MAWAR HITAM 09
(Tien Kumalasari)
Satria dan Andra saling pandang. Sedikit agak lupa bagi Andra, tapi tak lama kemudian dia ingat.
“Ini kan … mas … Satria yang … dulu ketemu ketika ada kecelakaan?” katanya ketika mereka bersalaman.
“Iya benar, maaf waktu itu saya terlambat datang ke rumah sakit, jadi ….”
“Tidak apa-apa, lupakan saja, semuanya sudah selesai dengan baik,” kata Andra yang tak ingin mengatakan tentang Sinah, apalagi mengatakan tentang Sinah yang sudah menjadi istrinya. Ada rasa malu karena riwayat pernikahan itu sangatlah buruk.
“Syukurlah, maklum waktu itu saya ada kuliah pagi.”
“Oh ya, bagaimana kuliah Anda? Pastinya sekarang sudah selesai?”
“Baru kemarin saya wisuda.”
“Haa, selamat ya Mas,” kata Andra sambil menepuk-nepuk tangan Satria.
“Terima kasih. Ini kedua orang tua saya,” kata Satria memperkenalkan ayah dan ibunya. Mereka bersalaman sangat akrab.
“Hari ini saya mau mengantarkan mereka pulang ke Solo, sambil mencari-cari pekerjaan.”
“Mencari pekerjaan ya? Mas Satria lulusan apa?”
“Ekonomi, Pak.”
“Kalau mau bekerja di tempat saya, bagus sekali. Saat ini kami sedang membutuhkan seorang manager keuangan. Yang dulu sudah tua, dan sudah saatnya pensiun.”
Wajah Satria berbinar.
“Benarkah? Saya tentu saja mau, segera saya akan buat surat lamaran berikut surat-surat yang diperlukan.”
Andra mengambil sebuah kartu nama, diberikannya kepada Satria.
“Ini kartu nama saya, temui saya besok Senin di kantor saya. Langsung saja mengatakan kepada penjaga dan sekretaris saya kalau kita sudah janji ketemuan.”
“Baik, terima kasih banyak Pak.”
Satria dan tentu saja kedua orang tuanya sangat gembira. Tanpa dicari, permintaan untuk bekerja malah datang dengan sendirinya.
Mereka bersalaman sekali lagi, lalu Andra yang kelihatannya terburu-buru segera menghampiri mobilnya, dimana sang sopir sudah membukakan pintu untuknya.
***
“Ternyata kamu sudah punya kenalan seorang pengusaha,” kata pak Sawal ketika mereka naik andong seperti keinginan bu Karti, menuju kembali ke rumah kost Satria.
“Kebetulan kenal. Dia orang baik.”
Lalu Satria menceritakan ketika ketemu Sinah yang jualan batik di pinggir jalan, lalu menyeberang ketika mengejar orang yang mencuri dagangannya kemudian tertabrak mobil. Sebenarnya tidak begitu parah, tapi pak Andra membawanya ke rumah sakit dan entah memberi uang berapa kepada Sinah, Satria tidak tahu kelanjutannya. Tentu dia juga tidak tahu bahwa Sinah sudah menjadi istri Andra dan memerasnya hingga menjadikannya pengusaha rumah makan. Andra enggan mengatakannya.
“O, ternyata dia orang baik. Syukurlah, nanti kamu bisa bekerja pada orang baik seperti nak Andra,” kata bu Karti.
“Iya Bu, semoga begitu.”
“Kamu janjian hari Senen ke kantor dia?” sambung pak Sawal.
“Iya Pak, ini kartu nama berikut alamat perusahaannya sudah diberikan. Satria akan langsung menemui dia, tidak melalui stafnya.”
“Syukurlah, bapak dan ibumu senang sekali. Ini berkah dari Yang Maha Kuasa, pekerjaan tidak dicari tapi datang sendiri,” kata pak Sawal lagi.
“Iya Pak, alhamdulillah.”
“Berarti kamu tidak bisa lama di Solo nanti.”
“Masih hari Senin, jadi ada waktu tiga hari untuk di rumah nanti,” sambung bu Karti.
“Tidak apa-apa Bu, untuk sesuatu yang baik, tidak apa-apa kita menahan keinginan untuk berlama-lama bersama Satria.”
“Iya, benar,” kata sang istri.
“Besok kalau Satria sudah punya rumah, Bapak dan Ibu akan saya bawa untuk kita tinggal bersama.”
“Ya tidak harus begitu. Bapak kan punya rumah sendiri. Lagipula kalau kamu punya rumah kan harus kamu tinggali bersama istri kamu.”
“Nanti gampang Pak, bisa diatur. Yang penting bekerja dulu, nabung, punya rumah, lalu melamar calon istri,” kata Satria dengan wajah berbinar.
Kebahagiaan yang terpancar juga tampak pada wajah kedua orang tuanya. Bukankah orang tua akan bahagia kalau sang anak juga bahagia? Satria melalui perjalanan panjang yang tidak mudah untuk melanjutkan kuliah. Demi tidak menyusahkan orang tua, dia kuliah sambil bekerja. Pastinya dia hampir mengunduh buah dari pohon yang dia tanam.
***
Andira punya pembantu pribadi yang diambil dari salah satu pembantunya. Dia adalah simbok, yang biasa melayani makan dan minum untuk sang majikan, yang ketika masih ada Sinah maka Sinah tinggal menyajikannya. Tapi sekarang simbok harus membuat sekaligus meladeni semua keperluan Andira.
Bukan tanpa sebab Andira memerlukan seorang pembantu khusus. Badannya yang sebesar kerbau hamil tidak bisa bergerak leluasa tanpa ada yang mendampingi atau melayaninya.
Karena pengalaman buruk dengan berganti-ganti pembantu sangat dicela suaminya, maka Andira segera bisa menyesuaikan ketika yang melayani adalah simbok. Tidak begitu mengecewakan, bahkan simbok yang tidak suka berdandan bak gadis muda, tidak memerlukan waktu lama setiap kali selesai mandi lalu sang nyonya majikan memanggilnya.
Malam itu Andra pulang ke rumah, hanya sekedar memenuhi kewajibannya sebagai seorang suami yang sangat memperhatikan istrinya. Walau hanya seminggu sekali pulang, Andira cukup senang karena Andra selalu memberikan uang yang banyak untuk dirinya yang suka belanja dan makan makanan enak.
“Mas, nanti jangan cepat pergi lagi ya, tinggallah dua atau tiga hari di rumah, jangan hanya memikirkan pekerjaan,” kata Andira sambil merengek manja.
“Pekerjaan kan harus di nomor satukan, kalau tidak mana bisa berkembang?”
“Masa aku hanya diberi waktu seminggu sekali, atau bahkan lebih. Sudah bertahun-tahun kita menikah, belum juga dikaruniai anak. Itu sebabnya kan? Karena Mas jarang pulang dan tidak berusaha agar segera punya anak.”
“Kamu sebenarnya menginginkan anak? Kalau ingin kita bisa mengadopsi dari panti asuhan.”
“Enggak mau aku. Tidak ketahuan dia anak orang yang bagaimana, masa aku harus merawatnya sebagai anak?”
“Asalkan dia sehat, lalu kita bisa mendidiknya dengan baik, maka tidak peduli dia anak siapa, yang penting sudah menjadi anak kita.”
“Aku hanya ingin anak dari mas Andra.”
“Andira, apa kamu lupa bahwa kita pernah memeriksakan ke dokter, dan aku dinyatakan susah punya anak. Hampir mandul karena kemungkinan untuk bisa punya anak itu kecil sekali. Bahkan bisa saja tidak mungkin.”
“Tapi kan tidak sepenuhnya mandul, kita bisa berusaha. Misalnya dengan Mas sering tinggal di rumah dan menikmati kebersamaan kita.”
“Aku kira tidak semudah itu. Aku hampir putus asa tentang memiliki anak. Lebih baik adopsi saja.”
“Aku tidak mau,” teriak Andira tegas.
“Kalau tidak mau ya sudah, tidak usah berteriak begitu,” kesal Andra.
Andira agak terkejut melihat suaminya tampak marah. Ia segera mendekat dan membujuknya dengan rayuan.
“Mas jangan marah, aku kan hanya ingin punya anak. Tapi ya sudahlah, ayo kita istirahat saja dulu. Masalah anak kita kesampingkan.”
Andra juga menyesal, Andira tidak boleh marah, karena hidup matinya perusahaan tergantung dari orang tua Andira. Karena itu ia langsung bersikap lunak, dan menuruti kemauan Andira agar tidur lebih sore.
***
Dewi senang sekali ketika Satria mengatakan bahwa akan mendapat pekerjaan karena sudah dijanjikan oleh seorang petinggi perusahaan di kota Jogya.
Berita gembira itu segera dikatakannya kepada sang ayahandanya, yang sore hari itu akan segera pulang ke Solo.
“Syukurlah, mencari pekerjaan itu tidak mudah. Kalau Satria sudah mendapatkannya, berarti dia sangat beruntung, aku ikut senang,” kata Adisoma di tengah kesibukan sang istri untuk bersiap pulang.
“Masih besok Senin ini dia ketemu pimpinan perusahaan itu, jadi dia punya waktu sebentar untuk bersama kedua orang tuanya.”
“Pasti kedua orang tuanya juga senang.”
“Itu berita tentang Satria ya,” kata Saraswati yang baru selesai membenahi pakaiannya, dibantu mbok Randu dan mbok Manis.
“Iya, Diajeng, katanya besok Senin sudah disuruh menghadap pimpinan perusahaan itu. Jadi sudah jelas diterima.”
“Syukurlah, ikut senang. Di perusahaan apa itu?”
“Belum jelas, Kanjeng Ibu. Kata Satria perusahaan yang lumayan besar. Dewi tidak menanyakannya.”
“Satria tidak jadi ke Solo, berarti?”
“Jadi, masih ada waktu untuk bersama kedua orang tuanya. Kasihan juga, bertahun jarang pulang, setelah selesai kuliah punya waktu hanya sedikit untuk bersama.”
“Ya tidak apa-apa, kamu juga bertahun-tahun pergi, setelah kembali lalu kuliah, jauh dari orang tuamu juga kan?” kata Adisoma.
“Akhirnya juga nanti Dewi akan dibawa suaminya, berpisah lagi, bukan?” sambung sang ibu sambil memeluk putrinya.
“Jauh di mata, tapi dekat di hati,” kata Dewi.
“Di sini kamu masih bisa sering bermain dengan adik-adik kamu, sedangkan ayahanda dan ibunda hanya berdua saja,” kata sang ibu lagi.
“Dewi akan sering pulang ke Solo. Solo tidak jauh kan?”
“Kalau kamu mau, biar setiap kali liburan, Tangkil menjemput kamu.”
“Tidak usah, naik bis saja gampang, mengapa harus dijemput? Repot amat.”
“Ya sudah, ini sudah sore, mana barang-barang yang akan dibawa, suruh Tangkil mengusungnya.”
“Mbok Manis sudah menyuruh Tangkil, pasti sudah siap semuanya.”
***
Hanya sehari Andra ada di rumah istrinya, pagi hari itu dia sudah bersiap pergi lagi. Walau kecewa, Andira tidak bisa mencegahnya karena alasannya adalah pekerjaan.
“Mas Andra benar-benar akan pergi?”
“Maaf sayang, ini harus Mas lakukan. Kamu bisa menghibur diri dengan bersenang-senang bukan?” kata Andra lembut, dan membuat Andira luluh hatinya.
“Mas jangan lama-lama perginya, jangan seminggu sekali, kalau bisa dua hari sekali, jadi kangennya tidak terlalu kebangetan.”
“Bagaimana sih, kangen kebangetan?” goda Andra.
“Ya kangen yang sangat menggebu-gebu, sehingga tidak bisa tidur nyenyak.”
“Mana mungkin tidak bisa tidur nyenyak, setiap aku pulang malam kamu pasti sudah ngorok?”
“Iih, Mas keterlaluan, masa aku ngorok?”
“Kamu tidak merasa, yang didekat kamu pasti mendengar. Ya sudah, aku pergi dulu ya,” kata Andra sambil mencium kening istrinya.
Andira sangat senang mendapat perlakuan manis sang suami, padahal Andra melakukannya agar Andira tidak marah karena dia tidak bisa menemaninya selama berhari-hari seperti permintaan sang istri.
***
Begitu sang suami pergi, Andira bersiap untuk pergi. Sudah pasti untuk berbelanja atau makan enak, karena sang suami meninggalkan uang yang tidak sedikit.
“Mboook,” teriaknya.
Seperti terbang simbok berlari, agar panggilan itu tidak terulang dua kali, lalu memicu kemarahan nyonya majikan.
“Ya, Nyonya.”
“Ganti bajumu, baju yang pantas, aku mau jalan-jalan.”
“Saya sedang menyiapkan sayur untuk_”
“Tidak usah memasak, aku mau makan di restoran.”
“Baiklah kalau begitu, sebentar, Nyonya.”
Simbok kembali bergegas ke dapur, membenahi sayuran yang baru digelar, lalu buru-buru ke kamar untuk berganti pakaian. Ia hanya berpakaian pantas, tidak perlu ber make up seperti nyonya besar, lalu mengambil selendang yang disampirkan ke pundak, kemudian menghampiri sang nyonya majikan yang sudah bersiap.
“Panggil sopir, aku sudah menelpon kok belum siap.”
“Itu sudah di depan, Nyonya,” kata simbok.
“O, kok tidak kelihatan dari sini. Bantu aku berdiri.”
Simbok meraih kedua tangan sang majikan, membantunya berdiri, kemudian membawanya ke depan dengan langkah tertatih.
***
Andira sudah selesai berbelanja, ruang bagasi mobil sudah penuh barang belanjaan dan bermacam cemilan kesukaan sang juragan.
“Aku lapar, ayo cari makanan, Pir,” katanya kepada pak sopir.
“Ke mana Nyonya, rumah makan langganan?”
“Enaknya di mana ya, di situ terus agak bosan, Pir.”
“Kabarnya ada rumah makan baru agak di pinggiran kota. Terkenal enak, pelayannya cantik-cantik.”
“Benarkah?”
“Iya Nyonya.”
“Antarkan aku ke sana, seberapa enak sehingga orang mengatakan enak.”
***
Besok lagi ya.
Alhamdulillah
ReplyDeleteNuwun jeng In
DeleteMatur suwun bu Tien
ReplyDeleteSami2 pak Indriyanto
DeleteWah bakal rame kalau Andira ketemu Sinah di Resto Mawar Hitam...,,ππ
DeleteMatur nuwun mbak Tien-ku Mawar Hitam telah tayang
ReplyDeleteSami2 pak Latief
DeleteAlhamdulillah eMHa_09 sudah tayang....
ReplyDeleteHorotoh kono, Andira ke Rumah Makan Mawar Hitam....
Apa yang bakal terjadi?????
Yuk kita ikuti dengan sabar dan setia....
Terimakasih bu Tien. Salam SEROJA dan tetap ADUHAI...
Nuwun mas Kakek
DeleteAlhamdulilah, maturnuwun bu Tien " Mawar Hitam episod 09" sampun tayang, Semoga bu Tien selalu sehat dan turut berbahagia Pak Tom bertambah sehat dan semangat, semoga kel bu Tien selalu dlm lindungan Allah SWT aamiin yra π€²π€²
ReplyDeleteSalam hangat dan aduhai aduhai bun π©·π©·
Aamiin Yaa Robbal'alamiin
DeleteMatur nuwun ibu Sri
Aduhai aduhai
πΉπΏπΉπΏπΉπΏπΉπΏ
ReplyDeleteAlhamdulillah ππ
Cerbung eMHa_09
sampun tayang.
Matur nuwun Bu, doaku
semoga Bu Tien selalu
sehat, tetap smangats
berkarya & dlm lindungan
Allah SWT. Aamiin YRA.
Salam aduhai ππ¦
πΉπΏπΉπΏπΉπΏπΉπΏ
Aamiin Yaa Robbal'alamiin
DeleteMatur nuwun jeng Sari
Aduhai
Terimakasih bunda Tien
ReplyDeleteSemoga bunda Tien dan pak Tom selalu sehat
Aamiin Yaa Robbal'alamiin
DeleteMatur nuwun ibu Salamah
Alhamdulillah, MAWAR HITAM(MH) 09 telah tayang, terima kasih bu Tien, semoga Allah senatiasa meridhoi kita semua, aamiin yra.
ReplyDeleteAamiin Yaa Robbal'alamiin
DeleteMatur nuwun ibu Uchu
Bunda Tien, terima kasih, sehat selalu ya Bunda, barokalloh
ReplyDeleteAamiin Yaa Robbal'alamiin
DeleteMatur nuwun ibu Yulian
Alhamdulillah.Maturnuwun Cerbung " MAWAR HITAM 09 " sudah tayang
ReplyDeleteSemoga Bunda dan Pak Tom Widayat selalu sehat wal afiat .Aamiin
Aamiin Yaa Robbal'alamiin
DeleteMatur nuwun pak Herry
Alhamdulullah
ReplyDeleteTerima kasih bunda Tien
Semoga sehat walafiat
Salam aduhai hai hai
Aamiin Yaa Robbal'alamiin
DeleteMatur nuwun ibu Endah
Aduhai hai haiii
Alhamdulillah MAWAR HITAM~09 telah hadir. Maturnuwun Bu Tien, semoga tetap sehat dan bahagia senantiasa bersama keluarga tercinta.
ReplyDeleteAamiin YRA π€²
Aamiin Yaa Robbal'alamiin
DeleteMatur nuwun pak Djodhi
Matur nuwun Bu Tien, salam sehat bahagia dari Yk...
ReplyDeleteSami2 ibu Reni
DeleteSalam sehat juga dari Solo
ReplyDeleteAlhamdullilah
Matur nuwun bu Tien
Cerbung * MAWAR HITAM 09
* sdh hadir...
Semoga sehat dan bahagia bersama keluarga
Aamiin...
Aamiin Yaa Robbal'alamiin
DeleteMatur nuwun pak Wedeye
Bagaimana ya reaksi Andira kalau ketemu Sinah si Mawar Hitam.. Kalau Sinah dipastikan ingkar, tapi Andira.. Harusnya Sinah operasi plastik, rambut pendek atau mengubah penampilan yang lain.
ReplyDeleteSatria kalau jadi bawahan Andra bisa didekati Sinah tentunya. Dasarnya Andra juga terpaksa menikahi Sinah.
Salam sukses mbak Tien yang Aduhai semoga selalu sehat bersama keluarga, aamiin.
Aamiin Yaa Robbal'alamiin
DeleteMatur nuwun pak Latief
Terima kasih Bunda, cerbung Mawar Hitam 09...sdh tayang.
ReplyDeleteSehat selalu dan tetap semangat nggeh Bunda Tien.
Syafakallah kagem Pakdhe Tom, semoga Allah SWT angkat semua penyakit nya dan pulih lagi seperti sedialakala. Aamiin
Jauh di mata dekat di hati kata Dewi...ππ
Andira akan bertemu Sinah...bagaimana reaksi mereka ya, Andira mungkin akan buka topeng Mawar nya Sinah..π³
Aamiin Yaa Robbal'alamiin
DeleteMatur nuwun pak Munthoni
Alhamdulillah,MH 09 telah tayang, maturnuwun Bu Tien, episode 10 pasti seru, Andira ketemu Sinah, pasti berliku-liku,kadang gak ketemu, pasti episode berikutnya dan besuk lagiπ
ReplyDeleteAamiin Yaa Robbal'alamiin
DeleteMatur nuwun ibu Tatik
Alhamduiloah, mwtursuwun Bu Tien, salam sehat selalu bersama keluarga ππ
ReplyDeleteBagaimana reaksi Andira ketemu Sinah sang Mawar Hitam?
ReplyDeleteTerimakasih Mbak Tien..
Matur nuwun, Bu Tien
ReplyDelete