SANG PUTRI 19
(Tien Kumalasari)
Palupi tertegun, anak kecil yang entah darimana datangnya ini tiba-tiba merangkul lehernya dengan erat. Dan tanpa sengaja Palupi mengelus punggungnya lembut. Kehangatan yang merayapinya membuatnya trenyuh. Apakah anak ini salah orang, ataukah sedang merindukan ibunya? O.. alangkah nyaman rasanya dirindukan.
Lalu Palupi menoleh kekanan kiri, apakah ada orang kehilangan anak? Palupi menarik kepala anak itu, tapi dekapan pada lehernya terasa semakin kencang. Tampaknya anak itu tak mau melepaskannya.
Tiba-tiba terdengar langkah-langkah kaki mendekat. Seorang laki-laki yang kemudian berteriak.
“Nanda... aduuh, ma’af mbak.. “
Palupi menatap laki-laki muda itu, yang kemudian mengulurkan tangannya ingin meminta anak yang digendongnya. Palupi berusaha melepaskan rangkulan Nanda, tapi terdengar ia menangis.
“Aku mau ibu.. aku mau ibu....” tangisnya.
Seketika Palupi teringat akan Bintang... ‘aku mau yu Mirah... aku mau yu MIrah...’ lalu hati Palupi terasa seperti disayat ratusan sembilu. Anak kandungnya .. hanya mau yu Mirah.. tapi anak ini ...
“Ma’af mbak.. “
“Ini anaknya mas ?”
“Iya.. sebulan yang lalu dia kehilangan ibunya.. “
“Ohh... lalu dia mengira saya ibunya... kasihan..”
“Nanda, sini.. itu bukan ibu.. ayo sama bapak saja..”
Pelukan Nanda semakin erat, Palupi tak tega melepaskannya paksa.
“Biarkan saja dulu mas.. kasihan..”
Laki-laki itu menampakkan wajah sedih.
“mBak sangat baik.. terimakasih mbak..”
Palupi menatap laki-laki itu.. Terkejut mendengar pujiannya. Selama ini belum pernah ada yang memujinya kecuali Danang. Itupun tidak karena menganggap dia baik. Danang selalu bilang dirinya cantik. Tapi laki-laki ini mengatakan bahwa dirinya baik. Aduhai,
Lalu keduanya melangkah kepinggir.
“Nanda mau digendong bapak?” tanya laki-laki itu lagi, tapi Nanda menggeleng keras dan tetap memeluk leher Palupi.
“Ibu... Nanda mau es krim...”
“Oh, baiklah.. ayo kita beli es krim, sini, gendong bapak..”
“Nggak mau.. sama ibu.. sama ibu..”
“Baiklah, sama ibu ya..?” kata Palupi
“Aduh mbak.. bagaimana ini.. pasti mbak sedang punya keperluan lain..lalu anak saya mengganggu.”
“Tidak, saya hanya sedang jalan-jalan. Biarkan saja, saya suka. Ayo kita cari warung es krim,” ajak Palupi. Seketika Nanda melepaskan pelukannya.
“Gendong bapak yuk..”
Nanda menggeleng lagi.”
“Kasihan ibu, kamu kan sudah besar.. masa minta gendong..”
Nanda menatap Palupi, tampaknya ingin bertanya, apakah “sang ibu” keberatan. Tapi dilihatnya Palupi tersenyum.
“Kita beli es krim?”
“Mauu.. mau...” teriak Nanda sambil berjingkrak, membuat Palupi terhuyung.
“Lihat, ada warung es krim,” teriak Palupi.
Palupi melangkah kearah warung dengan ringan. Sesungguhnya Palupi sedang butuh teman, sehingga ajakan si kecil membuatnya senang.
Bapak Nanda yang kelihatan sangat sungkan.
“Sungguh saya minta ma’af mbak..” katanya setelah duduk berhadapan diwarung itu.
“Tidak apa-apa, saya juga sedang tidak punya pekerjaan,” jawab Palupi yang kemudian mendudukkan Nanda di kursi sebelahnya.
“Apakah wajah saya mirip ibunya?” tanya Palupi setelah memesan es krim permintaan Nanda.
Laki-laki itu menatap Palupi agak lama, membuat Palupi tersipu.
“Tidak persis, tapi ada miripnya, terutama postur tubuh mbak.. seperti postur tubuh isteri saya. Ma’af. Itu sebabnya Nanda mengira mbak adalah ibunya. Oh ya, nama saya Priyambodo. Bolehkah saya tahu nama mbak?”
“Saya Palupi.”
“Bapak, es krimnya ..” pekik Nanda ketika pesanan dihidangkan.
Tiba-tiba Palupi merasa seperti berada dalam sebuah keluarga. Ada suami, ada isteri, ada anak. Begitu bahagia.
“Dimana bahagiaku?” Kata hati Palupi.
Lalu dia sadar bahwa sedang berada diantara orang-orang asing yang bukan keluarganya. Dan tiba-tiba juga dia merasa rindu kepada anak semata wayangnya.
“Ibu, es krimnya enak...” Palupi menoleh kesamping, dilihatnya Nanda asyik menyendok es krim kesukaannya.
“Oh, iya Nanda.. enak.”
“Rumah mbak Palupi dimana ?”
Palupi diam, dimanakan rumahnya? Apakah Handoko masih mau mengakui bahwa disana juga rumahnya? Kata-kata yang diucapkannya menyiratkan bahwa dia akan menceraikannya.
“Entahlah...” lalu ucapan yang hanya sepatah itu keluar begitu saja.
Priyambodo menatapnya heran.
“Entahlah?”
Palupi menampakkan wajah sedih. Lalu Pri menyesal menanyakannya.
“Ma’af mbak. Bukan maksud saya untuk membuat mbak bersedih. Sepertinya.. sedang..”
“Sedang ada masalah mas, saya memang lagi butuh teman. Saya senang ketemu Nanda,” kata Palupi sambil mengelus kepala Nanda.
“Ibu tidak makan es krimnya?”
“Oh iya.. ibu lupa, baiklah, ayo kita makan es krimnya..” kata Palupi sambil menyendoknya.
Priyambodo terus menatap wajah cantik yang tampak menderita itu dengan rasa iba.
“Suami saya akan menceraikan saya.”
“Oh, mbak sudah bersuami?”
“Saya punya anak sebesar Nanda.”
“Mengapa harus bercerai mbak, bukankah anak adalah anugerah yang tak ternilai?”
Palupi tak bisa menjawabnya. Ia merasa tak pernah dekat dengan anaknya....”aku mau yu Mirah... aku mau yu Mirah”... manakala terngiang kembali ucapan anaknya, hanya amarah yang membakar jiwanya, lalu semuanya menjadi tak terkendali.
“Ma’af mbak..” lagi-lagi Pri meminta ma’af.
Palupi tersenyum, dan menggeleng-gelengkan kepalanya.
Seribu pertanyaan memenuhi benak Priyambodo. Orang secantik Palupi, apa yang kurang dari dirinya sehingga pernikahan yang sudah melahirkan seorang anak harus bercerai? Suaminya selingkuh?
“Ibu, nanti Nanda mau makan disuapi ibu ya.?
Palupi bingung. Mau makan dimana?
“Nanda jangan nakal, ibu pasti capek, nanti disuapin bapak saja.”
“Nggak mau.. nggak mau.. aku mau ibu..”
Lalu terngiang kembali ditelinga Palupi... “aku mau yu Mirah.. mau yu Mirah..”
Sementara anaknya sendiri tak mau dekat dengan dirinya, ada anak lain yang tak mau lepas dari dirinya. Ada apa ini?
“Ma’af mbak..” entah sudah berapa kali Pri mengucapkannya.
"Rumah mas Pri dimana ?”
“Tidak jauh dari sini mbak, pertigaan itu kekiri. Ada sebuah toko kelontong, disitu kami tinggal. Tadi saya mengajak Nanda jalan-jalan, lalu saya tertarik melihat penjual jamu, tanpa sadar Nanda lepas dari saya dan bertemu mbak.”
“Oh, itu tadi, tapi saya senang kok bertemu Nanda.”
“Tapi dia merepotkan mbak bukan, saya bingung harus apa nanti membujuknya supaya dia mau melepaskan diri dari mbak.”
“Saya akan mengantarkannya sampai kerumah.”
“Bapak, bolehkan es krimnya tambah lagi?”
“Nanda, tadi kan sudah banyak, besok kita beli lagi ya.”
“Besok sama ibu lagi kan?”
Aduuh, Pri bingung menjawabnya.
Tapi siang itu Palupi bersedia makan siang bersama Pri dan Nanda, lalu mengantar sampai kerumahnya.
Namun tanpa sepengetahuan mereka dua pasang mata mengawasi mereka dengan penuh tanda tanya.
***
Rumah Priyambodo tidak begitu besar, didepannya ada toko kelontong yang lumayan, dan ditunggui oleh dua orang pegawai.
“Itu toko punya mas Pri?”
“Iya, hanya kecil-kecilan. Sekarang saya hanya hidup dari penghasilan toko itu. Memang tidak banyak, tapi cukup untuk hidup bersama anak saya.”
“Bagus, tampaknya rame tokonya,” kata Palupi ketika melihat banyak pembeli ditoko kecil itu.
“Biasanya saya juga ikut menunggui toko, tapi semenjak isteri saya meninggal, saya harus sepenuhnya memperhatikan Nanda. Dia selalu rewel mencari ibunya. Dia diam ketika saya mengajaknya jalan-jalan. Tapi setelah sampai dirumah biasanya dia kembali rewel.”
Palupi mengamati rumah kecil yang tertata rapi. Dimana-mana tampak bersih.
"Ada pembantu disini?”
“Tidak, saya sendiri membersihkan rumah. Kalau untuk makan saya biasanya beli saja.”
“Mengapa tidak mencari pembantu?”
“Isteri saya tidak suka pembantu. Dia mengerjakan semuanya sendiri. Membersihkan rumah, belanja, memasak, mengasuh Nanda, terkadang saya kasihan melihatnya, tapi dia bilang senang melakukannya.”
Palupi tertegun. Membersihkan rumah, belanja, memasak, mengasuh anak. Tiba-tiba dia membandingkannya dengan dirinya. Dia adalah Sang putri, sang ratu yang harus dilayani. Dan disini, ia melihat sebuah keluarga bahagia, dimana ketika masih hidup sang isteri melakukan semuanya sendiri, dan bilang bahwa dia senang melakukannya.
Palupi menatap foto Priyambodo dan seorang wanita cantik, mengamatinya dengan seksama dan membandingkan apakah wajahnya mirip dengan dirinya.
Memang agak mirip. Tinggi semampai dan cantik. Tak heran Nanda mengira dia adalah ibunya.
“Sepasang suami isteri yang bahagia,” gumam Palupi. Lalu Palupi jadi ingat, sudah lama dia tak melihat foto dirinya dan Handoko yang dipajang sangat besar disudut ruangan tamu. Kemana foto itu? Palupi tak tahu bahwa Handoko telah membuang foto itu kegudang ketika merasa kesal dengan dirinya.
“Inilah rumah sederhana kami mbak Lupi,” kata Pri.
“Ibu, bukankah Nanda harus cuci kaki dan ganti pakaian?” kata Nanda tiba-tiba.
“Oh iya, sini sama bapak.”
“Sama ibu saja..” rengek Nanda. Dan Nanda kemudian menarik Palupi kekamar mandi. Palupi hanya menurut, dan dengan kikuk ia melepaskan Baju Nanda lalu mengguyurnya dengan air.
“Mengapa tidak disabun dulu bu?”
“Oh, iya.. ibu lupa.” Palupi bukannya lupa tapi memang tak tahu cara membersihkan tubuh seorang anak.
Ketika memasuki kamar Nanda lalu mengambilkan baju yang tentu saja ditunjukkan Nanda, Palupi banyak berfikir tentang sebuah keluarga. Inikah yang dimaksud suaminya? Selama ini ia merasa harus dilayani, tak mau mengerjakan semua pekerjaan rumah tangga yang dianggapnya seperti pembantu.
Ketika Nanda sudah rapi, Palupi kembali keruang tamu, dan Pri sudah menyiapkan segelas jus mangga yang harum dan segar.
“Silahkan diminum mbak.”
Tapi tiba-tiba Nanda yang sejak tadi diam mendengar pembicaraan mereka, merasa aneh karena bapaknya memanggilnya mbak.
“Mengapa bapak memanggil mbak? Bukannya ibu?”
Priyambodo terkejut, rupanya Nanda memperhatikan. Ia benar-benar tak bisa menjawabnya.
“Nanda, sebenarnya ibu ini bukan ibunya Nanda,” kata Palupi.
“Tidaak, ibu adalah ibuku..” lalu Nanda tiba-tiba mendekat dan merangkul Palupi erat-erat.
Palupi menepuk punggung Nanda lembut.
“Oh iya, bukankah ini sa’atnya Nanda tidur? Ayo tidur , anak pintar.”
“Ibu, ayo tidur sama ibu.”
Palupi membawa Nanda kekamarnya dan berbaring disebelah Nanda,
“Mengapa ibu tidak menepuk-nepuk pantat Nanda?”
“Oh, iya ibu lupa..”
Lalu Nanda tertawa.
“Dari tadi ibu lupa terus.”
Palupi bersiap pergi setelah Nanda tidur. Tapi sebelum pergi Palupi meninggalkan nomor kontaknya kepada Pri.
“Ini nomor kontak saya mas, kalau Nanda rewel, mas boleh menelpon saya.”
“Terimakasih banyak mbak. mBak Palupi sungguh baik. Saya belum pernah bertemu orang sebaik mbak.”
Lagi-lagi Palupi tertegun. Pujian bahwa dirinya baik sangat mengusik hatinya, tapi membuatnya senang.
***
“Tadi Palupi sama siapa, kok kamu tidak menyapanya?” tanya Ryan kepada Widi ketika mereka makan siang bersama.
“Kalau aku menyapa nanti mbak Palupi sungkan dong. Tapi siapa ya mereka? Dengan seorang anak kecil pula, tadinya aku mengira dia Bintang, tapi ternyata bukan, anak itu agak kurusan sedikit.”
“Jangan-jangan itu pacar baru Palupi.”
“Nggak tahu aku mas, mungkin juga. Tapi tampaknya memang rumah tangga mas Handoko itu kok semakin tidak karuan.”
“Mungkin karena Palupi sudah punya pacar baru.”
“Wah, bisa gawat kalau mas Handoko tahu.”
“Kamu ingin mengatakannya pada mas Handoko?”
“Tidak mas, jangan, nanti ribut lalu aku yang merasa bersalah.”
“Kalau keterusan bagaimana?”
“Kalau itu memang maunya mbak Palupi, mau bagaimana lagi? Ya sudahlah, kita nggak usah ikutan. Tapi aku juga kasihan sama mas Handoko.”
“Iya benar. Ya sudah, kamu kan mau mengerjakan tugas akhir kamu, nggak usah terlalu banyak ikut campur, nanti mengganggu konsentrasi kamu.”
“Iya sih.”
“Sekarang aku harus mengantar kamu kemana nih?”
“Kerumah Tanti saja mas, tadi sudah janji mau kesana.”
“Baiklah.”
Tapi tiba-tiba ponsel Widi berdering.
“Ada apa mas?” tanya Widi.
“Kamu dimana ?”
“Dijalan. Ada apa?”
“Anterin kerumah Tanti yuk.”
“Anterin kerumah Tanti? Kayak anak kecil saja harus dianterin.”
“Kan aku belum pernah Widi, nanti kalau sudah sekali ini selanjutnya aku mau kesana sendiri.”
“Eh, aku beri tahu ya mas, sa’at ini kami sedang mengerjakan skripsi, jadi jangan mengganggu,” kata Widi dengan galak.
“Aduh, galak amat sih. Kan cuma mau ketemu sebentar.”
“Biar sebentar juga namanya mengganggu, tahu.”
“Sebentar saja Widi, tolong, percayalah aku tidak akan mengganggu.”
“Ya sudah, ini aku lagi mau jalan kesana.”
“Oh ya, sip kalau begitu, aku kan sudah tahu gang yang mau masuk rumahnya, aku tungguin disana ya. Kalau kamu yang datang duluan ya kamu tungguin aku.”
“Enak aja. Nggak mau, cari sendiri dari gang itu.” Lalu Widi menutup ponselnya dan tersenyum-senyum.
“Siapa?”
“Mas Danang, dia jatuh hati sama Tanti.”
“Oh..”
“Tapi aku sudah wanti-wanti agar dia tidak mempermainkan Tanti, dia itu kan mata keranjang.”
“Kalau yang tidak mata keranjang itu aku,” canda Ryan.
“Ah, yang benar.”
“Benar dong, begini-begini juga calon mertua belum mau menerima.”
“Sabar dong mas, kalau jodoh pasti kita akan dipertemukan.”
***
Palupi melangkah dengan ringan ketika keluar dari sebuah toko mainan. Ia membelikan beberapa mainan yang kira-kira disukai Bintang. Pertemuannya dengan Nanda membuatnya ia ingat akan anak semata wayangnya. Keadaan keluarga Priyambodo juga membuka mata hatinya akan sebuah keluarga yang harus mulai dibenahinya. Palupi menginjakkan kakinya diteras, dan melihat Handoko sedang duduk sendirian disana. Ia menatap Palupi sekilas, tapi kemudian pura-pura membuka ponselnya. Palupi mendekat, lalu duduk didepannya.
“Mas..”
Handoko mengangkat wajahnya yang dingin beku.
“Palupi, aku sudah memikirkannya masak-masak, rupanya kamu memang bukan seorang isteri dan ibu yang baik. Barangkali kamu akan lebih bahagia kalau terlepas dari aku. Aku sudah menyiapkan sebuah surat cerai untuk kamu, jadi bergembiralah.”
Palupi terpaku ditempatnya. Ia ingin menangis sekuat-kuatnya.
***
Besok lagi ya
Terima kasih mbak Tien ... SP 19 sdh hadir menghibur para penggemarnya.
ReplyDeleteSalam hangat kami dari Yogya.
Alhamdulillah sudah muncul. Maturnuwun mbakyu...komen dulu, baru baca 😂
DeleteMatur nuwun mbak tien-ku...
DeleteMungkin Lupi mau baikan sama Handoko ... Pri diberi 'ganti' yg lain...he he he...
Salam sehat dari sragentina mbak Tien . Slmt beristirahat .
Alhamdulillah...episode 19 ini membuat sy merasa kasihan sm Palupi...mbak Tien memang jawara mengaduk-aduk perasaan pembaca...sehat selalubya mbak Tien
DeleteDari tadi kok Ibu lupa teruuuusss,, Bukan lupa Leeee, tp ga pernah,,, apa2 Yu Mirah, Yu Mirah,,,, Ga cuma Bintang, Handoko juga mau Yu Mirah,,, ahaaaayyyyy
DeleteHallow mas2 mbak2 bapak2 ibu2 kakek2 nenek2 :
ReplyDeleteWignyo, Ops, Kakek Habi, Bambang Soebekti, Anton, Hadi, Pri , Sukarno, Giarto, Gilang, Ngatno, Hartono, Yowa, Tugiman, Dudut Bmbang Waspodo, Petir Milenium (wauuw), Djuniarto, Djodhi55, Rinto P. , Yustikno, Dekmarga, Wedeye, Teguh, Dm Tauchidm, Samiadi, Pudji, asi Garet, Joko Kismantoro, Alumni83 SMPN I Purwantoro, Kang Idih, RAHF Colection, Sofyandi, Sang Yang, Haryanto Pacitan, Pipit Ponorogo, Nurhadi Sragen, Arni Solo, Yeni Klaten, Gati Temanggung, Harto Purwokerto, Eki Tegal dan Nunuk Pekalongan, Budi , Widarno Wijaya, Rewwin, Edison, Hadisyah,
Sastra, Wo Joyo, Tata Suryo, Mashudi, B. Indriyanto, Nanang, Yoyok, Faried, Andrew Young, Ngatimin, Arif, Eko K, Edi Mulyadi,
Yustinhar. Peni, Datik Sudiyati, Noor Dwi Tjahyani, Caroline Irawati, Nenek Dirga, Ema, Winarni, Retno P.R., FX.Hartanti, Danar, Widia, Nova, Jumaani, Ummazzfatiq, Mastiurni, Yuyun, Jum, Sul, Umi, Marni, Bunda Nismah, Wia Tiya, Ting Hartinahyù, Wikardiyanti, Nur Aini, Nani, Ranti, Afifah, Bu In, Damayanti, Dewi, Wida, Rita, Sapti, Dinar, Fifi, Nanik. Herlina, Michele, Wiwid, Meyrha, Ariel, Yacinta, Dewiyana, Trina, Mahmudah, Lies, Rapiningsih, Liliek, Enchi, Iyeng Sri Setyawati , Yulie, Yanthi , Dini Ekanti, Ida, Putri, Bunda Rahma, Neny, Yetty Muslih, Ida, Fitri, Hartiwi DS, Komariah P., Ari Hendra, Tienbardiman, Idayati, Maria, Uti Nani, Noer Nur Hidayati, Weny Soedibyo, Novy Kamardhiani, Erlin, Widya, Puspita Teradita, Purwani Utomo, Giyarni, Yulib, Erna, Anastasia Suryaningsih, Salamah, Roos, Noordiana, Fati Ahmad, Nuril, Bunda Belajar Nulis, Tutiyani, Bulkishani, Lia, Imah P Abidin, Guru2 SMPN 45 Bandung, Yayuk, Sriati Siregar, Guru2 SMPN I Sawahlunto, Roos, Diana Evie, Rista Silalahi, Agustina, Kusumastuti, KG, Elvi Teguh, Yayuk, Surs, Rinjani, ibu2 Nogotirto, kel. Sastroharsoyo, Uti, Sis Hakim, Tita, Farida, Mumtaz Myummy, Gayatri, Sri Handay, Utami, Yanti Damay, Idazu, Imelda, Triniel, Anie, Padma Sari,
Hallow Pejaten, Sidoarjo, Garut, Bandung, Batang, Kuningan, Wonosobo, Blitar, Sragen, Situbondo, Pati, Pasuruan, Cilacap, Cirebon, Bengkulu, Bekasi, Tangerang, Tangsel,Medan, Padang, Mataram, Sawahlunto, Pangkalpinang, Jambi, Nias, Semarang, Magelang, Tegal, Madiun, Kediri, Malang, Jember, Banyuwangi, Banda Aceh, Surabaya, Bali, Sleman, Wonogiri, Solo, Jogya, Sleman, Sumedang, Gombong, Purworejo, Banten, Kudus, Ungaran, Purworejo, Jombang, Boyolali. Ngawi, Sidney Australia, Boyolali, Amerika, Makasar, Klaten, JAKARTA...hai..., Mojokerto, Sijunjung Sumatra Barat, Sukabumi,
Salam hangat dari Solo Terimakasih atas perhatian dan support yang selalu menguatkan saya. Aamiin atas semua harap dan do'a.
Terima kasih Bunda Tien, semoga Bunda sehat selalu Aamiin 😍😍😍
DeleteLembar koreksi:
Delete1. Bapak, es krimnya ..” pekik Nand ketika pesanan dihidangkan.
# pekik Nanda....#
2. Lalu dia sadar bahsa sedang berada diantara orang-orang asing yang bukan keluarganya.
# ... bahwa sedang....
3. Palupi diam, dimanakan rumahnya? Apakah Handoko masih mau mengakui bahwa disana juga rumahnya?
# ...dimanakah rumahnya?..
4. “Palupi, aku sudah memikirkannya masak-masak, rupanya kamu memang bukan eorang isteri dan ibu yang baik.
# ... bukan seorang istri...
Ya ini yang saya ceritakan di japri, katanya sdh diedit. Monggo matur nuwun sdh dijinkan baca sekaligus korektor.
Selamat malam.
Alhamdulillah SANG PUTRI 19 sudah tayang.
DeleteMatur nuwun mbak Tien Kumalasari, semoga mbak Tien tetap sehat, bahagia dan selalu dalam lindungan Allah SWT. Aamiin Yaa Robbal Aalamiin.
Salam hangat dari Karang Tengah Tangerang.
Sp sudah terbit .. terima kasih Bunda
DeleteLupi ingin berubah kayak nya..Aduuuhhhhh
alhamdulillah bunda terima kasih sudah hadir SP19. semoga bunda ttp sehat rohani dan jasmani,,,Aamiin,, salam hangat dari jmbg
ReplyDeleteTurut berduka atas wafatnya menantu jeng Nani Siba. Semoga diwafatkan dalam husnul khotimah. Aamiin
ReplyDeleteAamiin Allohumma Aamiin
Deletejaga kesehatan bunda,,,
ReplyDeleteAamiin,,,ya Allah
ReplyDeleteTrimaksh ibu...😊🙏bs tidur mlm ini...😄
ReplyDeleteCerita bikin sedih, berita kematian juga bikin sedih. Semoga palupi dan handoko bersatu, kasian bintang. Semoga yang wafat husnul khotimah. Semoga bu Tien sehat selalu. Aammmiiin ya robbal alamin
ReplyDeleteWaduh...Handoko dudah menyiapkan berkas surat cerai...padahal Palupi baru menyadai kesalahannya. Semoga Handoko masihmau memaafkannya. Salam sehat dan terima kasih mbak Tien
ReplyDeleteTerimakasih mba Tien SP19 dah hadir....
ReplyDeleteAlhamdulillah yg ditunggu2 sdh hadir mksh Bu Tien
ReplyDeleteNah, rasain lu Palupi... siap2lah menghadapi kenyataan utk dicerai Handoko kalo kamu gak bisa merubah sikapmu utk menjadi seorang ibu yg baik.
ReplyDeleteTerima kasih Mbak Tien sayang... smoga Mbak Tien selalu diparingi sehat. Salam seroja selalu dari Semarang.
Puji Tuhan, ibu Tien tetap semangat dan produktip.
ReplyDeleteWah... Mulai ada titik2 terang untuk semua bahagia.
Palupi, Nanda, Priambodo
Bintang, yu Mirah dan bpk ganteng.
Tanti - Danang
Widi - Rian
Ibu Tien memang jagonya bikin cerita yg gemesin dan bikin penasaran.
Yustinhar nunggu lanjutnya. Matur nuwun Berkah Dalem.
Puji Tuhan, ibu Tien tetap semangat dan produktip.
ReplyDeleteWah... Mulai ada titik2 terang untuk semua bahagia.
Palupi, Nanda, Priambodo
Bintang, yu Mirah dan bpk ganteng.
Tanti - Danang
Widi - Rian
Ibu Tien memang jagonya bikin cerita yg gemesin dan bikin penasaran.
Yustinhar nunggu lanjutnya. Matur nuwun Berkah Dalem.
Alhamdulillah SP 19 dah muncul, saatnya membaca sebagai Pengantar tidur.
ReplyDeleteMakasih Bunda dan met istirahat.
Semoga Bunda selalu sehat dan tetap terus berkarya.
Salam dari kami
Selamat malam Bu Tien terimakasih eps 19 yg dinanti telah terbit dan ada tokoh baru Priyambodo. Semoga semua bisa happy ending. Salam sehat dan bahagia buat Bu Tien dan keluarga...Aamiin
ReplyDeleteSelamat malam Bu Tien, saya termasuk penggemar novel nya....semoga sehat selalu
ReplyDeleteSelamat malam Bu Tien terimakasih eps 19 yg dinanti telah terbit dan ada tokoh baru Priyambodo. Semoga semua bisa happy ending. Salam sehat dan bahagia buat Bu Tien dan keluarga...Aamiin
ReplyDeleteHmm, perhatian itu kayanya yang dimaksud bisa menyentuh hati ya..
ReplyDeletememang perlu sedikit cerdas, repot juga kalau telmi, bisa jadi teller
iya kayane, tapi jare bijak ya memberi kesempatan tho.. genah ego ne lagi pada mumpluk..
ass embuh manut dalange
nanang sedeku maneh
Halo jg mbak Tien..
ReplyDeleteTrimakasih SP-19...bikin deg1 plas.
Nah looo palupi..mau rencana baik2 malah disiapin drt cerai...
Ditunggu lanjutannya mbak Tien..sptnya ini agk2 pnjang yaa..
Salam.sehat dati bandung.
Matur nuwun... Sehat selalu
ReplyDeleteMatur nwn bu Tien.. SP 19
ReplyDeleteHaduh Palupi kasihan banget.. Pas sdh menyadari kesalahannya.. Handoko malah mau menceraikan
Akan kah Handoko menerima lg jika Palupi ingin memperbaiki kesalahannya
Kita tunggu di SP selanjutnya
Salam sehat buat bu Tien dan fans
ayo perbaiki Lupi, masih bisa diselamatkan
ReplyDeleteTerlambat sdh Palupi menyadari kesalahannya.. sygnya Handoko sdh mengambil keputusan... Akankah Bintang bs jd penyelamat? Atau spt bbrp pendapat pembc menjd kmkn bbrp pasangan merajut masa depan baru? Ditunggu bsk ya mb Tien... Slm seroja utk mb Tien dan kita semua
ReplyDeleteAlhamdulillah .....trmksh mb Tien...
ReplyDeleteJaga kesehatan......dan smg srhat sll.
Salam hangat dr blora......🙏
Alhamdulillah, suwun mbak Tien. Tetap sehat, tetap semangat, yeruslah berkarya. Barokallohu fiik
ReplyDeleteMaturnuwun bu Tien, sdh ikut baca, jaga kesehatan ya bu Tien
ReplyDeleteTerima kasihbu.. di saat Palupi mulai sadar akan dirinya malahan Handoko mau menceraikan. Bisa tidak ya ditututi?
ReplyDeleteMatur nuwun bu Tien akan hiburannya, semoga sehat selalu...🤗
ReplyDeletePalupi mulai menyadari akan tugas seorang ibu, mudah2an tidak terlambat..😫
Selalu menunggu kelanjutannya...😍
Wah jangan balik sama Palupi dong bun, kasihan yu Mirah.
ReplyDeleteBiar sama Priambodo saja deh...☺
Matur nuwun bu Tien..salam taklim dari kota Malang..🙏
Waaah...tambah menarik ceritanya Bu 👍
ReplyDeleteTapi mau formasi Handoko-Bintang-Mirah & Priambodo-Nanda-Palupi maupun Handoko-Bintang-Palupi & Priambodo-Nanda-Mirah, yang penting mereka semua mendapatkan kebahagiaan...
Aduh palupi baru mau sadar kesalahanya ee surat cerai udah d siapkan handoko
ReplyDeleteSemoga keluarga hanđoko palupi bisa d perbaiki....třims bu tien sehat selalu
Salam hangat dari joğja
Alhamdulillah Palupi udah mulai menyadari kesalahannya... Semoga Handoko bisa memaafkannya... Keluarga mereka menjadi keluarga yang utuh dan samawa...
ReplyDeleteTerima kasih mbak Tien... Salam sehat selalu
Terima kasih mb Tien..ceritanya membuat deg2an..ditunggu lanjutannya..salam hormat..
ReplyDeleteLupi ingin berubah...
ReplyDeleteTapi. Aduuuhhhhh
Bagaimana sikap Palupi mendpt surat "C" dr Handoko?msh adakah kesempatan utk memperbaiki semuanya?...ditunggu kelanjutan critanya, maturnuwun ibu Tien,tetaplah sehat,salam hangat utk seklrg,juga utk penggemar cerbung semua 🙏
ReplyDeleteMelalui blog ini,sy ikut berdukacita atas berpulangnya menantu dr ibu Nani Soba,semoga almh diterima ditempt yg terindah disisiNya,dan klrg yg ditinggalkan tabah dan ikhlas,aamiin
ReplyDeleteWaduh....Lupi pasti langsung pingsan...
ReplyDeleteSmoga kesadarannya yg blom terlambat utk memperbaiki..bisa diketahui Handoko
Salam sehat mbTien..
Dr YulieslemanSendowo
Alhamdulillah bu tien sang putri 19 sdh tayang ...... ceritanya semakin wooww .... membawa pembaca ke perasaan sedih, gemes, kasihan ...... macem2 lah pokoknya , kita tunggu saja episode berikutnya ..... semoga bu tien n keluarga selalu sehat2
ReplyDeleteSalam dari : mojokerto
Slmt pgii mba Tien sayang.. Metweekend y.. Mksih sp 19 nya.. Sangat.. Sangat menghibur sekali.. Senang. Sedih. Kesal tapi semuanya bikin hati senang klw sp muncul.. Slmtseroja dri sukabumi y mba tien.. Muuaacchh🥰🥰
ReplyDeleteSemakin seruu nih. Makasih mba Tien. Salam sehat selalu
ReplyDeleteSemakin seruu nih. Makasih mba Tien. Salam sehat selalu
ReplyDeleteAMBYAAARRRR hatiku....... he he he .....tks Bu Tien kuuuhhh..... Salam SEROJA dr sby Buuuu.... Mmmuaaahhh
ReplyDeleteNah lo...
ReplyDeleteBandel sih...
Salam sehat selalu mbak Tien
Alhamndulillah...terimakasih mbak tien
ReplyDeleteSehat selalu
Alhamdulillah SP 19 sudah hadir
ReplyDeletePalupi.. Palupi giliran sadar eh Handoko sdh menyiapkan surat cerai...
Seruu dan bikin penasaran ceritanya
Terima kasih Mbak Tien, semoga sehat dan sukses selalu
Salam sehat dari Bekasi
Duh...kasian juga palupi...salahnya sendiri...🤭
ReplyDeleteAlhamdulillah....
ReplyDeleteMtur swun...bun...
Mugi2 tansah rahayu..
Semoga belum ada kata terlambat untuk Palupi...sehat terus ya bu Tien
ReplyDeleteNnnnnah.... kaaaaan... kamu kebanyakan motah sih Palupiiii... Handoko jadi gerah beneran tuuuuh...
ReplyDeleteHanya Penulis yang sangat Piawai yang mampu membuat alur suatu cerita jungkir balik kiri kanan - semakin menarik, dan bikin para pembaca tambah penasarannnn... Ya, Penulis itu adalah BUNDA TIEN.
Adakah chance untuk Palupi, Handoko & buah hati semata wayang mereka bisa bahagia kembali?
Siapa tau nanti tiba-tiba Mirah ketemu sama Priambodo? Hehehehe...
TERIMA KASIH ya, Bunda Tien. CerBer-nya semakin greget bikin penasaran teroooosss... Ditunggu episode lanjutannya.
♥️������
Sabar menunggu datangnya Palupi...salam sehat dr Situbondo mbak Tien
ReplyDeleteWaduh waduh
ReplyDeleteTerus gimana lanjutannya...
Kita longok yuuuk.....
Ternyata belum ada.
Tetap kita tunggu bu Tien
Monggoooo pasukan pengintip pd kumpul d sini he he he.....tnyata blm tampil
ReplyDeleteTarik sisssss...semongko...yukkkkk pasukan intip😁😛
ReplyDeleteSabaaarrrr
ReplyDelete