SANG PUTRI 20
(Tien Kumalasari)
Palupi menahan sedu sedannya. Ia langsung kebelakang mencari Bintang.
Dilihatnya Bintang habis mandi, sedang didandani Mirah.
“Itu ada ibu,” kata Mirah setelah selesai menyisir rambutnya.
“Bintang....”
“Sana, tuh dipanggil ibu..” kata Mirah ketika melihat Bintang diam saja.
Bintang mendekati ibunya, lalu Palupi berlutut ketika Bintang mendekatinya.
“Bintang... peluk ibu, sayang..” Palupi mengembangkan lengannya, lalu memeluk Bintang erat sambil berlinang air mata.
Palupi baru menemukan hatinya yang hilang entah kemana. Palupi baru merasa menjadi wanita seutuhnya, yang memiliki suami dan anak, yang harusnya membuat dirinya bahagia, tapi bahagia itu tiba-tiba lenyap tanpa bekas. Beliung mengombang ambingkan jiwanya yang tinggal seiris.. Tinggal kerak kering terserak sampai ke dasar hatinya.
Bintang bergeming, tapi melihat air mata ibunya, hati si kecil tiba-tiba luluh.
“Mengapa ibu menangis?”
“Bintang...”
Lalu Palupi memeluknya lebih erat.”
“Ibu sayang Bintang, apakah Bintang juga menyayangi ibu ?”
Bintang mengangguk, lalu jari kecilnya mengusap pipi sang bunda.
Mirah menatapnya terharu. Ini luar biasa. Palupi bersikap manis kepada Bintang, bahkan ada air mata meleleh segala. Mirah bersembunyi dibalik pintu, ikut melelehkan air mata ketika melihat Bintang mengusap air mata ibunya. Ada harapan dihati MIrah, agar Palupi menjadi baik.
Tapi kemudian Palupi melepaskan pelukannya, mengulurkan bungkusan kepada Bintang.
“Ini buat main ya nak,” kata Palupi masih dengan linangan air mata.
Bintang menerimanya, tapi terus menatap mata ibunya, yang masih berlutut dihadapannya.
“Mengapa ibu menangis?”
“Karena ibu sayang kamu,” katanya lagi sambil menciumi pipi Bintang.
“Ibu jangan menangis,” kata Bintang dan lagi-lagi mengusap air mata ibunya dengan telapak tangannya.
“Bintang harus pintar ya, nggak boleh nakal ya.”
Bintang mengangguk. Palupi kemudian berdiri.
“Mirah,” panggilnya pelan. Ini diluar dugaan. Mirah keluar dari balik pintu.
“Ya bu,” Palupi melihat mata Mirah memerah.
“Titip Bintang ya Rah, dan ma’afkan aku telah berbuat salah sama kamu,” katanya sambil memegangi pundak Mirah.
Mirah terkejut.
“Ibu tidak bersalah. Tidak apa-apa bu. Lalu ibu mau kemana?”
“Aku harus pergi. Mana Suprih ?”
“Bu Suprih...”
“Ya bu.”
“Tetaplan disini menemani Mirah. Mirah anak baik, aku yang bersalah.”
Suprih menatap Mirah yang sedang mengusap air matanya.
“Prih, tolong kumpulkan barang-barangku di almari, besok aku akan mengambilnya.”
“Ibu tidak usah pergi, nanti mas Bintang mencari ibu.”
“Tidak MIrah, Bintang lebih suka sama kamu.”
“Tidak bu, ibu adalah ibunya, saya bukan siapa-siapa bu.”
“Tapi aku harus pergi.” Lalu Palupi membalikkan tubuhnya dan tanpa menoleh lagi keluar dari rumah. Mirah memburunya, tapi Palupi terus melangkah dengan cepat. Dilihatnya Handoko termangu diteras.
“Bapak, apa yang terjadi?”
Handoko menatap Mirah dan melihat matanya yang memerah.
“Hentikan ibu pak, semuanya bisa diperbaiki. Tolong.”
“Apa maksudmu Mirah? Dia yang menghendakinya.”
“Tidak, ada sisi baik dihatinya. Semuanya bisa diperbaiki.”
Tapi Handoko tetap tegak dikursinya.
“Bapak...bagaimana bapak ini.”
Mirah turun dari teras, setengah berlari mengejar Palupi, Didepan gerbang dilihatnya Palupi sudah berjalan, dan berjalan, Mirah terus mengejarnya.
“Ibu.. tunggu ibu...” katanya terengah.
Palupi berhenti, lalu menoleh kebelakang. Dilihatnya Mirah terengah-engah semakin dekat dengan dirinya.
“Ibu...”
“Ada apa Rah?”
“Ibu, jangan pergi..”
“Dia tidak menghendaki aku lagi Mirah, tolong lepaskan tanganku,” kata Palupi karena Mirah langsung memegang lengannya dengan kedua tangan.
“Tidak ibu, semua bisa dibicarakan, tolong bu, kasihan mas Bintang, kembalilah bu, jangan pergi,” kata Mirah sambil terisak.
Palupi merasa sedih tiba-tiba. Pembantu yang selalu disebutnya begundal, yang sangat dibenci dan pernah difitnahnya, sekarang menangisi kepergiannya. Palupi merasa dadanya sakit menahan sesak sesal dihatinya. Airmata pun segera merebak, kemudian menetes ke pipinya.
“Mirah, aku minta ma’af. Kamu sangat baik, dan aku telah berbuat jahat kepada kamu. Ma’af Mirah, aku pernah mefitnahmu,” isak Palupi sambil menepuk pundaknya dengan sebelah tangannya, karena sebelahnya lagi dipegang erat oleh Mirah.
“Tidak ibu, lupakan semuanya, seperti Mirah melupakannya. Kembalilah bu, bicaralah dengan bapak dan mulailah semuanya dengan damai dan penuh kasih sayang.”
“Mirah, aku ini buruk dimata mas Handoko. Dia lebih menyukai kamu.”
“Mengapa ibu berkata begitu? Saya hanya pembantu bu, saya akan bahagia kalau bapak dan ibu kembali bersama. Kasihan mas Bintang bu.”
Pada dasarnya Palupi berwatak keras. Ucapan Handoko sudah sangat melukainya, dan dia tak bisa melupakannya. Ketika sebuah angkot lewat, tangan Palupi melambai dan angkot itu berhenti. Ia melepaskan tangan Mirah, lalu melompat kedalam angkot yang membawanya pergi.
“Ibu... jangan pergi..” Mirah terisak lirih, sedih karena tak berhasil menghentikan kepergian Palupi. Dengan gontai ia melangkah pulang sendiri.
***
“Darimana kamu Mirah?”
“Mengapa bapak biarkan ibu pergi?”
“Bukankah itu kemauannya sendiri?”
“Tapi bapak tidak berusaha menghentikannya,” kata Mirah yang langsung melangkah kebelakang. Entah darimana datangnya keberanian untuk mencela tuan gantengnya. Kata-kata itu meluncur begitu saja karena sudah sangat menyesak dadanya.
Dibelakang, dilihatnya Suprih sedang membuka bungkusan yang tadi diberikan Palupi kepada Bintang.
“Yu Mirah.. ada mainan baru..”
“Iya mas Bintang, dari ibu ya?”
“Mana ibu ?”
Mirah tak bisa menjawabnya. Tampaknya Bintang baru saja merasa bahwa ibunya juga menyayanginya setelah berbulan bahkan bertahun merasa tak pernah dekat dengannya. Hanya dengan sebuah pelukan, mengapa Palupi terlambat melakukannya? Mirah benar-benar sedih.
***
Ketika Danang tiba di gang tempat dulu pernah menurunkan Tanti, ia melihat kesekeliling. Tak tampak bayangan Widi.
“Dasar anak nakal. Aku disuruh mencari sendiri rumah Tanti,” omel Danang sambil berjalan memasuki gang, sambil menoleh kekanan dan kekiri.
Danang melangkah perlahan. Rumah-rumah yang dilaluinya tampak sepi, dimana ia tak menemukan seorangpun untuk bertanya. Tapi ketika sampai di pertigaan, ia melihat seorang anak kecil sedang berjalan. Danang menghampirinya.
“Eh, dik.. tolong tanya. Rumahnya mbak Tanti dimana ya?”
“mBak Tanti?”
“Ya, tahu rumahnya kan?”
“Disana mas, sudah lewat.”
“Lhoh, yang mana?”
“Rumahnya kecil, ada pohon jambu didekat pagar.”
“Kalau dari sini kiri jalan atau kanan jalan?”
“Kiri jalan mas.”
“Oh, baiklah. Tadi kelihatan itu, rumahnya tertutup. Jangan-jangan pergi.”
“Rumahnya selalu tertutup mas, dirumah atau pergi nggak pernah terbuka.”
“Oh. Baiklah, terimakasih ya dik.”
Danang membalikkan tubuhnya. Ia sudah melihat rumah kecil yang ada pohon jambunya tadi, tapi tidak mengira disitu rumah Tanti. Apalagi rumahnya tampak tertutup rapat.
Ia sudah sampai di rumah kecil itu. Ada pot-pot dengan tanaman asri dikiri kanan pintu.
Danang memasukinya pelan dengan hati berdebar. Danang heran pada dirinya, bagaimana mungkin hatinya bisa berdebar ketika akan mendekati seorang gadis? Biasanya kok biasa saja. Danang menghela nafas untuk menata hatinya ketika akan mengetuk pintunya.
“Permisi..”
Tak ada jawaban.
“Selamat siang..”
Sepi. Tak ada suara apapun, lalu Danang mengetuk pintunya pelan, dan semakin keras karena tetap tak ada suara dari dalam.
“Rupanya dia pergi, dan Widi tampaknya juga belum sampai disini. Atau jangan-jangan malah Widi mengajak Tanti pergi. Setan alas anak itu, sudah tahu aku mau kesini malah diajak pergi, awas ya,” gumam Danang lalu membalikkan tubuhnya keluar dari halaman.
Tapi tiba-tiba terdengar orang tertawa terpingkal-pingkal dari dalam sana. Danang kembali lagi, lalu melihat pintu terbuka, dan dua orang gadis tampak didepan pintu sambil terus tertawa.
“Awas kamu ya !!” kata Danang geram sambil menuding kearah Widi.
“Masih beruntung kamu dibukain pintu mas, coba kalau enggak,” kata Widi masih sambil tertawa.
“Silahkan masuk mas," sapa Tanti ramah.
“Tuh, yang punya rumah begitu baik. Kamu jahat jelek. Awas kamu nanti.”
Danang duduk disebuah kursi. Rumah itu sangat sederhana tapi bersih dan rapi. Ada foto terpajang diatas meja disudut ruangan. Danang mengamatinya. Seorang bocah dikucir dua, duduk dipangkuan seorang ibu, dan seorang laki-laki memakai peci berdiri disamping mereka.
“Ini kamu, Tanti?”
“Iya lah, masa aku,” Widi menyahut centil.
“Ih, nggak nanya sama kamu, galak.”
“Iya mas, itu saya, sama bapak, sama ibu. Tapi bapak sudah meninggal. Itu foto terakhir saya sama bapak.”
“Oh.. lalu dimana ibu?”
“Bekerja mas. Ibu bekerja keras untuk menyekolahkan saya.”
“Eh, tamu kok banyak nanya sih, nanti nggak disuguhin minum tahu rasa kamu.”
“Tanti, bagaimana kamu bisa berkawan dengan macan betina ini?” tanya Danang sambil menuding kehidung Widi.
Tanti tertawa geli.
“Enak aja macan betina,” Widi cemberut.
“Dia itu macan yang baik mas.”
“Tuh, dengar..” ejek Widi.
“Sebentar saya ambilkan minum ya mas,” Tanti berdiri dan beranjak kebelakang.
“Eh, kenapa dikasih minum, ini tamu tak diundang,” teriak Widi.
“Widi.. jahat banget kamu sama kakak sendiri ya.”
“Dengar mas, disini jangan lama-lama, kami mau belajar, tahu!”
“Aduuh, baru datang sudah diusir. Yang mengusir bukan yang punya rumah pula.”
“Nanti kamu kesenangan disini terus nggak mau pulang, kapan kami belajarnya.”
“Widi, jangan galak-galak dong,” tegur Tanti ketika mengeluarkan dua gelas teh hangat.
“Iya tuh, si macan kelaparan ‘kali.”
“Silahkan diminum mas, tapi adanya cuma teh hangat.”
“Tidak apa-apa, teh hangat dan sambutan yang sama hangat, menyenangkan sekali. Boleh saya minum sekarang ?”
“Silahkan mas.”
“Aduuh, tamunya rakus..”
“Widi, kamu benar-benar nakal ya,” tegur Tanti sambil tertawa.
“Biarkan saja, dia biasa galak kalau sama saya.”
Danang merasa nyaman berbincang dirumah Tanti. Dia tahu, Tanti hanya gadis sederhana dan bukan dari keluarga kaya. Tapi Danang menyukainya. Danang merasa belum pernah sebahagia ini.
“Apakah aku benar-benar jatuh cinta?”
***
“Danang, kamu tadi tidak ke kantor setelah makan dari rumah?” tegur bu Ismoyo ketika Danang sampai dirumah.
“Iya bu.”
“Kemana kamu?”
“Kerumah seorang gadis.”
“Tuh kan, kamu bilang sudah tobat, tidak akan main-main, mengapa kamu meninggalkan kantor untuk pergi kerumah seorang gadis?”
“Ini Danang baru pendekatan bu, bukan main-main.”
“Pendekatan bagaimana? Jangan membuat ibu kecewa Danang.”
“Tidak dong bu. Kata ibu Danang harus segera mencari seorang isteri?”
“Oh ya, sudah dapat?”
“Aduh, ibu.. memangnya Danang sedang memancing ikan? Baru berangkat langsung dapat.”
Bu Ismoyo tertawa.
“Siapa gadis itu? Benar-benar gadis baik, atau nanti akan mengecewakan kamu juga seperti Palupi?”
“Tidak bu, jangan samakan dia dengan Palupi. Dia teman kuliahnya Widi.”
“O, yang waktu itu makan bakso sama kamu?”
“Iya, baru tadi Danang kerumahnya.”
“Oh, ketemu orang tuanya juga?”
“Tidak bu, orang tuanya Tanti itu tinggal ibunya saja, bapaknya sudah meninggal ketika Tanti masih kecil. Ibunya bekerja keras untuk menyekolahkan Tanti.”
“Bekerja dimana ibunya ?”
“Danang nggak menanyakan itu bu. Tapi ibu perlu tahu sebelumnya, dia itu gadis biasa. Maksudnya gadis sederhana, bukan anak orang kaya. Itu Danang lihat dari rumahnya yang kecil sederhana tapi bersih dan rapi. Ibunya bekerja, Tanti, sendirian dirumah, dan pergi hanya kalau kuliah. Ketika Danang kesana dia sedang belajar bersama Widi, ” kata Danang panjang lebar menceriterakan keadaan Tanti kepada ibunya.
“Oh, begitu.”
“Danang bilang sama ibu, supaya ibu tahu sebelumnya, bahwa ia bukan anak orang kaya. Apakah itu masalah buat kita?”
“Tidak, anak orang kaya bukan jaminan bahwa dia pasti gadis yang baik.”
“Terimakasih ibu.
“Tapi apakah dia sudah pasti mau menerima kamu? Kan kamu baru bertemu sekali?”
“Dua kali bu, yang pertama ketika makan bakso. Yang kedua ini tadi.”
“Maka dari itu, apakah dia sudah pasti suka sama kamu?”
“Nggak tahu bu, Danang juga baru tertarik, tapi mungkin kalau dia mau Danang akan serius sama dia.”
“Ibu hanya mendo’akan yang terbaik untuk kamu. Ibu kecewa dengan rumah tangga kangmasmu, yang tampaknya akan segera bubar.”
“Danang kira itu lebih baik bu, daripada keluh mengeluh setiap hari.”
Tiba-tiba ponsel Danang berdering.
“Dari mas Handoko..”
“Danang ?”
“Ya mas.. ada apa?”
“Apa besok kamu mau nyamperin mas sebelum masuk kantor?”
“Bisa mas, mas mau kemana?”
“Aku mau mulai kekantor besok pagi.”
“Mas sudah benar-benar sehat?”
“Mas sehat, hanya harus memulihkan kaki mas yang habis dioperasi. Mas sudah bisa berjalan pelan dan menapakkan kaki.”
“Baiklah mas, besok Danang samperin ke rumah.”
“Masmu mau kekantor?” tanya bu Ismoyo ketika Danang sudah menutup ponselnya.
“Iya, besok mulai masuk ke kantor, kakinya sudah membaik.”
“Syukurlah, semoga dengan kesibukan kantornya kangmasmu bisa lebih tenang.”
***
Priyambodo bergegas masuk kekamar ketika mendengar Nanda merengek.
“Ibuuu... ibu...”
Aduh.. Pri bingung mendengar Nanda menyeebut ibunya lagi.
“Ibuuu... mana ibu...”
“Nanda, sini sama bapak..”
“Mana ibu ?”
“Ibu sedang pergi nak, ayo sama bapak. Mau pipis dulu kan? Ayuk, nanti keburu ngompol. Sini, anak pintar..” rayu Pri.
Nanda terpaksa menurut, karena memang kebelet pipis.
Tapi ketika melangkah keluar kamar, Nanda tiba-tiba berteriak.
“Itu ibu.....!”
***
Besok lagi ya
Terima kasih mbak Tien ... SP 20 sdh menyapa kita² yg menunggu kehadirannya.
ReplyDeleteSalam hangat kami dari Yogya.
Alhamdulillah...akhirnya Palupi datang juga...matur nuwun mbak Tien
DeleteTerima kasih Bunda Tien , semoga Bunda sehat selalu Aamiin 😍😍😍
DeleteTerima kasih mbak
ReplyDeleteHallow mas2 mbak2 bapak2 ibu2 kakek2 nenek2 :
ReplyDeleteWignyo, Ops, Kakek Habi, Bambang Soebekti, Anton, Hadi, Pri , Sukarno, Giarto, Gilang, Ngatno, Hartono, Yowa, Tugiman, Dudut Bmbang Waspodo, Petir Milenium (wauuw), Djuniarto, Djodhi55, Rinto P. , Yustikno, Dekmarga, Wedeye, Teguh, Dm Tauchidm, Samiadi, Pudji, asi Garet, Joko Kismantoro, Alumni83 SMPN I Purwantoro, Kang Idih, RAHF Colection, Sofyandi, Sang Yang, Haryanto Pacitan, Pipit Ponorogo, Nurhadi Sragen, Arni Solo, Yeni Klaten, Gati Temanggung, Harto Purwokerto, Eki Tegal dan Nunuk Pekalongan, Budi , Widarno Wijaya, Rewwin, Edison, Hadisyah,
Sastra, Wo Joyo, Tata Suryo, Mashudi, B. Indriyanto, Nanang, Yoyok, Faried, Andrew Young, Ngatimin, Arif, Eko K, Edi Mulyadi,
Yustinhar. Peni, Datik Sudiyati, Noor Dwi Tjahyani, Caroline Irawati, Nenek Dirga, Ema, Winarni, Retno P.R., FX.Hartanti, Danar, Widia, Nova, Jumaani, Ummazzfatiq, Mastiurni, Yuyun, Jum, Sul, Umi, Marni, Bunda Nismah, Wia Tiya, Ting Hartinah, Wikardiyanti, Nur Aini, Nani, Ranti, Afifah, Bu In, Damayanti, Dewi, Wida, Rita, Sapti, Dinar, Fifi, Nanik. Herlina, Michele, Wiwid, Meyrha, Ariel, Yacinta, Dewiyana, Trina, Mahmudah, Lies, Rapiningsih, Liliek, Enchi, Iyeng Sri Setyawati , Yulie, Yanthi , Dini Ekanti, Ida, Putri, Bunda Rahma, Neny, Yetty Muslih, Ida, Fitri, Hartiwi DS, Komariah P., Ari Hendra, Tienbardiman, Idayati, Maria, Uti Nani, Noer Nur Hidayati, Weny Soedibyo, Novy Kamardhiani, Erlin, Widya, Puspita Teradita, Purwani Utomo, Giyarni, Yulib, Erna, Anastasia Suryaningsih, Salamah, Roos, Noordiana, Fati Ahmad, Nuril, Bunda Belajar Nulis, Tutiyani, Bulkishani, Lia, Imah P Abidin, Guru2 SMPN 45 Bandung, Yayuk, Sriati Siregar, Guru2 SMPN I Sawahlunto, Roos, Diana Evie, Rista Silalahi, Agustina, Kusumastuti, KG, Elvi Teguh, Yayuk, Surs, Rinjani, ibu2 Nogotirto, kel. Sastroharsoyo, Uti, Sis Hakim, Tita, Farida, Mumtaz Myummy, Gayatri, Sri Handay, Utami, Yanti Damay, Idazu, Imelda, Triniel, Anie, Padma Sari, Prim,
Hallow Pejaten, Sidoarjo, Garut, Bandung, Batang, Kuningan, Wonosobo, Blitar, Sragen, Situbondo, Pati, Pasuruan, Cilacap, Cirebon, Bengkulu, Bekasi, Tangerang, Tangsel,Medan, Padang, Mataram, Sawahlunto, Pangkalpinang, Jambi, Nias, Semarang, Magelang, Tegal, Madiun, Kediri, Malang, Jember, Banyuwangi, Banda Aceh, Surabaya, Bali, Sleman, Wonogiri, Solo, Jogya, Sleman, Sumedang, Gombong, Purworejo, Banten, Kudus, Ungaran, Purworejo, Jombang, Boyolali. Ngawi, Sidney Australia, Boyolali, Amerika, Makasar, Klaten, JAKARTA...hai..., Mojokerto, Sijunjung Sumatra Barat, Sukabumi,
Salam hangat dari Solo Terimakasih atas perhatian dan support yang selalu menguatkan saya. Aamiin atas semua harap dan do'a.
Trimakasih Bu Tien... Always best wishes utk Bu Tien serta penggemar, salam sehat bahagia dr Madiun yg sllu setia hadir.
DeleteLembar koreksi:
Delete1. “Tetaplan disini menemani Mirah. Mirah anak baik, aku yang bersalah.”
# "Tetaplah disini.....
2. Ketika Danang kesana dia sedang belajar bersama Tanti,” kata Danang panjang lebar menceriterakan keadaan Tanti kepada ibunya.
# Ketika Danang kesana dia sedang belajar bersama Widi,” kata Danang panjang lebar menceriterakan keadaan Tanti kepada ibunya.
Matur nuwun Bu Tien, sampun dipun keparengken nderek nginceng blogspot tienkumalasari22.
Namung menika koreksinipun lan taksih wonten 2-3 Mirah tertulis MIrah.
Sugeng Dalu.
Alhamdulillah.......
DeleteYang ditunggu tunggu sudah hadir
Matur nuwun sanget Ibu Tien,
Semoga sehat selalu dan tetap semangat.
Salam seroja (sehat rohani jasmani) dari Cilacap.
Alhamdulillah SANG PUTRI 20 sudah tayang.
DeleteMatur nuwun mbak Tien Kumalasari, semoga mbak Tien tetap sehat, bahagia dan selalu dalam lindungan Allah SWT. Aamiin Yaa Robbal Aalamiin.
Salam hangat dari Karang Tengah Tangerang.
Besok lagi ya.. .
Sabar Palupi,, sabaaaarrr ,, ini ujian,, sabarrrrrrr
DeleteDuh...apa yg akan terjadi yaa...deg degan...
ReplyDeleteMatursuwun buTien salam hormat dari lembah Tidar
ReplyDeleteAlhamdulillah, malem Ahad ditemani Widi dan Tanti.
ReplyDeleteMatur nuwun Bu Tien, Sutrisno njenengan saking Jember tansah ngantu-antu babare lelakon Palupi.
Mugi2 njenengan pinaringan bagas waras tinebihna saking bala', penyakit.
Aamiin.
Wah...matur nuwun mbak tien-ku... Lupi kepada Priyambodo , apa besuk 'dibongkar' lagi pasangannya...Hem hem manut sajalah dg dalangnya.
ReplyDeleteSalam sehat dari sragentina mbak Tien .
Trims bu tien. Bisa tidur pulas nih
ReplyDeleteAlhamdulillah yg ditunggu2 sdh hadir mksh Bu Tien salam sehat selalu
ReplyDeleteWaduhh....kenapa Palupi malah kabur ke rumah Priambodo ya....kasihan Bintang yg baru merasakan pelukan ibunya kalu orang tuanya benar2 harua berpisah....hanya mbak Tien yang punya cerita yg tau gimana kelanjutannya....sugeng istirahat mbak Tien..salam sehat dari Situbondo
ReplyDeleteMatur nuwun mbak Tien
ReplyDeleteSalam sehat dati Batang
Hallo jg mbak Tien..sehat selalu yaa..
ReplyDeleteTrimakasih SP20...wah makin deg2 plas ni..palupi hatinya terbuka sedikit buat bintang malah langsung pergi kermh nanda..
Danang mulai jatuh cinta..
Semoga semua baik2...lanjuut mbak Tien..
Salam dari bandung..setia menunggu lanjutan SP..🙏😊
Terima kasih..semoga kedadaran Palupi menggugah Handoko untuk tidak.menceraikan..aamiin
ReplyDeleteMatur nuwun... Mbak tien... ngikut sj alur mbak tien mau dibawa kemana...
ReplyDeleteSaya agak bingung... kenapa waktu Danang cerita ttg Tanti kepada ibunya, kok disebutkan Widi... ayahnya meninggal waktu Widi maaih kecil...
ReplyDeleteSalah ketik ya Mbak Tien... tapi gpp kami bisa mengerti kok maksudnya... slmt malam Mbak, smoga Mbak Tien selalu sehat ya. Salam seroja dari Semarang.
dia (pen-Tanti) sedang belajar bersama Tanti
DeleteGpp...yg penting pembacanya paham.
Semakin menarik cerita dari Bu Tien 👍👍👍
Hadir !!!
ReplyDeleteSP 20 selesai... kayaknya singkat sekali bacanya . Lagi seruuuu nih.
ReplyDeleteNuggu lagi SP 21.
Salam sehat dan terima kasih mbak Tien
Puji Tuhan, ibu Tien sehat, semangat dan produktip shg sp20 hadir cantik.
ReplyDeleteSemoga Palupi diterima baik oleh Handoko terutama untuk Nanda yg merindukannya.
Gpp juga sih kalau nanti berjodoh dg Priambodo, krn Palupi sdh berubah jadi baik.
Yustinhar Priok menunggu candake. Matur nuwun Berkah Dalem.
Sorry...
ReplyDeleteMaksut saya diterima oleh Priambodo.
Sorry...
ReplyDeleteMaksut saya diterima oleh Priambodo.
Puji Tuhan, ibu Tien sehat, semangat dan produktip shg sp20 hadir cantik.
ReplyDeleteSemoga Palupi diterima baik oleh Handoko terutama untuk Nanda yg merindukannya.
Gpp juga sih kalau nanti berjodoh dg Priambodo, krn Palupi sdh berubah jadi baik.
Yustinhar Priok menunggu candake. Matur nuwun Berkah Dalem.
Matur suwun sanget Bu Tien,🙏🙏🙏terbengkalai beberapa episod jadi ngebut bacanya😀😀🙏🙏salam sehat selalu
ReplyDeleteAh palupi... sang putri ini masih belum bisa jadi putri sejati. Tapi justru kalau langsung insaf jadi aneh sih... plus langsung habis deh ceritanya...
ReplyDeleteBismillah, tetap sehat ya bu...
Alhamdulillah sudah tayang episode 20
ReplyDeleteTerimakasih bu Tien Cerbung nya
Semoga ibu Tien selalu sehat wal'afiat dan bahagia bersama keluarga tercinta aamiin
Kutunggu kelanjutannya ya bu Tien
Salam sehat dan hangat dari Salamah Purworejo
Matur nuwun bu Tien...🙏
ReplyDeletesampai tidak bisa tidur menunggu part 20..
Salam taklim dari kota Malang.
Baca episode 20 kok cepet selesai ya apa ada yang salah? Jadi pengen baca episode 21 tapi hrs sabar nunggu..sehat terus ya bu Tien
ReplyDeleteLanjut mb Tien makin penasaran siapa berjodoh siapa..slm seroja
ReplyDeleteTerima kasih bunda..
ReplyDeleteSalam sehat..Gbu
SP 20 selesai... kayaknya singkat sekali bacanya . Lagi seruuuu nih.
ReplyDeleteBingung...
Mau dibawa kemana sama bu Tien
Nuggu lagi saja
Salam sehat dan terima kasih bu Tien
Reply
Assalamualaikum wr wb.. Slmtpgii mba Tien sayang.. Alhamdullilah sp 20 dah hadir.. Seruuu dan penasaran dgn alur cerbung ini.. Ditgu sp berikutnya dan berakhit dgn bahagia semuanya.. Slmseroja dri sukabumi y mba.. Muuaacchhh🥰🥰
ReplyDeleteSemakin seru Palupi terlambat sadar, semoga dia bisa berbahagia dengan Priyambodo dan Nanda yg sudah menganggapnya ibu.mirah dengan Handoko, Widi dan Rian, Danang dengan Tanti.
ReplyDeletePenasaran nih ... Apa Palupi balikan sama Handoko atau sama Priyambodo? Makasih mba Tien. Salam hangat selalu
ReplyDeleteTrims ceritanya udah hadir.bu tien....
ReplyDeleteAduh akankah pri sama palupi...danang sama tanti dan handoko sama palupi hihihi yg tau hanya bu tien....d tunhgu cerita selankutnya...tris bu tiēn sehat selalu salam hangat dari jogja
Suwun mb Tien deg degan membacanya...emang mb Tien pandai mengaduk aduk hati pembacanya.....
ReplyDeleteTop markotop.....salam sehat dr blora....🙏
Bunda Tien.... aku ikut menangis, ikut merasakan betapa hancur hatinya Palupi yg akhirnya diberi kesadaran, bahwa buah hati semata wayang-nya dengan kepolosan dan tulus murni, menghapus air mata ibu yang tidak pernah memperhatikannya. Begitupun Palupi diberi kesadaran, bahwa Mirah juga tulus ikhlas menyayangi ndara putrinya.
ReplyDeleteBoleh dong saya berharap: semoga rasa sakit yg dirasakan itu, pada akhirnya nanti membuahkan kebahagiaan untuk Palupi, Handoko, Bintang dan juga Mirah.
TERIMA KASIH ya, Bunda Tien. Semoga Bunda Tien senantiasa selalu dalam perlindungan dan kebahagiaan dari ALLAH SWT. ♥️������
Makin seru alur ceritanya..
ReplyDeleteHanya Eyang ti yang tau nih..
Makasih eyang
Sehat selalu ya buat Eyang dan kluarga
Alhamdulillah sdh baca sp 20 , trimakasih bu tien, rasanya semakin tak sabar ingin tahu kelanjutan ceritanya keluarga handoko n palupi ..... kita tunggu saja episode berikutnya, semoga bu tien n kelg sehat2 selalu
ReplyDeleteSalam sehat dari mojokerto
Mbak Tien, seperti kakek Habi juga saya merasakan ada alur yang nggak nyambung di paragraf ini :
ReplyDeleteTidak bu, orang tuanya Widi itu tinggal ibunya saja, bapaknya sudah meninggal ketika Widi masih kecil. Ibunya bekerja keras untuk menyekolahkan Widi.”
“Bekerja dimana ibunya ?”
“Danang nggak menanyakan itu bu. Tapi ibu perlu tahu sebelumnya, dia itu gadis biasa. Maksudnya gadis sederhana, bukan anak orang kaya. Itu Danang lihat dari rumahnya yang kecil sederhana tapi bersih dan rapi. Ibunya bekerja, Tanti, nama gadis itu, sendirian dirumah, dan pergi hanya kalau kuliah. Ketika Danang kesana dia sedang belajar bersama Tanti,” kata
Memang kita paham tetap bisa mengerti, tetapi sedikit mengganjal ditinjau dari alur cerita
Ngapunten mbak Tien, cuma bisa mengoreksi.
Nuwunb....salam sehat
Alhamdulillah, meskipun agak terlambat. Suwun mbak Tien dr Bekasi setia menunggu ... Salam sehat sejahtera sll
ReplyDeleteMaturnuwun ibu Tien..
ReplyDeleteKnp Palupi seakan2 tdk memperjuangkan klrgnya?pdhl msh ada cinta kan utk Handoko dan Bintang?
Sy tunggu si episode selanjutnya,tambah penasaran..,
Salam sehat,juga utk penggemar cerbung semua 🙏
Hatinya terbiasa keras, jadi sulit untuk surut ....
DeleteIya,mana dpt pujian sbg org baik oleh Priambodo
DeleteApakah Palupi ditakdirkan untuk melengkapi keluarga Priyambodo....?
ReplyDeleteSalam sehat selalu mbak Tien
Swn MB Tien SP 20 sdh tayang...
ReplyDeleteBikin penasaran ...gmn ya episode berikutnya
Salam sehat mb Tien
YulieslemanSendowo
Tidak bu, orang tuanya Widi itu tinggal ibunya saja, bapaknya sudah meninggal ketika Widi masih kecil. Ibunya bekerja keras untuk menyekolahkan Widi.”
ReplyDeleteMbak Tien, mungkin perlu diedit sedikit :
Tidak bu, orang tuanya tinggal ibunya saja, bapaknya sudah meninggal ketika dia masih kecil. Ibunya bekerja keras untuk menyekolahkannya.”
Danang kesana dia sedang belajar bersama Tanti,” kata
Danang kesana dia sedang belajar bersama Widi,” kata
Nuwun Mbak Tien .....
Mksh bu tien....jd ikut sedih, smg palupi sadar, jd baik dan kmbali bersama keluarga tercinta...sehat selalu bu tien
ReplyDeleteTetima kasih bu Tien...SP 20
ReplyDeletesalam sehat buat bu Tien dan fans
Mungkinkah Palupi nantinya bersama Priyambodo, Danang dgn Tanti, Handoko bisa dgn Mirah atau yg lain...sy menunggu Bu Tien meracik cerita ini agar lbh menarik lagi. Semoga Bu Tien tansah pinaringan kasugengan, karahayon, dan hidayah Allah Swt. Maturnuwun Bu Tien, salam sehat dari Pondok Gede..
ReplyDeleteBunda, terima kasih.
ReplyDeletePalupi baru nyadar, eh.... Handoko.....
Lanjutkan bunda.......,,,,,,,,,
Terima kasih mbak tien cerbung nya, saya jadi makin bingung ending nya. Apa mungkin palupi bisa diterima priambodo? Kan almh istri priambodo biasa kerja sendiri, sedangkan palupi tdk biasa kerja?
ReplyDeleteSalam sehat mbak tien. Tuhan selalu memberkati mbak Tien sekeluarga. Amin.
Alhamdulillah..
ReplyDeleteMtur swun bun....
Mugi2 tansah rahayu...
Alhamndulillah...terimakasih mbak tien.
ReplyDeleteSehat selalu
Ibu Tien bagaimana nih, saya terlambat ngikutin. Mohon saya dikirimin yang no.21 keatas. Atau teman-teman yang lain bisa mbantu?...He..he...hee katrok nih gue...
ReplyDeletePasang nama dan no hp
DeleteIni siapa ya.
DeleteTienkumalasari22.blogspot.com
DeleteBenar. Bagusnya sebutkan nama supaya bisa saling kenal
DeleteIni baru episode 20....kok minta dikirimi 21 ke atas ya...kalu mau lihat epidode sebelumnya bisa dipencet tanda panah sebelah kanan di bawah kolom utk penulisan komen
DeleteBetul bu in..saya tadi mau komen begini juga..ternyata bu in udah lebih dulu.hehe
DeleteSemoga palupi sgr menyadari kesalahannya dan handoko mau memaafkan palupi, menerima kmbli dan memulai dari awal lg...hidup berbahagia bersama anak semata wayangnya, amin!
ReplyDeleteSetujuuuu😊👍
DeleteSetujuuuu😊👍
DeleteSang putri belum muncul ya...
ReplyDeleteSemoga bu Tien sehat2 selalu...
Terima kasih Bu Tien....
ReplyDeleteSemoga tetap semangat dan sehat selalu....Aamiin