Friday, December 14, 2018

SEPENGGAL KISAH 79

 

SEPENGGAL KISAH  79

(Tien Kumalasari)

 

Bowo kebingungan, kalau Asri tidak mau datang kemari dan ibunya juga tidak mau datang kesana.. lalu kapan bisanya terjadi titik temu. Bowo juga belum berani pergi kerumah asri karena pasti Asri masih mengira bahwa ibunya tidak mau menjadikan Asri menantunya.

Tiba2 Bowo kangen sekali pada sahabatnya, Ongky.Bagaimanapun ada ikatan batin yang mendalam diantara keduanya. Sayangnya Ongky takpernah mau mengatakan dimana dia sekarang. Bowo hanya bisa menelpone itu pun terkadang juga susah menghubunginya.

"Dimana sih sebenarnya kamu Ongky?"

"Jauh pokoknya Wo, jangan dulu mencariku.

"Aku ini bukan orang lain kan Ongky? Masa nggak mau kasih tau alamat kamu sekarang."

"Aku jauh diluar kota Bowo, tapi besok kalau kamu menikah, aku pasti akan datang."

"Aduuh... belum tau nih, pada keras kepala semuanya,"

"Siapa keras kepala?"

"Asri minta orang tuaku datang kerumahnya lebh dulu sebelum dia yakin mau menjadi isteriku, tapi orang tuak terutama ibuku, minta supaya Asri menemuinya lebih dulu."

"Kalau Asri, bisa dimengerti Wo, soalnya dia takut kalau datang nanti ibumu menolaknya. Tapi ibumu, kalau menolak, itu hanya karena gengsi, harga diri. Kamu harus pintar merayu ibumu agar mau mendatangi rumah Asri."

"Kamu kayak nggak kenal ibuku saja."

Sebelum berangkat kerja pak Prasojo sempat berbicara dengan isterinya.

"Bu, bagaimana kalau kita mengalah saja?"

"Mengalah bagaimana pak?"

"Mengalah untuk datang kerumah Marsam."

"Ya nggak bisa begitu to pak, saya kan orang tua, masa harus kesana lebih dulu. Dan Asri itu, ibu pikir dia itu sombong, mentang2 anakku suka, terus dia mentang2 nggak mau datang, menyuruh kita kesana lebih dulu. Nggak suka aku." jawab bu Bowo sengit.

"Ini bukan masalah tua atau muda bu, kita itu difihak laki2. Ya laki2 lah yang harus mau datang kesana lebih dulu."

"Bapak tidak merasa bahwa Asri itu sombong?"

"Ya bukan sombong namanya bu, Asri itu kan perempuan, mana mungkin dia mau datang kemari, lagipula dia takut kalau nanti ibu mendampratnya seperti yang sudah2."

"Kata siapa, ibu sudah kesana ketika bertanya tentang pendonor itu, dan ibu bersikap sangat baik kok."

"Jadi akan terus begini kalau ibu ngeyel. Kasihan Bowo dong bu,"

"Sudah, ibu nggak mau dengar lagi. Bapak kalau mau kekantor ya kekantor saja, nanti kesiangan. Ibu mau belanja haru ini.

Pak Prasojo menggeleng gelengkan kepalanya, lalu bersiap berangkat kekantor.

 

 Siang itu Asri berbelanja untuk kebutuhan rumah yang lumayan banyak. Ia tidak takut lagi belanja ke toko langganannya yang dulu, karena sudah pada tau dimana rumahnya. Asri sedih karena sudah berhari hari Bowo tidak juga datang bersama orang tuanya. Asri mengira memang cintanya akan kembali kandas karena kedudukan mereka yang berbeda. Sambil berbelanja itu angan Asri melayang kemana mana. Akan sedih untuk kesekian kalinya apabila ia juga harus meninggalkan Bowo lagi. Tapi mungkin sudah nasibku harus begini, keluh Asri dalam hati. 

Dua tas belanjaan besar sudah berada ditangannya, dan siap dimasukkan kedalam bagasi motornya. Mungkin tidak muat, dan sebagian harus digantungkan didepan. Asri belum tiba ditempat parkiran ketika mendengar seorang wanita berteriak. :"Copeeeet !!

Asri menoleh kebelakang dan melihat seorang laki2 setengah berlari keluar dari toko itu.Pasti ini copetnya.. pikir Asri. Copet itu juga menuju kearah parkiran, tampaknya ia juga membawa sepeda motor. Ketika copet itu lari melewati tempat dimana Asri berdiri, Asri melemparkan bungkusan kearah depan pencopet itu, dan sang copetpun terjatuh. Pencopet itu berusaha bangkit, dan mencabut sebuah pisau yang tampak tajam dari balik bajunya. Asri ketakutan, ia ingin berlari, tapi laki2 itu mengacungkan senjatanya kearah Asri, Sejengkal lagi pisau itu akan tertanam ditubuh Asri. Orang2 pada menjerit. laki2 pencopet itu  marah  sekali pada Asri. Namun seseorang dari belakang menghantam tengkuknya dan laki2 itu tersungkur, orang2 pun segera menghajarnya. Asri menata debar jantungnya, Ya Tuhan, terimakasih telah menyelamatkan hamba. Bisik Asri,  kemudian ia  memungut sebuah dompet yang terlempar, lalu melihat kearah toko dimana seorang wanita sedang berdiri dengan cemas. Wanita itu juga melihat bagaimana copet itu terjatuh dan melihat bahwa gadis penolongnya nyaris terhunjam pisau si pencopet. Belanjaan Asri terserak kemana mana, namun Asri lebih dulu mendekati wanita  itu. :" Apakah ini milik ibu?"

"Benar, aduh nak, terimakasih banyak.Karena kamu dompet ini terselamatkan. Apa kamu terluka?" Wanita itu menerima dompetnya, dan mengamati tubuh Asri.

"Sama2 ibu, Tidak apa2 kok, saya baik2 saja," Asri menjawab dan berlalu.Ia harus memungut kembali barang belanjaannya yang sebagian telah dikumpulkan beberapa orang yang ada disana, sedangkan pencopet itu telah digelandang kekantor polisi.

"Tunggu nak, " wanita itu berteriak, dan Asri terpaksa menoleh.

Ibu itu mendekat, lalu mengulurkan sejumlah uang. Asri menolak buru2. "Tidak bu, jangan..ibu tak usah memberi apapun, terimakasih banyak bu," Asri kemudian berjongkok melanjutkan memunguti barang belanjaannya. 

"Aduh mbak, telurnya pecah semua," teriak seorang laki2 yang membantunya.

"Oh iya, nggak apa2 pak, biar saya beli lagi saja."

Asri memungut bungkusan telur yang pecah, untunglah karena bungkusannya rapat telur itu tidak tumpah kemana mana. Wanita itu mendekat. Nak, tuh, karena membantu saya belanjaan kamu jadi berantakan. Telur itu hancur nak."

"Tidak apa2 bu, masih bisa dipergunakan kok, " Astri memungkut sebungkus tissue , barang terakhirnya yang harus dimasukkan kedalam tas belanjaan lalu berdiri, beranjak mau pergi.

"Nak, jangan menolak, ini terima saja," Wanita itu tetap mengulurkan uang kepada Asri.

"Tidak bu, terimakasih banyak, ma'af, saya tidak bisa menerimanya," Asri berlalu, mendekati sepeda motor, menata belanjaannya kemudian siap menstarternya.

Wanita itu masih memegangi uang yang ditolak oleh Asri, dan menggeleng gelengkan kepalanya.

"Anak baik," desisnya..

Ketika sepeda motor itu distarter, seorang wanita memanggil namanya, tapi suaranya berbeda dengan yang tadi mau memberinya uang, Asri menoleh, dan terkejut melihat bu Prasojo tergopoh gopoh mendekatinya.

"Asri...!"

"Oh.. iya bu.." Asri turun dari sepeda motornya dan menyalami bu Prasojo dengan hormat. Tersentuh hati bu Prasojo menyaksikan sikap Asri. Ia juga kagum melihat keberanian Asri dalam menjatuhkan pencopet itu, bahkan nyaris terancam jiwanya.

"Aku melihatmu dari tadi, kamu sungguh berani. Kamu nyaris celaka Asri." Bu Prasojo mengamati tubuh Asri dengan seksama, :"Kamu tidak terluka?"

"Tidak apa2 bu, saya baik2 saja. Permisi, bu.." Asri membukukkan badan lalu bersiap naik keatas sepeda motornya.

"Asri, tunggu dulu, "

"Ya bu?" 

"Katakan pada ayahmu, besok pagi aku dan Bowo serta bapaknya, akan datang kerumahmu."

Asri terpana.

#adalanjutannyalho#

 

No comments:

Post a Comment