SEPENGGAL KISAH 120
SEPENGGAL KISAH 120
(Tien Kumalasari)
Asri ingin menutup pintu rumahnya namun Damar mengganjalnya dengan kakinya. Asri sangat ketakutan. Ia melihat mata Damar menatapnya tajam. Asri memalingkan muka. Ada rasa takut yang mnyergapnya, sementara tak ada orang dirumah itu.
"Tolong Damar, apa maumu datang kemari?"Asri masih mempertahankan pintunya dan Damar tetap mengganjal pintu itu dengan kakinya. Asri berdiri dan menahan pintu itu agar tidak terbuka karena dorongan Damar. Beruntung Damar tidak mendorongnya, mungkin ada rasa khawatir kalau Asri terjatuh.
"Kamu tidak mempersilahkan aku duduk ?"
"Tidak, suamiku tidak ada dirumah dan aku tidak bisa menerima tamu seorang priya dirumahku. Jadi tolong, jangan mengganggu aku."
"Walaupun tamu itu aku?"
"Siapapun.."
"Asri, kamu sangat tega melukai hati kekasihmu ini."
Asri hampir menangis. Laki2 yang tetap berdiri didepan pintunya sungguh luar biasa nekat. Kalau Asri menjerit tak akan ada seorangpun yang bisa menolongnya. Asri merasa putus asa untuk memaksanya pergi.
"Damar, tolonglah, diantara kita tidak ada apa2 lagi."
"Kamu jangan membohongi dirimu Asri, aku melihat sorot matamu mengatakan lain."
"Pergilah Damar, atau aku akan menelpon polisi."
Damar tertawa. :"Polisi ? Sa'at ini polisi sedang sibuk akan memenjarakan suamimu Asri. Kamu tidak sadar, suamimu bersama perempuan lain disebuah hotel, dan kamu masih tetap bersikukuh untuk setia?"
"Diam Damar!! Apapun yang kamu katakan aku tak perduli. Kesabaranku sudah habis, pergilah dari hadapanku, untuk selamanya!!! " akhirnya Asri berkata tegas.
Damar terkejut mendengar suara keras Asri. dia mundur selangkah, dan itu dipergunakan Asri untuk menutup pintu rumahnya, dan menguncinya.
"Asriii... Asriii!! Buka pintunya Asri !! Damar menggedor gedor pintu itu, dan Asri tak lagi memperdulikannya.
Tiba2 Asri teringat bahwa mertuanya akan datang untuk mengajaknya sama2 kekantor polisi. Asri panik. Kalau mertuanya datang dan Damar masih ada disitu pasti keadaan akan lebih runyam. Bisa2 ibu mertuanya tak akan pernah mema'afkannya karena berfikir yang tidak2. Asri sejenak berfikir kemudian menelpon ayah mertuanya.
"Hallo Asri, sebentar, jalanan lagi macet nih." suara pak Prasojo dari seberang.
"Nggak apa2 pak... malah bapak nggak usah nyamperin Asri saja, karena Asri mau kesekolah Pandu dan nitip pesan pada kakeknya Pandu yang masih nungguin disana, nanti Asri berangkat sendiri saja menyusul bapak.
"Ya sudah, kebetulan kalau begitu, jalan kearah rumahmu macet total, nggak tau ada apa ini."
"Ya bapak, terus saja, nanti Asri menyusul."
Asri measa lega, setidaknya mertuanya tidak melihat kehadiran Damar dirumahnya.
Sementara itu Damar masih belum pergi. Asri bingung harus melakukan apa. Sekilas ada keinginannya untuk melapor ke polisi, tapi diurungkannya. Ada rasa kasihan yang tersirat dihatinya. Asri merasa, Damar benar2 sakit.
"Asri, suamimu akan dipenjara Asri, dan dia bukan suami yang baik, ingat itu Asri."
Damar masih berteriak teriak diluar pintu.
Asri kemudian menelpon Danik, ia minta sahabatnya itu datang kerumah, dan mengusir Damar dari sana. Tapi rumah Danik lumayan jauh.
"Ok Asri, aku ini lagi dijalan, dan aku memang mau kerumahmu, ada berita pagi tadi yang mengejutkan aku. Oke.. aku nggak akan lama sampai kerumahmu, kira2 seperempat jam atau bisa kurang." akhirnya Asri lega karena Danik memang mau datang kerumahnya.
Mudah2an tidak sampai seperempat jam Danik sudah datang. Asri duduk disofa dan termenung, mengapa Damar menjadi seperti itu. Apakah penderitaan demi penderitaan yang dialaminya yang menyebabkan dia seperti itu?
"Asri ... tolong aku Asri..." suara Damar mulai merendah, mungkin letih berteriak teriak.
"Aku hanya ingin satu dalam sisa hidupku ini Asri, cintailah aku.." Rintih Damar.
Batin Asri bagai teriris. Damar sesungguhnya bukan orang jahat, tapi ia telah lelah dalam menjalani hidup yang menurutnya penuh kegagalan dan derita. Tapi apa yang bisa ia lakukan? Ada tembok tinggi yang menjadi pembatas antara dia dan Damar, yang ia tak boleh menerjangnya. Asri mengintip keluar melalui korden yang sedikit tersingkap. Dilihatnya Damar duduk ditangga rumahnya dan menyembunyikan kepalanya diantara lututnya. Asri merasa trenyuh.
Sebuah mobil terdengar berhenti dihalaman, Asri berdebar, jangan2 mertuanya, ternyata bukan. Asri hampir bersorak ketika melihat Danik turun dari mobil.
Dilihatnya Danik mendekati Damar yang seakan tak memperdulikan kedatangannya.
"Damar?"
Damar mengangkat mukanya. :"Danik... mau apa kamu kemari?"
"Aku yang harusnya bertanya Damar, mengapa kamu kemari?"
"Aku mencari cintaku ..."
"Damar kamu itu sudah gila, Kamu tidak waras Damar... pergilah dari sini."
"Aku tidak akan pergi kalau Asri tidak mau menemui aku, aku tau dia sedang kesakitan, suaminya tidur dihotel dengan perempuan lain dan dia terlibat percobaan pembunuhan, aku harus menghiburnya."
"Asri tidak membutuhkan hiburan dari siapapun, termasuk dirimu. Dia punya keluarga mertua, orang tua, yang akan membuatnya kuat. Jadi sadarlah Damar, dan hentkan kegilaan ini."
"Tidaaak.. tidaak... " Damar berteriak lagi, hati Asri merasa kecut.
"Ya Tuhan, kamu seharusnya masuk kerumah sakit gila."
"Mas Ongky juga bilang begitu.. aku mau dimasukkannya kerumah sakit jiwa, katanya aku gila. Biarlah aku gila Danik.. aku memang gila."
"Dengar Damar, aku sungguh kasihan padamu."
"Kalau kasihan kamu pergilah !!"
Asri kebingungan, tampaknya Danik pun tak bisa mengusir Damar dari sana. Akhirny timbul keinginan Asri untuk keluar dan bicara baik2 saja. Dibukanya pintu rumahnya perlahan, dan Damar menoleh ketika mendengar pintu terbuka.
Damar melompat berdiri, dan tiba2 saja memeluk Asri. Asri berteriak teriak dan berusaha melepaskan diri.
"Ouh, tolong aku... jangan begini.. Damar... hentikan.." Asri terengah engah.
Danik sangat marah, ditariknya Damar dari belakang, tapi sebuah kaki Damar menendangnya sehingga Danik terpelanting.
"Damar jangan gila. Baiklah, aku akan menelpon polisi."
Asri terengah engah, berusaha melepaskan diri dan menghindarkan mukanya dari wajah Damar.
Tiba2 sebuah mobil berhenti. Asri melihatnya dari bah Damar, sambil masih meronta ronta. BUkankah itu Ongky ?
"Damar!! Hentikann !!"
Damar terkejut dan melepaskan pelukannya, Asri menangis dalam pelukan Danik. Dilihatnya Ongky mendekati Damar dan menamparnya keras2.
#adalanjutannyaya#
No comments:
Post a Comment