Monday, January 11, 2021

SANG PUTRI 45

SANG PUTRI  45

(Tien Kumalasari)

 

Mirah berteriak teriak tapi pak Dimin, bapaknya.. tak perduli.

“Bapaaaak, tolong paak.. jangan begini.. bapaaak.. biarkan Mirah pergi..” teriaknya diantara tangis.

“Pak, kok sampai begitu sih pak, kasihan Mirah,” tegur mbok Dimin  pelan, agak takut juga karena suaminya kalau marah bisa seperti raksasa dari negeri Alengka.

“Sudah, diam. Kalau anak nggak mau nurut ya harus dihajar,” kata pak Dimin sambil meneguk segelas air yang tersedia dimeja.

“Mirah itu bukan anak kecil pak. Dia sudah dewasa.”

“Memangnya kalau sudah dewasa boleh melakukan apa saja yang diinginkannya?”

“Bukan begitu, dia punya perasaan juga.”

“Apa menurutmu aku tidak punya perasaan?”

“Lha kalau dia tidak mau mbok ya jangan dipaksa..”

“Aku itu sudah bicara sama pak carik. Sudah bilang sanggup. Mengijinkan. Mempersilahkan mengambil Mirah sebagai isteri. Kalau sekarang aku cabut kata-kataku.. dia bisa marah. Malu aku.”

“Salahnya bapak, kok nggak bilang dulu sama yang menjalani.”

“Lho, kamu malah menyalahkan aku?” sahut pak Dimin sambil matanya mendelik, membuat simbok surut, lalu menundukkan mukanya.

“Kamu perempuan.. nggak usah ikut-ikut.. ini urusan aku.”

“Aku tuh cuma mengingatkan pak. Mirah itu anak kita, kasihan bapak masukin kamar lalu dikunci, kaya binatang saja,” keluh simbok pelan.

“Kalau tidak begitu .. dia nanti kabur.. bagaimana? Aku nih nggak enak sama pak Carik, dia baik sama aku.. dan aku sudah dikasih tahu, mana sawah yang akan diberikan ke aku. Tuh, diujung desa, sebelum rumpun bambu rumahnya Ngatmin.. itu bakal jadi  milik kita. Apa kita nggak senang? Selama ini hanya buruh, lalu kemudian bisa punya sawah sendiri.”

“”Itu namanya menjual anak sendiri.”

“Tutup mulut kamu. Kamu itu sama saja dengan MIrah.. bicaranya tidak karuan.”

Lalu pak Dimin meninggalkan isterinya, setelah mencomot nagasari dan dimakannya sambil berjalan kearah sumur.

“Aku mau mandi dulu, siapkan pakaianku yang bersih, gatal semua rasanya. Lagipula nanti sore pak Carik mau kesini lagi,” perintahnya kepada isterinya, yang diturutinya dengan hati kesal dan sedih.

***

“Berapa lama Mirah pulang kekampung?” Tanya Handoko malam itu.

“Katanya cuma sehari.  Nggak tahu kalau orang tua nya melarang cepat-cepat kembali kemari.”

“Bisa jadi dilarang cepat kembali, kan lama tidak pulang si Mirah itu?”

“Iya, hanya mengirimi uang saja untuk simboknya tiap bulan.”

“Kangen lah..”

“Tapi Mirah nggak bawa baju banyak, tas yang dibawanya kecil saja. Mungkin memang tidak berencana lama.”

“Mudah-mudahan bapaknya bisa menerima pilihan Mirah.

“Iya mas.. tapi kok perasaanku nggak enak ya mas.”

“Kenapa sih?”

“Sehabis menelpon bapaknya itu, Mirah kok tampak sedih, sampai nangis-nangis, jangan-jangan dia dipaksa.”

“Coba saja ibu telpon nanti, bagaimana keadaannya. Kalau memang butuh bantuan saya kan bisa membantu berbicara.”

“Ya mas, coba besok, ini kan baru sampai. Sebetulnya aku sudah pesan kalau sampai aku suruh ngabarin. Kok ya nggak ngabarin.”

“Sudah ketemu orang tua, kangen-kangenan, lalu lupa barangali.”

“Iya sih, makanya besok saja kalau dia nggak menelpon juga, biar aku yang telpon.”

“Ibuuu...”

“Ya Bintang..”

“Mengapa yu Mirah belum datang?”

“Yu Mirah kan sedang kangen sama bapak sama ibunya.”

“Bintang tidur sama siapa?”

“Sama ibu dong. Dengar Bintang, mulai sa’at ini, Bintang tidak harus selalu sedikit-sedikit sama yu Mirah. Nanti, sebentar lagi yu Mirah akan tidak ada disini lagi.”

“Lhoooh.. mengapa?”

“Yu Mirah nanti akan menikah, jadi dia akan ikut suaminya.”

“Mengapa ikut suaminya?”

“Lihat ibu ini. Ibu sudah menikah sama bapak, jadi ibu ikut bapak disini. Demikian juga yu Mirah, kalau sudah menikah pasti tidak akan ada lagi disini karena dia harus ikut suaminya. Tapi kalau Bintang kangen, nanti sekali-sekali kita pergi kerumah yu Mirah, ya.”

“Jauh ya?”

“Nggak jauh, pokoknya kita tetap bisa ketemu. Bintang bisa mengerti ?”

“Sekarang Bintang mau bobuk..”

“Baiklah, ayo cuci kaki tangan lalu pipis dulu. Yuk sama ibu.”

Handoko melihat Bintang yang melangkah menuju kamar mandi digandeng ibunya, ada rasa iba menyelimutinya. Bintang sudah sangat dekat dengan Mirah. Tapi perpisahan itu kan harus terjadi.

***

“mBook.. simbook..” Mirah berteriak dari dalam kamar yang terkunci.

“Paak.. mana kuncinya,” tanya mbok Dimin kepada suaminya.

“Untuk apa? Aku sedang menunggu pak Carik, katanya mau kesini kok belum muncul juga.”

“Itu anak mu berteriak-teriak. Pasti dia juga ingin ke kamar mandi, lapar. Jadi orang mbok jangan kejam begitu sama anak sendiri.”

“Aku tuh  bukannya kejam. Ini juga untuk kebaikan kita.”

“Kebaikan buat bapak, tapi tidak untuk Mirah.”

“Masih ngeyel ya kamu.”

“Ya sudah, aku nggak mau berdebat, pinjam kuncinya. Jangan menyiksa anak sendiri seperti menyiksa binatang. Dia butuh kekamar mandi. Butuh makan.”

“Ambil sendiri sana, dibawah bantal, tapi awas ya, kalau sampai dia kabur, kamu yang bertanggung jawab.” akhirnya bentaknya kesal.

Simbok pun bergegas kekamar dan mengambil kunci yang memang ada dibawah bantal. Ia segera membuka pintu kamar dimana suaminya mengunci Mirah didalamnya.Lalu Mirah memeluk simboknya erat.

“Aku mau ke kamar mandi mbok.”

“Iya nak.. pergilah, simbok siapkan makan untuk kamu ya.”

“Nggak mau mbok, Mirah nggak mau makan,” jawabnya sambil masuk kekamar mandi.

“Lho, ya jangan begitu to nduk,” kata simbok yang nekat menyediakan nasi dan piring diatas meja berikut lauknya.”

Pilu sekali rasanya melihat wajah anak semata wayangnya yang pucat dan tampak letih.

“mBok, biarkan aku pergi..”

“Jangan nduk, nanti bapakmu marah..”

“Mana tasku mbok.”

“Itu, masih ada diatas meja kecil.”

Mirah meraih tas nya.

“Tolong Rah, jangan membuat bapakmu marah. Tadi simbok meminta kunci kamar itu, bapakmu sudah mengancam simbok.”

“Tolong mbok, aku nggak mau dipaksa menikah sama pak carik. Kalau dipaksa lebih baik aku mati.”

“Eeh.. jangan begitu Rah.. anak simbok cuma kamu. Ngomong yang baik-baik nduk. Ayo sini, makan dulu.”

“Nggak mau mbok, Mirah nggak mau makan.”

“Makanlah walau hanya sesuap,” kata simbok sambil menarik tangan Mirah.

Sementara itu diluar terdengar orang-orang berbicara dengan riang. Mirah terkesiap, itu suara pak Carik. Tiba-tiba ia berdiri dan berlari kearah pintu belakang.

“Rah, jangan lari Rah.. “

“Tolong mbok, apa simbok lebih suka melihat Mirah mati bunuh diri?”

“Mirah...”

Akhirnya simbok membiarkan Mirah keluar, berindap-indap menyusuri belakang rumah, menuju kesamping. Mirah tak mau melewati depan rumah, karena bapaknya pasti melihatnya. Ia menyibakkan pagar tanaman perdu yang menembus kerumah tetangga,

Sementara itu pak Dimin  menyambut ‘calon menantunya’ dengan suka cita.

“Tadi sore tidak bisa datang, karena ada tamu.”

“O.. tidak apa-apa pak Carik, kami sudah menunggu kok.”

“Iya, ini kan mendekati masa-masa saya pensiun, bapak mertua, jadi saya banyak pekerjaan. Tapi pensiun juga tidak apa-apa, harta saya banyak. Mirah tidak akan kekurangan, sampeyan juga akan hidup seperti juragan..” katanya sambil tertawa ngakak, memperlihatkan giginya yang bolong dibagian tengah.

Sang calon ‘bapak mertua’ menjadi girang mendengar penuturan pak carik yang memanggilnya ‘bapak mertua.’

“Iya.. iya.. pak Carik.. saya senang mendengarnya.”

“Mana Mirah? Tadi ketemu dijalan, belum sempat tatap muka. Kangen aku ..”

“Baiklah, sebentar..”

Pak Dimin masuk kedalam, dilihatnya isterinya sedang terisak sampil menyembunyikan wajahnya dimeja dengan alas kedua tangannya.

“Hei.. ada apa ini? Sediakan minuman untuk pak Carik, juga roti-roti itu. Pasti dia senang makan roti oleh-oleh bakal isterinya.”

Tapi mbok Dimin tetap bergeming.

“mBokne !! Kamu kenapa? Kamarnya sudah kamu kunci lagi kan?”  tanyanya sambil menengok kearah kamar dimana dia tadi mengunci  Mirah didalamnya.

“Lho, mana anakmu?” tanyanya sambil celingukan. Simbok makin terisak.

“Apa dia kabur? Kamu  biarkan dia kabur ?” hardiknya. Simbok tak mau mengangkat mukanya, tapi sang suami dengan garang menarik tubuhnya.

“Kamu biarkan dia kabur?”

Lalu dia berlari keluar rumah, melalui pintu belakang yang terbuka. Ia menghambur ke depan, dan tak melihat bayangan anaknya. Lalu ia berlari kejalanan dan menengok kesana kemari sambil berteriak-teriak.

“Miraaah... Miraaah..!!

Pak Carik yang mendengar teriakan calon mertuanya segera keluar dan ikut berlari kejalan.

“Ada apa?”

“Anak kurangajar itu kabur !” kata pak Dimin kesal.

“Kabur? Calon isteriku kabur ? Aduh.. bagaimana kamu ini, apa kamu nggak bilang bahwa aku ini kaya raya? Kamu kira aku ini orang biasa.. begitu?”

“Sudah pak Carik, sudah bilang. Dasar anak tak tahu diuntung. Sebentar, biar saya cari dia.”

Pak Dimin berlarian kesana kemari sambil memanggil-manggil Mirah. Namun gelap malam membuatnya tak melihat apapun. Dan tak ada suara apapun didesa itu kecuali bunyi jangkrik yang tiba-tiba terdiam mendengar teriakannya.

 “Bagaimana ini, mengapa dibiarkan kabur? Biarkan aku mengambil sepeda motorku, lalu kita cari dia sampai keujung desa,” kata pak carik sambil melangkah pulang dengan cepat. Pak Dimin menunggu dengan perasaan geram.

“Ini gara-gara mboknya Mirah itu. Dasar perempuan. Awas kamu nanti, kalau sampai Mirah tidak ketemu, aku hajar sampai babak belur,” ancamnya sambil menunggu kembalinya pak Carik yang sedang mengambil sepeda motornya.

***

Deru sepeda motor itu terdengar membelah malam yang sudah sunyi didusun itu. Tujuannya adalah ke pinggiran desa, di jalan besar, dimana orang biasa mencegat angkutan. Mereka mengira Mirah pasti menunggu bis atau angkutan apa saja yang bisa membawanya pergi.

Sampai dipinggir jalan, keduanya celingak-celinguk kesana kemari, berharap menemukan orang yang dicarinya. Pak carik juga membawa lampu senter yang dibuatnya untuk menyoroti tempat disekitarnya.

“Tidak tampak, apa dia masih bersembunyi diantara rumpun-rumpun pohon, atau sudah berhasil naik bis lalu pergi ya,” gumam pak Dimin.

“Jam segini tidak ada bis yang lewat. Kalaupun ada, itu bis jurusan Jakarta yang tak mungkin mau diberhentikan disembarang tempat,” kata pak Carik yang mulai menyusup diantara rumpun-rumpun pohon yang rendah dan berdaun lebat.

“Benar-benar sudah minggat,” gumam pak Dimin yang kemudian mengikuti mencari diantara rimbunnya pepohonan.

“Jangan-jangan masih ada disekitar desa. Mana mungkin malam-malam dia berani keluar sendiri sementara nggak ada kendaraan yang bisa dia tumpangi.” Kata pak Carik.

“Kalau begitu kita periksa semua orang malam ini juga,” kata Dimin semakin geram.

“Tunggu.. tunggu.. ini apa..? Sebuah sandal.. apa ini punya Mirah?”

“Mungkin juga.. ini sandal orang-orang kota. Tapi kok cuma satu, mana satunya lagi?”

“Jadi berarti masih ada disekitar sini, tergesa sembunyi sehingga sandalnya ketinggalan,” kata pak Carik.

“Benar pak Carik, ayo kita cari. Saya kesana, pak Carik kesana..”

Tapi sampai pedih kaki tangannya karena ranting-ranting yang terkadang berduri sempat menggores kulitnya.. mereka tak menemukan orang yang dicarinya.

***

Dengan uring-uringan Dimin memasuki rumahnya. Dilihatnya isterinya masih duduk dengan wajah pecat dan kusam serta sembab karena kebanyakan menangis.

“Apa kamu? Untuk apa manangisi anak yang tak tahu diuntung itu?” hardik pak Dimin.

mBok Dimin tak menjawab. Matanya menatap kosong kearah depan.

“Ini semua gara-gara kamu!”

mBok Dimin tetap tak menjawab.

Pak Dimin menutup pintu sambil dibanting keras, membuat isterinya terlonjak kaget.

“Sudah membangunkan orang-orang desa, anak setan itu tidak juga ketemu. Apa jawabmu? Mengapa diam? Kamu merasa puas sekarang?”

Pak Dimin menghentak-hentakkan kakinya, marahnya semakin memuncak karena isterinya tak mempedulikannya.

“Kamu bisu? Atau tuli? Mengapa diaaamm?” hardiknya keras, pada malam disa’at orang-orang sudah terlelap.

Selama ini, biar marah sekalipun pak Dimin tak pernah menyakiti isterinya secara fisik, tapi malam ini tiba-tiba ia menarik tubuh isterinya dan dihempaskannya ke lantai. mBok Dimin menjerit. Karena kepalanya terantuk kaki kursi sehingga berdarah.

Merasa disakiti lahir batin, timbul keberanian mbok Dimin.

Ia bangkit, mengusap kepalanya yang sakit, lalu melihat darah membasahi tangannya.

“Kamu kesetanan ya pakne, karena iming-iming tanah itu kamu jadi orang kesetanan. Lupa rasa kasih sayangmu kepada anak dan isteri. Kamu seperti orang kesetanan pakne.!!”

mBok Dimin pergi kebelakang, mengambil air hangat lalu membersihkan luka dikepalanya dengan air itu. Darah dan air matanya berlomba membasahi wajahnya.

Pak Dimin terpaku ditempatnya. Ia melihat darah itu, meleleh didahi isterinya.

“mBok.. mbokne.. “ ia menyusul kebelakang, dilihatnya isterinya keluar dari kamar mandi sambil menutupi kepalanya dengan serbet. Ia masih melihat darah membasahi serbet itu.

“mBok.. “

mBok Dimin tak menjawab. Ia merasa sakit, bukan hanya dikepalanya, tapi juga hatinya. Ia langsung masuk kekamar, kemudian tidur tengkurap dan membiarkan bantal basah oleh darahnya.

“Kemana perginya Mirah?” bisik batinnya, pilu.

“Ya Allah, selamatkan anakku..”

***

“Ibuu... yu Mirah belum kembali ?” tanya Bintang ketika makan pagi bersama bapak dan ibunya.

“Belum.. rupanya yu Mirah masih kangen sama ibu sama bapaknya.”

“Belum ngabari juga?” tanya Handoko.

“Belum mas, nanti habis bersih-bersih dapur saya telpon dia.

“Iya.. aku nanti tidak pulang siang ya, ada meeting dan semua makan di kantor.”

“Ya nggak apa-apa mas, jadi aku sama Bintang nggak usah nungguin ya.”

Tapi ketika selesai bersih-bersih dan Palupi mencoba menelpon Mirah, ternyata ponsel Mirah tidak aktif.

“Ibu.. nanti Bintang mau ngomong sama yu Mirah ya,” kata Bintang menunggu ibunya bisa bicara dengan Mirah. Tapi berkali-kali dicoba, tidak berhasil. Memang ponselnya mati.

“Tidak nyambung tuh Bin.. ponselnya mati.”

“Yu Mirah sering lupa ngecas hape nya bu..”

“Oh.. iya Bintang, kamu kok tahu?” tanya Palupi sambil tertawa.

“Sering lupa kok bu, yu Mirah sendiri yang bilang.”

“Mungkin juga ya Bin, coba sebentar lagi nanti kita telpon dia lagi ya.”

“Iya, ayuk sekarang main..”

“Ayuk main di kamar saja, ibu sambil tiduran ya..”

“Adik capek ya bu?”

“Iya, adik capek.”

***

Kendati marah sama suaminya, pagi itu seperti biasa mbok Dimin bangun lalu menyiapkan minum teh untuk suaminya. Darah dikepalanya sudah mengering. Setelah membuat teh dan meletakkan roti sisa semalam dimeja dapur, mbok Dimin membersihkan darah yang mengering dikepalanya.

“mBokne, coba kamu telpon Mirah.”

“Tidak mau.”

“Aku hanya ingin tahu dia ada dimana.”

“Biar saja dia ada dimana, asalkan tidak dirumah ini, lalu kamu memaksanya menikah dengan tua bangka itu.”

“Kamu kok kasar?”

“Tidak sekasar kelakuan kamu terhadap anakmu kan?” kata mbok Dimin sambil kekebun belakang. Ia mencari daun lamtoro muda yang kemudian dikunyahnya lalu ditempelkannya pada luka dikepalanya.”

Dikebun itu dia mencoba menelpon Mirah, tanpa sepengetahuan suaminya, tapi ternyata tidak berhasil.

“Kenapa ya tilpunnya Mirah? O.. mungkin mati, kan sudah sejak kemarin dan dia tidak ngecas hapenya.”

Tapi simbok juga gelisah, karena suaminya semalam bilang tidak menemukan Mirah. Dengan kegelisahan itu simbok kemudian berjalan kejalan besar. Siapa tahu semalam Mirah menginap disuatu tempat, lalu paginya baru mau pergi dan mencegat kendaraan yang bisa membawanya kekota.

Panggilan suaminya yang sedang makan roti dan berdiri ditengah pintu tak digubrisnya.

Simbok sudah sampai dijalan, beberapa kendaraan sudah hilir mudik dijalan itu. Ada bis, ada mobil pembawa sayuran..

Tiba-tiba simbok menemukan sandal yang semalam ditemukan pak Carik dan dibuang begitu saja.

“Ini kan sandalnya Mirah? Kok bisa lepas disini..” lalu simbok melongok kesana kemari.. dan tiba-tiba ia menemukan lagi sandal pasangannya.. tergeletak agak jauh dari penemuan sebelumnya. Hati simbok tercekat.

“Apa yang terjadi dengan anakku?”

***

Besok lagi ya

 

 

 

 

68 comments:

  1. Alhamdulillah SP 45 sdh tayang

    Trmksh mb Tien 🙏

    ReplyDelete
    Replies
    1. Alhamdulillah SP45 akhirnya tayang
      Mtnuwun mbk Tien

      Delete
    2. Wah ternyata no 2. Alhmdulillah masih dempt baca seblum tidur. Trims bu tien

      Delete
    3. Selamat jeng Nani dapat no. 2, om Danar 3, nomor 1 gak punya nama

      Delete
    4. Wuaduh
      Malah telat...
      Keduluan
      Selamat kepada pemenang

      Delete
    5. Juri memutuskan
      No satu g sah
      Gak ada namanya
      He he he

      Delete
    6. Terima kasih mbak Tien ... SP 45 yg dinanti-nanti sejak kemarin sdh hadir.

      Salam hangat kami dari Yogya.

      Delete
    7. Terima kasih Bunda Tien, semoga Bunda sehat selalu Aamiin 🥰🥰🥰

      Group Chat Cerbung Tien Kumalasari
      0821 1667 7789 (admin)
      #silaturahim
      #cerbung/novel_populer
      #jumpa_fans

      Ayooooooo edit profilku dengan cara : ketuk UNKNOWN,,, lalu ketuk EDIT PROFIL,,, isi biodatamu..... lalu SIMPAN ....mudahkan,,,,

      Delete
    8. Betul Pak Wedeye.......
      Hadiahnya ambil senditi
      UNKNOWM

      Delete
  2. Replies
    1. Maturnuwun mbak Tien. Semoga Mirah selamat dan bisa menghindari paksaan pak carik.
      Salam sehat mbak Tien...

      Delete
    2. Beda dikit waktunya om Danar.

      Yg penting tetap happy bersama SP 45 yg sdh hadir kan?

      Delete
  3. Alhamdulillah.... sehat ya bu... masih ranking 3

    ReplyDelete
  4. Alhamdulillah ...... trimakasih bu tien sdh menayangkan sp 45
    Semoga bu tien sehat2 selalu

    ReplyDelete
  5. Hallow mas2 mbak2 bapak2 ibu2 kakek2 nenek2 :
    Wignyo, Ops, Kakek Habi, Bambang Soebekti, Anton, Hadi, Pri , Sukarno, Giarto, Gilang, Ngatno, Hartono, Yowa, Tugiman, Dudut Bmbang Waspodo, Petir Milenium (wauuw), Djuniarto, Djodhi55, Rinto P. , Yustikno, Dekmarga, Wedeye, Teguh, Dm Tauchidm, Samiadi, Pudji, asi Garet, Joko Kismantoro, Alumni83 SMPN I Purwantoro, Kang Idih, RAHF Colection, Sofyandi, Sang Yang, Haryanto Pacitan, Pipit Ponorogo, Nurhadi Sragen, Arni Solo, Yeni Klaten, Gati Temanggung, Harto Purwokerto, Eki Tegal dan Nunuk Pekalongan, Budi , Widarno Wijaya, Rewwin, Edison, Hadisyah,
    Sastra, Wo Joyo, Tata Suryo, Mashudi, B. Indriyanto, Nanang, Yoyok, Faried, Andrew Young, Ngatimin, Arif, Eko K, Edi Mulyadi, Rahmat, MbaheKhalel, Aam M, Ipung Kurnia, Yayak, Trex Nenjap, Sujoko,
    Yustinhar. Peni, Datik Sudiyati, Noor Dwi Tjahyani, Caroline Irawati, Nenek Dirga, Ema, Winarni, Retno P.R., FX.Hartanti, Danar, Widia, Nova, Jumaani, Ummazzfatiq, Mastiurni, Yuyun, Jum, Sul, Umi, Marni, Bunda Nismah, Wia Tiya, Ting Hartinah, Wikardiyanti, Nur Aini, Nani, Ranti, Afifah, Bu In, Damayanti, Dewi, Wida, Rita, Sapti, Dinar, Fifi, Nanik. Herlina, Michele, Wiwid, Meyrha, Ariel, Yacinta, Dewiyana, Trina, Mahmudah, Lies, Rapiningsih, Liliek, Enchi, Iyeng Sri Setyawati , Yulie, Yanthi , Dini Ekanti, Ida, Putri, Bunda Rahma, Neny, Yetty Muslih, Ida, Fitri, Hartiwi DS, Komariah P., Ari Hendra, Tienbardiman, Idayati, Maria, Uti Nani, Noer Nur Hidayati, Weny Soedibyo, Novy Kamardhiani, Erlin, Widya, Puspita Teradita, Purwani Utomo, Giyarni, Yulib, Erna, Anastasia Suryaningsih, Salamah, Roos, Noordiana, Fati Ahmad, Nuril, Bunda Belajar Nulis, Tutiyani, Bulkishani, Lia, Imah P Abidin, Guru2 SMPN 45 Bandung, Yayuk, Sriati Siregar, Guru2 SMPN I Sawahlunto, Roos, Diana Evie, Rista Silalahi, Agustina, Kusumastuti, KG, Elvi Teguh, Yayuk, Surs, Rinjani, ibu2 Nogotirto, kel. Sastroharsoyo, Uti, Sis Hakim, Tita, Farida, Mumtaz Myummy, Gayatri, Sri Handay, Utami, Yanti Damay, Idazu, Imelda, Triniel, Anie, Tri, Padma Sari, Prim, Dwi Astuti, Febriani, Dyah Tateki, kel. SMP N I Gombong, Lina Tikni, Engkas Kurniasih, Anroost, Wiwiek Suharti, Erlin Yuni Indriyati, Sri Tulasmi, Laksmie, Toko Bunga Kelapa Dua, Utie ZiDan Ara, Prim, Niquee Fauzia, Indriyatidjaelani,
    Bunda Wiwien, Hallow Pejaten, Sidoarjo, Garut, Bandung, Batang, Kuningan, Wonosobo, Blitar, Sragen, Situbondo, Pati, Pasuruan, Cilacap, Cirebon, Bengkulu, Bekasi, Tangerang, Tangsel,Medan, Padang, Mataram, Sawahlunto, Pangkalpinang, Jambi, Nias, Semarang, Magelang, Tegal, Madiun, Kediri, Malang, Jember, Banyuwangi, Banda Aceh, Surabaya, Bali, Sleman, Wonogiri, Solo, Jogya, Sleman, Sumedang, Gombong, Purworejo, Banten, Kudus, Ungaran, Purworejo, Jombang, Boyolali. Ngawi, Sidney Australia, Boyolali, Amerika, Makasar, Klaten, JAKARTA...hai..., Mojokerto, Sijunjung Sumatra Barat, Sukabumi,
    Salam hangat dari Solo Terimakasih atas perhatian dan support yang selalu menguatkan saya. Aamiin atas semua harap dan do'a.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Matur nuwun Bu Tien, sehat selalu ya.....ngangeni ditinggal sedina wae pada gemremeng suarane.

      Delete
    2. Alhamdulillah.......

      Yang ditunggu tunggu sudah hadir
      Matur nuwun sanget Ibu Tien,
      Semoga sehat selalu dan tetap semangat.
      Salam seroja (sehat rohani jasmani) dari Cilacap.

      Delete
    3. Alhamdulillah akhirnya SP-45 muncul. Matur nuwun mBak Tien Kumalasari.
      Semoga Kita tetap sehat, bahagia dan selalu dalam lindungan Allah SWT.
      Aamiin Yaa Robbal Aalamiin.

      Semoga Mirah gak kenapa-kenapa. .
      Bikin deg-degan aja nih mbak Tien. .
      Besok lagi ya. .

      Delete
    4. Mirah Mirah dimn dikau berada, semoga tdk terjd apa2 dgn Mirah.. Alhamdulillah..Trimakasih Bu Tien, smoga sllu sehat serta dlm lindungan Alloh SWT Aamiin.. Salam sehat bahagia dr Cahya di Madiun yg sllu setia hadir.

      Delete
  6. Aduh... deg deg an jadinya....
    Btw kemarin kenapa bu Tien? Sakit kah? Jaga kesehatan ya bu... jangan capek capek... (tapi di tagih terus cerbung nya... ,🤭🤭)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Nggak apa2 jeng dokter, anak2 pada ngumpul sampai.malam. jadi nggak sempat nulis.

      Delete
  7. Replies
    1. UNKNOWN.......gak punya nama.
      Sdh berkali dihimbau hayo edit profilmu sama mas Rinto, Bu Nani admin WAG PCTK, saya juga sering colek-2, apakah nggak mudeng apa nggak mau kenal sesama blogger "beda tipis"

      Delete
  8. Alhamdulillah SP 45 sudah tayang...
    Aduh Mirah kenapa ya... Semoga baik2 saja..
    Trm. Kasih bu Tien...

    ReplyDelete
  9. Trmksh mb Tien....smg sehat sll

    Salam dr blora...🙏

    ReplyDelete
  10. Alhamdulillah dah tayang jadi kangen b.Tien libur sehari.
    Moga b.Tien sll diberi kesehatan

    ReplyDelete
  11. Alhamdulillah sudah tayang. Makin seru. Semoga Mirah baik-baik saja.
    Terimakasih bu Tien. Semoga sehat selalu.

    ReplyDelete
  12. Matur nuwun... Mbak tien... Alhamdulillah... mbak tetap sehat

    ReplyDelete
  13. yang ditunggu udah datang....senangnyaa

    ReplyDelete
  14. Matur nuwun mbak Tien..SP 45.tlah hadir..
    Hanya sedikit Baper..kok Pas ...Pak DIMIN..apakah ini disengaja..atau suatu kebetulan.. Bahwasanya..Pak DIMIN itu nama Mertua saya ..😭. Selamat malam Salam sehat bahagia mbak Tien🙏🙏

    ReplyDelete
    Replies
    1. Waduuuh... masa sih... ma'af lho mas Widarno.. nggak ngerti aku.. hehee.. senengane kok gawe guyu

      Delete
  15. Puji Tuhan, ibu Tien tetap sehat, semangat dan produktip shg Sp45 tersaji dg tetap bikin penasaran penggemar.
    Mirah kemana ya,moga2 berlindung ditempat yg aman.
    Setia menunggu sp46 .
    Matur nuwun, Berkah Dalem.

    ReplyDelete
  16. Alhamdulilaah tayang juga
    Makasih bunda tien
    Sehat selalu ... salam dari tasik

    ReplyDelete
  17. Semoga Mirah baik2 aja..

    Terima kasih Bunda.. SP 45 sudah terbit

    ReplyDelete
  18. Alhamdulillah SP 45 sdh hadir
    Mirah kenapa ya? apa kepleset jatuh atau ada yg menyelamatkan?
    seruu dan bikin deg2an ceritanya
    Terima kasih Mbak Tien, semoga sehat selalu
    Salam hangat dari Bekasi

    ReplyDelete
  19. Maturnuwun ibu Tien,semoga sehat selalu sekluarga,salam hangat

    ReplyDelete
  20. Alhamdulillah yg ditunggu2 sdh hadir mksh Bu Tien, waduuh smg Mirah g kenapa-kenapa bikin deg deg kan niii

    ReplyDelete
  21. Terima kasih bu Tien..sudah munvul SP 45 sebelum ketiduran. Semoga tidak terjadi apa apa dengan Mirah..aamiin. Salam sehat dan semangat buat bu Tien

    ReplyDelete
  22. Smg Mirah berhsl telp mas Pri dan sdh otw plg ke Solo...slm seroja utk mb Tien dan kita semua.

    ReplyDelete
  23. Alhamdulillah akhirnya yang ditunggu datang juga
    Terimakasih bu Tien Cerbung nya Semoga ibu Tien selalu sehat wal'afiat dan bahagia bersama keluarga tercinta aamiin
    Senangnya berkumpul dengan keluarga besar ya bunda Tien...
    Salam sehat dan hangat dari Salamah Purworejo untuk ibu Tien dan pembaca semuanya

    ReplyDelete
  24. Horeee sudah terbit SP-45 nya. TERIMA KASIH ya, Bunda Tien. Semoga Bunda Tien selalu sehat dan bahagia lahir batin yaaaa....

    Duh, kok Pak Dimin matre gitu ya?! Kasihan Mirah, juga Bu Dimin sampe jadi korban ke-kalapan-nya. Ngeri banget sih. Semoga Mirah baik-baik saja dan Bapak-nya ndak cari Mirah ke rumah Handoko+Palupi. Baca-nya sampe deg-degan, tapi penasaran terus nih, Bundaaaa... ♥️������

    ReplyDelete
  25. Hallo jg mbak Tien..
    Puji Tuhan mbak Tien sehat..tp krn sibuk kumpulnya putra/putri pasti syg kehilangan moment..🙏

    Trimakasih SP45...deg2an lg..yg tdnya udh mau ayem n ikut seneng..duuuh..jd inget cerbung 'Lastri'...ada bpknya Sri jg sadis..😡
    Semoga mirah menemukan kebahagiaan..

    Salam sehat selalu dari bandung.

    ReplyDelete
  26. Mudah2an Mirah selamat ya dan hidup bahagia. Makasih mba Tien. Salam sehat selalu

    ReplyDelete
  27. Alhamdulillah...
    Mtur swun bun....
    Mugi2 tansah rahayu....

    ReplyDelete
  28. Makasih Bunda ditengah kesibukan masih sempat membuat SP 45.
    Semoga Bunda selalu sehat dan tetap semangat dalam berkarya.
    Bahagia bersama keluarga.
    Salam hormat dari kami

    ReplyDelete
  29. Akhirnya yang ditunggu hadir juga..

    Terima kasih bunda Tien, sehat selalu
    .🙏

    ReplyDelete
  30. Waduh Mirah kemana ya kenapa sandalnya tercecer...

    ReplyDelete
  31. Alhamdulillah akhirnya SP 45 terbit juga tapi kasihan Mirah kemana ya kira2 perginya...??? Salam sehat buat Bu Tien dan keluarga.

    ReplyDelete
  32. Semakin mendebarkan ceritanya....
    Salam sehat selalu mbak Tien

    ReplyDelete
  33. Alhamdulillah, akhirnya muncul jg fan bisa komen.

    Seru lagi nih bu.
    Terima kasih ya bu.. Sehat selalu tuk ibu.

    ReplyDelete
  34. Mudah-2an Mirah bisa sampai di rumah majikannya dgn selamat. Nunggu cerita selanjutnya yg semakin menarik. Maturnuwun Bu Tien, semoga tansah pinaringan karahayon, sehat wal afiat dan tetap semangat dlm berkarya. Aamiin.. Salam sehat Bu dari Pondok Gede...

    ReplyDelete
  35. Aduh Mirah... dimana kamu? Kok membuat semua deg2an termasuk para pembaca. Smoga kamu baik2 saja ya Rah... cepat pulang ke Pak Handoko.. semua sudah menantimu lho, terutama Pak Pri.
    Terima kasih Mbak Tien, selalu menghibur kami, smoga Mbak Tien selalu sehat. Salam seroja dari Semarang.

    ReplyDelete
  36. Sambil tahan nafaaass...
    Semoga Mirah baik baik saja...
    Lanjuttt... seruu abiss
    Salam sehat mb Tien
    Yulie Sleman Sendowo

    ReplyDelete
    Replies
    1. Bu yulie
      Tolong profilnya diisi seperti arahan bu nani, kakek habi atau pak rinto

      Sehingga namanya muncul
      Gak UNKNOWN

      Delete
  37. Alhamdulillah. Sang Putri 45 sudah tayang.
    Terimakasih mba Tien Kumalasari, semoga senantiasa Afiat dan kian barokah.

    ReplyDelete
  38. Ku.... jadi baper juga.... ikutan mbok Dimin..yang disakiti oleh suaminya sendiri, kasihan mikirin si Mirah yg gak ketahuan di mana sekarang berada.
    Salam sehat dan tetap semangat mbak Tien.
    Terima kasih

    ReplyDelete
  39. Terima kasih mbak tien, mbak paling bisa membuat pembaca deg deg-an, Makin pinisirin aja. Salam sehat sejahtera mbak.

    ReplyDelete
  40. Wadewwwww ada apa dgn Mirah jangan aja ketemu n dibawa preman kan Mirah
    jarang pulang bisa jadi gak dikenal bisa runyam masalahnya kalo terjadi kasian banget nasibmu mirah moga alur ceritanya gak dibawa kstu ya mbak Tien Salam Seroja utk mbak Tien n keluarga Amin

    ReplyDelete
  41. Slmt mlm mba Tien sayang.. Makasih SP45 nya dah tayang.. Slmseroja dan tetap semangat dri faridasukabumi unk mbaqu sekeluarga.. Muuaahh🥰🥰

    ReplyDelete
  42. Intip" belum muncul..he..he...

    Salam sehat Bunda Tien..

    ReplyDelete
  43. Kopi habis
    Singkong goreng habis
    Yang ditunggu gak muncul2
    Ngantuuuk
    Dikuwat kuwatno
    Demi.....

    ReplyDelete
  44. Tidur dulu...yg ditunggu belum nongol

    ReplyDelete
  45. menunggu episode 46 ...kl udah muncul baru enak tidur ....

    ReplyDelete

MAWAR HITAM 01

  MAWAR HITAM  01 (Tien Kumalasari)   Di sebuah rumah mewah dengan perabotan cantik dan artistik, seorang nyonya duduk bersilang kaki di dep...