SEPENGGAL KISAH 86
SEPENGGAL KISAH 86
(Tien Kumalasari)
Damar termenung beberapa sa'at lamanya. Surat..surat.. tulisannya jelek.. apakah itu surat dari pak Manto yang diberikan perawat itu? Kenapa bisa ada disana? Ah, Damar hanya mereka reka, itu tak mungkin terjadi. Tapi rasa penasaran sangat mengganggu benaknya. Akhirnya Damar sepakat akan pulang dan bertemu disuatu tempat pada hari minggu ini.Ia enggan ketempat tinggal pak Surya yang baru, yang katanya sangat sederhana, karena ia tak mau bertemu pak Surya lagi. Apa yang dilakukannya sangat melukai hatinya.
Disebuah supermarket Asri sedang belanja, bersama anaknya yang masih kecil. Ia seorang perjaka kecil yang manis, berumur kira2 7 tahun. Ketika Asri sedang memilih milih barang belanjaan, anak kecil itu berjalan jalan sendiri kemana mana. Ia menuju ke tempat mainan dan mengambil sebuah mobil2an. Pastilah cowok suka mainan mobil, ia menimbang nimbang dan menggendong mobil2an kecil itu kemana mana. Seorang pelayan menghampirinya.:"Dik, kalau Adik ingin membelinya, dicatat dulu disana, lalu dibayar ke kasir, baru adik boleh membawanya."
Anak kecil itu bersikeras membawa mobil itu, dan pelayan berusaha memintanya.
"Jangan.. ini punya aku, nanti aku bilang pada ibu," teriaknya.
"Mana ibunya dik?"
"Disanaa,"
Pelayan itu mencari cari kearah yang ditunjuk anak kecil tersebut, namun tak tampak seorang wanitapun disana. Tiba2 seorang gadis mendekat. :"Hai..ada apa ini?"
"Adik kecil ini ingin membeli mobil2an, tapi orang tuanya nggak ada,"
Gadis itu ikut mencari cari.:" Siapa namamu, tampan ?"
"Namaku bukan tampan, aku Pandu,"
Gadis itu tertawa, :"Okey Pandu, kamu suka mobil ini?"
Pandu, si perjaka cilik mengangguk.
"Mbak, biar saya yang bayar mobil2an ini, berapa harga?"
"Ada disitu mbak, di labelnya,"
"Ok, ayuk kita bayar dulu mobilnya,"
Gadis cantik itu menggandeng Pandu, mengajaknya ke kasir." Setelah selesai transaksi, Pandu menerima mobil yang diinginkannya.
"Ayo bilang terimakasih sama Nancy, oh ya..kita belum kenalan..nama aku Nancy, toast dulu dong,"
"Terimakasih, tante.."
"Eit.. nggak mau tante..bilang Nancy,"
"Nancy,"
Gadis itu yang memang Nancy' terkekeh senang."Sekarang.. Nancy minta imbalannya untuk mobil itu, ayo foto dulu sama Nancy.. Pandupun menurut berfoto bersama Nancy, kemudian berlari lari mencari ibnya.
Astri kebingungan mencari anaknya. Ia pergi kesana kemari dan untunglah ia teringat bahwa anaknya suka mobil2an, dan untung lagi ia bisa bertemu Pandu yang berlarian membawabungkusan besar.
"Ibuuuu..."
"Pandu, kemana saja kamu? Lain kali nggak boleh ikut belanja ya.. kamu sukanya menghilang begitu. Apa ini ? Kamu dapat dari mana? " Asri heran melihat anaknya membawa bungkusan besar yang setelah dibuka isinya mobil2an.
"Pandu beli disana,"
"Beli? Kamu dapat uang darimana?"
"Bukan Pandu ibu, itu..Nancy yang beli.."
Asri heran, mencari cari, mana yang disebut anaknya bernama Nancy, tapi yang dicari nggak ada. Asri lalu mendatangi kasir dan menanyakan tentang mobil2an itu.
"O, itu sudah dibayar sama seseorang, bu"
"Seseorang siapa?"
"Seorang perempuan cantik, seperti indo,"
Asri heran, kemana perempuan indo itu, yang bernama Nancy itu, yang sudah membelikan mainan untuk anaknya itu.. Asri mencari kesana kemari, tapi gadis itu tidak ketemu, sementara Pandu sudah merengek pengin pulang. Tentu saja karena ia ingin segera bermain dengan mobil2an barunya.
Asri mengajaknya pulang dengan hati masih bertanya tanya.
"Hallo papa.."
"Nancy, sudah lama kamu menunggu papa?"
"Barusan, Naancy dari jalan2 ditoko sebelah situ."
"Oh, beli sesuatu?"
"Nggak, cuma jalan2 aja, tapi Nancy ketemu cowok ganteng,"
Damar tersenyum, anak gadisnya Mimi sudah mengenal cowo ganteng. Ialah ..kan sudah dewasa.
"Nih pah, liat aku sempat berfoto sama cowok itu,"
Nancy m3nunjukkan foto dirinya bersama Pandu, dan Damar tertawa terbahak bahak.
"Ini cowok ganteng yang masih kecil, kamu itu.."
Nancy ikut tertawa. :" Besok kalau cowok in sudah besar, pasti papaku ini kalah ganteng sama dia."
"Oke, sekarang tunjukkan sama papa, mana barang2 papa itu." Damar yang ingin segera mendapatkan amplop itu segera menanyakannya.
"Oh iya pa, Nancy hampir lupa," Nancy mengulurkan sebuah amplop besar, yang isinya bahan2 kuliah waktu ia masih kuliah disana, lembar2 yang mungkin tak ada artinya lagi sekarang. Dan .. mana amplop yang dikatakan itu?
"Pa, papa tau tidak? Grandfa kan sekarang lumpuh, tidak bisa melakukan apa2. Ngomong pun juga nggak bisa." Nah, ini surat2 yang kata grandma ada hubungannya dengan keluarga papa."
Damar membuka buka, ada salinan surat kuasa, atas nama papanya yang menyerahkan perusahaan ke pak Surya... sertifikat rumah yang juga dikuasakan untuk dimiliki pak Surya, ah.. itu semua sudah ada waktu sidang, memang pak Surya menyimpan surat2 asinya, tapi beserta surat penyerahannya pada pak Surya. Dan yang asli itu sudah dibawa Damar ketika datang ke Amerika terakhir kalinya yang kemudian membawa pak Surya kepenjara.
Ternyata ada amplop terselip diantara salinan surat kuasa itu, gemetar tangan Damar membukanya. Kepada mas Damar... tertulis diluar amplop itu.
#adalanjutannyaya#
No comments:
Post a Comment