CINTAKU BUKAN EMPEDU
12
(Tien Kumalasari)
Bu Candra menggamit lengan suaminya. Ia melihat
sesosok yang dikenalnya, calon pengantin yang kabur dengan membawa harta
anaknya.
“Itu kan Narita? Mengapa berpakaian butut seperti itu?”
kata bu Candra.
“Rupanya Alfi sudah menemukannya. Mengapa tidak bilang
sama aku?” tegur pak Candra sambil terus menatap Aliyah.
Yang ditatap merasa serba salah. Lagi, ada orang
mengira dirinya Narita. Aliyah kesal mengatakan siapa dirinya. Ia hanya
terdiam, sambil menoleh ke arah Alfian, yang tadi memanggilnya dengan nama ‘Aliyah’.
Farah sudah langsung ke belakang, menyiapkan hidangan
untuk tuan sepuh yang pagi-pagi sudah datang berkunjung.
“Alfi, apa maksud semua ini?” tegur ayahnya tak
senang.
“Mengapa kamu membohongi kami, dengan mengatakan bahwa
Narita belum ketemu? Itu apa, ketahuan kan kebohongan kamu?” sambung ibunya.
Alifian mendekati kedua orang tuanya dan mempersilakannya
duduk.
“Maaf, Pak, Bu. Tadinya Alfi mengira bahwa Alfi sudah
menemukan Narita. Sudah sejak kemarin pagi Alfi menemukan gadis itu.”
“Tapi ketika bapak menelpon, kamu bilang belum ketemu
kan?”
“Begini Pak. Tadinya, Alfi ingin mengorek keterangan
dia, dan Alfi baru akan mengatakan pada Bapak, kalau dia sudah mengaku.”
“Dan sekarang sudah mengaku?”
“Dia bukan Narita.”
Pak Candra dan bu Candra menoleh lagi ke arah Aliyah
yang masih terpaku di depan pintu, tak tahu harus berbuat apa. Tapi dia senang
ketika Alfian mengatakan bahwa dirinya memang bukan Narita. Entah malaikat mana
yang membisikinya.
“Wajahnya memang persis, suaranya hanya mirip-mirip,
tapi menurut Alfi waktu itu, suara bisa saja dibuat-buat, seperti ketika
menurut Alfi saat itu, Narita menyamar sebagai gadis kumuh yang sedang
berbelanja.”
“Tunggu … tunggu … ibu kok kurang jelas mendengar
cerita kamu,” sela bu Candra.
“Jadi ceritanya, kemarin ketika Alfi dan Kirman sedang
berputar-putar, tiba-tiba melihat dia, sedang membawa belanjaan,” kata Alfi
sambil menunjuk ke arah Aliyah.
“Langsung saja Alfi mendekatinya, dan memaksanya masuk
ke dalam mobil, Alfi bawa pulang, dan Alfi sekap di kamar kosong,” lanjutnya.
“Ternyata dia bukan Narita?”
“Alfi sudah menghajarnya, memaksanya bicara, walau dia
bersikukuh bahwa dirinya bukan Narita. Tapi malam tadi, ketika Alfi kembali
ingin memaksa dia bicara, Alfi melihat ada tanda lahir di pergelangan tangan
dia. Alfi baru sadar, bahwa Alfi salah menangkap orang.”
“Oh, jadi benar, dia bukan Narita?”
“Narita tidak punya tanda lahir di situ. Kemari,
Aliyah,” kata Alfian sambil melambaikan tangan ke arah Aliyah. Tapi Aliyah tak
bergerak. Ia sudah tahu bahwa Alfi sudah menyadari bahwa dirinya adalah Aliyah,
tapi Aliyah masih khawatir, kalau Alfi melakukan hal buruk lagi terhadapnya.
“Aliyah, kemari, aku tidak akan menyakiti kamu lagi,”
Alfi berkata dengan sangat lembut.
Dengan kaki terpincang-pincang, Aliyah mendekat, dengan
perasaan masih ragu.
“Jangan takut. Coba tunjukkan tanganmu, sini.”
Aliyah mengerti, karena tanda lahir hitam kebiruan
yang ada di tangannya itulah yang membuat Alfian mengerti bahwa dirinya bukan
Narita. Maka dia segera mengangkat tangannya, menunjukkan tanda lahir yang
terlihat samar di atas pergelangan tangannya.
“Narita tidak punya tanda itu, jadi maksud Alfi, Alfi
akan menyuruh Kirman agar mengantarkan Aliyah pulang.”
Aliyah hampir bersorak ketika tiba-tiba terdengar
suara pak Candra keras.
“Jangan! Jangan dulu mengantarkannya pulang.”
“Apa maksud Bapak?” tanya Alfian heran.
“Tadinya, aku dan ibumu akan minta pada Farah, agar
dia menggantikan Narita di pelaminan.”
“Apa?” Alfian sangat terkejut.
“Itu satu-satunya jalan agar perhelatan yang akan kita
adakan dua hari lagi itu tidak membuat kita malu. Tapi melihat gadis ini,
rasanya dia lebih cocok menjadi pengantin pengganti.”
“Apa?” Alfian semakin terkejut. Apalagi Aliyah.
“Apa? Aku akan dijadikan pengantin pengganti?” kata
Aliyah dalam hati. Sangat kecewa rasanya ketika menyadari bahwa dia urung
pulang karena kemauan kedua orang tua Alfian.
“Aku tidak membatalkan undangan yang tersebar, karena
masih mencari jalan keluar. Dan sekarang, kamu, eh … siapa namamu?” tanya pak
Candra lembut, membuat Aliyah merasa nyaman.
“Saya … Aliyah, tuan.”
“Hei, jangan panggil aku tuan. Aku ini pak Candra.
Candra Atmaja, dan dia istriku. Kami adalah orang tua Alfian. Kamu tahu,
gara-gara Narita kabur, sementara undangan sudah tersebar, kami akan mendapat
malu. Tapi rupanya Tuhan menurunkan malaikat penolong, yaitu kamu. Jadi aku
mohon, bersedialah menjadi istri Alfian, hanya untuk sementara saja, nanti
setelah semuanya selesai, kamu baru boleh pulang,” kata pak Candra panjang
lebar.
“Mau ya, Aliyah. Kamu gadis yang baik, pasti mau
menolong kami.”
Alfian diam terpaku, sementara Aliyah juga tak mampu
mengatakan apa-apa. Ia mencoba memaklumi situasi yang akan membuat keluarga
orang yang sudah menyakitinya itu mendapat malu karena batal ada pernikahan.
Tapi hati kecilnya menolak, tak bisa membayangkan dirinya menjadi pengantin,
tiba-tiba pula. Aduhai.
“Kami akan memberikan imbalan untuk itu, Aliyah. Uang
yang banyak. Berapapun kamu mau. Seratus juta, dua ratus, atau satu milyar?”
sambung pak Candra lagi.
Aliyah sangat terkejut. Ia belum pernah melihat uang
sejuta sekalipun, apalagi ratusan juta, milyard? Milyard itu seberapa? Ia
menggeleng-gelengkan kepalanya. Aliyah gadis sederhana yang tak akan tergiur
oleh harta.
“Tidak … tidak … saya tidak mau uang.”
“Lalu kamu mau apa? Rumah? Mobil?” sambung bu Candra.
Dibalik pintu, Farah sedang mendengarkan perbincangan itu, ia membawa nampan
berisi minuman, tapi berhenti beberapa saat lamanya karena tampaknya sedang ada
perbincangan seru. Ia juga mendengar, bahwa gadis itu memang bernama Aliyah,
setelah sang majikan melihat tanda lahir di tangannya.
“Tidak ,,, tidak … saya tidak mau apapun,” katanya
sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.
Alfian heran, melihat orang tidak mau diberi harta.
Beda ya, Narita dan Aliyah. Narita yang belum-belum sudah minta perhiasan,
permata yang indah dan mahal. Sedangkan Aliyah, diberi pun tidak mau. Apakah
benar, dia malaikat yang diturunkan bagi penolong keluarganya? Alfian juga
merasa belum sempat meminta maaf pada Aliyah, karena ketika dia mau
mengatakannya, keburu kedua orang tuanya datang, lalu berbicara tentang pernikahan,
setelah mengetahui bahwa dia salah orang.
Pak Candra dan bu Candra saling pandang. Uang, rumah,
mobil, ditolaknya? Apapun tidak mau, katanya?
“Aliyah, tapi kami butuh pertolongan kamu, itu sebagai
imbalannya,” kata pak Candra.
Aliyah tak sampai hati menolak permintaan pak Candra
dan istrinya, tapi apa Alfian mau, punya istri gadis kumuh seperti dirinya. Serta merta Aliyah menatap ke arah Alfian. Laki-laki itu tak lagi tampak
seperti serigala kelaparan. Matanya berubah lembut dan senyuman tersungging di bibirnya.
“Apa kamu mengira Alfian akan menolak? Dia yang akan
diuntungkan kalau kamu bersedia, Aliyah. Kami keluarga terhormat, undangan
sudah tersebar, Alfian juga tak mau menanggung malu.”
“Jadi maukah kamu menolong kami? Haruskah aku berlutut
di hadapan kamu supaya kamu mau melakukannya?” kata bu Candra sambil berdiri
lalu mendekati Aliyah.
“Eh, jangan … jangan … nyonya jangan begitu, baiklah,
saya bersedia membantu.”
Bu Candra memeluk Aliyah dengan hangat.
“Katakan kamu minta imbalan apa,” bisiknya di telinga
Aliyah.
“Saya tidak minta apa-apa. Saya hanya ingin pulang,”
kata Aliyah tenang.
“Kamu pasti ditunggu orang tua kamu?”
“Tidak, saya tidak punya siapa-siapa, seseorang yang
terakhir menemani saya adalah nenek, tapi baru beberapa hari yang lalu, nenek
saya meninggal,” kata Aliyah sedih.
Bu Candra mengusap air mata Aliyah, dan mengelus
rambutnya.
“Ternyata kamu sebatang kara? Apa yang akan kamu
lakukan, setelah kamu pulang,” sambung pak Candra yang juga terharu mendengar
cerita Aliyah.
“Saya akan mencari pekerjaan, untuk menyambung hidup
saya. Tapi saya hanya lulusan SMP, saya tahu tidak banyak yang mau menerima saya,
walau sebenarnya saya mau jadi pembantu sekalipun.”
“Ya Tuhan, Aliyah, nanti hal itu kita bicarakan lagi.
Baiklah, mana Farah?”
Farah yang berdiri di balik pintu segera muncul,
sambil membawa nampan.
“Farah, layani Aliyah dengan baik. Berikan kamar terbaik.”
“Alfian, pesankan baju-baju untuk calon istri kamu. Mulai
hari ini dia harus berpakaian pantas. Ajari dia bersikap, Farah, semuanya aku
serahkan sama kamu,” perintah bu Candra kepada Alfian dan Farah.
“Sekarang Aliyah duduk di sini, di dekat Alfian,”
perintah bu Candra lagi.
Aliyah duduk, agak rikuh karena harus berdampingan
dengan Alfian, yang sejak tadi hanya diam.
Mereka berbicara tentang pernikahan dan resepsi yang
akan digelar, membuat Aliyah berdebar-debar.
***
Ketika pak Candra dan bu Candra kembali, Aliyah masih
termenung di tempat duduknya, diatas sofa, di mana tadi bu Candra memintanya.
Seperti mimpi rasanya, saat kemarin masih menjadi pesakitan, lalu sekarang akan
dijadikan menantu juragan?
Aliyah berkali-kali mencubit lengannya, dan terasa
sakit. Berarti ini bukan mimpi. Pikir Aliyah.
Tiba-tiba Aliyah terkejut, ketika tiba-tiba Alifan duduk
didepannya, setelah mengantarkan kepulangan orang tuanya sampai ke halaman.
“Aliyah.”
Aliyah mengangkat wajahnya. Ia melihat wajah tampan
itu tersenyum kepadanya. Mana mata garang dan senyuman jahat yang kemarin
dilihatnya?
“Aku mau, kamu memaafkan aku. Sungguh, aku merasa
sangat bersalah. Aku terbawa oleh rasa sedih dan sakit hatiku, Aliyah. Aku
tidak bisa menguasai diri ketika bertemu kamu, yang aku kira Narita. Maafkan
aku, Aliyah,” kata Alfian yang kemudian merosot dari tempat duduknya, berlutut di
depan Aliyah. Tentu saja Aliyah terkejut.
Ia ikut merosot turun.
“Ya ampun Tuan, jangan begitu. Saya ini hanya orang
kampung yang tidak berharga, sedangkan tuan seorang kaya dan terhormat. Bisa
kualat kalau Tuan berlutut seperti ini." Alfian tersenyum. Gadis ini bukan hanya
polos, tapi juga lucu. Lucu karena ia ikut berlutut di depannya, sehingga
mereka berhadapan dengan posisi yang aneh.
“Baiklah, ayo kembali duduk,” kata Alfian sambil menarik
tangan Aliyah.
Aliyah kembali duduk, menunduk.
“Maukah kamu memaafkan aku? Kamu belum menjawabnya.”
Aliyah mengangguk.
“Kenapa mengangguk, jawab dengan ucapan.”
“Iya, Tuan. Saya maafkan Tuan.”
“Aliyah, jangan memanggil aku tuan.”
“Bukankah Tuan memang harus dipanggil Tuan?”
“Tidak untuk kamu. Karena kamu adalah calon istriku.”
“Apa?” Aliyah terkejut, dan baru ingat bahwa dia akan
menjadi istri Alfian. Tapi kan hanya istri pura-pura?
“Bukankah kamu sudah menyanggupinya di depan orang
tuaku?”
“Tapi kan hanya pura-pura,” jawab Aliyah lirih.
“Tidak Aliyah, kita akan menikah beneran. Dan kamu
juga beneran menjadi istri aku.”
“Bukankah setelah menikah saya boleh pulang?
Pernikahan ini hanya untuk menutupi rasa malu keluarga ini, karena pengantin
wanita yang sesungguhnya kabur?”
“Tuan, ini baju-baju pesanan Tuan, sudah datang,”
tiba-tiba Farah masuk sambil menggotong sebuah bungkusan besar.
“Oh ya, cepat sekali. Baiklah, antarkan Non Aliyah ke
kamar tamu, suruh dia mandi dan berganti baju,” perintah Alfian kepada Farah.
“Baiklah, mari Non.”
“Jangan panggil aku Non. Tolong,” pinta Aliyah.
“Aliyah, kamu tidak boleh protes. Saat ini kamu adalah
seorang nona di rumah ini. Lakukan apa yang diminta oleh Farah, dia akan
melayani kamu,” kata Alfian.
“Tapi bolehkah saya pulang dulu?”
“Pulang? Kamu bilang kamu hanya sendirian dirumah
kamu. Lalu apa gunanya kamu pulang?”
“Bu RT pasti mencari-cari saya. Saya sedang disuruh
belanja. Belanjaan entah kemana, uang kembalian juga entah kemana.”
“Berapa bu RT memberi kamu uang untuk belanja?”
“Tigaratus ribu.”
“Nanti aku akan menyuruh orang untuk memberikan uang
pada bu RT, tigaratus ribu, lebih, supaya bu RT tidak marah sama kamu.”
“Memangnya kenapa kalau saya pulang dulu? Takut saya
melarikan diri?”
“Bukan. Keberadaan kamu, harus dirahasiakan. Besok
lusa, saat kamu menikah, orang akan mengira kamu adalah Narita. Kalau sekarang
kamu pulang, aku takut rahasia ini akan tersebar. Itu tidak boleh terjadi.
Sekarang juga aku akan menyuruh orang memberikan uang bu RT kamu, tanpa
mengatakan di mana kamu berada. Pokoknya kamu baik-baik saja. Begitu kan?
Sekarang mandi lah.”
“Tapi saya sudah mandi, tadi."
“Non harus berganti baju. Itu kan baju saya.”
“Ini sudah bagus, biarkan saja.”
“Aliyah, kamu harus menurut. Ya.”
Aliyah akhirnya menurut, mengikuti Farah memasuki
kamar yang lebih besar dengan perabotan lengkap. Ada almari, ada cermin untuk
berdandan. Tempat tidur yang bagus dengan seprei berwarna biru muda berkembang
merah.
“Non, mandi dulu, semua sudah saya persiapkan.”
“Ya ampun Mbak, jangan panggil saya Non.”
“Tidak bisa Non, nanti tuan akan marah. Pokoknya Non
harus mandi, saya akan menunjukkan cara mandi yang benar di rumah ini. Kemarin
itu, maaf, saya mengira Non berpura-pura.”
“Saya tidak pernah berbohong.”
“Ya, sekarang saya tahu. Maaf ya Non, ini baju ganti
Non.”
Aliyah sebenarnya agak kikuk, setelah mandi, berganti
pakaian rumah yang indah, yang membuat dirinya seperti seorang putri dalam
dongeng.
Ketika sudah selesai berpakaian, Farah merias wajahnya
dengan polesan bedak tipis, sedikit rona merah dipipi, dan memoles bibirnya
dengan lipstik berwarna muda. Farah kagum melihat Aliyah.
“Nona benar-benar cantik seperti dewi. Lebih cantik
dari non Narita. Mari sekarang keluar, tuan Alfi menunggu di ruang makan.
Aliyah tak bisa menolak, baju berwarna hijau tosca
yang dikenakannya, dan panjang hampir menyapu lantai, sungguh membuat Aliyah
tampak cantik dan anggun. Ketika memasuki ruang makan. Alfian melotot
memandangnya.
“Narita?” bisiknya lirih, membuat Aliyah sedikit
kesal.
***
Besok lagi ya.
Matur nuwun mbak Tien-ku CBE sudah tayang
ReplyDeleteLangsung kung Latief jaga gawang.
DeleteSelamat juara 1 di episode 12 ini dimenangkan akung Latief (18.31) Sragentina, disusul dibelakangnya:
1. Jeng Mimiet Cmi (18.31)
2. Jeng Isti Klaten (18.35)
3
Terimakasih mas kakek, habis ada tamu, buka blog pas tayang.
DeleteMtrnwn mbak
ReplyDeleteAlhamdulillah, matur nuwun Bunda Tien, mugi tansah pinaringan kasarasan.
ReplyDeleteHoree...sdh tayang...makasih, bu Tien.🙏😀
ReplyDelete3. Jeng Nana Yang (18.36)
Delete4. Jeng Indrastuti Jaktim(18.36)
5. Jeng Lina Malang
Maturnuwun Bu Tien...
ReplyDelete🙏🙏
Matur suwun Bu Tien
ReplyDeleteCBE sudah tayang
Mugi tansah pinaringan sehat Aamiin 🙏
Udah sehat jeng?
DeleteTerima kasih... luar biasaaaa sekali....
ReplyDeleteAlhamdulillah CINTAKU BUKAN EMPEDU~12 sudah hadir, terimakasih semoga tetap sehat bu Tien..🙏
ReplyDeleteMaturnuwun
ReplyDeleteAlhamdulillah
ReplyDeleteMatur nuwun bu
Semoga sehat selalu
Jadi bingung mau senang apa sedih ya? Senang aliyah nasib nya jadi baik tapi kasian pinto
ReplyDeleteKalau bingung jadi seperti lagunya Edy Silitonga dong, jeng dokter
DeleteAlhamdulillah
ReplyDeleteSyukron nggih Mbak Tien 🌷🌷🌷🌷🌷
Alhamdulilah.. Aliyah udh aman
ReplyDeleteTks bunda Tien cerbungnya..
Semoga bunda sehat selalu..
Alhamdulillah.... Teeimakaaih Bu Tien, semoga sehat selalu.
ReplyDeleteAlhamdulillah
ReplyDeleteTerima kasih Bu Tien
Semoga Bu Tien sehat selalu
Selamat malam bunda..terima ksih CBE 12 nya..makin seruu bund..kshn jg Aliyah jdi sasaran krn mirip dgn Arnita..rpnya mrk berdua kembar x y bund..slm seroja dan aduhaai dri skbmi🙏😘🌹❤️
ReplyDeleteMungkin semua berpikiran sama dengan mbak dokter Dewiyana, bagaimana dengan Pinto.
ReplyDeleteTapi kan baru episode 12, pasti itu baru pembuka kisah. Cerita inti baru akan dimulai.
Salam sukses mbak Tien yang ADUHAI, semoga selalu sehat, aamiin.
Alhamdulilah, terima kasih cbe sdh tayang ...makin seru ...salam sehat bu tien
ReplyDeleteAlhamdulillah...
ReplyDeleteMaturnuwun bu Tien
Ya moga moga tiada dengki dihatimu Farah, kamu yang akan dijadikan pengganti batal, ini malah bos besar sendiri yang meminta tolong agar Aliyah menolong dengan janji akan diberi hadiah besar, juga maknya memeluk Aliyah, sebuah ungkapan kasih seorang ibu yang pertama kali Aliyah rasakan, bahkan dengan lugunya menceritakan kalau dia hidup sebatang-kara miskin, habis disuruh Bu RT belanja, nggak tahu belanjaan hilang kemana.
ReplyDeleteMalah langsung dipingit nggak boleh keluar, bisa kah dan cukup waktukah sependek itu buat cara menyambut tamu-tamu terhormat mengimbangi Alfian yang jelas-jelas mengharapkan Aliyah benar benar jadi istrinya.
Cinderella versi terbaru ndadak digodok nang kawah candra nganti sikil kena beling mlakuné timik timik.
Hanya karena dimintai tolong menyelamatkan rasa malu dèn Candra yang takut kisinan nyebar undangan batal di pernikahan Alfian anak semata wayang nya.
Geger genjik si Narita duwite entèk di abul abul pacaré bar di buang dipinggir jalan. mbèbèki nyatroni Aliyah.
ADUHAI
Terimakasih Bu Tien
Cintaku bukan empedu yang ke dua belas sudah tayang
Sehat sehat selalu doaku
Sedjahtera dan bahagia bersama keluarga tercinta
🙏
Matur nuwun, bu Tien
ReplyDeleteAkhamdulillah, maturnuwun, sehat dan bahagia selalu bunda Tien . .
ReplyDeleteAlha.dulillaah dah tayang, semoga aliyah berjodoh dengan alfian langgeng bukan sekadar pengganti
ReplyDeleteAlhamdulillah, nuwun bu Tien, Salam sehat
ReplyDeleteMatur nuwun bunda Tien...🙏
ReplyDelete〰️🍃🌸🦋🌸🍃〰️
ReplyDeleteAlhamdulillah CBE12 sdh
hadir. Telat buka HP nih.
Matur nuwun Bu Tien.
Sehat selalu & tetap
smangats. Salam Aduhai
〰️🍃🌸🦋🌸🍃〰️
Alhamdulillah CBE- 12 sdh hadir
ReplyDeleteTerima kasih Bunda, semoga Bunda sehat selalu.
Aamiin
Terimakasih Mbak Tien...
ReplyDeleteAlhamdulillah
ReplyDeleteTerimakasih bu tien
Semoga bu tien sehat2 selalu
Luar biasa ....hanya satu kata buat ibu Tien Kumalasari yang telah mampu meng aduk² emosi pembaca dengan membuat Aliyah sebagai pengganti Narita.
ReplyDeleteYang muncul rasa *masygul* ... _bagaimana gitu_
Aliyah gadis lugu, yatim piatu, dengan pendidikan rendah akan bersanding dengan pangeran ganteng dan kaya raya, tanpa bersusah payah. Keberuntungan yang menghampiri Aliyah.
Tetapi ini hanya *sementara ?*
Apakah pameo Aliyah hanya akan jadi *Ratu Sehari ?*
rasanya pembaca tidak akan rela ....! Pasti ....saya yakin itu.
Akankah Alfian akan jatuh cinta beneran ?
Karena melihat Aliyah lebih bersinar dibanding Narita ?
Bisakah Aliyah membawakan perannya dan akan menggantikan Narita dihati Alfian ?
Untuk Alfian pastinya bisa, tetapi untuk bapak dan ibu Candra ? Belum tentu .. karena mereka tetap menganggap Aliyah orang rendahan.
Bisakah mereka berubah sikap ?
Belum lagi akan ada kemunculan Narita, karena ternyata dia ditipu pasangannya.
Dia akan jumawa, karena menganggap Alfian mencintai dia *setengah hidup*
Ternyata ....?
Dia melihat kenyataan cinta Alfian sudah pindah 100% kelain hati, seseorang yang mirip dirinya ......
Terror .....muncul perubahan sifat Narita akan melancarkan jurus teror kepada Aliyah.....
Akankah itu yang akan terjadi ....?
Dan bagaimana nasib mas Pinto dan pak RT .........
Kita tunggu bu Tien Kumalasari bagaimana memainkan keyboard komputernya .....
Hanya ibu Tien yang bisa menjawabnya
Nantikan episode selanjutnya .......
Salam sehat
Salam Aduhai .....
🙏
Salam ADUHAI, mas Hadi
DeleteAlhamdulillah, salam aduhai bu Tien semoga sehat selalu
ReplyDeleteMakasih mba Tien
ReplyDelete