SEPENGGAL KISAH 80
SEPENGGAL KISAH 80
(Tien Kumalasari)
Setengah berlari Asri masuk kedalam rumahnya. Pak Marsam yang sedang menunggu keheranan melihat tingkah anaknya. Asri terengah engah, kemudian duduk dikursi dihadapan ayahnya.
"Bapak... hari ini luar biasa..," Asri masih terengah..
"Minumlah dulu, itu minum punya kamu yang belum kamu habiskan," ujar pak Marsam sambil mengamati tingkah anaknya dengan perasaan terheran heran.
Asri meneguk minumannya, walau tinggal setengah gelas air putih, cukuplah bisa sedikit mengurangi gejolak hatinya.
"Kamu baik2 saja? "Akhirnya tanya pak Marsam.
"Ya pak, baik2 saja, Asri hampir terbunuh ..."
Pak Marsam terkejut. :" Apa katamu? Jangan bercanda."
"Sungguh pak, ada pencopet yang nyaris membunuh Asri.."
Kemudian Asri menceriterakan semua kejadian tentang pencopet itu kepada ayahnya. Pak Marsam menggeleng gelengkan kepalanya.:" Kamu sangat sembrono..."
Ngeri hati pak Marsam membayangkan ketika sekejap lagi anak gadisnya akan menjadi korban pisau pencopet itu.
"Spontan saja Asri melemparkan bungkusan belanjaan Asri, tanpa berfikir panjang.. karena dia lewat disamping Asri."
Oh ya, telurku pecah semua... Asri berdiri .. mengambil bungkusan belanjaan dan memungut sebuah bungkusan berisi telur yang sudah berantakan.
"Hancur telur itu ?"
"Nggak semua, Asri akan memilah milahkannya, barangkali masih ada yang bisa dipergunakan."
"Lain kali kamu harus ber hati2 nduk, penjahat semacam itu pasti nekat. Ia tak akan segan menghabisi orang yang menghalanginya.. apalagi kalau sudah kepepet. "
"Ya pak, " jawab Asri dari belakang, sambil membuka bungkusan telur itu dengan hati2 . Jangan sampai tercecer kemana mana sehingga akan menimbulkan bau amis diseluruh ruangan nantinya.
"Oh ya pak, besok bu Prasojo akan kemari," agak berteriak Asri karena ayahnya berada diruangan lain.
"Apa ? Bu Prasojo kemari?" Pak Marsam berdiri dan berjalan mendekat. Dilihatnya Asri masih memilah milah, dan mencuci telur yang masih utuh. Bau amis segera tersebar. Pak Marsam menutup hidungnya.
"Nanti Asri bersihkan pak,nggak akan ada bau amis lagi.." rupanya hanya tinggal empat atau lima butir yang masih utuh.. dan sudah dicuci oleh Asri.
"Kamu tadi bilang apa? Bu Prasojo mau kesini?"
"Semuanya, pak Prasojo juga pastinya, dan mas Bowo ..." Asri ternyata membuang telur yang pecah itu semuanya setelah membungkusnya rapat2 dan membuangnya ketempat sampah.
"Asri buang saja, takutnya sudah tercampur kotoran ayam yang menempel dikulit telur."
"Asri, kamu itu bicara kesana kemari, nggak jelas jluntrungnya," Pak Marsam penasaran tentang akan kedatangan keluarga Prasojo kerumahnya. Habis Asri mengatakannya sepotong2, sambil mengomentari telur2nya yang hanya sedikit tersisa.
"Iya pak, ayo duduk lagi disana, Asri akan melanjutkan ceritera Asri.
Dan keduanya kembali duduk berhadapan, sekarang Asri berceritera dengan penuh semangat dan wajah berseri. Kalau keluarga Prasojo akan datang, berarti ada harapan untuk hidup berbahagia bersama laki2 yang dipujanya.
Bowo memilih milih baju yang sekiranya pantas untuk pagi itu. Hatinya berbunga bunga, dari bibirnya keluar senandung merdu, senandung lagu cinta pastinya. Pak Prasojo yang masuk kekamar anaknya tersenyum melihat kebahagiaannya. Lalu bayangan tentang rasa malu dan gengsi ketika ia harus bersanding dengan bekas sopirnya, sirna sudah. Adakah yang bisa menukar kebahagiaan anaknya dengan harta ataupun rasa tinggi hati karena derajat yang selama ini dipegangnya? Ternyata rona bahagia diwajah anaknya melebihi harga apapun didunia ini. Pak Prasojo bersyukur, dan merasa bahwa kesadarannya tidak datang terlambat.
"Waah..anakku sudah ganteng..," Bu Prasojo yang kemudian menyusul masuk pun berteriak riang. Seperti suaminya, bu Prasojo tidak lagi menghitung untung dan ruginya ketika bermenantukan gadis pilihan anaknya, karena kebahagiaan anaknya ternyata sangat tak ternilai harganya.
Bowo tersenyum, senandung yang berkumandang berhenti seketika, malu terdengar ayah ibunya.
"Cepatlah, ibu sama bapak menunggu diluar.."
Dan bu Prasojo beserta suaminya keluar dari kamar Bowo, membiarkan anaknya kembali bersenandung tentang cinta.
Diruang kerjanya Ongky sedang menelpon sahabatnya. Sebentar2 terdengar tawanya yang renyah.
"Baiklah, orang gila, kalau bukan aku, mana mungkin mau menerima undangan lewat telephone begini?"
"Salah siapa, kamu kan nggak pernah mau ngasih tau alamatmu?"
"Baiklah, baiklah, aku yang salah, tapi ada satu pesanku nih, nanti ditempat pesta kamu harus menyediakan tandu utnuk aku."
"Tandu? Untuk apa?"
"Berjaga jaga saja, kalau aku tiba2 pingsan, habis pengantin perempuan nya kan bekas pacarku." dan Ongky pun terbahak bahak.
Ketika menutup teleponnya ternyata masih ada perih dihati Ongky. Akhirnya gadis penjual bunga itu menikah dengan sahabatnya. Akhirnya semua mimpinya telah hancur terburai, berkeping keping. .. Ongky menghela nafas, baiklah, bukankah gadis pujaannya akan berbahagia bersama sahabatnya? Ada sedikit rasa lega, walau luka itu masih menganga.
"Kok melamun mas?" tiba2 Damar masuk keruangannya.
"Wahh, iya Damar, dapat undangan dari sahabat, barusan, lewat telephone."
"Oh, ada pesta dong, kapan itu?"
"Masih tanggal 16 ini,"
"Kok mas Ongky kelihatan sedih begitu?"Ongky tertawa, malu rasanya dibilang sedih, tapi kan memang dia merasa sedikit sedih? Sedikit saja, sisanya adalah bahagia.
"Iya, so'alnya pengantin perempuannya bekas pacarku.."
"Haaaa..? Mending mas Ongky masih bisa tertawa, bukannya bunuh diri.." Ongky tertawa ngakak.
"Bukan sepenuhnya pacar sih, aku dulunya jatuh cinta pada gadis itu, tapi namanya bukan jodoh, ternyata dia itu pacar sahabat aku... ya sudahlah, aku mengalah, tapi seneng kok, dia sahabat terbaikku, dan gadisku pasti bahagia disampingnya."
Damar mengangguk.:" Ikut bahagia deh mas... " kata Damar.
Kalau saja Damar tau, siapa pengantin perempuannya, barangkali ia tak bisa tertawa bersama rekan kerjanya.
"Ini berkas2 sudah aku selesaikan mas, jadinya aku ijin sampai empat hari ya,"
"Baiklah, sayang kamu pas pergi Damar, kalau enggak pasti aku ajak kamu kepesta perkawinan sahabatku."
"Iya mas, besok aja kalau mas Ongky yang menikah,"
"Wah, belum ketemu gambarannya, habisnya masih terbayang cinta sebelumnya,"
"Romantis juga mas Ongky nih."
Ketika Damar tina di apartemen pak Surya, bu Surya kaget sekali, sekaligus gembira. Ia bersyukur Damar memperhatikan permintaannya.
"Tante senang kamu datang Damar, kamu tau bahwa tante sangat menyayangi kamu." Bu Suryo memeluk Damar erat2.
"Ayo kedalam, kamu harus melihat cucuku yang cantik."
Damar mengangguk, wajahnya dingin. Tapi ketika melihat bayi itu, timbul rasa iba dihatinya. Bayi kecil ini tidak mengenal ayah biologisnya. Ia adalah anakku bisik Damar dalam hati. Diciumnya bayi itu, bayi cantik yang wajahnya seperti bule. Memang darah bule yang mengalir ditubuhnya.
"Cantik sekali," bisik Damar, kemudian memberikannya pada Mimi yang menyambutnya dengan dingin pula. Sejak malam pertama pernikahannya dulu, perlahan Mimi menghapus rasa sayangnya pada Damar, bukan karena merasa bersalah telah melakukan hubungan diluar nikah bersama teman bule nya, tapi karena menyadari bahwa Damar tak pernah mencintainya dalam penantiannya yang ber tahun2. Kini ia siap bercerai dari suaminya, seperti janji Damar pada ibunya.
"Om mu ada di Indonesia, biar tante kasih tau dia," ujar bu Surya kemudian.
"Jangan tante, tidak usah, saya hanya sebentar disini karena harus kembali bekerja." kata Damar buru2.
Damar senang pak Surya pergi, karena sesungguhnya kedatangannya hanyalah untuk mencari bukti seperti janjinya pada pak Darman.Kecuali itu ia juga akan mengurus perceraiannya dengan Mimi.
Malam itu ketika semuanya tertidur, Damar masih duduk diruang tamu. Tak jauh didepannya ada almari kerja pak Surya. Damar tau itu karena ia sering melihat pak Surya memasukkan berkas2 kedalam almari itu. Perlahan Damar berjalan kearah almari, dan mencoba membukanya. Aduhh, terkunci.. Damar mencari cari, dan hampir bersorak ketika mendapatkan kunci dibalik almari kaca yang ada disebelahnya. Damar mencoba membukanyaa pelan, bisaaaa...
#adalanjutannyaya#
No comments:
Post a Comment