf. Aku kan tahu bahwa periksa di rumah sakit itu tidak bisa hanya sebentar saja. Kamu menjalani beberapa pemeriksaan bukan?”

“Iya Pak.”

“Sekarang kamu istirahat saja, kamu pasti lelah.”

“Tapi ….”

“Semuanya sudah dilakukan ibu, kamu istirahat saja sekarang.”

“Iya, Wahyudi, istirahat dulu sana. Nanti malam saja kamu kembali melayani bapak,” kata bu Kartiko.

“Mila, ayo turun. Pak Udi lelah, kok kamu malah minta gendong?” tegur pak Kartiko.

Bukannya turun, Mila malah mengacak-acak rambut Wahyudi. Entah mengapa, gadis kecil itu sangat senang memain-mainkan rambut Wahyudi.

“Mila, nggak boleh begitu. Ayo Tinah, ajak Mila bermain di taman, sebentar lagi saatnya mandi kan?”

“Baik Bu.”

Tinah segera merayu Mila agar mau turun dari gendongan Wahyudi.

“Tunggu Wahyudi,” panggil pak Kartiko ketika Mila sudah dibawa Tinah ke belakang.

“Ya Pak,” langkah Wahyudi terhenti.

“Apa uangmu kurang?”

“Tidak Pak, masih cukup. Masih ada sisa setelah saya membeli obat untuk sebulan.”

“Benar?”

“Bukankah tadi ibu juga memberi uang lagi sebelum saya berangkat, nanti akan saya kembalikan. Dompet saya masih dibawa Nano, tadi dia yang mengurus semuanya.”

“Jangan, bawa saja. Kamu kan masih harus kontrol?”

“Iya, sebulan lagi.”

“Bawa saja sisanya. Sudah, jangan membantah lagi,” kata pak Kartiko tandas.

“Wahyudi, kamu itu jangan bandel, itu semua demi kebaikan kamu,” sambung bu Kartiko.

Wahyudi berlalu dengan rasa penuh haru. Ia berharap semuanya segera selesai sehingga dia tidak lagi membebani semua orang dengan kekurangan yang dimilikinya.

***

“Ini dompet kamu, Yudi,” kata Nano, karena memang tadi Wahyudi meminta Nano membawanya dan mengurus pembayaran saat dia menjalani pemeriksaan demi pemeriksaan.

“Terima kasih ya. Sebenarnya aku ingin mengembalikan sisa uang ini pada ibu, tapi tadi bapak melarangnya. Aku jadi merasa tidak enak.”

“Mengapa kamu perpikiran begitu? Mereka itu orang-orang baik yang ingin menolong kamu, kamu jangan menolaknya.”

“Aku kan sudah punya gaji, dan aku tidak akan mempergunakannya untuk yang lain kecuali periksa ke dokter.”

“Tapi kan kita tidak tahu, akan seberapa banyak nanti biaya yang kamu butuhkan lagi. Sudah, jangan terlalu memikirkan. Mereka ikhlas kok. Tadi sebenarnya kalau masih kurang, aku kan membawa uang juga.”

“Nano, kamu jangan macam-macam. Kamu sedang mengumpulkan uang untuk biaya pernikahan kamu, bukan?”

“Iya benar, tapi kalau memang kamu membutuhkan, aku bersedia membantu kok.”

“Terima kasih Nano. Kamu sahabat terbaikku. Doakan agar pengobatan ini berhasil ya.”

“Pasti aku akan ikut mendoakan kamu.”

“Pak Udiii … “ teriakan si kecil Mila mengejutkan mereka.

“Mila, cantik … ada apa?”

“Ini … oti …” kata Mila sambil memberikan sebuah bungkusan kapada Wahyudi.

Wahyudi membuka bungkusan itu, isinya roti beberapa potong.

“Mila, ini bawa saja, punya Mila kan?”

“Ini .. punya pak Udi …”

“Bukan, ini punya Mila.”

“Dali ibu … dali ibu … “

“Itu roti buat kamu Yudi, dari ibunya Mila,” kata Nano menerangkan.

“Dali ibu … “ lalu Mila berlari meninggalkan Wahyudi dan Nano.

Wahyudi bingung, lalu mengulurkan bungkusan itu pada Nano.

“Hei, kamu yang diberi … “ elak Nano.

“Ini ada beberapa. Aku tanyakan dulu ke depan, jangan-jangan Mila tidak tahu ini roti siapa,” kata Wahyudi yang kemudian bergegas ke depan.

Dilihatnya Qila masih berdiri di teras, dengan bu Kartiko dan Mila yang sudah digendong Tinah.

“Bu, ini … punya Mila,” kata Wahyudi sambil mengacungkan bungkusan roti.

Qila menatapnya, dan wajahnya berbinar.

“Wahyudi, itu untuk kamu,” kata Qila dengan senyuman manisnya.

“Tapi … “

“Terima saja Wahyudi, tadi untuk bapak juga ada. Makanlah bersama Nano,” kata bu Kartiko.

Wahyudi dengan cepat membalikkan tubuhnya. Ada rasa tak enak melihat cara Qila memandangnya.

“Wahyudi,” panggil Qila. Wahyudi menghentikan langkahnya.

“Rotinya enak kok,” hanya itu yang dikatakan Qila. Wahyudi mengangguk sambil mengucapkan terima kasih, kemudian berlalu dengan cepat.

Qila tertawa senang, bisa ketemu Wahyudi setelah siang tadi makan di rumah tanpa kehadiran pria yang dipujanya.

Wisnu membunyikan klakson mobilnya, kemudian Qila melangkah mendekat, sementara Tinah dan Mila sudah masuk ke dalam mobil.

Qila memasuki mobilnya tanpa berpamit pada ibu mertuanya, yang kemudian melambaikan tangannya begitu mobil itu berlalu.

***

Sunthi meletakkan bungkusan-bungkusan yang tadi dibeli Tino, dan membuka isinya satu persatu. Tino sudah pulang, karena hari sudah sore, dan ia harus menyiapkan dagangan yang akan dijualnya besok pagi.

“Tadi tanpa diduga ketemu mas Wahyudi,” katanya.

“Benarkah?” kata Tukiyo.

“Dia bilang waktu itu tersesat dan tidak tahu jalan pulang, kemudian entah bagaimana, dia ditemukan orang yang kemudian memperkerjakannya. Entah jadi apa, soalnya dia tampak tergesa-gesa sehingga tidak bisa bercerita jelas.”

“Dia sama siapa?”

“Seorang laki-laki yang katanya temannya. Mereka naik mobil bagus. Senang ya, bisa naik mobil,” celoteh Sunthi.

“Kamu tidak menyuruhnya menemui bapakmu?” kata simboknya.

“Dia, eh … teman mas Wahyudi itu bertanya dimana aku tinggal. Katanya, pada suatu hari mau datang kemari.”

“Jadi dia belum ketemu keluarganya?”

“Dia masih hilang ingatan, tapi pakaiannya bagus, dan dia tampak lebih ganteng,” kata Sunthi yang kemudian dipelototi ayahnya.

Sunthi hanya tersenyum dan meleletkan lidahnya.

“Ya sudah kalau dia baik-baik saja, aku ikut senang. Disini tidak banyak yang bisa dia lakukan. Aku juga bingung mau melakukan apa untuk dia.”

“Kelihatannya dia senang. Seperti orang kaya.”

“Kaya itu bukan ukuran senang bagi seseorang. Kita ini miskin, tapi setiap hari senang. Artinya tidak merasa kesusahan. Ya kan?” kata Tukiyo.

“Biarpun miskin, kalau kita bersyukur, hidup ini juga terasa senang,” sambung mbok Tukiyo.

“Iya. Sebenarnya Sunthi senang hidup bersama bapak sama simbok disini. Kalau aku harus mengikuti mas Tino … sedih dong Mbok.”

“Kamu tidak boleh begitu. Namanya perempuan itu kalau sudah berkeluarga juga harus mengikuti suaminya.”

“Iya juga sih.” Kata Sunthi yang tiba-tiba menjadi muram.

“Sudah, masukkan barang-barang ini ke kamar, ditata rapi,” kata simboknya.

“Ini cincinnya. Simbok saja yang menyimpan, kata mas Tino dipakaikan kalau menikah nanti,” kata Sunthi sambil menyerahkan kotak kecil berisi cincin.

***

Qila sedang ada di kamar mandi, ketika Mila yang berlarian ke sana kemari tiba-tiba menyentuh tas ibunya, dan membuat isinya berhamburan.

“Mila, bagaimana sih,” kata Wisnu.

Tinah segera memunguti isi tas itu dan dimasukkannya lagi ke dalam tas, tapi Wisnu menatap sesuatu. Ada sebuah kotak ponsel lagi di dalam tas itu, yang terlempar agak jauh, dan Wisnu memungutnya.

“Bukan kotak kosong, Qila membeli berapa biji sih?”

***

Besok lagi ya.

 

 

43 comments:

  1. Alhamdulillah, mtr nuwun & sll sehat wal'afiat bunda Tien

    ReplyDelete
  2. Alhamdulillah KEMBANG CANTIKKU 13 telah tayang , terima kasih bu Tien sehat n bahagia selalu. Aamiin.
    UR.T411653L

    ReplyDelete
  3. Alhamdulillah.
    Maturnuwun bunda ...

    ReplyDelete
  4. Alhamdulillah.
    Terimakasih bu Tien KC 13 sudah tayang.
    Salam seroja.

    ReplyDelete
  5. Alhamdulillah, PC 13 telah tayang. Terima kasih mbak Tien, semoga sehat dan bahagia selalu.

    ReplyDelete
  6. Wah... Julaiha benar-benar udah terpikat sama Yusuf. Tolong Bu Tien, selamatkan Yusuf dari perangkap Julaiha.. 😀😀😀

    Salam sehat selalu Bu Tien.,.

    ReplyDelete
  7. Terima kasih mbakyu Tienkumalasari dear. Salam aduhaai & Semoga sehat selalu injih wassalam ...dari Pagelaran, Lampung

    ReplyDelete
  8. Alhamdulillah, matur nuwun bu Tien,
    Salam sehat dan Aduhsi

    ReplyDelete
  9. Matur nuwun mbak Tien-ku Kembang Cantikku sudah berkunjung.
    Syukurlah Wahyudi ketemu Sunthi, kapan " mau berkunjung.
    Qila besar makin 'gila' ... mbok ya nrima saja.
    Salam sehat mbak Tien yang selalu ADUHAI.

    ReplyDelete
  10. Terima kasih, Bu Tien, semoga sehat selalu.

    ReplyDelete
  11. Alhamdulillah cerbung Kembang Cantikku Eps. 13 sudah tanyang. Matur nuwun mbak Tien Komalasari, semoga mbak Tien tetap sehat, bahagia bersama keluarga, dan selalu dalam lindungan Allah SWT. Aamiin Yaa Robbal Alamiin.

    ReplyDelete
  12. Alhamdulillah KC 13 dah tayang. Matursuwun bu Tien
    Salam sehat selalu

    ReplyDelete
  13. Alhamdulillah.... Trimakasih bu Tien semoga bu Tien selalu sehat ......

    ReplyDelete
  14. Terima kasih bunda Tien🙏🙏😊😊

    ReplyDelete
  15. Bandung, July 05,2022. Terima kasih bunda Tien sayang, semoga bunda selalu sehat dan bersemangat!

    ReplyDelete
  16. Terimakasih Bunda Tien, semoga om Udi segera kembali ingatannya...
    sehat-sehat selalu Bunda Tien...salam aduhaiiii

    ReplyDelete
  17. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  18. Alhamdulillah KEMBANG CANTIKKU ~13 sudah hadir.. maturnuwun bu Tien 🙏

    ReplyDelete
  19. Sahabat-2 blogger penggemar Cerbung Tien Kumalasari, hayo buktikan bahwa Anda "CINTA" bu Tien Kumalasari. Dengan mengoleksi novel karya-2 bu Tien berarti Anda telah menghargai jerih payah beliau, yang setiap malam mengirim cerbungnya ke Anda dengan GRATISSSSS....TIS, TIS..... sampai TAMAT. Beda dengan penulis-2 lainnya, jika tahu banyak pembacanya jutru dikunci tidak bisa diakses lagi (KBM di FB, Wattpad) agar Anda penasaran dan beli novelnya. Bunda Tien tidak demikian.
    In shaa Allah sebentar lagui akan terbit novel bu Tien yang berjudul "BUAH HATIKU"
    Dapat dipesan mulai sekarang ke Bunda Tien 0822 2832 2364
    Kakek Habi 0851 0177 6038 dan Iyeng Santoso 0817 9226 969.

    ReplyDelete
  20. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  21. Pemesanan buku CADM dibuka lagi kloter 2. Tanda "CONTRENG" sudah terdistribusi. Novel Cinta
    ku Di Antara Mega stoknya tinggal 8 buku lagi.
    Silakan segera order, siapa cepat dapat.

    1. Ermi Suhasti 1🌸✅
    2. Bu Tien 5
    3. Sri Lestari 1🌸✅
    4. Ny Sri Purwanto 1🌸✅
    5. Isdarmirah utk Ella 1 🌸✅
    6. Wiwik Suharti 1🌸✅
    7. Jalmi Rupindah 1🌸
    8. Erni Rudi 1 🌸
    9. Adelina 1🌸
    10. Heni Marheni 1 🌸
    11. Kakek Habi 2 COD 🌸
    12. Ika 1 buku

    Jumlah buku = 25
    Dipesan = 17
    Masih ada = 8
    Transfer ke
    BNI 0249117018 a.n Sri Setiawati
    Alamat kirim dan bukti trf dijapri ke Iyeng Santoso
    08179226969

    ReplyDelete
  22. Pemberitahuan,

    Malam ini Kembang Cantikku episode ke 14 tidak tayang. Bu Tien sedang silahturahim ke Sragen di rumah admin WAG PCTK ibu Nani Nur'aini Siba.
    Harap para pembaca maklum adanya.
    Untuk teman WAG PCTK ada Cerbung Pengganti.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Apa syarat untuk jadi anggota WAG PCTK itu pak?

      Delete
    2. Terimakasih kakek Habi infonya 🙏

      Delete
    3. Selamat pagi, mohon infonya untuk syarat menjadi anggota WAG PCTK, Terima kasih sebelumnya
      Ibu saya nge fans sekali dengan bu tien

      Delete
    4. Hubungi mbak Nani di +62 821-1667-7789

      Silakan..

      Delete
    5. Terima kasih banyak bu Tien, salam dari ibu saya... ☺️

      Delete
  23. Replies
    1. Aduh senangnya saya, baru kali ini salam saya dibalas oleh mbak Tien...
      Mbak Tien menulis memang jago, tidak ada serinya yang pakai PoV sehingga tidak ada cerita yang berulang.
      Semoga mbak Tien sehat selalu, āmīn...

      Delete
  24. Mas Wahyudi blm muncul yaa...
    Rasanya.. kalo nunggu lama ya ga ketemu hehe...
    pdhl br sehari ga dtg..

    ReplyDelete

LANGIT TAK LAGI KELAM 04

  LANGIT TAK LAGI KELAM  04 (Tien Kumalasari)   Misnah tertegun. Tak percaya apa yang didengarnya. Dia punya kakak? “Itu benar. Bapak punya ...