Tuesday, January 5, 2021

SANG PUTRI 41

SANG PUTRI  41

(Tien Kumalasari)

 

Danang memasuki ruangannya, wajahnya muram begitu melihat Riri duduk dengan menyilangkan kaki di sofa.

“Danang..” sapanya.

“Mengapa kamu datang kemari ? Ini kantor, yang datang kemari hanya orang-orang yang ingin berbicara tentang urusan pekerjaan. Kamu tahu kan?”

“Ma’af Danang. Aduh, mengapa kamu begitu kasar sama aku?”

“Karena sikap kamu berlebihan. Ingat, aku sudah bukan Danang yang dulu lagi, yang suka berhura-hura atau sebangsanya. Aku sudah mau menikah, jadi jangan menggangguku lagi.”

“Aku heran dengan selera kamu.”

“Riri, kamu sudah mendengar apa yang aku katakan pada awal pertemuan ini, yaitu dikantor ini hanya ada pembicaraan masalah kerja, jadi silahkan keluar kalau kamu ingin bicara yang lainnya.”

“Danang, sesungguhnya aku butuh pekerjaan.”

“Mengapa datang kemari?”

“Terimalah agar aku bekerja disini.”

“Ma’af, tidak ada lowongan disini. Carilah ketempat lain.”

“Danang, kamu tidak kasihan sama aku?”

“Tidak. Ma’af.”

“Tapi aku benar-benar butuh pekerjaan.”

“Banyak perusahaan lain.. pasti bisa lah. Ya sudah, ma’af.. banyak yang harus aku kerjakan, ini sa’atnya bekerja.”

“Jadi kamu tidak bisa menolong aku?”

“Ma’af...” kata Danang sambil berdiri lalu berjalan kearah meja kerjanya, meninggaalkan Riri yang terus mengawasinya.

“Danang.. sebenarnya aku akan mengatakan sesuatu. Ini sangat penting untuk hidupku.”

“Sebentar lagi akan ada tamu, ma’af, silahkan keluar.”

Lalu Danang memencet tombol intercom.

“Tanti, bisa kesini sebentar.”

Riri masih duduk di sofa. Usiran yang diucapkan Danang seperti tidak digubrisnya.

Tak lama kemudian Tanti masuk keruangan, menatap wajah Riri sekilas, lalu menuju ke meja Danang, dengan wajah masam.

“Ada catatan pesanan, apa sudah sampai di gudang?”

“Sudah,” jawab Tanti singkat.

“Oh ya, Riri, kenalkan, ini wakil kepala gudang, namanya Tanti, dia calon isteriku,” kata Danang sambil menunjuk kearah Tanti. Tanti membulatkan matanya.

Riri berdiri, menyalami Tanti yang menyambutnya juga dengan berdiri. Ada senyum-senyum yang tak ikhlas diantara keduanya.

“Tak lama lagi kami akan menikah,” sambung Danang.

“Aku permisi,” kata Riri sambil membalikkan badannya kemudian keluar dari ruangan. Tanti ingin keluar,, tapi Danang menahannya.

“Duduk dulu disini, Tanti."

Tanti  duduk. Wajahnya masih tampak masam.

“Tanti, kamu harus percaya bahwa aku hanya mencintai kamu. Riri adalah teman lama, dengan kedatangan kamu aku mengusirnya.”

“Lebay.”

“Ini satu-satunya cara untuk membuat dia mengerti. Aku harap kamu bisa memahami  isi hati aku.”

“Akan aku coba.”

“Senyum dong...”

Tantipun tersenyum, hanya sekilas, lalu berdiri dan melangkah keluar.

***

Hari itu Mirah terkejut, karena kedatangan Suprih bersama Nanda. Mirah berdebar, ia melongok  keluar.. Apakah bu Suprih datang bersama Pri? Ternyata tidak.

"Bu Mirah..” Nanda langsung memeluk Mirah.

“Mas Nanda, sudah sembuh kan, sudah ganteng, tidak dibalut lagi,” kata Mirah sambil mengelus kepala Nanda.

“Mengapa bu Mirah tidak kesana?”

“Iya nih, lagi banyak pekerjaan, ayo silahkan masuk.”

“Siapa Rah?” tanya Palupi dari dalam kamar.

“Ini bu, ada bu Suprih sama mas Nanda..”

“Itu ibu ?”

Lalu Nanda tiba-tiba lari masuk kekamar. Dilihatnya Palupi berbaring. Nanda mendekat.

“Ibu...”

“Nanda...” lalu Palupi bangkit dari tidurnya.

“Ibu sakit?”

“Tidak, ibu hanya kecapekan.. ayo kita keluar. Kamu sama siapa?”

“Sama bude..”

Palupi menggandeng Nanda keluar.

“Nanda.. mengapa membangunkan ibu?” tegur bu Suprih.

“Tidak yu. Aku hanya tiduran. Beberapa hari terakhir ini aku agak malas.”

“Ya sudah, ibu tiduran saja.”

“Tidak apa-apa. Mana Bintang?”

“Lagi main dikamarnya bu..”

“Bintang.. ini.. ada teman kamu datang..”

Bintang berlari keluar dengan membawa mobil mainannya.

“Ayo kita main,” ajak Bintang, lalu keduanya masuk kekamar Bintang.

 Barangkali karena lama tidak merasa terganggu lalu Bintang bersikap ramah kali itu.

“Bagaimana kabarnya yu? “

“Baik bu..”

“Barangkali Ibu akan kesana lagi, untuk menentukan hari pernikahan Danang dan Tanti.”

“Oh, iya bu, tolong kalau mau datang saya dikabari ya bu,”

“Iya, pastinya.”

“Ini minumnya bu Suprih,” kata Mirah sambil meletakkan gelas minum untuk bu Suprih dan Nanda.

“Iya nak, terimakasih.”

“Rah, ini lho, yu Suprih mau melamar kamu untuk adiknya..” goda Palupi.

“Ah ibu...” Mirah tersipu. Ia meletakkan sekaleng roti untuk disuguhkan.

“Nak Mirah, benar kata ibu. Aku ini menunggu jawaban nak Mirah lho. Pri juga begitu.”

“Tuh kan Rah, apa jawabmu, jangan bilang akan dipikirkan lagi.”

“Kalau saya menikah, mas Bintang bagaimana?”

“Bintang tidak akan apa-apa, kan ada aku. Kalau dia kangen sama kamu, biar aku antar dia ketempat dimana kamu berada.”

“Nak, Pri sangat berharap nak Mirah mau menerimanya.”

“Ayolah Rah.. tunggu apa lagi..”

“Gimana ya... “

“Sudah yu Suprih, kapan mau melamar, nanti saya antar ke kampungnya Mirah. Tentukan harinya saja. Kelamaan nunggu Mirah mengangguk.”

“Baiklah bu, nanti saya bilang Pri, kapan siap melamar. Naa.. kalau ada yang mendorong begini jadi enak. Ya kan, nak Mirah. Ya maklum bu, nak Mirah masih perawan kencur, jadi menerima tawaran menikah masih malu-malu.”

“Iya yu Suprih, benar. Lihat itu, wajahnya kan jadi kemerahan.”

“Iih.. ibu nih...”

“Rah, kalau kamu bahagia, aku juga akan bahagia. Lihat Nanda, dia sangat membutuhkan ibu. Kamulah yang pantas jadi ibunya.”

“Iya bu.”

“Kamu boleh mengabari orang tuamu di kampung. Nanti kalau mas Pri siap, bu Suprih akan mengabari. Ya kan yu?”

“Iya benar bu. Senang saya.. terimakasih ya bu, terimakasih nak Mirah, sudah mau berbelas kasihan sama adik saya Pri.”

Mirah hanya tersenyum. Ada rasa geli ketika mempermainkan Pri, lalu kemudian akan menjadi jodohnya? Rupanya ucapan Palupi beberapa bulan lalu bakal menjadi kenyataan.

“Ya Tuhan, Aku akan menjadi seorang isteri dan ibu?” bisik batin Mirah dengan hati berdebar.”

“Ya sudah Rah, kamu temani yu Suprih dulu ya, aku ingin rebahan lagi. Beberapa hari ini aku merasa malas. Apa masuk angin ya Rah?”

“Ibu sudah minum obat?”

“Aku ingin kerokan sih, tapi nanti saja,” kata Palupi sambil berdiri dan beranjak kekamar.

“Bagaimana kalau saya pijitin bu?” kata bu Suprih sambil mengikuti Palupi.

“Ah, nggak enak yu.. nggak usah.”

“Mengapa nggak enak bu, saya masih seperti dulu..”

“Yu Suprih kan bakal besannya ibu, masa mijitin aku?”

“Memangnya kenapa. Biar, saya kangen mijitin ibu.,” kata Suprih yang kemudian membiarkan Palupi berbaring, kemudian dia duduk ditepi pembaringan dan mulai memijit-mijit kaki bekas ndara putrinya.

“Mungkin ibu kecapekan..”

“Tidak yu,  capek apa.. aku semakin lama sudah terbiasa dengan semua tugas rumah tangga. Semuanya menyenangkan untuk aku. Aku terlambat menyadarinya ya yu.”

“Tidak ada kata terlambat untuk melakukan sesuatu yang baik bu. Tapi saya kok menduga, jangan-jangan ibu hamil..”

“Haaa? Hamil yu?”

“Bawaan orang hamil bisa bermacam-macam bu. Terkadang mual, muntah.. tak suka bau-bauan.. atau seperti ibu ini, merasa lemas, letih dan malas..”

“Tunggu.. tunggu... aku baru menghitung-hitung.. ya.. mungkinkah? Aku terlambat dua bulan ini yu..”

“Tuh kan...”

“Nanti aku mau bilang sama mas Handoko, biar aku diantar ke dokter.”

“Semoga benar ya bu, sehingga mas Bintang bisa ada teman mainnya kecuali Nanda.”

“Aamiin, yu.. aduuh.. aku sudah lupa.. bagaimana rasanya hamil..”

***

“Handoko sedang memeriksa berkas yang ditumpuk diatas meja ketika isterinya menelpon.”

“Ya, ibu.. ada apa?”

“Mas, nanti pulang jam berapa?”

“Ya seperti biasanya lah, ada apa?”

“Jangan kesorean ya mas.”

“Memangnya kenapa? Kangen ya?”

“Mas, aku mau periksa ke dokter nih..”

“Kamu sakit?” tanya Handoko khawatir.

“Bukan sakit mas, aku ini beberapa hari terakhir kok sering malas, pengin tiduran terus.. aku ingin periksa ke dokter mas.”

“Nggak apa-apa, nanti ke dokter Pras saja.”

“Mas, kok dokter Pras sih.. aku ingin ke dokter Wulan..”

“Lhoh, itu bukannya dokter kandungan?”

“Iya mas, aku terlambat dua bulan.”

“Haaa.. kamu hamil?” teriak Handoko bersemangat.

“Nggak tahu mas, kan baru mau periksa..”

“Aduuh, kamu tahu nggak, aku pengin pulang sekarang nih.”

“Jangan mas, dokternya juga belum buka. Selesaikan saja pekerjaan mas, asalkan pulangnya jangan kesorean.”

“Siap ibu...”

Handoko baru saja meletakkan ponselnya ketika kemudian terdengar lagi dering. Kali itu dari ibunya.

“Ya bu..”

“Han, nanti sore bisa kerumah ibu? Ibu mau omong-omoong tentang lamaran ke rumah Suprih. Kira-kira kapan dan bagaimana selanjutnya.”

“Oh, iya bu, tapi bagaimana kalau malam? So’alnya sorenya mau mengantar Palupi ke dokter.”

“Dia sakit?”

“Tidak bu, ada kemungkinan dia hamil.”

“Hamil? Aduh.. ibu mau punya cucu lagi?” tanya bu Ismoyo gembira.

“Tapi belum jelas, baru mau periksa nanti.”

“Ya sudah,  ke dokter dulu baru kerumah ibu, agar ibu bisa mendengar berita gembiranya nanti.”

“Iya bu, semoga benar.”

Handoko melanjutkan mengerjakan pekerjaannya dengan wajah berseri.

***

“Pri.. kamu dimana ?” teriak  Suprih ketika mencari-cari Pri dirumahnya.

“Ini yu, didapur. Baru menggoreng telur.”

“Kamu belum makan?”

“Tadinya mau makan diluar sama Nanda, tapi nungguin Nanda nggak pulang-pulang, Pri jadi lapar yu. Ini mau makan. Nanda sudah makan? Yu Suprih juga sudah?”

“Sudah, tadi makan masakan calon isterimu, enak sekali. Nanda sampai nambah dua kali.”

Priyambodo tertawa.

“Yu Suprih ada-ada saja.. belum-belum sudah dibilang calon isteri,” kata Pri sambil meletakkan piring berisi telur ceplok diatas meja makan.”

“mBakyumu ini ngomong  tidak sembarang ngomong Pri.”

“Maksudnya?”

“Nak Mirah sudah mau dilamar oleh kamu.”

“Benar?” Pri meletakkan piring yang sudah berisi nasi.

“Ya sudah, sambil makan ngomongnya, nanti kamu pingsan karena kelaparan.”

Pri tertawa, mengambil telur ceploknya lalu diguyurnya dengan sambal kecap yang sudah disediakannya.

“Nanda sudah makan?”

“Sudah bapak.. tadi makan sama ayam goreng. Tapi tadi Bintang nggak nakal sama Nanda.”

“Bagus nak, kalau main bareng nggak boleh nakal semuanya.”

“Iya bapak.”

“Ayo yu, nggak kepengin ya, makan sama telur ceplok dan sambal kecap?”

“Kalau belum makan ya kepengin Pri. Sudah kenyang nih.”

“Ya sudah, lalu bagaimana ceritanya, kok yu Suprih bisa yakin kalau mbak Mirah mau sama aku?”

“Tadinya ya malu-malu begitu Pri, ketika aku ngomong. Lalu bu Handoko langsung bilang, ‘pokoknya bilang yu, kapan mau melamar, nanti aku antar ke kampungnya Mirah’.. gitu.. lalu nak Mirah hanya tersipu, tapi tidak menolak.”

“Benar?”

“Benar. Masa mbakyumu ini bohong Pri.”

“Jadi kenyang aku yu. Tapi makan sama telur dan sambal kecap ini juga jadi sangat nikmat.”

“Iya sih, so’alnya mendengar berita gembira dari mbakyumu.”

“Benar yu. Lalu kapan enaknya melamar ke kampungnya mbak Mirah? Apa dia benar-benar sudah siap?”

“Tadi bu Handoko sudah menyuruh nak Mirah mengabari keluarganya. Tinggal kamu siapnya kapan, tinggal bilang sama nak Mirah.”

“Aku sih sekarangpun siap yu, tapi kan harus ada persiapan lainnya sebelum kesana. Tapi kan yu Suprih sendiri juga mau mantu, kapan yu?”

“Masih menunggu keluarganya mas Danang datang lagi. Nanti aku beri tahu. Sekarang coba pikirkan dulu kapan kira-kira kamu siap, nanti aku bilang sama nak Mirah. Bu Handoko juga mengatakan ingin mengantar lho.”

“Ya, nanti aku kabari yu.”

***

Begitu keluar dari ruangan menjelang pulang, Tanti sudah dihadang oleh Danang didepan ruang kantornya. Kekesalannya sudah berkurang, bahkan hilang setelah didepan Riri Danang mengatakan bahwa dia adalah calon isterinya.

Danang menggamit tangannya lalu menggandengnya keluar dari kantor, dan Tanti tak ingin melepaskannya. Sesungguhnya bahwa dia juga mencintai lelaki ganteng bekas play boy walau masih ada yang memburu cintanya.

“Langsung pulang, atau mau mampir-mampir?” tanya Danang ketika mereka sudah menaiki mobil.

“Langsung pulang saja.”

“Baiklah, tuan puteri..” lalu senyum keduanya merekah.

Mereka tak sadar bahwa dibelakang mereka ada taksi yang mengikutinya.

“Keluargaku akan segera kerumah kamu.”

“Ya?”

“Iya, tadi agi ibu bilang akan meminta mas Handoko datang kerumah, untuk segera membicarakan tentang kapan akan diadakan pernikahan itu.”

“Benarkah?”

“Benar dong sayang.  Jadi aku nanti langsung pulang ya, takutnya mas Handoko sudah lebih dulu sampai dirumah ibu.”

“Iya, nggak apa-apa.”

Tanti turun dari mobil dan melambaikan tangan kearah Danang, lalu langsung menuju kerumah. Dilihatnya pintu masih tertutup. Lalu Tanti ingat bahwa ibunya tadi bilang mau kerumah bu Mirah lalu langsung kerumah pakliknya.

Tanti membuka pintu, tapi sebelum masuk didengarnya suara dibelakangnya.

“Selamat sore..”

Tanti membalikkan tubuhnya, dan heran melihat Riri berada didepannya.

“Sore... ada apa?”

“Bolehkah saya masuk?”

Tanti agak ragu, tapi ia mempersilahkannya.

Setelah Riri duduk, Tanti juga duduk didepannya.

“Sebenarnya, aku ingin bicara sama Danang, tapi dia seperti membenci aku.”

“Mau bicara so’al apa?”

“Saya  sedang hamil.”

Tanti hampir terlonjak mendengarnya.

***

Besok lagi ya.

 

 

56 comments:

  1. Replies
    1. Terima kasih Bunda Tien , semoga Bunda SEHAT selalu Aamiin 😍😍😍😍

      Delete
    2. Weeees angeeeeel wessssssss🤣🤣🤣🤣🤣

      Delete
    3. Smoga sehat smua. Maaf mendahului. Trims bu tien. Skrg koment dulu baru baca.

      Delete
    4. Group Chat Whatsapp Penggemar Cerbung Tien Kumalasari
      0821 1667 7789 (admin)
      #silaturahim
      #cerbung_novel_populer
      #jumpa_fans

      Ayooooooo edit profilmu dengan cara : ketuk UNKNOWN,, lalu ketuk EDIT PROFIL,, isi biodatamu,,, lalu SIMPAN,,, mudahkan......

      Delete
    5. Horeeee... Bisa coment awal..

      Makasih bu Tien, sehat selalu yaaa...

      Salam sehat jg tuk penggemar setia karya bu Tien.

      Delete
    6. Terima kasih mbak Tien ... SP 41 sdh hadir.

      Salam hangat kami dari Yogya.

      Delete
  2. Hallow mas2 mbak2 bapak2 ibu2 kakek2 nenek2 :
    Wignyo, Ops, Kakek Habi, Bambang Soebekti, Anton, Hadi, Pri , Sukarno, Giarto, Gilang, Ngatno, Hartono, Yowa, Tugiman, Dudut Bmbang Waspodo, Petir Milenium (wauuw), Djuniarto, Djodhi55, Rinto P. , Yustikno, Dekmarga, Wedeye, Teguh, Dm Tauchidm, Samiadi, Pudji, asi Garet, Joko Kismantoro, Alumni83 SMPN I Purwantoro, Kang Idih, RAHF Colection, Sofyandi, Sang Yang, Haryanto Pacitan, Pipit Ponorogo, Nurhadi Sragen, Arni Solo, Yeni Klaten, Gati Temanggung, Harto Purwokerto, Eki Tegal dan Nunuk Pekalongan, Budi , Widarno Wijaya, Rewwin, Edison, Hadisyah,
    Sastra, Wo Joyo, Tata Suryo, Mashudi, B. Indriyanto, Nanang, Yoyok, Faried, Andrew Young, Ngatimin, Arif, Eko K, Edi Mulyadi, Rahmat, MbaheKhalel, Aam M, Ipung Kurnia, Yayak, Trex Nenjap, Sujoko,
    Yustinhar. Peni, Datik Sudiyati, Noor Dwi Tjahyani, Caroline Irawati, Nenek Dirga, Ema, Winarni, Retno P.R., FX.Hartanti, Danar, Widia, Nova, Jumaani, Ummazzfatiq, Mastiurni, Yuyun, Jum, Sul, Umi, Marni, Bunda Nismah, Wia Tiya, Ting Hartinah, Wikardiyanti, Nur Aini, Nani, Ranti, Afifah, Bu In, Damayanti, Dewi, Wida, Rita, Sapti, Dinar, Fifi, Nanik. Herlina, Michele, Wiwid, Meyrha, Ariel, Yacinta, Dewiyana, Trina, Mahmudah, Lies, Rapiningsih, Liliek, Enchi, Iyeng Sri Setyawati , Yulie, Yanthi , Dini Ekanti, Ida, Putri, Bunda Rahma, Neny, Yetty Muslih, Ida, Fitri, Hartiwi DS, Komariah P., Ari Hendra, Tienbardiman, Idayati, Maria, Uti Nani, Noer Nur Hidayati, Weny Soedibyo, Novy Kamardhiani, Erlin, Widya, Puspita Teradita, Purwani Utomo, Giyarni, Yulib, Erna, Anastasia Suryaningsih, Salamah, Roos, Noordiana, Fati Ahmad, Nuril, Bunda Belajar Nulis, Tutiyani, Bulkishani, Lia, Imah P Abidin, Guru2 SMPN 45 Bandung, Yayuk, Sriati Siregar, Guru2 SMPN I Sawahlunto, Roos, Diana Evie, Rista Silalahi, Agustina, Kusumastuti, KG, Elvi Teguh, Yayuk, Surs, Rinjani, ibu2 Nogotirto, kel. Sastroharsoyo, Uti, Sis Hakim, Tita, Farida, Mumtaz Myummy, Gayatri, Sri Handay, Utami, Yanti Damay, Idazu, Imelda, Triniel, Anie, Tri, Padma Sari, Prim, Dwi Astuti, Febriani, Dyah Tateki, kel. SMP N I Gombong, Lina Tikni, Engkas Kurniasih, Anroost, Wiwiek Suharti, Erlin Yuni Indriyati, Sri Tulasmi, Laksmie,
    Hallow Pejaten, Sidoarjo, Garut, Bandung, Batang, Kuningan, Wonosobo, Blitar, Sragen, Situbondo, Pati, Pasuruan, Cilacap, Cirebon, Bengkulu, Bekasi, Tangerang, Tangsel,Medan, Padang, Mataram, Sawahlunto, Pangkalpinang, Jambi, Nias, Semarang, Magelang, Tegal, Madiun, Kediri, Malang, Jember, Banyuwangi, Banda Aceh, Surabaya, Bali, Sleman, Wonogiri, Solo, Jogya, Sleman, Sumedang, Gombong, Purworejo, Banten, Kudus, Ungaran, Purworejo, Jombang, Boyolali. Ngawi, Sidney Australia, Boyolali, Amerika, Makasar, Klaten, JAKARTA...hai..., Mojokerto, Sijunjung Sumatra Barat, Sukabumi,
    Salam hangat dari Solo Terimakasih atas perhatian dan support yang selalu menguatkan saya. Aamiin atas semua harap dan do'a.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Mtnuwun mbk Tien....
      Mgi tansah pinaringan sehat,Aamiin

      Delete
    2. Matur nuwun bu Tien Cerbungnya.

      Lembar koreksi :

      1. “Tidak yu. Aku hanya tiduran. Beberapi hari terakhir ini aku agak malas.” # Beberapa hari....#

      2. “Han, nanti sore bisa kerumah ibu? Ibu mau omong-omoong tentang lamaran ke rumah Suprih. Kira-kira kapan dan bagaimana selanjutnya.” # Ibu mau omong-omong tentang ......#

      3. “Iya, tadi agi ibu bilang akan meminta mas Handoko datang kerumah, untuk segera membicarakan tentang kapan akan diadakan pernikahan itu.”
      # "Iya, tadi pagi ibu bilang ..........#

      Huh.........mantongi......
      Bakal akan ada praharakah ???

      Setelah mendengar pernyataan :

      “Saya sedang hamil.”

      Tanti hampir terlonjak mendengarnya.

      Delete

    3. Alhamdulillah SANG PUTRI episode 41 sudah tayang. Matur nuwun sanget mbak Tien Kumalasari, semoga mbak Tien tetap sehat bahagia dan selalu dalam lindungan Allah SWT. Aamiin Yaa Robbal Aalamiin.
      Salam Sehat dan salam hangat dari Karang Tengah Tangerang.

      Riri pasti mengada-ada bilang hamil... kalau toh benar, belum tentu dengan Danang.. Kita tunggu saja lanjutannya mbak Tien Kumalasari. .
      Besok lagi ya..

      Delete
    4. Trimakasih Bu Tien.... Haduuuuh kok ada sj rintangan buat Tanti.. Btw semoga Bu Tien serta penggemar sllu sehat dan dlm lindungan Alloh SWT Aamiin. Salam dr Cahya di Madiun yg sllu setia hadir.

      Delete
    5. Wow,.bikin penasaran bunda..
      Aduh Riri Yo..
      Riri bohong Tan..
      Salam sehat Bunda Tien

      Delete
  3. Matur nuwun... Mbak tien... Smg sehat selalu

    ReplyDelete
  4. Alhamdulillah sampun ready.
    Matur nuwun Bu Tien.
    Mugi2 tansah ginanjar Bagas waras, saengga saget paring panglipur Dateng para sutrisno.
    Jember tansah ngantu-antu babare lelakon Palupi.

    ReplyDelete
  5. Terima kasih bu..Ada kejutan apalagi untuk Tanti?

    ReplyDelete
  6. Ahaa....ada yang hamil, mantap nih ceritanya..

    Salam sehat selalu buat Bu Tien..😘😘

    ReplyDelete
  7. Astaga.... dasar perempuan nakal.... ini fitnah, cara Riri agar Tanti membatalkan rencana pernikahan setelah mendengar pernyataan Riri bahwa dia hamil oleh Handoko. Maaf mbak Tien. Ha ha ha mencoba menebak...jalan cerita SP yang seru.. Salam sehat dan terima kasih mbak Tien

    ReplyDelete
  8. Mbak Tien pinter banget merajut cerita....ada konflik lagi nih. Hmmm...siip mbakyu..cinta sejati memang harus diuji dan diperjuangkan

    ReplyDelete
  9. Alhamdulillah...
    Mtur nuwun Bun...
    Mugi2 tansah rahayu...

    ReplyDelete
  10. Ada2 saja,cara wanita untuk mendapatkan cintanya
    Terima kasih jeng tien

    ReplyDelete
  11. Alhamdulillah trimakasih bunda Tien,mantap ceritanya.
    Moga bunda sll diberi kesehatan salam dari Bojonegoro.

    ReplyDelete
  12. Hallo jg mbak Tien..semoga selalu sehat..

    Trimakasih SP41
    Waduuuh..apalagi ini...riri bikin fitnah..semoga tanti tdk gegabah yaa...resiko punya calon suami playboy...hadeuuuh..😦
    Nunggu lanjutan dgn setiaa..

    Salam sehat dari bandung.

    ReplyDelete
  13. Alhamdulillah SP 41 sdh tayang..
    Trm ksh bu Tien

    ReplyDelete

  14. Matur nuwun... Bunda tien... Smg sehat selalu

    ReplyDelete
  15. Saya sedang Hamil..... 🤭UPS..Khabar gembira...satu lagi khabarr fitnah tentunya...semakin asyikk mbak Tien..Matur Nuwun ...semoga Riri bilang yg menghamili DANANG 🤭. Satu aktor yg nggemeske...bumbu" yg bikin tensi naik🎼

    ReplyDelete
  16. Waduh..ada lagi.

    Ayo Tanti jangan kedor,sikatsaja tu Riri 😅😅

    Terima kasih bunda Tien,

    Semoga bunda sehat selalu.

    Salam taklim dari kota Malang 🙏

    ReplyDelete
  17. Palupi hamil Handoko yg senang

    Tp klu Riri hamil jgn katakan klu yg menghamili Danang? Tanti hrs tegar .. mgkn itu akal2an Riri agar bs merebut Danang.. Kasihan Tanti sdh terlanjur cinta sm Danang muncul gadis masa lalu .. Ayo Danang buktikan dg test DNA atau ke dr kandungan utk membuktikan apakah bener Riri hamil krn perbuatannya? Sdh tdk perjaka lg donk klu bener2 Danang pelakunya? Kasihan Tanti.. Ditunggu lanjutannya mb Tien...slm seroja utk kita semua....

    ReplyDelete
  18. Alhamdulillah sdh baca SP 41, suwun mbak Tien
    Salam sehat slldr Bekasi

    ReplyDelete
  19. Alhamdulillah pas nglilir SP 41 dah hadir, makasih Bunda.
    Sehat selalu dan tetap semangat.

    ReplyDelete
  20. Wah...kacau nih...Makasih mba Tien. Salam sehat selalu mba

    ReplyDelete
  21. Alhamdulillah sudah tayang lagi SP.
    Terimakasih bu Tien. Salam seroja dari Magelang.

    ReplyDelete
  22. Assalamualaikum wr wb.. Slmt pagi mba Tien.. Alhamdullilah cerbungnya dah muncul.. Aduuhbikin penasaran dgn kelakuan riri disaay saat danang mau nikah.. Smgtanti kuat.. Salamseroja dan semangat y mba tien .. Muuaahh🥰🥰

    ReplyDelete
  23. Alhamdulillah sudah tayang episode 41
    Terimakasih bu Tien Cerbung nya Semoga ibu Tien selalu sehat wal'afiat dan bahagia bersama keluarga tercinta aamiin
    Salam sehat dan hangat dari Salamah Purworejo untuk ibu Tien dan pembaca semuanya
    Semoga Allah SWT selalu melimpahkan rahmatNya kepada kita semuanya aamiin

    ReplyDelete
  24. Alhamdulillah SP 41 sdh tayang..

    Smg Tanti tegar menghadapi Riri yng sdh bikin fitnah...dia bilang hamil mudah"an hamilnya Riri tdk dng Danang....


    Salam sehat dr blora....🙏

    ReplyDelete
  25. Selamat pg smua ,..Riri km kok bikin jengkel jg ya,....semoga Tanti tegar ..ya. Atau Riri hamil memang tdk dg Danang . Tp dia memang butuh kerjaan ?minta tolong Tanti bilang ke Danang ? Aduh mb Tien ....pinter banget sih mengolah kata



    ReplyDelete
  26. Alhamdulillah sp 41 tayang dengan lancar, kita tunggu lagi ada cerita apa di episode berikut ..... hanya bu tien yg tahu
    Selamat pagi semuanya semoga sehat2 selalu

    Saaallaaaammm

    ReplyDelete
  27. Waduuhhh ... ada saja ganjalan tuk menuju mulus
    Ayo tantri jangan kena emosi hadapi dngn tenang
    Makasih bunda tien kutunggu kelanjutannya
    Sehat selalu salam dari tasik

    ReplyDelete
  28. Maturnuwun ibu Tien..selalu menunggu kelanjutan critanya,salam hangat,semoga ibu sehat,penuh semangat
    Spt pembaca semua

    ReplyDelete
  29. Alhamdulillah..Palupi mungkin hamil ..Mirah sudah siap dilamar Priyambodo...Tapi siapa yg menghamili Riri..???
    Salam sehat buat bu Tien dan keluarga..Aamiin YRA.

    ReplyDelete
  30. Mungkinkah Riri akan memfitnah Danang...?
    Salam sehat selalu mbak Tien

    ReplyDelete
  31. Alhamdulillah SP 41 sdh hadir
    Semoga Palupi hamil menambah kebahagiaan kelg Handoko.
    Riri hamil? itu akal2annya kan Danang sdh lama insyaf...Tantii..jgn gentar hadapi tuh si Riri dg tenang dan cantik ya...(duh jd ikutan emosi..)
    semakin seru dan bikin penasaran ceritanya
    Terima kasih Mbak Tien, semoga sehat selalu
    Salam hangat dari Bekasi

    ReplyDelete
  32. Weess wess...nek aku lgsg pingsan
    Salam sehat mb Tien...
    Sangat menghibur...teraduk aduk perasaan...
    Yulie Sleman Sendowo

    ReplyDelete
  33. Biasa...klo seseorang mau nikah, ada saja gangguannya,fitnahlah atau gangguan buruk lain dari orang yg tdk suka. Semoga Danang sabar menghadapinya. Maturnuwun Bu Tien, yg sdh berbagi dgn cerita yg menarik. Salam sehat untuk Bu Tien sekeluarga.

    ReplyDelete
  34. Puji Tuhan, ibu Tien tetap sehat, semangat dan produktip.
    Karya cerbungnya tetap digandrungi banyak pembaca.
    Semoga Danang-Tanti bisa menghadapi rintangan2 menghadang menuju pernikahan dg se baik2nya.
    Ibu Tien luar biasa hebat, alur cerita menggemaskan, detail kalimat yg sejuk...

    Siap menunggu SP41.Matur nuwun Berkah Dalem.

    ReplyDelete
  35. Puji Tuhan, ibu Tien tetap sehat, semangat dan produktip.
    Karya cerbungnya tetap digandrungi banyak pembaca.
    Semoga Danang-Tanti bisa menghadapi rintangan2 menghadang menuju pernikahan dg se baik2nya.
    Ibu Tien luar biasa hebat, alur cerita menggemaskan, detail kalimat yg sejuk...

    Siap menunggu SP41.Matur nuwun Berkah Dalem.

    ReplyDelete
  36. Riri.. memang trouble maker.
    Lanjut Mbak Tien... .makin penasaran...
    Smoga Mbak Tien selalu sehat. Salam seroja dari Semarang.

    ReplyDelete
  37. Ngintip aaahhh.... SP 42 blm nongol he he salam SEROJA Bu Tien Kuuhhh

    ReplyDelete
  38. Riri sedang hamil, makanya butuh pekerjaan...
    Tapi bukan Danang yang menghamili
    Suwun, Bu Tien...salam seroja

    ReplyDelete
  39. Salam kenal dari Yogya Bunda Tien. Kelanjutan Sang Putri selalu saya tunggu, semoga Bunda selalu sehat. Btw yg episode 42 kok tidak bisa dibuka ya Bund....

    ReplyDelete
  40. Gaya bahasanya sangat sopan...alur cerita yang bikin penasaran dan geregeten..salam sehat untuk semuanya..

    ReplyDelete
  41. alur ceritanya bikin penasaran tiap episide

    ReplyDelete

MAWAR HITAM 02

MAWAR HITAM  02 (Tien Kumalasari)   Satria heran, apakah dia salah lihat? Ia merasa wanita itu adalah Sinah, suaranya juga suara Sinah, tapi...