Monday, January 14, 2019

SEPENGGAL KISAH 130

SEPENGGAL KISAH  130

(Tien Kumalasari)

 

"Grandma... ada apa?" Nancy mengulang pertanyaannya ketika neneknya sudah duduk disampingnya dan tangisnya sedikit mereda.

"Sakitnya ternyata parah. Diduga dia menderita kanker hati."

"O my God... itu parah grandma..."Nancy menutupi mulutnya, 

"Benar Nancy... dokter menyarankan operasi, tapi katanya tidak akan membantu. Kemungkinan kambuh sangat besar."

"So... grandma... ?"

"Hanya pengobatan.. tapi paling lama dia akan bertahan selama 6 bulan lagi."

"Oh... no...." dan Nancy pun menangis sedih.

"Kecuai ada mujizat dari Tuhan..."

"Grandma, Nancy akan memohn pada Tuhan, agar memberikan mujizat itu untuk papa Damar. Jangan sampai kita kehilangan dia grandma.."

"Ya Nancy, tentu saja. Tapi ingat Nancy, jangan sampai papamu tau tentang penyakit ini. Ini rahasia buat kita berdua. Mungkin mamamu boleh tau, tapi jangan dia."

"Baiklah grandma..."

"Buat dia gembira, jangan perlihatkan kesedihan dan turuti apa yang dia inginkan."

Hari itu Damar boleh pulang, dengan segudang pesan dari dokter, dan segudang obat yang  harus diminumnya secara rutin.

"Tante, mengapa obat sebanyak itu harus Damar minum? Bukankah Damar sudah sembuh?"

"Damar, kamu harus menurut apa kata dokter. Kamu harus rutin minum obatnya, tidak boleh kecapaian, dan tidak boleh banyak pikiran."

"Papa Damar juga harus makan yang sehat, jangan yang banyak lemak, pokoknya yang dihidangkan grandma." sambung Nancy.

"Rasanya aku sudah merepotkan kalian. Jadi aku mau pulang saja."

"Oh.. no... tidaaak..." teriak Nancy dan bu Surya hampir bersamaan.

"Kalau kamu pulang, kamu sendirian dirumah itu, lalu siapa yang akan merawat kamu?"

"Bukankah aku sudah sehat tante?"

"Benar, tapi harus ada yang melayani kamu, merawat kamu. Tante khawatir kamu lupa minum obat, lalu sembrono memilih makanan kamu."

"Tidak tante... akan Damar perhatikan pesan tante."

"Tidak dan tidak nak, lebih baik kamu disini dulu. Kamu lupa, kamu itu anak tante, dan tante harus merawat kamu sampai kamu benar2 sehat."

Kalau begitu tolong pegang ATM Damar tante. Ini ada uangnya karena Ongky selalu mengisinya setiap bulan sebagai hasil kerja sama mereka. Tapi bu Surya menolaknya.

"Jangan Damar, kamu saja yang bawa. Kalau tante membutuhkan pasti tante akan minta kok."

"Baiklah, nanti saja Damar yang ambil uangnya supaya dibawa tante."

"Jangan pergi sendiri, Nancy harus menemani  tapi tante tidak butuh uang itu sekarang Damar, kan tante sudah bilang kalau butuh akan meminta."

"Baiklah."  

Tapi hari itu juga Damar nekat mengambil uang yang kemudian ia memaksa bu Surya agar mau menerimanya.

Asri sudah bercerita pada Bowo tentang pertemuannya dengan Dewi. Bowo bersyukur kalau memang Dewi telah menyadari kesalahannya. Tapi Asri merasa tak enak mengatakan bahwa Dewi juga berceritera tentang Damar yang lagi opname dirumah sakit. Asri merasa sungkan kalau dikatakan ada perhatiannya pada Damar.

"Mas, kapan2 kalau mas lagi longgar, kita kerumah bu Harlan ya? Kasihan dia strook dan tak bisa berjalan."

"Boleh, mungkin hari Minggu nanti."

"Oh ya, Asri juga lupa, kapan2 juga kita harus pergi kerumah Nancy, karena mamanya Nancy dulu yang menemukan Pandu ketika lari dari neneknya."

"Ah.. ya.. kenapa aku juga lupa. Kamu benar Asri, kita harus kerumahnya untuk mengucapkan terimakasih."

"Nancy pasti suka kalau kita membawa Pandu."

"Baiklah, hari Minggu kita ke bu Harlan dan ke rumah Nancy, kalau aku lupa tolong diingatkan ya?"

"Baiklah mas." 

Hari Minggu itu mereka bertiga mengunjungi bu Harlan yang diterima dengan rasa penuh haru dan rasa terimakasih.

"Dewi banyak salah  pada kalian, ma'afkan dia ya?" kata bu Harlan sambil berlinang air mata.

"Tidak bu, kami sudah melupakan semua itu. Kami prihatin mendengar ibu seperti ini. Ibu harus selalu bersemangat agar bisa pulih."

"Ibu sudah tua begini, apa ya bisa pulih nak?"

"Pasti bisa ibu, semua tergantung kemauan ibu. Saya akan berdo'a untuk kesehatan ibu." sahut Bowo menimpali perkataan isterinya.

"Ya.. ya, terimakasih atas perhatian kalian ya?"

Dewi menghidangkan minuman kemudian duduk diantara mereka.  Ketika datang itu Asri membawa sebuah bungkusan besar untuk bu harlan. Ada susu, kue2.. dan banyak lagi.

"Terimakasih kalian telah membawa banyak oleh2 untuk ibu, merepotkan ya?" kata Dewi.

"Tidak, hanya tadi sekalian belanja trus bawa sedikit buat ibu."

"Lho.. ibu dibawain apa ta Dewi?"

"Banyak bu, ada susu, ada kue2 kering dan basah, .. banyak bu.."

"Oalah nak, repot2 segala, ibu jadi malu."

"Nggak apa2 ibu, hanya sekedarnya, semoga ibu suka."

"Oh ya Asri, apa kamu sudah menengok Damar dirumah sakit?" tiba2 Dewi bertanya dan itu mengejutkan Bowo dan Asri. Menilik kata2 Dewi, tampaknya Asri sudah mengetahui sebelumnya kalau Damar ada dirumah sakit. Mengapa Asri tidak mengatakannya?  Bowo memandangi Asri..

"Oh ya, aku lupa mengatakan. Kata Dewi Damar ada dirumah sakit.

"Rumah sakit jiwa?" tanya Bowo

"Eh, kok pertanyaan kalian sama? Dulu ketika saya memberi tau Asri,  Asri  juga bertanya begitu, rumah sakit jiwa? Kenapa kalian ini?"

"Oh, ma'af.. bukan maksudku mengatakan itu, jadi dia sakit apa?"

 "Aku tidak tau, aku hanya bertemu sekilas, tampaknya parah, wajahnya pucat, tampak tua dan lesu."

"Oh, aku akan mengabari Ongky."

Dalam perjalanan kerumah Nancy, Pandu banyak bertanya pada ayahnya.

"Mengapa nenek itu nggak bisa berjalan bapak?"

"Nenek itu sakit."

"Sakit kakinya?"

"Ya, benar, sakit kakinya.

"Kasihan, bolehkah nanti Pandu berdo'a agar nenek itu segera sembuh?"

"Tentu boleh nak. Itu bagus."

Pandu gembira karena sebentar lagi akan bertemu Nancy. Agak lama mereka mencarinya karena rumah Nancy ternyata masuk kedalam kampung.

Ketika akhirnya sampai, tak sabar Pandu melompat dan berlari kedalam rumah.

"Nancy... Nancy.." Pandu memanggil manggil sambil masuk kedalam.

Nancy sangat terkejut mendengar suara Pandu. Mimi dan bu Surya juga keluar.

"Ibu..." teriak Pandu yang langsung memeluk Mimi.

"Anak baik, anak ganteng... kamu sama siapa?" tanya Mimi

"Sama bapak, sama ibu...tuh masih diluar, " kata Pandu.

Pandu berlari keluar menemui ayah ibunya.. diikuti bu Surya, Mimi dan Nancy.

Asri terkejut melihat Mimi, tidak menduga kalau ibunya Nancy adalah Mimi yang dulu pernah menikah dengan Damar. Mimi yang sudah menduga tak begitu terkejut dalam pertemuan itu.

"Mimi? Ternyata kamu yang menolong anakku?"

"Ya Asri, anakmu sangat baik dan membuat kami menyayangi dia. " Pandu memeluk Mimi dari belakang, Asri dan Bowo tersenyum melihat keakraban mereka.

"Ayo masuklah, " kata bu Surya ramah.

Mereka duduk dikursi tamu, sementara Nancy pergi kebelakang untuk membuat minuman. Pandu mengikutinya.

Tapi tiba2 Pandu nyelonong masuk kesebuah kamar yang dikiranya kamar Nancy, ia melihat seorang laki2 yang dikenalnya.

"Lho.. itu kan bapak2 yang dulu kerumah Pandu?"

  Pandu berlari kedepan menemui ayah ibunya.

"Bapak... dikamar itu ada bapak2 yang datang kerumah kita, yang menangis karena mau minta ma'af pada bapak."

Bowo dan Asri terkejut bukan alang kepalang.

#adalanjutannyaya#

No comments:

Post a Comment

CINTAKU JAUH DI PULAU SEBERANG 49

  CINTAKU JAUH DI PULAU SEBERANG  49 (Tien Kumalasari)   Ketika menemui Sinah di rumah sakit, mbok Manis tidak pernah sendiri. Dewi yang tid...