SEPENGGAL KISAH 87
SEPENGGAL KISAH 87
(Tien Kumalasari)
Gemetar tangan Damar ketika membuka amplop kumal itu, sekumal tulisan yang ada didepannya.
"Mas Damar, sebetulnya saya ingin bicara langsung sama mas Damar, tapi mungkin waktunya sudah tidak ada lagi. Ini penting saya katakan, mudah2an bisa mengurangi dosa yang pernah saya buat. Mas Damar, sebelum pak Marsudi dan isterinya pergi ke Jakarta, pak Surya memaksa saya untuk mencampurkan serbuk putih pada minumannya."
Damar tercekat, serbuk putih itu pasti racun, gemuruh dada Damar.. lalu menguatkan hatinya untuk melanjutkan membaca.
"Saya bilang tidak mau, tapi pak Surya mengancam akan memecat saya.. saya melakukannya dengan terpaksa, sungguh, saya bersumpah. Lalu pak Marsudi berdua berangkat, pak Marsudi sendiri yang membawa mobilnya. Tak lama kemudian, saya mendengar mobil pak Marsudi mengalami kecelakaan, masuk ke jurang dan diperkirakan sopirnya mengantuk. Saya menangis, sungguh saya menangis mendengarnya... ma'af...saya...
Surat itu terhenti, cukup panjang bagi tulisan seseorang yang sedang menderita sakit. Itupun tulisannya sangat jelek, Damar harus mengejanya ber kali2.
Wajah Damar merah padam, lalu berlinanglah air matanya. Ia tidak mengira ayah ibunya meninggal karena dibunuh orang, dan orang itu adalah pak Surya. Gemeretak gigi Damar, menahan kemarahan yang menggelegak dihatinya.
Nancy terkejut. Ia tak pernah mengira Damar akan menjadi seperti itu. Ia tak pernah membaca surat itu, karena itu bukan untuk dia. Damar memandangi Nancy dengan mata menyala, Gadis yang tak tau apa2 itu ketakutan,
"Papa kenapa..?"
"Sekarang pulanglah. Pulaang !! Damar menunjuk kearah muka Nancy dan menuding keluar , sebuah isyarat agar Nancy segera pargi. Nancy yang ketakutan segera berdiri dan keluar dari rumah makan dimana dia dan Damar tadi sepakat untuk bertemu.
Sampai dirumah, Nancy menemui neneknya, menubruknya dan menangis sesenggukan. Bu Surya sangat kaget.
"Ada apa nak? Nancy ada apa?" Ucap bu Surya sambil mengelus elus punggung cucunya.
"Apa isi surat itu grandma?" tangis Nancy
"Surat yang mana ?"
"Yang ada didalam amplop itu, yang tadi Nancy serahkan pada papa."
Bu Surya benar2 tdak tau. Ia tak tau bagaimana sepak terjang suaminya, karena memang suaminya melarang dirinya untuk ikut campur urusannya. Itulah sebabnya ketika membongkar bongkar lemari yang sebagian ia bawa ke Indonesia, ia memilah milahkannya , lalu yang ada hubungannya dengan Damar, ia menyuruh Nancy untuk menyerahkannya padanya.
"Grandma tidak tau sayang, surat apa itu?"
Pada sa'at itu pak Surya berada diatas kursi roda, diruangan yang sama dimana Nancy menangis terisak isak. Ia tak mampu menggerakkan tubuhnya maupun berkata apa2, namun ia bisa mendengar apa yang dikatakan cucunya. Matanya melotot, seperti ingin mengatakan sesuatu, Tapi tak sesuatupun keluar dari mulutnya.
Bu Surya yang sedang menenangkan hati Nancy tak melihat perubahan wajah suaminya.
"Grandma, setelah membaca surat itu, papa kelihatan sangat marah, dan mengusir Nancy,"
"Oh ya? Surat apa ya itu isinya?"
Bu Surya mengambil ponselnya dan menelpon Damar.
"Hallo, Damar, ada apa ini? Kenapa kamu marah2. Ini Nancy menangis karena tak tau apa2.."
"Tante pernahkah membuka amplop itu?" Suara dari seberang, masih dengan nada marah.
"Tidak.. tidak... tante tidak pernah sekalipun membaca surat yang bukan untuk tante. Tante menyuruh Nancy memberikan semua berkas2 itu karena ana tertera namamu."
"Jadi tante tidak tau isinya?"
"Ya tidak Damar, apa isinya? Mengapa kamu marah2 sama Nancy..?"
"Kedua orang tua saya meninggal karena pakSurya membunuhnya.!!"
"Apa? Pak Surya yang membunuh kedua orang tuamu?"
Bu Surya tercengang, ponsel itu terjatuh dari tangannya. Dan mendadak terdengar suara gedubrag, pak Surya terjatuh dari kursi roda.
#adalanjutannyaya#
No comments:
Post a Comment