Monday, June 30, 2025

MAWAR HITAM 01

 MAWAR HITAM  01

(Tien Kumalasari)

 

Di sebuah rumah mewah dengan perabotan cantik dan artistik, seorang nyonya duduk bersilang kaki di depan sebuah televisi. Matanya menatap ke layar televisi, sedangkan tangan kirinya memegang ponsel. Sambil meletakkan ponsel di pangkuannya, sekali-sekali ia mengotak-atiknya, sedangkan tangan kanannya rajin merogoh ke dalam setoples, dimana ada ceriping pisang yang hanya tinggal separuh, karena tangan sang nyonya tak berhenti mencomotnya.

Tubuhnya yang bulat membuat orang-orang bertanya, bagaimana sepasang kakinya mampu menopang tubuh bulat berisi, yang kalau berjalan terseok-seok karena keberatan beban.

Walau begitu, hobi makan tak pernah bisa dihilangkannya. Ketika teman-temannya melakukan diet ketat untuk membuat tubuhnya langsing, sang nyonya kaya mengacuhkannya. Mana tahan ketika melihat makanan enak ia harus menahan keinginannya menikmati? Karena itulah, seribu kali berusaha diet, seribu kali pula dia gagal. Kemudian dia tak peduli lagi dengan berat badannya dan lekuk tubuhnya yang mirip sebuah bola yang sedang menggelinding. Walau begitu dia begitu memelihara kecantikannya. Segala macam perawatan kecantikan diikutinya dengan rajin, sehingga pipinya yang sudah seperti kue bak pao, terlihat kenyal dan berseri-seri. Barangkali kalau ada lalat hinggap di situ, pasti akan terpeleset jatuh karena tampak licin dan berkilat-kilat. Dulu dia memang seorang gadis yang cantik, sehingga mampu menjatuhkan hati seorang pengusaha yang kemudian mengambilnya sebagai istri. Tapi karena tak bisa menahan kegemarannya makan maka sang tubuh langsing jadi menggelembung seperti balon.

Dia adalah nyonya Andra Kusuma, istri seorang pengusaha kaya yang hidup bergelimang harta.

Ia memiliki seorang pembantu yang rajin dan cekatan, tapi juga pesolek karena mengikuti kebiasaan majikannya. Hanya saja sang pembantu itu memang tergolong cantik, tubuhnya bagus, masih gadis pula. Dengan pakaian yang modis walau bukan dari produk mahal, ia kelihatan seperti seorang nona muda. Kalau ia sedang mengikuti sang majikan belanja, maka orang akan mengira bahwa dia adalah adiknya. Nyonya Andra tak begitu peduli pada penampilan sang pembantu. Yang penting dia dilayani, disiapkan semua kebutuhannya, dimengerti semua kesukaannya, tidak pernah dibantah apa yang dikatakannya.

“Sinaaaah,” teriaknya kencang.

Tergopoh Sinah yang sedang dandan lari keluar untuk menemui majikannya, karena kalau tidak segera datang saat dipanggil maka sang nyonya majikan akan mencak-mencak.

“Yaaa, Nyonyaa …”

“Ini bagaimana, kamu mengisi kripiknya terlalu sedikit, lihat hampir habis.”

“Tadi penuh, Nyonya.”

“Kamu itu jangan ngeyel, lihat, ini tinggal sedikit.”

“Kalau begitu biar saya isi lagi, di almari makan masih banyak.”

“Jangan yang keripik pisang, ada emping tidak?”

“Nyonya kalau kebanyakan makan emping nanti asam uratnya kumat lagi, bagaimana?”

“Kamu ini jangan cerewet, aku kan tidak suka ada pembantu cerewet.”

“Saya kan hanya mengingatkan, supaya Nyonya tidak sakit.”

“Tidak apa-apa. Kalau asam urat kumat tinggal ke dokter, dikasih obat, beres kan? Ayo cepat ambilkan, kok malah melongo, kemasukan lalat mulut kamu nanti.”

“Baik, baiklah,” jawab Sinah sambil bergegas ke belakang, lalu mengambil setoples emping seperti perintah sang majikan.

Dalam hati Sinah berpikir, kapan ya mulutnya berhenti mengunyah? Tapi tak ada yang bisa dilakukannya selain menuruti apa kemauannya. Kalau tidak, maka habislah mata pencahariannya enak yang didapat secara kebetulan, ketika dia sedang melamar di setiap perusahaan atau toko-toko dimana dia singgah.

Waktu itu dia sedang menatap sebuah toko souvenir, yang barangkali mau menerimanya sebagai pelayan toko. Tiba-tiba seorang nyonya melihatnya dan bertanya. Mau apa dia datang seperti sedang mencari-cari sesuatu. Sinah bilang mau mencari pekerjaan. Lulusan kamu apa, SMA. Hanya SMA mau melamar jadi apa? Di sini karyawannya minimal sarjana muda atau lulusan D3. Kalau mau menjadi asisten pribadiku di rumah, ya silakan, mumpung aku sedang butuh. Asisten pribadi yang dikira Sinah adalah pekerjaan kantor, ternyata asisten di rumah untuk disuruh-suruh. Sinah yang tadinya bersedia, kemudian merasa bahwa ini kan jadi pembantu. Apa nasibnya memang begini, di mana-mana harus jadi pembantu? Tapi karena gajinya besar dengan catatan pekerjaannya harus memuaskan majikan, maka Sinahpun menikmati pekerjaannya dengan suka cita. Apalagi ketika sang nyonya majikan membiarkannya berdandan, mengenakan baju-baju trendi kala itu, berdandan meniru majikan walau dengan make up yang murah, maka Sinah merasa nyaman dengan pekerjaannya. Seminggu setelah bekerja ia baru tahu, bahwa suami sang nyonya adalah Andra, orang yang pernah menabraknya. Agak kurang senang sebenarnya ketika Andra melihat Sinah bekerja di rumahnya, tapi sang istri yang sudah merasa cocok melarangnya ketika suaminya ingin memecatnya.

“Memecat dengan alasan apa Mas? Bisa kena pasal memecat pekerja dengan semena-mena. Dia bekerja sangat baik. Aku suka dilayani oleh dia.”

Lalu Andra yang jarang pulangpun tak bisa melakukan apa-apa. Sudah beberapa tahun Sinah bekerja pada nyonya Andra yang nama aslinya adalah Andira.

“Ini, Nyonya,” katanya sambil meletakkan toples berisi emping di depan sang majikan.

“Hm, ini baru enak. Setelah ini kamu lihat bahan makanan yang sudah menipis, nanti kamu antarkan aku belanja.”

“Baik, Nyonya.”

Sinah pergi ke belakang dengan suka cita. Pergi belanja bersama nyonya majikan selalu menyenangkan. Dia bisa berdandan walau tugasnya membawakan belanjaan sang nyonya, dengan demikian ia bisa melihat dunia luar dan memamerkan kecantikannya.

***

Saraswati sudah kembali ke rumah suaminya, dan beberapa tahun berlalu,  kehidupan mereka aman-aman saja. Kejadian yang telah lalu, memberikan pelajaran tentang kehidupan yang membuat mereka hati-hati dalam melangkah.

Adisoma merasa bangga melihat kemajuan sang putri, yang ketika dulu ingin melanjutkan kuliah lalu dirinya melarang dengan keras. Ia bersyukur sang putri memiliki kepribadian yang kuat, dan pendirian yang kokoh dalam mencapai keinginannya. Sekarang dia tahu, bahwa apa yang akan dicapai oleh sang putri adalah sebuah prestasi dalam mengarungi masa mudanya.

Hubungan Dewi dengan Satria sudah lama diketahuinya, Adisoma tidak tampak melarangnya, karena dia sudah bertemu Satria dan melihat pribadi yang baik dari anak muda keturunan orang biasa yang tak punya pangkat ataupun derajat.

“Mengapa Dewi tidak pulang Minggu ini? Bukankah ada liburan di hari Jum’at dan berarti dia bisa libur tiga hari?” tanya Adisoma ketika sedang duduk santai dengan sang istri.

“Aku sendiri juga tidak tahu, coba saja Kangmas menelponnya.”

“Coba Diajeng saja, ponselku ketinggalan di kamar.”

Baru saja Saraswati meraih ponselnya yang terletak di atas meja, Dewi menelponnya.

“Dewi, ibunda baru saja mau menelpon.”

“Dewi mau jalan-jalan sama Aryo, sama Sekar, jadi tidak pulang Minggu ini.”

“Baru saja ayahandamu menanyakan, mengapa kamu tidak pulang padahal ada liburan. Ternyata kamu jalan-jalan. Cuma bersama anak-anak?”

“Tidak, bersama ayah dan ibunya, juga ada Satria.”

“O, ada Satria juga? Bagaimana kuliahnya?"

“Sebentar lagi dia selesai, sekarang sedang mengerjakan skripsi.”

“Syukurlah.”

“Dia bilang akan segera mencari pekerjaan.”

“Semoga lancar semuanya. Mana, anak-anak? Kok tidak ada suaranya?” 

“Belum datang, nanti mas Listyo dan keluarganya mau nyamperin Dewi. Tadi Dewi menelpon kanjeng rama, tidak diangkat.”

“Iya, ponselnya ada di kamar, kami sedang duduk di serambi depan. Sampaikan pesan ibunda pada Arum, hati-hati, dia kan sedang hamil tua?"

“Baiklah. Ya sudah Kanjeng Ibu, Minggu depan saja saya pulang ke Solo.”

“Hati-hati di jalan.”

Saraswati meletakkan ponselnya.

“Tadi Dewi menelpon Kangmas, tapi tidak diangkat.”

“Mau pergi ke mana dia?”

“Jalan-jalan bersama keluarganya Listyo. Nggak tahu mau jalan-jalan ke mana mereka. Paling ke Kaliurang atau ke pantai.”

“Aku sudah lama tidak ketemu Aryo dan Sekar.”

“Aku tadi juga mau menelpon Listyo, kalau bisa ajak anak-anak datang kemari, malah mereka pergi sendiri.”

“Ya sudah, tidak apa-apa. Yang penting mereka sehat.”

“Tadi Dewi mengatakan, kalau Satria sedang mengerjakan skripsi.”

“Lalu dia akan segera menyelesaikan kuliahnya?”

“Akan segera mencari pekerjaan setelahnya, katanya.”

“Jangan dulu ingin menikahi Dewi. Dewi kan belun selesai?”

“Iya, lagipula Satria kan harus bekerja dulu.

“Yang penting anak kita hidup bahagia bersama orang yang punya tanggung jawab dan bisa mencintai serta menjaganya.”

“Benar, Kangmas, yang penting mereka bahagia. Buktinya Listyo yang dulu dilarang-larang, hidup mereka ternyata bahagia. Arum wanita yang baik. Kabarnya dia sedang hamil tua.”

“Syukurlah. Sekar kan sudah tiga tahunan, jadi tidak akan begitu repot momong anak-anak kecil.”

***

Nyonya Andra sudah siap dengan dandanan mewahnya, duduk diteras menunggu Sinah. Tak apa kalau dirinya yang harus menunggu pembantu, yang penting ada Sinah yang akan menemaninya dengan setia.

Aroma harum menebar memenuhi rumah, aroma parfum mahal yang menguar dari tubuh sang nyonya.

Sinah keluar sambil hidungnya kembang kempis. Ia tak harus memakai parfum ketika sedang bersama sang nyonya majikan. Pernah suatu kali dia memakai parfum miliknya sendiri, yang dibelinya ketika ia ada di pasar, ketika dipakai maka sang nyonya marah besar, katanya parfum kampungan jangan dibawa ke dalam rumah ini. Ya ampun, ada parfum kampungan juga, pikir Sinah kesal, waku itu, sekarang dia tidak berani memakainya. Cukup berdekatan dengan sang nyonya, maka ia sudah ketularan aroma harumnya.

“Lama sekali kamu itu, lihat, bibirmu belepotan lipstik,” gerutu sang nyonya sambil berdiri, karena sopir pribadi sudah berdiri membukakan pintu mobil.

Sinah terkekeh, lalu mengusap bibirnya, yang kemudian menambah cemot-cemot merah bertambah parah.

“Hapus saja semuanya, nanti dikira aku jalan sama badut,” kesal sang nyonya majikan sambil memberikan tissue kepada pembantu setianya.

Sinah menurut, dengan tissue dari sang majikan, dia menghapus bibirnya, sehingga bersih, tapi masih meninggalkan warna samar yang sesungguhnya justru lebih membuatnya natural. Tapi tampaknya Sinah merasa ada yang kurang. Sambil mengusap bibirnya itu wajahnya sudah cemberut. Ia duduk di depan, di sebelah sopir, sehingga nyonya majikan tidak melihat wajahnya yang masam. Kalau saja melihatnya, maka sudah pasti Sinah akan disemprot habis-habisan.

***

Karena tidak membawa cemilan, maka Listyo menghentikan mobilnya di depan sebuah toko roti. Dewi mengikuti kedua anak kecil si Aryo dan Sekar yang berlari-lari seenaknya, takut kalau terjatuh atau menabrak orang. Arum yang perutnya mulai gendut dilarang turun oleh suaminya. Hanya Satria yang mengikuti mereka masuk.

“Aku mau permen … aku mau yang coklat …”

“Aku juga coklat …” teriak anak-anak itu yang kemudian berjingkrak-jingkrak ketika Dewi meminta coklat yang diminta kepada pelayan.

Sekar karena gembira dan berlarian, lalu menabrak seorang wanita gendut yang membuatnya terhuyung. Ia adalah nyonya Andira yang sedang memilih kue-kue dan keripik kesukaannya.

“Eh, bocah. Anak setan dari mana ini, sembarangan nabrak orang?” hardik Sinah, yang kemudian membuat Sekar menangis.

Saat itu Satria sudah masuk dan melihat Sekar berlarian,  dan tidak sempat terkejar olehnya sampai kemudian membuat marah seorang pembeli. Satria langsung menggendongnya, lalu menatap wanita dengan pakaian seksi yang tadi menghardik Sekar.

“Maafkan anak saya,” kata Satria asal ngomong. Tapi ketika Sinah melihat wajah Satria yang menggendong anak kecil yang tadi dihardiknya, wajahnya berubah. 

Satria merasa heran karena merasa seperti mengenal wajah itu, tapi mengapa penampilannya seperti nona kaya?

Sinah ingin mengucapkan sesuatu, tapi nyonya majikan memanggilnya.

"Hei, bawa barang-barang yang aku pesan, aku akan menunggu di mobil."

***

Besok lagi ya.

 

 

 

 

 

40 comments:

  1. Alhamdulillah Mawar Hitam episode_01 sdh hadir.

    Memang luar biasa.....
    Dalam kondisi yang seperti ini produksifitas percerbungan tetap ADUHAI.

    Terimakasih kasih bunda Tien, semoga sehat selalu.

    Alhamdulillah pak Widayat nunggu infus habis baru boleh pulang setelah rawat inap di RS KUSTATI SOLO.
    Semoga sehat terus dan terus sehat. Aamiin....

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin Yaa Robbal'alamiin
      Matur nuwun mas Kakek

      Delete
  2. Alhamdulillah
    Sehat selalu bunda

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin Yaa Robbal'alamiin
      Matur nuwun ya jeng In

      Delete
  3. Selamat mlm bunda Tien..terima ksih cerbung Mawar hitamnya episode pertama..smg bunda bersm bpk sll sehat y bundπŸ™πŸ₯°πŸŒΉ❤️

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin Yaa Robbal'alamiin
      Matur nuwun ibu Farida

      Delete
  4. Alhamdulillah.Maturnuwun Cerbung " MAWAR HITAM 01 " sudah tayang perdana.
    Semoga Bunda dan Pak Tom Widayat selalu sehat wal afiat .Aamiin

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin Yaa Robbal'alamiin
      Matur nuwun pak Herry

      Delete
  5. Alhamdulilah, maturnuwun bu Tien cerbung baru sampun tayang ..luar biyasaaaa bundaku ini. Sehat sehat ya bun, semoga pak Tom enggal dangan. Salam hangat dan aduhai aduhai bun 🀩🀩❤️❤️

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin Yaa Robbal'alamiin
      Matur nuwun ibu Sri
      Aduhai aduhai

      Delete
  6. Matur nuwun mbak Tien-ku Mawar Hitam telah tampil perdana

    ReplyDelete
  7. 🌹🌻🌹🌻🌹🌻🌹🌻
    Alhamdulillah πŸ™πŸ’
    Cerbung Baru Mawar Hitam
    _01 sampun tayang.
    Matur nuwun Bu, doaku
    semoga pak Tom segera
    sehat & fit kembali.
    Juga Bu Tien selalu sehat,
    tetap smangats berkarya &
    dlm lindungan Allah SWT.
    Aamiin.Salam aduhai πŸ’πŸ¦‹
    🌹🌻🌹🌻🌹🌻🌹🌻

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin Yaa Robbal'alamiin
      Matur nuwun jeng Sari
      Aduhai

      Delete
  8. Alhamdulillah
    Mawar Hitam sudah tayang
    Terima kasih bunda Tien
    Semoga sehat walafiat
    Salam aduhai hai hai

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin Yaa Robbal'alamiin
      Matur nuwun ibu Endah
      Aduhai hai hai

      Delete
  9. Mbak Tien memang luar biasa...πŸ‘πŸ‘
    Semoga Allah senantiasa melimpahkan Berkah Sehat Bugar Bahagia dan Panjang usia..πŸ™πŸ’ͺ🏿
    Alhamdulillah episode baru sdh tayang... Matur Nuwun πŸ™πŸ˜˜πŸ˜
    Mugi pak Tom pinaringan keberkahan Sehat Bugar.... Saged beraktivitas kados wingi uni...
    Salam aduhai dari Surabaya

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin Yaa Robbal'alamiin
      Matur nuwun jeng Dewi

      Delete
  10. Terimakasih bunda Tien
    Semoga bunda Tien dan pak Tom selalu sehat

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin Yaa Robbal'alamiin
      Matur nuwun ibu Salamah

      Delete
  11. Alhamdulillah Cerbung baru MAWAR HITAM telah mulai tayang, maturnuwun Bu Tien semoga panjenengan tetap sehat dan bahagia senantiasa bersama keluarga tercinta.
    Aamiin YRA 🀲

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin Yaa Robbal'alamiin
      Matur nuwun pak Djodhi

      Delete
  12. Hamdallah....Kelelawar sayap nya hitam...sampun tayang...eh maaf keleru ngetik..πŸ˜πŸ™

    Cerbung Mawar Hitam...sampun tayang..matur nuwun Bunda..πŸ’πŸ’πŸ’πŸ™πŸ™

    ReplyDelete
  13. Matur nuwun Bu Tien atas cerbung barunya yg pasti aduhai....semoga Ibu sekeluarga sehat wal'afiat....

    ReplyDelete
  14. Alhamdulillah, cerbung barunya ternyata sambungan dari cerbung yll, Hebat Bu Tien, pinter merangkai cerita yg menarik pembaca, yg selalu penasaran ada tulisan besuk lagi yaπŸ˜ƒ Maturnuwun Bu TienπŸ™selalu diberi kesehatan dan kebahagiaan...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin Yaa Robbal'alamiin
      Matur nuwun ibu Tatik

      Delete

  15. Alhamdullilah
    Matur nuwun bu Tien
    Cerbung * MAWAR HITAM 01* sdh hadir...
    Semoga sehat dan bahagia bersama keluarga
    Aamiin...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin Yaa Robbal'alamiin
      Matur nuwun pak Wedeye

      Delete
  16. Alhamdulillah mawar hitam telah tayang perdana terima kasih bu Tien, semiga sehat dan bahagia selalu, aamiin

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin Yaa Robbal'alamiin
      Matur nuwun ibu Uchu

      Delete
  17. Mtrnwn mb Tien, sdh menyempatkan disela2 kesibukannya merawat pak Tom, semoga pak Tom cepat pulih kembali kesehatannya, dan mb Tien juga sehat selalu

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin Yaa Robbal'alamiin
      Matur nuwun jeng Mimiet

      Delete
  18. Maturnuwun... Alhamdulillah πŸ™πŸ™

    ReplyDelete
  19. Wah, keren ibu Tien...langsung lanjut sekuelnya. Terima kasih, buu...semoga sehat selalu, juga pak Tom cepat pulih.πŸ™πŸ»πŸ™πŸ»πŸ™πŸ»

    ReplyDelete

MAWAR HITAM 01

  MAWAR HITAM  01 (Tien Kumalasari)   Di sebuah rumah mewah dengan perabotan cantik dan artistik, seorang nyonya duduk bersilang kaki di dep...